TRANSFORMASI BIJB KERTAJATI MAJALENGKA SEBAGAI TRANSPORTASI LOGISTIK TERPILIH INDUSTRI KELAUTAN DAN PERIKANAN JAWA BARAT
Dian Prima Ayufita 1), Yos Sunitiyoso 2)
1-2 Sekolah Bisnis dan Managemen, Institut Teknologi Bandung email: [email protected], [email protected]
Abstract
As an export and import gate, the West Java fisheries and marine industry did not select BIJB Kertajati Majalengka. There needs to be more communication from BIJB to West Java's marine and fisheries industry regarding cargo and BIJB facilities. The research aim is how to transform BIJB Kertajati Majalengka as logistics transportation for West Java's marine and fisheries industries that is carried out to understand the potential, opportunities, and strategy. Systems Thinking is created by qualitative analysis. This research used primary data through questionnaires, interviews, FGD, and secondary data through other information. Data analysis using selective coding. The result shows that West Java has the potential for the Marine and Fisheries Logistics Industry in West Java as a target for the BIJB approach. The potential for the fishery and marine industry in West Java is enormous, making BIJB's opportunities very large. The strategy that must be carried out are building approaches with overseas buyers; taking a political system with the government to make mandatory policies; conducting socialization; submitting to the West Java government to be able to provide subsidies or facilities for the West Java marine and fisheries industry using logistics transportation through BIJB Kertajati Majalengka.
Keywords: logistics, BIJB, marine and fisheries industry of west java, system thinking.
1. PENDAHULUAN
Pada tahun 2022, jumlah industri kelautan dan perikanan skala menengah-besar di Jawa Barat sebanyak 209. Realisasi PMDN dibandingkan PMA masih lebih signifikan.
Tanda-tanda investasi dalam negeri juga lebih banyak.
Tiga faktor yang menyebabkan investasi di Jabar meningkat adalah (1) Mega infrastruktur.
Ada sepuluh jalan tol yang sudah dibangun, rel kereta api, pelabuhan, dan lain-lain. (2) Indeks SDM Jawa Barat yang sangat produktif. (3) Pelayanan perizinan penanaman modal yang cepat, akurat, dan berintegritas.
Wilayah Jawa Barat berkembang pesat.
Kawasan Rebana dan Jawa Barat bagian selatan menjadi fokus pengembangan dan siap menarik investasi dari beberapa kawasan yang menjanjikan.
Rebana Metropolitan ini terletak di wilayah utara/timur laut Provinsi Jawa Barat yang meliputi tujuh wilayah, yaitu Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon, Subang, Indramayu, Kuningan, dan Kota Cirebon.
Jantung pertumbuhan kawasan ini adalah Pelabuhan Patimban di Subang dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka yang berfungsi sebagai pusat logistik.
Rebana Metropolitan diproyeksikan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Jawa Barat ke depan melalui pengembangan kawasan industri yang terintegrasi, inovatif, kolaboratif, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan. Integrasi Rebana Metropolitan dilakukan dengan mewujudkan sinergi pembangunan wilayah melalui integrasi rantai logistik industri besar, menengah, dan kecil serta peningkatan konektivitas wilayah untuk integrasi hub logistik di kawasan industri, perkotaan, dan pedesaan. Rebana Metropolitan juga berinovasi dengan mewujudkan pembangunan daerah berbasis inovasi teknologi, ekonomi kreatif, kewirausahaan, dan sumber daya manusia inovatif untuk memenuhi kebutuhan industri masa depan. (4.0).
Kolaborasi Rebana Metropolitan dilakukan dengan meningkatkan kerjasama antar
pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, dunia usaha, dan akademisi hingga masyarakat melalui pengembangan forum kerjasama regional. Daya saing yang tinggi, yaitu mewujudkan “Super KEK” (Kawasan Ekonomi Khusus) melalui berbagai fasilitas fiskal dan nonfiskal, diciptakan untuk meningkatkan daerah daya saing investasi. Tindakan ini mendukung kesiapan infrastruktur pendukung. Aksi ini didukung dengan konsep berkelanjutan yang mengembangkan kawasan industri ramah lingkungan untuk meminimalkan emisi karbon dan menjaga kawasan pangan pertanian berkelanjutan.
Pada triwulan II tahun 2022, perekonomian Jawa Barat tumbuh sebesar 5,68 persen secara tahunan. PDB Jawa Barat, sementara itu, meningkat sebesar 1,86 persen pada kuartal II 2022 dibandingkan kuartal sebelumnya.
Total nilai ekspor Indonesia dari Januari hingga April 2022 sebesar US$93,47 miliar. Nilai tersebut meningkat 38,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021.
Jawa Barat memberikan kontribusi terbesar terhadap ekspor negara dengan total US$3,02 miliar. Pada periode Januari hingga April 2022, jumlah tersebut setara dengan 13,94% dari seluruh ekspor nasional. Sektor industri utama, seperti ekspor, yang meningkat sebesar 3,96 persen selama triwulan tersebut turut mempertahankan peningkatan tahunan tersebut.
Transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi pada sektor komersial, masing-masing sebesar 17,85 persen. Pada pertumbuhan ekonomi tahun ini, impor barang dan jasa meningkat sebesar 12,43%.
Ekspor produk perikanan Jabar pada 2021 sebesar 203,5 juta USD. Impor produk perikanan Jawa Barat pada tahun 2021 sebesar 17 juta USD. Dari data tersebut diketahui ekspor impor hasil perikanan dan kelautan di Jawa Barat dilakukan melalui pintu gerbang Pelabuhan Tanjung Priok, Bandara Soekarno Hatta, dan Pelabuhan Tanjung Mas. Jawa Barat tidak memiliki pintu masuk ekspor-impor untuk produk kelautan dan perikanan. Padahal potensi ekspor dan impor hasil laut dan perikanan cukup besar penting.
Kawasan aerocity BIJB Kertajati, Majalengka, diharapkan menjadi pusat logistik industri perikanan dan kelautan di Jawa Barat, seiring dengan pengembangan Metropolitan Rebana oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Pembangunan akses tol langsung Bandara Kertajati dari tol Cikopo-Palimanan dan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan merupakan percepatan pembangunan dan minat di kawasan aerocity BIJB Kertajati Majalengka. Aerocity, kelola BIJB, telah menyiapkan lahan untuk logistics hub atau cargo village, kemudian aerospace park, pengembangan perumahan, dan pusat teknologi kreatif.
Pada tahun 2021, Gubernur Jawa Barat mengeluarkan SE Gubernur Jawa Barat No.
10/HUB.04.07/Asda Ekbang tentang Pemanfaatan Bandara Internasional Kertajati untuk Penerbangan Kargo. Hal ini membuka peluang bagi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat untuk memanfaatkan fasilitas kargo yang tersedia di BIJB Majalengka. Didukung oleh Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan, kawasan BIJB Majalengka berada di dalam Kawasan Metropolitan Rebana yang memiliki infrastruktur yang kokoh dan terintegrasi yang dibangun, direncanakan, dan sudah digunakan.
Di antaranya, Tol Cikopo-Palimanan, Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan, Tol Akses Patimban, Tol Akses Aerocity Kertajati, Bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban, Kereta Api Bandara, dan Jalur Ganda Jakarta-Surabaya. , ditambah beberapa kota dan kawasan industri baru.
