• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Sambungan Las pada Crane Mini

N/A
N/A
Bima β€œSatya” Pratama

Academic year: 2024

Membagikan "Perancangan Sambungan Las pada Crane Mini"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN SAMBUNGAN LAS PADA CRANE MINI

Dosen Pembimbing :

Dr. Ira Kusumaningrum, S.T., M.T.

Disusun oleh :

Mohammad Farriz Adi S(202321201004)

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DARUL β€˜ULUM JOMBANG

2023

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertandatangan dibawah ini, kami selaku dosen pembimbing Laporan

β€œTugas Elemen Mesin Iβ€œ menyatakan bahwa sebenarnya :

Nama : Mohammad Farriz Adi S (202321201004)

Fakultas / Jurusan : Teknik / Teknik Mesin

Universitas Darul ’Ulum Jombang

Dalam penyusunan laporan β€œTugas Elemen Mesin I” dinyatakan telah memenuhi syarat dan telah kami setujui.

Demikian surat pengesahan ini kami buat berdasarkan hasil terakhir yang telah diajukan penyusun.

Jombang, 15 Januari 2023

Menyetujui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Ir. Kadaryono, M.T. Dr. Ira Kusumaningrum, S.T, M.T.

NPP. 960 501 084 NIDN. 0721037101

(3)

ii

UNIVERSITAS DARUL β€˜ULUM JOMBANG FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN : TEKNIK MESIN

Alamat : JL. Gus Dur 29 A Jombang 61413 Telp. (0321) 877157

BERITA ACARA ASISTENSI

Nama : Mohammad Farriz Adi S (202321201002) Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Mesin

Asistensi : Tugas Elemen Mesin I

NO TANGGAL URAIAN TTD

Jombang, 15 Januari 2023 Pembimbing Laporan

Dr. Ira Kusumaningrum, S.T, M.T NIDN. 0721037101

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Tugas Elemen Mesin tentang Perencanaan Sambungan

Adapun maksud dari penyusunan hasil laporan ini untuk mempraktekkan hasil teori yang diperoleh dari bangku kuliah khususnya mata kuliah elemen mesin I, sehingga dapat mengetahui penggunaan teori yang dimaksud.

Kami menyadari didalam penyusunan khususnya pada perhitungan dan pembahasan terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga selanjutnya masih perlu pembelajaran dan mohon kritik serta masukkan yang membangun guna penyempurnaan laporan ini.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :

β€’ Bapak Ir. Ruslan Hidayat, ST, M.Si, selaku Dekan Fakultas Teknik.

β€’ Bapak Ir. Kadaryono, MT, selaku Kaprodi Teknik Mesin Fakultas Teknik

β€’ Bapak Mualifi Usman, ST. MT, selaku Sekertaris Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

β€’ Ibu Dr. Ira Kusumaningrum, S.T, M.T, selaku Pembimbing Tugas Perencanaan Elemen Mesin I

Akhir kata kami berharap semoga Tugas Besar ini tentang Tugas Elemen Mesin I ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jombang, 15 Januari 2023 Penyusun,

(5)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

BERITA ACARA ASISTENSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 2

BAB II ... 3

LANDASAN TEORI ... 3

2.1 Pengertian Sambungan Las ... 3

2.2 Jenis Sambungan Las ... 4

2.3 Kekuatan Sambungan Las Fillet Melintang ... 5

2.4 Kekuatan Sambungan Las Fillet Sejajar ... 6

2.5 Kasus Khusus Sambungan Las Fillet ... 7

2.6 Tabel Momen Inersia polar & Section Modulus dari las ... 11

2.7 Beban Eksentrik pada Sambungan Las ... 12

BAB III ... 15

PERENCANAAN SAMBUNGAN LAS ... 15

3.1 Perencanaan Lampu Jalan ... 15

3.2 Menghitung Las Penampang Persegi ... 15

BAB IV ... 18

PENUTUP ... 18

4.1 Kesimpulan ... 18

4.2 Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sambungan Las Fungsi pengelasan diantaranya adalah sebagai penyambung dua komponen yang berbahan logam. Selain itu fungsi pengelasan adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan lain dari pengelasan diantaranya biaya murah, proses relatif lebih cepat, lebih ringan, dan bentuk konstruksi lebih variatif. Aplikasi pengelasan diantaranya dalam penyambungan rangka baja, perkapalan, jembatan, kereta api, pipa saluran dan lain sebagainya. Faktor-faktor pertimbangan dalam pengelasan adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan,persiapan pengelasan;

pemilihan mesin las, penunjukan ahli las, pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh, (Wiryosumarto, 2000). Berdasarkan klasifikasi kerjanya proses pengelasannya dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian Namun proses pengelasan yang paling banyak digunakan adalah pengelasan cair dengan busur Shielding Metal Arc Welding (SMAW) dan gas. Proses ini juga tergantung dari material yang akan dilas,tidak semua logam memiliki sifat mampu las yang baik. Bahan yang mempunyai sifat mampu las yang baik diantaranya adalah baja paduan rendah.

