Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia
Kita sebagai manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari yang namanya interaksi sosial. Interaksi sosial antar anggota maupun antar kelompok dalam masyarakat ini seringkali diwarnai dengan konflik, wajar kadang dalam satu kelompok yang berlandaskan satu tujuan bisa berbeda pemikiran, apalagi ini berbeda kelompok kan. Agama sebagai pedoman perilaku yang mengarahkan pemeluknya untuk saling menghargai, saling menghormati, tapi kadangkala kenyataan di dunia kita menunjukkan hal yang sebaliknya.
Kadang kita malah cenderung menggunakan emosi daripada akal pikiran.
Adanya konflik dan ketidakrukunan antara pemeluk agama satu dengan yang lainnya sangat merugikan bagi bangsa dan negara, tentunya bagi pemeluk agama itu sendiri. Agama harusnya mendorong umatnya untuk melaksanakan ajaran agamanya secara utuh dalam bentuk hubungan yang harmonis antara sesama manusia, dengan alam, dan tentunya dengan Sang pencipta.
Di negara Indonesia sendiri, kita adalah negara yang multicultural, dimana terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian,adat, bahasa, dan lain sebagainya.
Apabila terjadi perpecahan antar umat beragama atau intoleransi, maka akan negara kita akan hancur. Konsep dialog antar agama yang satu dengan yang lainnya menjadi suatu kebutuhan untuk mengurangi bentuk kekerasan dan intoleransi dalam beragama.
Prinsip mengenai tolenransi antara umat beragama, yaitu tidak boleh adanya paksaan baik secara halus maupun secara kasar, selanjutnya ialah semua manusia berhak memilih dan memeluk agama yang diyakini, kemudian tidak akan memaksa seseorang untuk mengikuti suatu agama atau keyakinan tertentu, dan yang terakhir adalah tidak melarang hidup bermasyarakat yang tidak sepaham atau tidak seagama. Dengan hal-hal tersebut diharapkan agar kita dapat menghindari sikap saling bermusuhan.
Menurut Listia et al., (2007:4), masyarakat Indonesia mempunyai kemajemukan dalam beragama, tetapi dalam pendidikan agama sendiri, yang dilaksanakan oleh sekolah – sekolah di Indonesia pada umumnya hanya memberikan informasi tentang agama yang dianut oleh peserta didiknya, dan
kurang mengajarkan keterbukaan akan adanya agama dan kepercayaan yang berbeda, sehingga kadangkala kurang mendukung para peserta didik mempersiapkan diri memasuki kehidupan yang sebenarnya, dimana masyarakat kita adalah masyarakat yang majemuk.
Toleransi antar agama diperlukan dalam negara yang masyarakatnya heterogeny. Diperlukan usaha untuk saling menghargai antar agama, sehingga kita tidak menyinggung ataupun mengganggu keyakinan masing-masing umatnya.
Karena kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, mustahil jika kita tidak berada di kalangan orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Oleh karena itu, diperlukan sikap toleransi antar umat beragama, namun tetap menjaga agama kita juga. Toleransi di sini bukan untuk saling mengakui kebenaran dan ikut menjalankan ibadah agama lain. Toleransi yang dimaksud adalah untuk saling menghargai, saling menghormati, dan mempersilahkan umat lain untuk beribadah dengan kepercayaan masing-masing. Seperti yang sering kita dengar di agama Islam, lakum dinukum wali yadiin. Untukmu agamamu, untukku agamaku.
Sikap saling menghargai dan mendudukkan semua manusia sama rata, tidak ada superior maupun inferior. Menghormati dan menghargai sebagai sesame manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang sama adalah nilai universal yang dikandung agama di dunia ini. Untuk menjaga kehormatan dan harga diri kita, tidak harus diperoleh dengan mengorbankan kehormatan dan harga diri orang lain apalagi dengan mengeluarkan ujaran kebencian, bahkan sampai ke Tindakan kekerasan. Saling menghargai dan menghormati akan membawa kita kepada sikap saling berbagi antar semua individu dan antar kelompok.
Untuk memelihara toleransi, diperlukan pengertahuan, keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan pemikiran. Dengan demikian, toleransi adalah harmoni dalam suatu perbedaan. Dalam kehidupan beragama, perilaku toleran merupakan suatu syarat yang utama bagi individu yang menginginkan hidup rukun, damai, aman, dan sejahtera. Toleransi juga memungkinkan orang untuk memperlakukan orang lain dengan hormat dan bermartabat. Dengan begitu diharapkan akan terwujud interaksi yang baik di kalangan masyarakat beragama, tentang batasan hak dan kewajiban mereka dalam kehidupan sosial, seperti tidak mencampuri urusan agama dan keyakinan orang lain.
Agama dan Pancasila, dalam Pancasila itu sendiri mengandung nilai-nilai yang universal dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, hal itu mempunyai proses yang panjang dalam sejarah pembentukannya dan pada akhirnya disepakati sebagai keputusan bersama untuk menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadi paying kita hidup bersama-sama dalam berbagai perbedaan.
Nilai-nilai toleransi juga perlu ditumbuhkan lagi agar generasi-generasi yang akan datang bisa menghargai pendapat orang lain dan prinsipnya tanpa harus melakukan kekerasan ataupun ujaran kebencian sebagai bentuk ketidak sepahaman. Toleransi haruslah menjadi ciri bangsa Indonesia. Lembaga - lembaga pendidikan, seperti sekolah, madrasah, dan universitas, harus melakukan reorientasi untuk menerapkan paradigma yang baru di dalam pendidikan nasional.
Daftar Pustaka
Pamungkas, C. (2014). TOLERANSI BERAGAMA DALAM PRAKTIK SOSIAL: Studi Kasus Hubungan Mayoritas dan Minoritas Agama di Kabupaten Buleleng. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 9(2), 285-316.
https://doi.org/10.21274/epis.2014.9.2.285-316
Sofyan, A., & Sabardila, A. (2011). Persepsi mahasiswa terhadap kata toleransi kehidupan beragama.
Rahmawati, E. S., & Satria, M. H. (2014). Implementasi toleransi beragama di pondok pesantren Darut Taqwa Pasuruan. De Jure: Jurnal Hukum dan
Syari'ah, 6(1), 95-106.
Ghazali, A. M. (2016). Toleransi beragama dan kerukunan dalam perspektif islam. Religious: Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya, 1(1), 25-40.