BIJB Kertajati Majalengka melakukan pendekatan kepada industri kelautan dan perikanan Jawa Barat. Hal tersebut menyebabkan informasi yang dimiliki BIJB Kertajati Majalengka tidak tersampaikan kepada industri kelautan dan perikanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan langsung untuk memahami kebutuhan industri kelautan dan perikanan terhadap sarana logistik pengangkutan produk.
Kajian tentang bagaimana transformasi BIJB Kertajati Majalengka sebagai transportasi logistik industri kelautan dan perikanan Jawa Barat perlu dilakukan untuk memahami peluang sektor perikanan dan kelautan dalam
memanfaatkan BIJB Kertajati Majalengka sebagai sarana transportasi logistik ekspor dan impor.
Tantangan bisnis Jawa Barat adalah belum adanya gerbang ekspor-impor untuk produk kelautan dan perikanan. Industri kelautan dan perikanan belum menggunakan BIJB Kertajati Majalengka sebagai gerbang transportasi logistik. Industri kelautan dan perikanan Jawa Barat perlu berkomunikasi dengan sektor tersebut. Karena komunikasi bisa lebih baik, industri perlu belajar tentang pekerjaan logistik yang dilakukan di BIJB Majalengka. Akibatnya, BIJB Majalengka belum terpilih sebagai sarana transportasi logistik.
Eksplorasi masalah dilakukan dengan memetakan masalah dari berbagai perspektif pemangku kepentingan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan analisis pohon masalah untuk mengidentifikasi teknik tersebut [1][2].
Kuesioner, diskusi kelompok terarah, dan wawancara digunakan untuk mengumpulkan ahli dari kelompok lain untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda. Tim ini menyertakan BIJB Kertajati majalengka sebagai angkutan logistik terpilih investigasi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat.
Sebuah tim dari berbagai pemangku kepentingan dibentuk untuk mendapatkan berbagai sudut pandang. Anggota tim adalah tenaga ahli yang berasal dari perwakilan BIJB Kertajati Majalengka, Industri Kelautan dan Perikanan Jabar, Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar, Biro BUMD, BKIPM, Bea Cukai, Kargo, dan Kargo Pesawat.
Berikut ini adalah temuan investigasi terhadap penyebab masalah yang diketahui:
1. Provinsi Jawa Barat belum memiliki pintu ekspor/impor. Jawa Barat telah membangun gerbang ekspor-impor yaitu BIJB Kertajati Majalengka dan Pelabuhan Patimban, namun belum dimanfaatkan.
2. Kebijakan pemerintah kurang tegas dalam menekankan industri Kelautan dan Perikanan di Jawa Barat dalam memanfaatkan
angkutan logistik melalui BIJB Kertajati Majalengka
3. Industri Kelautan dan Perikanan di Jawa Barat lebih memilih melalui Bandara Soekarno Hatta karena banyaknya pilihan kargo dan rute
Masalah utama penelitian ini dapat dipetik dari semua alasan yang diberikan. Kargo yang digunakan di Bandara Soekarno Hatta sama dengan BIJB Majalengka. Meski demikian, perlu ada komunikasi lebih lanjut dari BIJB ke industri kelautan dan perikanan Jawa Barat terkait fasilitas kargo dan BIJB. Inti permasalahannya adalah perlu lebih banyak komunikasi dari BIJB Kertajati Majalengka ke industri kelautan dan perikanan Jawa Barat mengenai fasilitas, kargo, dan biaya yang harus dikeluarkan.
Hal ini menyebabkan BIJB Kertajati Majalengka tidak dijadikan sebagai pintu ekspor- impor karena industri kelautan dan perikanan menggunakan Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pintu ekspor- impor. Industri perikanan dan kelautan Jawa Barat tidak memilih BIJB Kertajati Majalengka sebagai gerbang ekspor impor. Tidak ada permintaan kargo logistik dari industri kelautan dan perikanan melalui BIJB Majalengka yang berpotensi menghasilkan pendapatan.
Setelah tim mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya, saatnya tiba untuk melakukan penyesuaian. Semua anggota tim harus berdiskusi untuk menentukan dan menerapkan cara terbaik untuk melindungi proses dari masalah keamanan.
FGD menetapkan BIJB Kertajati Majalengka International harus berkomunikasi langsung dengan industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat agar dapat memanfaatkan sarana transportasi logistik melalui BIJB Kertajati Majalengka.
System thinking digunakan untuk menganalisis solusi objektif yang dapat dilakukan oleh dinas kelautan dan perikanan Jawa Barat pada industri kelautan dan perikanan Jawa Barat. Ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan holistik yang berfokus pada bagaimana bagian-bagian sistem terhubung dan
bagaimana sistem bekerja dari waktu ke waktu dan dalam konteks sistem. yang lebih besar.
Pemikiran sistem akan memberikan masukan untuk keputusan strategis dalam studi logistik untuk industri kelautan dan perikanan Jawa Barat [1].
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Data primer penelitian ini menggunakan kuesioner, wawancara, FGD, dan data sekunder dari berbagai publikasi dan sumber lainnya. Penyebaran kuesioner melalui aplikasi Google Form kepada 63 pengelola industri Kelautan dan Perikanan di Jawa Barat. Peserta proses logistik di BIJB Kertajati Majalengka diminta untuk mengikuti proses FGD. Kegiatan ini mengundang 70 perwakilan dari pemangku kepentingan dan diselenggarakan di Grage Grand Business Hotel Cirebon pada tanggal 19 Oktober 2022. Peserta berasal dari industri kelautan dan perikanan di wilayah Cayumajakuning: BIJB, Kargo, Kargo Pesawat, Bea Cukai, BKIPMKHP, perusahaan Pemprov Jabar, dan Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar. Peserta wawancara terpilih berasal dari internal BIJB, Pengelola Industri Perikanan dan Kelautan, pejabat Biro BUMDn Pemprov Jabar sebagai perwakilan pemegang saham BUMD, dan Pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar. Analisis data menggunakan selective coding yang berasal dari detail konseptual yang diperoleh dari pengumpulan data, open coding, dan Axial Coding, yang dikembangkan untuk presisi dan konsistensi.
Konsep ini memunculkan metode selective coding.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
“Systems Thinking” dibuat sebagai proses usaha untuk mencapai tiga tujuan. Pertama, proses sintesis dilakukan melalui rich pictures dan interrelationship diagram. Kedua, proses analisis melalui causal loop diagram dan analisis SWOT.
Pada akhirnya dilakukan tahapan Inquiry dengan menggunakan Scenario Planning yang diawali dengan menentukan Key Focal Issues, kemudian dilanjutkan dengan menentukan driving force melalui analisis PESTEL. Setelah itu membangun critical uncertainties dan menentukan scenario.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jabar memiliki 208 industri kelautan dan perikanan yang terdaftar dalam aplikasi SKP online. Dari data tersebut, sebaran industri terutama berada di barat laut Jawa Barat.
Distribusi industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat dalam skala menengah-besar tidak merata karena mereka membangun industri yang dekat dengan Jakarta, ibu kota negara, dan provinsi dengan pelabuhan internasional (Pelabuhan Tanjung Priok). Di utara Jawa Barat juga telah dibangun jalan tol yang memudahkan ekspor impor logistik produk dan bahan baku.