Baja ini dapat dilas dengan las busur elektroda terbungkus, las busur rendam dan las Metal Inert Gas(MIG). Mutu pengelasan tergantung dari pengerjaan dan proses pengelasan. Secara umum pengelasan dapat diartikan sebagai suatu ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan saat logam dalam keadaan cair Pada era industrilisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak digunakan secara luas pada penyambungan logam.konstruksi bangunan baja,dan konstruksi mesin.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam analisis sambungan dalam suatu kontruksi antara lain :

1) Bagaimana cara mengetahui atau merancang berbagai macam sambungan dalam suatu kontruksi melalui data-data yang telah di ketahui?

2) Bagaimana cara menghitung kekuatan sambungan yang memenuhi persyaratan yang diizinkan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui atau merancang berbagai macam sambungan dalam suatu konstruksi melalui data-data yang telah diketahui

2) Menghitung kekuatan sambungan yang memenuhi persyaratan yang di ijinkan

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan Tugas ini adalah untuk meperdalam pengetahuan dalam melakukan analisis sambungan dalam kontruksi dengan sambungan las.

(8)

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sambungan Las

Sambungan las adalah sebuah sambungan permanen yang diperoleh dengan peleburan sisi dua bagian yang disambung bersamaan, dengan atau tanpa tekanan dan bahan pengisi. Panas yang dibutuhkan untuk peleburan bahan diperoleh dengan pembakaran gas (untuk pengelasan gas) atau bunga api listrik (untuk las listrik).

Pengelasan secara intensif digunakan dalam fabrikasi sebagai metode alternatif untuk pengecoran atau forging (tempa) dan sebagai pengganti sambungan baut dan keling. Sambungan las juga digunakan sebagai media perbaikan misalnya untuk menyatukan logam akibat crack (retak), untuk menambah luka kecil yang patah seperti gigi gear.

Cara lain yang paling utama digunakan untuk memanasi logam yang dilas adalah arus listrik. Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan dialirkan melalui kabel ke sebuah alat yang menjepit elektroda diujungnya, yaitu suatu logam batangan yang dapat menghantarkan listrik dengan baik. Ketika arus listrik dialirkan, elektroda disentuhkan ke benda kerja dan kemudian ditarik ke belakang sedikit, arus listrik tetap mengalir melalui celah sempit antara ujung elektroda dengan benda kerja. Arus yang mengalir ini dinamakan busur (arc) yang dapat mencairkan logam.

Terkadang dua logam yang disambung dapat menyatu secara langsung, namun terkadang masih diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan terbentuk dengan baik, bahan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler metal biasanya berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod (Elektroda las). Pada proses las, welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam yang tertampung dalam suatu cekungan yang disebut welding pool dan secara bersama-sama membentuk deposit logam lasan, cara seperti ini dinamakan Las Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding).

(9)

Gambar 2.1 Prinsip kerja las listrik

Sumber : Modul Teori Pengelasan Logam (2008) 2.2 Jenis Sambungan Las

Ada dua jenis sambungan las, yaitu:

1. Lap joint atau fillet joint

Sambungan ini diperoleh dengan pelapisan plat dan kemudian mengelas sisi dari plat- plat. Bagian penampang fillet (sambungan las tipis) mendekati triangular (bentuk segitiga). Sambungan fillet bentuknya seperti pada Gambar 2.2 (a), (b), dan (c).

Gambar 2.2 Sambungan las jenis lap joint.

Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

2. Butt joint.

Butt joint diperoleh dengan menempatkan sisi plat seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Dalam pengelasan butt, sisi plat tidak memerlukan kemiringan jika ketebalan plat kurang dari 5 mm. Jika tebal plat adalah 5 mm sampai 12,5 mm, maka sisi yang dimiringkan berbentuk alur V atau U pada kedua sisi.

(10)

Gambar 2.3 Sambungan las butt joint

Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

Jenis lain sambungan las dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Tipe lain sambungan las.

Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

2.3 Kekuatan Sambungan Las Fillet melintang

Lap joint (sambungan las fillet melintang) dirancang untuk kekuatan tarik, seperti pada Gambar 2.5 (a) dan (b).

Gambar 2.5: Lap joint

Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

Gambar 2.6 Skema dan dimensi bagian sambungan las Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

(11)

Untuk menentukan kekuatan sambungan las, diasumsikan bahwa bagian fillet adalah segitiga ABC dengan sisi miring AC seperti terlihat pada Gambar 2.6. Panjang setiap sisi diketahui sebagai ukuran las dan jarak tegak lurus kemiringan BD adalah tebal leher. Luas minimum las diperoleh pada leher BD, yang diberikan dengan hasil dari tebal leher dan panjang las.

Misalkan t = Tebal leher (BD) s = Ukuran las = tebal plat

l = panjang las

Dari gambar 5.5 kita temukan ketebalan leher adalah : t = s.sin45ΒΊ = 0,707.s

Luas minimum las atau luas leher adalah : A = t.l = 0,0707.s.l

Jika Οƒt adalah tegangan tarik yang diijinkan untuk las logam, kemudian kekuatan tarik sambungan untuk las fillet tunggal (single fillet weld) adalah:

P = 0,707.s.l.Οƒt

Dan kekuatan sambungan las fillet ganda adalah : P = 2.0,707.s.l.Οƒt = 1,414.s.l.Οƒt 2.4 Kekuatan Sambungan Las Fillet Sejajar

Sambungan las fillet sejajar dirancang untuk kekuatan geser seperti terlihat pada Gambar 2.7. Luas minimum las atau luas leher:

A = t . l = 0,707.s.l

Gambar 2.7 Sambungan las fillet sejajar dan kombinasi

Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

(12)

Jika Οƒt adalah tegangan geser yang diijinkan untuk logam las, kemudian kekuatan geser dari sambungan untuk single paralel fillet weld (las fillet sejajar tunggal),

P = 0,707.l. Οƒt

dan kekuatan geser sambungan untuk double paralel fillet weld, P = 2.0,707.s.l.Οƒt = 1,414.s.l.Οƒt

Catatan:

1. Jika sambungan las adalah kombinasi dari las fillet sejajar ganda dan melintang tunggal seperti Gambar 2.7 (b), kemudian kekuatan sambungan las adalah dengan menjumlahkan kedua kekuatan sambungan las, yaitu;

Οƒt . l2

t + 1,414.s.

.Οƒ .l1

P = 0,707.s

2. Untuk memperkuat las fillet, dimensi leher adalah 0,85.t.

2.5 Kasus Khusus Sambungan Las Fillet

Kasus berikut dari sambungan las fillet adalah penting untuk diperhatikan:

1. Las fillet melingkar yang dikenai torsi. Perhatikan batang silinder yang dihubungkan ke plat kaku dengan las fillet seperti pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Las Fillet Dikenai Torsi

Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

(13)

Misalkan d = Diameter batang r = Radius batang

T = Torsi yang bekerja pada batang s = ukuran las

t = tebal leher

J = Momen inersia bagian las =

πœ‹. 𝑑. 𝑑 Β³ /4

Kita mengetahui bahwa tegangan geser untuk material adalah:

𝜏 =

𝑇.π‘Ÿ

𝐽

=

𝑇.𝑑/2

𝐽

=

𝑇.𝑑/2

πœ‹.𝑑.𝑑³/4

=

2.𝑇

πœ‹.𝑑.𝑑2

Tegangan geser terjadi pada bidang horisontal sepanjang las fillet. Geser maksimum terjadi pada leher las dengan sudut 45o dari bidang horisontal.

Panjang leher, t = s.sin45ΒΊ = 0,707.s Dan tegangan geser maksimum adalah :

πœπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 2. 𝑇

πœ‹. 0,707. 𝑑. 𝑑2 = 2.83. 𝑇 πœ‹. 𝑠. 𝑑2

2. Las fillet melingkar yang dikenai momen bending. Perhatikan batang silinder yang dihubungkan ke plat kaku dengan las fillet seperti pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Las Fillet Melingkar (Momen Bending) Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

(14)

Misalkan d = Diameter batang

M = Momen bending pada batang

s = ukuran las

t = tebal leher

Z = Section modulus bagian las =

πœ‹. 𝑑. 𝑑 Β² /4

Kita mengetahui bahwa momen bending adalah:

πœŽπ‘= 𝑀

𝑍 = 𝑀

πœ‹. 𝑑. 𝑑2/4= 4. 𝑀 πœ‹. 𝑑. 𝑑2

Tegangan bending terjadi pada bidang horisontal sepanjang las fillet. Tegangan bending maksimum terjadi pada leher las dengan sudut 45o dari bidang horisontal.