Gambar 1. Peta Sebaran Industri Kelautan Dan Perikanan Di Barat Jawa
Karakteristik produk industri kelautan dan perikanan Jawa Barat adalah produk beku dan kering. 79% adalah produk beku. Dua puluh satu persen adalah produk beku. Pengiriman produk beku dan kering umumnya menggunakan jasa pengiriman logistik. Jika produk yang dikirim bernilai tinggi, seperti tuna yang harus diolah menjadi sashimi atau salmon, disarankan pengiriman dengan pesawat. Selain itu, pengiriman udara juga dilakukan pada produk yang berisiko tinggi. Potensi produksi logistik Jawa Barat sebesar 1.385.389.208 ton per tahun.
Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat tersebar di seluruh Indonesia. Logistik domestik bertujuan untuk memasok bahan baku atau memasarkan produk ke hotel, restoran, dan katering. DKI Jakarta melakukan sebagian besar logistik domestik. Jakarta juga merupakan kawasan infrastruktur yang lengkap. Akibatnya, sebagian besar industri kelautan dan perikanan Jawa Barat mengekspor dan mengimpor melalui DKI Jakarta.
Gambar 2. Pemetaan Logistik Domestik Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat tersebar di berbagai negara di dunia.
Banyaknya negara yang melakukan pembelian produk kelautan dan perikanan di Jawa Barat menunjukkan bahwa industri perikanan dan kelautan Jawa Barat mampu berdaya saing internasional.
Gambar 3. Pemetaan Logistik Ekspor Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat Industri kelautan dan perikanan Jawa Barat juga mengimpor produk dari beberapa negara di dunia. Produk yang masuk ke Jawa Barat akan dipasarkan ke beberapa kota di Indonesia. Industri ini akan memasuki pasar hotel, restoran, dan katering. Produk yang masuk ke Jawa Barat harus melalui pengawasan dan perizinan yang ketat. Industri harus memastikan produk yang masuk aman untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia.
Sebagian besar produk kelautan dan perikanan Jawa Barat dikapalkan menggunakan jasa logistik kapal karena sebagian besar produk kelautan dan perikanan dibekukan atau dikeringkan. Produk yang dibekukan dapat bertahan selama enam bulan, sehingga produk
tidak akan rusak dengan menggunakan penyimpanan dalam wadah yang dapat menjaga suhu produk.
Gambar 4. Pemetaan Logistik Impor Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat Sebanyak 40% produk menggunakan layanan logistik melalui pengiriman darat.
Umumnya, produk-produk tersebut akan dipasarkan di dalam negeri. Ditemukan bahwa 11% industri kelautan dan perikanan Jawa Barat menggunakan jasa angkutan pelayaran dengan pesawat terbang. Produk yang dikirim berisiko tinggi mengalami penurunan kualitas yang cepat, seperti tuna sashimi, atau memiliki nilai tinggi, seperti salmon.
3.1. Solusi Bisnis
3.1.1. Analisa System Thingking 3.1.1.1. Tahap Synthesis
Pada tahap pertama dilakukan proses sintesa untuk mengidentifikasi keseluruhan yang menjadi bagian dari sistem logistik industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat yang dapat mempengaruhi penilaian untuk dapat menggunakan BIJB Majalengka, menjelaskan karakteristik atau perilaku dari keseluruhan yang lebih besar, dan kemudian menggambarkan keseluruhan yang lebih besar untuk menentukan bagian-bagian atau fungsi dari sistem yang lebih luas secara keseluruhan. Melalui proses sintesa tersebut, dapat dilihat setiap peran atau fungsi entitas dalam sistem logistik industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat, seperti halnya hubungannya dengan BIJB Majalengka [2].
a. Rich Picture
Proses sintesis dapat dilakukan dengan mencari tahu siapa melakukan apa dalam proses logistik ini dan menyatukannya [3]. Pemasok
awalnya melakukan proses logistik industri kelautan dan perikanan Jawa Barat untuk memenuhi bahan baku proses produksi. Sektor tersebut dapat melakukan proses pengiriman produk dengan peraturan pemerintah dan intervensi dalam bentuk pajak dan proses sertifikasi. Kargo, biaya pengiriman, bahan bakar, dan biaya tol semuanya berdampak pada proses pengiriman produk. Pengiriman produk diharapkan menggunakan pesawat via BIJB Majalengka. Dengan proses logistik yang baik maka kegiatan ekspor-impor dapat berjalan lancar.
Gambar 5. Rich Picture b. Interrelationship Diagram
Interrelationship Diagram dapat menunjukkan bagaimana berbagai bagian logistik Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat melalui BIJB Majalengka bekerja satu sama lain.
Hubungan sebab-akibat ditampilkan dalam Interrelationship Diagram. Tujuan utamanya adalah membantu mengidentifikasi keterkaitan yang sulit ditemukan [4]
Tujuan utama interrelationship diagram adalah untuk menunjukkan hubungan logis sehingga Anda dapat menemukan akar penyebab masalah yang sulit dipahami. Hubungan timbal balik. diagram sangat membantu dalam situasi ini karena mereka dapat membuat diagram yang menunjukkan bagaimana berbagai bagian dari situasi yang rumit terhubung.
Industri kelautan dan perikanan Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Karena BIJB Majalengka merupakan BUMD dimana pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi pemegang saham dengan porsi 51%, maka kebijakan tersebut berdampak signifikan
terhadap operasional. Pemerintah Jawa Barat juga mendapat bantuan dari Pemerintah Pusat dalam menjalankan BIJB Majalengka. Peran kebijakan pemerintah sangat besar dalam keberlangsungan BIJB Majalengka; selain itu pemerintah juga membuat peraturan tentang izin usaha yang digunakan untuk proses ekspor- impor dan dapat mempengaruhi pajak yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Gambar 6. Interrelationship Diagram logistic BIJB
Cara pembuatannya mempengaruhi berapa lama industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat akan bertahan. Hubungan produksi menjadi penyebabnya karena jumlah produksi mempengaruhi logistik. Kemampuan logistik mempengaruhi produksi. Logistik dipengaruhi oleh biaya, transportasi, kargo, dan biaya tol.
Kelancaran setiap proses akan mempengaruhi pembeli saat melakukan proses ekspor-impor.
Industri harus mengetahui fasilitas dan biaya apa saja yang ditawarkan, untuk menggunakan BIJB Majalengka. Perlu pendekatan sosialisasi untuk dapat berkomunikasi secara langsung
3.1.1.2. Tahap Analisis
Prosedur analisis menggunakan causal loop diagram dan analisis SWOT berbeda dengan tahap sintesis, takap ini untuk memastikan bagaimana komponen sistem lainnya terpengaruh. Meneliti atau fokus pada subjek atau fokus hanya pada itu spesifik isu di dalamnya [5].
Melalui tahapan ini dapat diketahui hubungan antar komponen yang bekerja di CLD, dan diketahui bagaimana peluang BIJB kertajati
Majalengka untuk dipilih oleh Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat.
a. Causal Loop Diagram (CLD)
Causal loop diagram (CLD) digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas logistik di BIJB Kertajati Majalengka mempengaruhi industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat.
CLD adalah cara untuk menunjukkan bagaimana berbagai variabel dalam sistem logistik saling terkait satu sama lain. CLD akan mengetahui umpan balik kausal dari komponen kritis kegiatan logistik [6].
Hubungan sebab akibat terjadi dimana kenaikan harga yang ditawarkan oleh BIJB berbanding terbalik dengan volume kargo yang dikirim melalui BIJB. Volume kargo yang dikirim melalui BIJB juga berkorelasi negatif dengan total biaya kargo. Peningkatan volume kargo yang dikirim melalui BIJB akan menurunkan total biaya kargo. [7] menyatakan bahwa biaya transportasi lot pengiriman berbanding terbalik dengan volume lot. Peningkatan total biaya kargo akan menyebabkan peningkatan total biaya penerbangan. Karena kenaikan total biaya penerbangan, BIJB juga harus menaikkannya harga.
Loop penguatan adalah hubungan sebab akibat yang terjadi pada setiap variabel alat yang terdapat dalam loop ini. Ini agar dua faktor penyebab negatif yang menyeimbangkan lingkaran ini dapat diidentifikasi.
Hubungan lain antara sektor produksi dengan jumlah industri kelautan dan perikanan yang menggunakan BIJB mengakibatkan peningkatan volume kargo yang dikirim melalui metode ini . Kenaikan produksi industri akan menyebabkan volume kargo yang dikirim melalui BIJB menjadi. Pertumbuhan tersebut mempengaruhi peningkatan produksi industri dalam permintaan pembeli.
Semakin banyaknya industri kelautan dan perikanan yang memilih BIJB juga akan meningkatkan volume kargo yang dikirim melalui BIJB. Semakin banyaknya industri kelautan dan perikanan yang memilih BIJB dipengaruhi oleh banyaknya program sosialisasi yang dilakukan oleh BIJB.
Kebijakan pemerintah yang mendukung penuh kegiatan logistik akan mengeluarkan kebijakan yang dapat menambah jumlah rute
penerbangan melalui BIJB. Semakin banyak rute penerbangan BIJB akan menurunkan total biaya penerbangan. Meningkatnya jumlah rute penerbangan akan menyebabkan aktivitas penerbangan menjadi kompetitif, dan biaya akan lebih rendah [8]
Grafik 1. Causal Loop Diagram Logistik PT.
BIJB
Dukungan penuh yang diberikan pemerintah melalui kebijakannya akan menekan biaya operasional BIJB; hal ini dapat dilakukan dengan memberikan subsidi kepada BIJB. Harga yang ditawarkan oleh BIJB akan berhubungan langsung dengan jumlah uang yang dihemat untuk biaya operasional
b. Analisis SWOT
Tantangan yang dihadapi BIJB Majalengka untuk menjadi fasilitas logistik industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat sangat besar. Kelemahan yang dihadapi BIJB Majalengka dalam meningkatkan logistik industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat antara lain sebaran industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat tidak merata, hanya di wilayah utara Jawa dan di beberapa daerah terjadi penurunan potensi alam yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hasil perikanan memerlukan penanganan yang lebih rumit karena harus melalui proses sistem rantai dingin, sehingga sarana dan prasarana yang harus mendukung kegiatan ini memerlukan biaya yang tinggi. Kelemahan ini dapat dijadikan sebagai cambuk bagi pengembangan sektor perikanan ke depan. Kepala Torani Sumber Makmur, (19 Oktober 2022), produk perikanan membutuhkan penanganan yang rumit dan harus menggunakan sistem rantai dingin. Kami berharap BIJB dapat memudahkan penyimpanan data kami produk.
Peluang BIJB sangat besar karena
potensi industri perikanan dan kelautan di Jawa Barat sangat tinggi. Pembangunan selalu terjadi di kawasan BIJB Majalengka yaitu Rebana Metropolitan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, dan kawasan Ciayumajakuning perlu ditingkatkan, terutama mengingat persaingan ekonomi di ASEAN dan globalisasi modern. BIJB memiliki akses tol Cipali, Cipularang, dan Cisumdawu melalui kawasan pengembangan kawasan Rebana (Cirebon, Subang, dan Majalengka). Biaya tenaga kerja di kawasan industri di Jawa Barat lebih rendah daripada di DKI, sehingga pembangunan industri di Jawa Barat sangat tinggi. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Cirebon, (19 Oktober 2022), mengatakan sebarannya tidak merata karena sebagian besar berada di wilayah barat provinsi Jawa Barat, wilayah Ciayumajakuning semakin meluas. Banyak perusahaan yang pindah dari wilayah barat ke wilayah Ciayumajakuning karena UMR lebih kecil dari DKI.
Meski begitu, BIJB Majalengka menghadapi ancaman persaingan dari kelengkapan sarana dan prasarana di Bandara Soekarno Hatta. serta perubahan regulasi yang tidak stabil. Manajer PT. Timur Jaya Cirebon, (13 November 2022) mengatakan BIJB Kertajati Majalengka harus merevitalisasi infrastruktur dan pelayanan untuk kegiatan ekspor-impor.
Selain sebagai pemegang saham, Pemerintah Jawa Barat juga memiliki kewenangan untuk mengatur industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat, dimana DKP berwenang menerbitkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan untuk industri kelautan dan perikanan, yang merupakan persyaratan untuk ekspor. - kegiatan impor. Ini membuatnya lebih mudah untuk mengelola regulasi dan pengembangan industri di Barat Jawa.
3.2. Rencana Implementasi 3.2.1. Tahap Inquiry
Inkuiri adalah gagasan bahwa belajar dibantu oleh analisis dan sintesis. Kita dapat mengembangkan solusi yang lebih baik untuk masalah dengan memahami bagaimana suatu sistem berfungsi dan berinteraksi dengan sistem lain [9]. Menggunakan perencanaan skenario,
proses penyelidikan dimulai dengan mengidentifikasi Key Focal Issues dan beralih ke analisis PESTEL tentang kekuatan pendorong.
3.2.1.1. Scenario Planning
Scenario planning digunakan untuk rencana implementasi [10]. Scenario planning menggunakan teknik perencanaan strategis yang dapat digunakan untuk menyelidiki skenario masa depan yang dapat digunakan oleh BIJB Majalengka sehingga dapat menjadi pilihan transportasi logistik untuk industri kelautan dan perikanan Jawa Barat.
a. Key Focal Issue
Key focal issue menunjukkan pilihan kritis atau taktis yang akan datang mengenai ketidakpastian. Tema dan tren yang paling mungkin memiliki dampak signifikan pada isu utama adalah kekuatan pendorong. Isu strategis utama yang menjadi key focal issue adalah bagaimana meningkatkan daya tarik BIJB Kertajati Majalengka agar dapat dipilih oleh industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat sebagai sarana logistik dalam sepuluh tahun mendatang. Permasalahan ini untuk mengetahui bagaimana meningkatkan daya saing strategi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat, BIJB Kertajati Majalengka, sebagai sarana logistik kelautan dan perikanan Jawa Barat. produk.
b. Driving Forces
Berdasarkan Key Focal Issue tersebut, kemudian diidentifikasi driving forces atau faktor pendorong dengan menggunakan analisis PESTEL. Ketika analisis PESTEL dilakukan, ditemukan faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, lingkungan, dan hukum. Hal ini memungkinkan BIJB Kertajati Majalengka untuk menentukan faktor pendorong transformasi sebagai angkutan logistik terpilih Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat.