Panjang leher, t = s.sin 45o = 0,707.s Dan tegangan bending maksimum adalah :

πœŽπ‘(π‘šπ‘Žπ‘₯)= 4. 𝑀

πœ‹. 0,707. 𝑠. 𝑑2 =5.66. 𝑀 πœ‹. 𝑠. 𝑑2

3. Las fillet memanjang yang dikenai beban torsi. Perhatikan plat vertikal dilas ke plat horisontal dengan dua las fillet seperti pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Las Fillet Memanjang Dikenai Beban Torsi Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

(15)

Misalkan T = Torsi yang bekerja pada plat vertikal

l = panjang las

s = ukuran las

t = tebal leher

J = Momen inersia polar dari bagian las =

2 π‘₯

𝑑 π‘₯ 𝑙³

12

=

𝑑 π‘₯ 𝑙³

6 (utk 2 sisi las)

Variasi tegangan geser adalah sama dengan variasi tegangan normal sepanjang (I) dari balok yang dikenai bending murni.

Tegangan geser menjadi:

𝜏 =𝑑 π‘₯ 𝑙/2 𝑑. 𝑙³/6 = 3𝑇

𝑑. 𝑙²

Tegangan geser maksimum terjadi pada leher, yaitu:

πœπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 3𝑇

0,707. 𝑠. 𝑙²= 4.242𝑇 𝑠. 𝑙²

(16)

2.6 Tabel Momen Inersia Polar dan Section Modulus dari Las

Tabel 2.1 Momen inersia polar dan section modulus dari las Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

(17)

Tabel 2.2 Momen inersia polar dan section modulus dari las Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

2.7 Beban Eksentrik pada Sambungan Las

Sebuah poros dengan diameter D dilas pada sebuah plat datar, dengan lebar kampuh s. Dan di beri beban P. Hitung tegangan normal dan tegangan geser maksimum.

Penyelesaian 1. Asumsi

a) Momen Puntir diabaikan

b) Massa dan tegangan bahan diabaikan

(18)

2. Buat Free Body Diagram

Gambar 2.5 Sambungan las beban eksentrik 3. Diketahui :

D = Diameter Poros (mm) s = Lebar Kampuh (mm)

P = Beban Eksentris yang di berikan (N) e = Panjang Penampang (mm)

4. Ditanya :

Οƒt(max) = Tegangan Normal Maksimum (N/mm2) Ο„max = Tegangan Geser Maksimum (N/mm2)

5. Analisa

Perhatikan sambungan tetap T pada salah satu ujungnya dikenai beban eksentris P pada jarak e seperti pada Gambar 2.9.

Sambungan mendapat dua jenis tegangan:

a. Tegangan geser langsung akibat gaya geser P pada las.

b. Tegangan bending akibat momen bending P x e.

Kita tahu bahwa luas penampang poros:

𝐴 = 𝑑. πœ‹. 𝐷 , dimana 𝑑 = 𝑠. π‘π‘œπ‘ Β° = 0,707. 𝑠 Tegangan geser pada las adalah:

𝜏 =𝑃 𝐴

(19)

Section modulus dari logam las melalui leher las adalah:

𝑍 =πœ‹. 𝑑. 𝐷2

4 =0,707. 𝑠. πœ‹. 𝐷2

4

Momen bending, 𝑀 = 𝑃. 𝑒 Tegangan bending,

πœŽπ‘ = 𝑀

𝑍 = 𝑃. 𝑒. 4 0,707. 𝑠. πœ‹. 𝐷2 Kita tahu bahwa tegangan normal maksimum;

πœŽπ‘‘(max)=1

2πœŽπ‘+1

2√(πœŽπ‘)2+ 4 𝜏2 Tegangan geser maksimum ;

πœπ‘šπ‘Žπ‘₯ = 1

2√(πœŽπ‘)2+ 4 𝜏2

(20)

15

BAB III

PERENCANAAN SAMBUNGAN LAS

3.1 Perencanaan Crane mini

Rancangan crane mini dengan tinggi 8 meter, diberi beban katrol 3000 N , panjang 60 mm dan lebar 70 mm. Sambungan penampang persegi dilas dengan sambungan fillet dengan ukuran las 15 mm.

3.2 Menghitung Las Penampang Persegi

➒ Free Body Diagram

s:15

(21)

➒ Diketahui : P = 3000 N l = 60 mm

b = 70 mm

e = 500 mm s = 15 mm

➒ Ditanya: : Ο„ = Tegangan geser utama (MPa) Ο„max = Tegangan geser maksimum (MPa)

Οƒt(max) = Tegangan normal maksimum (MPa)

➒ Penyelesaian :

β€’ Sambungan Las menerima tegangan geser utama dan tegangan bending. Luas leher untuk fillet persegi :

𝐴 = 𝑑(2𝑏 + 2𝑙) dimana 𝑑 = 0,707 𝑠

= 0,707 π‘₯ 15 (2.60 + 2.50)

= 2.333,1 π‘šπ‘š2

β€’ Tegangan Geser Utama 𝜏 =𝑃

𝐴= 3000

2.333,1= 1,28 𝑁

π‘šπ‘š2 = 1,28π‘€π‘ƒπ‘Ž

β€’ Momen Bending 𝑀 = 𝑃 Γ— 𝑒

= 3000 Γ— 500

= 1500000 𝑁. π‘šπ‘š

Dari tabel 3.1 untuk las persegi kita dapat menentukan nilai section modulus :

Tabel 3.1 Section Modulus Las Persegi

(22)

Sumber : A Textbook Of Machine Design by R.S.Khurmi & J.K.Gupta

𝑍 = 𝑑 (𝑏. 𝑙 +𝑏2 3)

= 0,707 π‘₯ 15 (70 Γ— 60 +702 3 )

= 61862 π‘šπ‘š3

β€’ Tegangan Bending πœŽπ‘ = 𝑀

𝑍 = 1500000

61862 = 24,2 𝑁/π‘šπ‘š2

β€’ Tegangan Normal Maksimum πœŽπ‘‘(max)= 1

2πœŽπ‘+1

2βˆšπœŽπ‘2+ 4𝜏2

= 1

224,2 +1

2√(24,2)2+ 4(1,28)2

= 1

224,2 +1

2√585,64 + 6,55

= 12,1 + 12,1 = 24,2 𝑁

π‘šπ‘š2 = 24,2 π‘€π‘ƒπ‘Ž

β€’ Tegangan Geser Maksimum πœπ‘šπ‘Žπ‘₯ =1

2βˆšπœŽπ‘2+ 4𝜏2

=1

2√(24,2)2+ 4(1,28)2

=1

2√585,6 + 6,55

= 18,6 𝑁

π‘šπ‘š2 = 18,6 π‘€π‘ƒπ‘Ž

(23)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sambungan Las adalah sambungan yang dihasilkan oleh proses pengelasan, yaitu proses penyambungan dua logam atau lebih dengan busur listrik atau karbit yang diarahkan ke celah diantara dua atau beberapa logam tersebut sehingga terjadi ikatan metalurgis. Sedangkan beban eksentris adalah beban eksternal yang garis kerjanya pararel tetapi tidak bertepatan dengan sumbu pusat komponen atau struktur dimana beban diterapkan.

Perhitungan yang ada pada sambungan las dengan beban penampang persegi dan poros perjal yaitu :

β€’ Tegangan normal maksimum

β€’ Tegangan geser maksimum

β€’ Tegangan geser

4.2 Saran

Elemen mesin merupakan suatu mata kuliah yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa jurusan teknik mesin. Pemahamanakan beberapa hal yang berhubungan dengan elemen mesin dapat diajukan dengan pemberian tugas perencanaan.

Dengan melaksanakan tugas atau perencanaan maka mahasiswa diharapkan :

1. Mahasiswa bisa merencanakan sesuatu yang berguna dalam permesinan didunia industri.

2. Mahasiswa mampu mengetahui mulai dari besaran momen, gaya, tegangan dari suatu bahan

3. Mahasiswa daoat menganalisa dan mengevaluasi berbagai hal yang ditemui selama perencanaan.

Akhirnya kami menyadari bahwa dengan penyusunan tugas tentunya masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami selalu mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kelancaran laporan tugas ini.

Besar harapan kami semoga laporan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Khurmi RS Gupta, JK., 2005, Text Book of Machine Design Eurasia, Publising House, ltd Ram Nagar, New Delhi

Sularso, K. Suga., 2002, β€œDasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Santoso Andri,2014,”Tugas Elemen Mesin I”,Jurusan Teknik Mesin Universitas Tadulako, Palu

Referensi

Dokumen terkait