Analisis PESTEL dapat menjadi kerangka kerja yang efektif untuk digunakan dalam perencanaan strategis perusahaan dan untuk mengidentifikasi pro dan kontra dari strategi bisnis. Faktor pendorong ini merupakan variabel independen yang mempengaruhi realisasi FC (sebagai variabel dependen).
Sebagai motivator dari segi politik, pemerintah Jawa Barat memiliki 51% saham BIJB. Politik pemerintah mempengaruhi
operasional BIJB. Politisi Indonesia memiliki kekuatan untuk memutuskan apa yang harus dilakukan karena strategi yang mereka gunakan.
Faktor politik sangat berpengaruh bagi pertumbuhan BIJB, namun kemampuan produksi industri juga harus diingat Perusahaan Pemprov Jabar, 4 November 2022).
Dari segi ekonomi, meskipun pendapatan BIJB masih rendah, namun kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik, dan pertumbuhan ekonomi triwulan II tahun 2022 mencapai 5,44% (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, 7 November 2022 ).
BIJB Kertajati Majalengka memiliki jaringan industri nasional dan internasional yang solid, sehingga dapat memperluas jaringan pemasarannya.
Secara sosial, BIJB Kertajati dekat dengan kawasan industri Cirebon Indramayu.
Majalengka Kuningan (Ciayumajakuning) Jumlah industri kelautan dan perikanan di Ciayumajakuning sebanyak 47. Pengembangan kawasan industri Rebana akan semakin menambah jumlah industri di sekitar BIJB Kertajati. Majalengka
Infrastruktur Smart Airport digunakan secara teknologi. Memiliki teknologi dapat membantu promosi dan sosialisasi ( Airline &
Cargo Dept BIJB Kertajati Majalengka, 19 Oktober 2022).
lingkungan BIJB Kertajati Majalengka, serta kondisi geografis di kawasan Rebana.
Berada di lingkungan yang homogen.
Infrastruktur jalan tol Cisumdawu sedang dibangun. Ada pertumbuhan perkembangan investasi (Manajer PT. JAS Cargo, 19 Oktober 2022
Secara hukum, BIJB Kertajati Majalengka memiliki kekuatan hukum. Surat Edaran, Gubernur Jawa Barat, no.
10/HUB.04.07/Asda Ekbang tentang Pemanfaatan Bandara Internasional Kertajati untuk Penerbangan Cargo Perpres no. 87/2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat, 19 Oktober 2021). 2022).
c. Critical Uncertainties
Berdasarkan eksplorasi driving forces, dilakukan identifikasi dengan mengelompokkan
driver menjadi tiga cluster. Ketiga kelompok tersebut berbeda karena keterkaitannya dengan BIJB Kertajati Majalengka secara langsung di dalam organisasi, keterkaitannya dengan transaksi, dan keterkaitannya dengan konteks.
Tabel 1. Klaster Organisasi No Driving Forces
1 Biaya operasional BIJB 2 Harga yang ditawarkan BIJB 3 Sosialisasi BIJB
Klaster organisasi merupakan motor penggerak yang terdapat dalam sistem internal BIJB Kertajati Majalengka. Cluster ini berpengaruh langsung terhadap proses kerja BIJB Kertajati Majalengka. Dalam kluster organisasi, hal yang mendorong adalah biaya menjalankan BIJB, harga yang ditawarkan BIJB, dan cara BIJB membantu orang untuk mengenal satu sama lain. Manajer PT. Sumber Inti Pangan (19 Oktober 2022), mengatakan minimnya sosialisasi dari BIJB kepada kami para pelaku usaha kelautan dan perikanan membuat mereka belum memutuskan proses logistik melalui Kertajati Majalengka. Selama ini mereka melakukan proses ekspor-impor melalui Sukarno Hata.
Tentunya kita akan menggunakan BIJB Kertajati Majalengka jika harga yang ditawarkan oleh BIJB murah sehingga bisa mengirimkan produk dalam jumlah besar melalui BIJB.
Cluster transaksional merupakan motor penggerak yang berada di luar lingkaran sistem BIJB Kertajati Majalengka. Para pelaku transaksi terkait langsung dengan faktor-faktor tersebut.
Kegiatan dalam klaster ini mendukung kegiatan klaster organisasi. Faktor pendorong yang ditemukan pada klaster transaksional adalah volume kargo yang dikirim melalui BIJB Kertajati Majalengka, total biaya kargo, total biaya penerbangan, dan permintaan pembeli.
Kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi kegiatan di BIJB Kertajati Majalengka. Jika Pemerintah dapat memberikan prosedur dengan menambah rute penerbangan melalui BIJB, hal ini dapat menekan biaya penerbangan (Manager Asia Cargo Airline, 19 Oktober 2022). Kegiatan industri sangat tergantung pada permintaan
pembeli. Dengan banyaknya permintaan dari pembeli tentunya akan dapat memproduksi dalam volume yang besar. Jika produksinya banyak, bisa dikirim dalam jumlah banyak melalui BIJB.
Industri berharap BIJB dapat membantu mencarikan pembeli untuk meningkatkan pendapatan mereka (Manajer PT. PAN Putra Samudra, 19 Oktober 2022).
Tabel 2. Klaster Transaksional No Driving Forces
4 Volume kargo dikirim melalui BIJB 5 Total Biaya Kargo
6 Total biaya penerbangan 7 Permintaan Pembeli
Lingkaran luar terbesar adalah kelompok kontekstual. Cluster ini adalah faktor yang membentuk lingkungan transaksional. Kunci dari pengelompokan kontekstual adalah proses perencanaan skenario, yang dimulai dengan mengidentifikasi kekuatan pendorong yang menentukan bentuk lingkungan transaksional.
Faktor pendorong yang ditemukan dalam klaster kontekstual adalah kebijakan pemerintah, jalur penerbangan melalui BIJB, dan produksi industri.
Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap biaya operasional BIJB. Misalnya dalam bentuk dukungan subsidi, ini akan berbanding lurus dengan harga yang ditawarkan BIJB (Perwakilan Biro BUMD Jabar, 19 Oktober 2022).
Tabel 3. Klaster Kontekstual No Driving Forces
8 Kebijakan Pemerintah 9 Rute Penerbangan via BIJB 10 Produksi Industri
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis ketidakpastian kritis untuk mengidentifikasi kekuatan pendorong. Analisis ini dilakukan dengan memberikan evaluasi terhadap faktor-faktor yang dipilih sebagai kekuatan pendorong. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan 3 partisipan, dilakukan penilaian terhadap ketidakpastian dan dampaknya.
Tabel 4. Analisa Critical Uncertainties
No.
Driving Forces
Damp ak (0- 100)
Ketid akpas tian (0- 100)
1
Biaya operasional
BIJB 30 80 2400
2
Harga yang ditawarkan
oleh BIJB 30 70 2100
3
sosialisasi
BIJB 20 40 800
4
Volume kargo dikirim
melalui BIJB 80 60 4800 5
Total Biaya
Kargo 40 60 2400
6
Jumlah maskapai penerbangan biaya
30 85 2550
7
Permintaan
Pembeli 85 40 3400
8
Kebijakan
Pemerintah 90 90 8100
9 Rute penerbangan
melalui BIJB 30 80 2400 10
produksi
industri 80 50 4000
Dari analisis critical uncertainties, pemetaan menggunakan grafik model scatter plot. Terlihat bahwa dua driving forces memiliki ketidakpastian dan dampak tertinggi. Grafik tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dan produksi industri memiliki nilai tertinggi nilai.
Grafik 2. Critical Uncertainties
d. Scenario Framework
Kerangka Skenario menggunakan Matriks 2x2 Kerangka skenario berbasis matriks yang digunakan dalam proyek ini didasarkan pada kepastian yang paling kritis dan dampak dan ketidakpastian yang paling signifikan yang telah ditentukan sebelumnya. panggung.
Gambar 8. Scenario Framework
Berdasarkan analisis critical uncertainties, ditentukan dua kekuatan pendorong yang memiliki dampak paling besar dan nilai ketidakpastian yang tinggi. Kedua hal tersebut adalah kebijakan pemerintah dan produksi industri. Garis horizontal adalah titik di mana kebijakan pemerintah memiliki efek yang tidak pasti. Jika lebih ke kiri berarti kebijakan pemerintah tidak mendukung, dan jika lebih ke kanan berarti kebijakan pemerintah mendukung.
Garis vertikal juga ditetapkan, yaitu dampaknya terhadap produksi industri. Garis ke atas menunjukkan pengaruh volume yang tinggi terhadap produksi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat. Sebaliknya, garis bawah
menunjukkan dampak volume rendah pada produksi kelautan dan perikanan industri.
e. Scenario Skenario 1
Skenario 1 terbentuk ketika kebijakan pemerintah tidak sepenuhnya mendukung dan berdampak tinggi terhadap volume produksi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat. Kondisi itu bisa menimbulkan kisruh karena tidak ada dukungan dari pemerintah untuk BIJB Majalengka. Dalam kondisi ini, industri kelautan dan perikanan Jawa Barat harus mencari permintaan atas produknya. BIJB Kertajati Majalengka dapat membantu mencarikan pasar bagi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat.
Hal itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan jaringan internasional yang dimiliki BIJB Majalengka.
Skenario 2
Skenario 2 terjadi kebijakan pemerintah sangat mendukung dan sangat mempengaruhi volume produksi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat. Hal ini merupakan pertanda baik karena dukungan pemerintah dapat berpengaruh signifikan terhadap kemajuan BIJB Kertajati Majalengka. Dukungan yang tinggi dari pemerintah dapat diberikan dengan memberikan intervensi kepada industri kelautan dan perikanan Jawa Barat agar dapat memanfaatkan BIJB Kertajati Majalengka sebagai sarana transportasi logistik.
Skenario 3
Skenario 3 terjadi kebijakan pemerintah tidak sepenuhnya mendukung dan berdampak rendah terhadap volume produksi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat. Pekerjaan sosial akan berkontribusi pada kondisi ini di mana tidak ada dukungan pemerintah. Meski akan berdampak sedikit, sosialisasi dapat dilakukan agar industri kelautan dan perikanan tetap memperhatikan BIJB Kertajati Majalengka. Pendekatan langsung dengan memberikan informasi fasilitas dan biaya yang dikeluarkan oleh industri kelautan dan perikanan Jawa Barat masih dapat menarik perhatian.
Skenario 4
Skenario 4 terjadi kebijakan pemerintah yang
mendukung dan berdampak rendah terhadap volume produksi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat. Kondisi ini bisa jadi lebih seru;
dukungan pemerintah dilakukan secara penuh namun berdampak kecil terhadap produksi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat.
Skenario yang dapat dilakukan adalah penurunan harga, harga kargo, penerbangan, biaya penanganan, dan transportasi in-house.
Pengurangan biaya dapat dilakukan dengan menggunakan strategi biaya rendah dengan mengurangi komponen biaya dengan aplikatif peraturan. Penurunan harga dapat dilakukan dengan dukungan pembiayaan melalui subsidi dari pemerintah Jawa Barat selaku pemegang saham di BIJB Kertajati Majalengka.
f. Narasi
Pembuatan skenario dilakukan dengan mengumpulkan narasi skenario.
Gambar 9. Skenario Skenario 1. Eagle Soar Away
"Elang adalah burung tinggi yang dapat terbang hingga 10.000 kaki di udara dan membuat tanah." Elang tidak berkelok-kelok;
sebaliknya, ia berkonsentrasi untuk terbang lurus ke atas. Ia bekerja dengan baik dengannya dan sangat baik dengan sendirinya. " Sementara burung lain terbang menjauh dari badai, seekor elang membentangkan sayapnya yang kuat dan menggunakan arus untuk terbang ke tempat yang lebih tinggi.”
Hal itu terjadi ketika pemerintah perlu memberikan dukungan penuh kepada BIJB Kertajati Majalengka. Pemerintah hanya berperan sebagai regulator dan pembuat kebijakan. Kondisi ini membuat BIJB Kertajati
Majalengka bekerja keras untuk menggaet industri kelautan dan perikanan. BIJB Kertajati Majalengka harus memiliki strategi inovasi.
Menurut data BPS 2021, permintaan ekspor dan impor produk perikanan Jawa Barat masih meningkat. Hal ini menyebabkan banyaknya produk yang tersedia karena industri kelautan dan perikanan terus berlanjut menghasilkan.
BIJB Kertajati Majalengka melihat permintaan ekspor dan impor dari Jabar bisa jadi banyak jika menggunakan jaringan di negara lain.
Jaringan ini bisa menjadi pembeli potensial produk kelautan dan perikanan Jawa Barat.
Misalkan BIJB Kertajati Majalengka bisa mendapatkan pembeli. Dalam hal itu, industri kelautan dan perikanan Jawa Barat bisa saja terpaksa menggunakan BIJB Kertajati Majalengka sebagai sarana transportasi logistik untuk keperluan industri. produk.
Skenario 2. Fearless of Eagle
"Elang keluar di atas." Elang akan menaklukkan mangsa atau area yang lebih besar lagi jika dibawa ke tanah. Keyakinan dankeberanian tentang fungsinya di lingkungan tidak diragukan lagi. Meski ada rasa takut, elang tetap terbang. "Gagasan untuk ditempati tidak pernah terpikir oleh seekor elang."
Skenario ini terjadi ketika pemerintah mendukung penuh BIJB Kertajati Majalengka.
BIJB Kertajati Majalengka dapat berkomunikasi dengan baik dengan pemerintah untuk memberikan kebijakan yang mendukung BIJB Kertajati Majalengka dengan mengintervensi industri kelautan dan perikanan. Karena industri perikanan menghasilkan banyak, akan ada banyak permintaan, yang akan membantu pertumbuhan ekonomi.
Potensi tingginya permintaan produk kelautan dan perikanan Jabar di luar negeri dapat dijadikan dasar bagi BIJB Kertajati Majalengka untuk berkomunikasi dengan pemerintah untuk memberikan regulasi wajib bagi industri kelautan dan perikanan Jabar. Karena industri kelautan dan perikanan ingin menggunakan BIJB kertajati Majalengka sebagai logistik bergerak, aturan ini harus diterapkan pada industri kelautan dan perikanan Jawa Barat. Sehingga Jawa Barat memiliki pintu gerbang ekspor dan impor perikanan produk.
Skenario 3. Screaming Eagle
"Suara elang yang menjerit membentuk jeritan, tetapi tidak cukup musikal untuk disebut sebuah lagu." Seolah-olah berteriak pelan dan jelas, anehnya hal itu membawa elang, burung pemangsa raksasa , ke tingkat burung penyanyi dalam pemakan burung. Suaranya penuh kewibawaan bagi yang mendengarnya. “Terlihat mewujudkan kewibawaan yang begitu agung burung."
Skenario ini terjadi jika pemerintah tidak mendukung BIJB Kertajati Majalengka. Hal ini membuat kondisi ekonomi BIJB Majalengka sulit membaik karena tidak ada intervensi dari pemerintah pemerintah.
Rendahnya produksi dari industri kelautan dan perikanan menyebabkan penurunan kinerja produksi. Sektor tersebut mengalami penurunan pendapatan. Ekonomi adalah jatuh.
BIJB Kertajati Majalengka harus bisa membuat strategi dengan berbagai cara agar bisa mempertahankan eksistensinya. Sistem harus diterapkan yang dapat mengarah pada kerja sosial yang dapat membangkitkan semangat produksi di industri. Jadi, meski akan berdampak kecil pada produksi industri kelautan dan perikanan, hal itu bisa diwujudkan.
Sosialisasi dapat dilakukan untuk industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat.
Dengan sosialisasi mengenai fasilitas, biaya, dan manfaat yang akan diperoleh, industri kelautan dan perikanan Jawa Barat akan mempertimbangkan untuk menggunakan BIJB Kertajati Majalengka sebagai sarana transportasi logistik. Komunikasi langsung yang baik akan meningkatkan kepercayaan pada industri.
Skenario 4. Tenacious of Eagle
Elang yang ulet membela diri dengan cakarnya yang panjang dan runcing. Elang rajin menjaga telur dan anaknya dan membangun sarangnya di dataran tinggi. Elang tidak akan terbang seperti burung lain saat badai;
sebaliknya, ia akan melebarkan sayapnya dan menggunakan arus untuk terbang lebih tinggi.
Elang memanfaatkan tantangan.
Skenario ini terjadi ketika pemerintah memberikan dukungan kepada BIJB Kertajati
Majalengka. Di sisi lain, industri perikanan dan kelautan mengalami penurunan barang yang mereka buat. Industri mengalami penurunan utilitas produksi. Untuk meningkatkan kondisi ekonomi BIJB Majalengka, dukungan penuh pemerintah harus dimanfaatkan dengan baik.
BIJB Kertajati Majalengka harus bisa berkomunikasi dengan pemerintah untuk mendukung BIJB dengan memberikan fasilitas subsidi yang akan diterima industri kelautan dan perikanan Jabar, yang akan menggunakan jasa transportasi logistik melalui Kertajati Majalengka. Strategi ini akan bermanfaat ketika kondisi produksi industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat sedang mengalami penurunan.
Sebagai pemegang saham BIJB Kertajati Majalengka, Pemprov Jabar dapat memberikan bantuan dana kepada BIJB Kertajati Majalengka agar dapat menerapkan strategi biaya rendah. Strategi ini dilakukan dengan mengurangi biaya cargo, flight, handling, dan in-house transportation serta pengawasan keamanan produk agar dikirim sesuai standar kelayakan produk.
g. Implikasi dan Opsi Tabel 5. Implikasi dan Opsi
Implikasi Opsi
Skenario 1. Eagle Soar Away
● BIJB memperkuat jaringan internasional dengan calon pembeli industri kelautan dan perikanan
● Pemasaran produk industri kelautan dan perikanan harus melalui BIJB Majalengka.
Pengenalan prosedur ekspor-impor ke industri menengah
Skenario 2. Fearless of Eagle
● BIJB mendapat dukungan booster dari pemerintah
● Wajib bagi industri untuk melakukan proses ekspor-impor melalui BIJB Majalengka
Pengurangan pajak untuk industri kelautan dan perikanan yang melakukan proses impor dan ekspor secara langsung
Skenario 3. Screaming Eagle
● Industri kelautan dan perikanan dalam proses ekspor-impor melalui BIJB Majalengka
pendekatan satu per satu kepada industri
● komunikasi langsung antara BIJB dengan industri kelautan dan perikanan Jawa Barat
● meningkatkan kepercayaan terhadap BIJB
Skenario 4. Tenacious of Eagle
● Industri kelautan dan perikanan menerima subsidi untuk membiayai logistik
● BIJB mengurangi biaya operasional
● Ongkos kirim melalui BIJB lebih murah untuk industri kelautan dan perikanan Jawa Barat dibandingkan dengan bandara lain
Memperluas rute komersial sehingga dapat digunakan oleh kargo
h. Sinyal Peringatan Dini Tabel 6. Sinyal Peringatan Dini
Fak tor
Indi kato r
Su mbe
r
Eagle Soar Away
Fea rles s of Eag
le Scr eam ing Eag le
Tenac ious of Eagle
Ke bija kan
pe mer inta h
Rut e pen erba nga n mel alui BIJ B
BIJ B
Sesuai dengan kebutu han permint aan pengiri man produk
Ban yak rute yan g dita war kan
Beb erap a rute dise diak an unt uk mel ihat keb utu han
Bany ak rute dan berga bung denga n pener banga n penu mpan g kome rsial.
Har ga yan g dita war
BIJ B
Mahal, sesuai biaya yang dikelua
Rel atif lebi h mur ah
mah al
Karen a mene rima subsi di
kan oleh BIJ B
rkan BIJB
peme rintah , itu tidak mahal .
Bia ya ope rasi onal BIJ B
BIJ B
Mahal, sesuai biaya yang dikelua rkan BIJB
Rel atif lebi h mur ah
mah al
Mura h karen a mend apat subsi di dari peme rintah
Tot al biay a pen erba nga n
PT.
Gar uda Ind one sia
Mahal, sesuai dengan biaya yang dikelua rkan oleh Airline
Rel atif lebi h mur ah
mah al
Mura h karen a mend apat subsi di dari peme rintah
Tot al Bia ya Kar go
PT.
Jasa Ang kas a Se mes ta, Tbk
Mahal, sesuai dengan biaya yang dikelua rkan oleh Cargo
Rel atif lebi h mur ah
mah al
Mura h karen a mend apat subsi di dari peme rintah Pro
duk si ind ustr
i Per min taan Pe mbe li
BP S
Tingkat kan 35%
Tin gkat kan 70
% Tin gkat kan 15
%
Tingk atkan 40%
Pert um buh an ind ustr i
BIJ B
25%
dari total industri kelauta n dan perikan an di Jawa Barat
100
% dari selu ruh ind ustr i kela utan dan peri kan an di Jaw a Bar at
15
% dari kes elur uha n ind ustr i kela utan dan peri kan an di Jaw a Bar at
70%
dari total indust ri kelaut an dan perik anan di Jawa Barat
Vol ume pro duk si tahu nan
Din as Kel auta n dan Peri kan an Jaw a Bar at
350 juta ton per tahun
Seti ap tahu n, 1.00 0 juta ton dipr odu ksi.
150 juta ton per tahu n
400 juta ton per tahun
3.2.2. Strategi Imperatif
Setelah menganalisis empat skenario yang mungkin terjadi dengan mempertimbangkan implikasi, opsi, dan sinyal peringatan dini, terdapat keharusan strategis.
Sangat penting untuk membuat rencana yang mendesak agar BIJB Kertajati Majalengka dapat menggunakannya sebagai rencana yang dapat digunakan untuk berubah sehingga dapat bangkit kembali dan berkembang.
Strategi imperatif yang dapat dilakukan oleh BIJB Kertajati Majalengka berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah
1. Membangun pendekatan dengan pembeli produk kelautan dan perikanan di luar negeri.
Strategi ini dapat membangun jaringan pemasaran industri kelautan dan perikanan Jawa Barat sehingga permintaan produk dapat meningkat untuk memenuhi produksi yang telah dilakukan. Strategi ini dilakukan dengan menetapkan aturan bagi industri kelautan dan perikanan sehingga pembeli dari jaringan harus menggunakan transportasi logistik BIJB Kertajati Majalengka.
2. Melakukan pendekatan politik dengan pemerintah untuk membuat kebijakan wajib industri kelautan dan perikanan Jawa Barat menggunakan transportasi logistik melalui BIJB Kertajati Majalengka. Dalam strategi tersebut, pemerintah dapat mendukung penuh BIJB Kertajati Majalengka, sehingga industri kelautan dan perikanan Jabar harus menggunakan transportasi logistik. Strategi ini akan memberikan hasil yang paling menguntungkan bagi BIJB Kertajati Majalengka; namun, hal tersebut akan sangat dipengaruhi oleh situasi politik di Indonesia dan Jawa Barat. Jadi harus dilakukan dengan hati-hati.
3. Melakukan sosialisasi kepada industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat. Strategi tersebut dilakukan dengan berkomunikasi langsung dengan industri kelautan dan perikanan. BIJB Kertajati Majalengka membahas fasilitas dan biaya yang dibutuhkan jika industri kelautan dan perikanan Jawa Barat menggunakan transportasi logistiknya. Perbandingan dengan biaya dan fasilitas yang tersedia di bandara Soekarno-Hatta dan Ahmad Yani juga bisa dilakukan. Hal ini berguna bagi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat untuk mengetahui dan tertarik menggunakan BIJB Kertajati Majalengka.
4. Mengajukan kepada pemerintah Jawa Barat untuk memberikan subsidi atau kemudahan bagi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat dengan menggunakan transportasi logistik melalui BIJB Kertajati Majalengka. Strategi ini memanfaatkan fakta bahwa Pemprov Jabar merupakan pemilik BIJB Kertajati Majalengka yang paling menonjol untuk membantu industri kelautan dan perikanan Jabar, terutama yang memiliki output rendah. Subsidi dapat diberikan dalam bentuk pengurangan pajak, pengurangan biaya kargo, atau pengurangan biaya tol.
Pembangunan tol Cisumdawu merupakan bentuk bantuan pemerintah dalam memberikan akses industri di wilayah Bandung.
4. KESIMPULAN
1. Jabar memiliki potensi Industri Logistik Kelautan dan Perikanan di Jabar sebagai target pendekatan BIJB. Jawa Barat memiliki 208 industri kelautan dan perikanan. Potensi produksi logistik sebesar 1.385.389.208 ton per tahun. Logistik Domestik Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat tersebar di seluruh Indonesia.
Logistik Ekspor/Impor Industri Kelautan dan Perikanan Jawa Barat diterapkan di beberapa negara di dunia. Ditemukan bahwa 11% industri kelautan dan perikanan Jawa Barat menggunakan jasa angkutan pelayaran dengan pesawat terbang.
2. Potensi industri perikanan dan kelautan di Jawa Barat yang sangat besar membuat peluang BIJB sangat besar. Perbaikan harus dilakukan di kawasan Ciayumajakuning, terutama dalam menghadapi daya saing ekonomi ASEAN dan globalisasi kontemporer. Pengembangan di BIJB Majalengka yang terletak di Rebana Metropolitan dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas. Melalui kawasan pengembangan Rebana, BIJB memiliki akses tol Cipali, Cipularang, dan Cisumdawu (Cirebon, Subang, Majalengka).
Perkembangan industri di Jawa Barat cukup relatif karena biaya tenaga kerja lebih murah dibandingkan di DKI.
3. Strategi yang harus dilakukan BIJB Kertajati Majalengka untuk dipilih industri kelautan dan perikanan Jawa Barat sebagai sarana transportasi logistik adalah
a) Membangun pendekatan dengan pembeli produk kelautan dan perikanan di luar negeri
b) Melakukan pendekatan politik dengan pemerintah membuat kebijakan wajib industri kelautan dan perikanan Jawa Barat menggunakan transportasi logistik melalui BIJB Kertajati Majalengka
c) Melakukan sosialisasi kepada industri kelautan dan perikanan di Jawa Barat.
d) Mengajukan kepada pemerintah Jawa Barat untuk memberikan subsidi atau kemudahan bagi industri kelautan dan perikanan Jawa Barat dengan menggunakan transportasi logistik melalui BIJB Kertajati Majalengka.
5. REFERENSI
[1] R. Edson, “Applied systems thinking,” in Systems Engineering in the Fourth Industrial Revolution: Big Data, Novel Technologies, and Modern Systems
Engineering, 2020. doi:
10.1002/9781119513957.ch2.
[2] R. L. Ackoff, “Creating the corporate future,” in Understanding Business
Environments, 2005. doi:
10.4324/9780203992265-33.
[3] R. Buchanan, “Wicked Problems in Design Thinking,” 1992.
[4] “Introduction to Systems and Causal Loop Diagrams”.
[5] A. Bobbio, L. Portinale, M. Minichino, and E. Ciancamerla, “Improving the analysis of dependable systems by mapping fault trees into Bayesian networks,” Reliab Eng Syst Saf, vol. 71, no. 3, pp. 249–260, Mar. 2001, doi:
10.1016/S0951-8320(00)00077-6.
[6] K. J. A˚ström et al., “Abstracts,” J Power Sources, vol. 1, no. 3, 2015.
[7] Z. Almetova, V. Shepelev, and S.
Shepelev, “Optimization of Delivery Lot Volumes in Terminal Complexes,” in Transportation Research Procedia, 2017, vol. 27. doi: 10.1016/j.trpro.2017.12.020.
[8] T. Wulandari, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tarif Pada Industri Penerbangan Indonesia Untuk Rute Domestik Dengan Kota Tujuan Batam Periode 2001-2005,” Institut Pertanian Bogor, 2007.
[9] P. M. Jenlink, “Systems inquiry and its application in education,” General Systems, 1968.
[10] D. a Garvin and L. C. Levesque, “Note on Scenario Planning,” Harvard Business School Cases, vol. 10, no. 1991, 2005.
[11] S. Sirait and C. Calen, “PENGARUH KUALITAS PELAYANAN
(DISTRIBUTIVE JUSTICE, PROCEDURAL JUSTICE, INTERNATIONAL JUSTICE)
TERHADAP KEPUASAN NASABAH,”
J. Ekon. dan Bisnis, vol. 4, no. 1, pp.
449–459, 2021.
[12] B. Nathania, S. Sirait, and A. T. Purba,
“Village Economic Revitalization Through Technology-Based OVOP Approach,” Econ. Dev. Anal. J., vol. 11, no. 4, pp. 405–414, 2022.