• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS 1 HIDROLOGI LINGKUNGAN RANGKUMAN UU NO 17 TAHUN 2019 TENTANG SUMBER DAYA AIR

N/A
N/A
Annisa Putri M

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS 1 HIDROLOGI LINGKUNGAN RANGKUMAN UU NO 17 TAHUN 2019 TENTANG SUMBER DAYA AIR"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS 1

HIDROLOGI LINGKUNGAN

RANGKUMAN UU NO 17 TAHUN 2019 TENTANG SUMBER DAYA AIR

Disusun oleh :

Bagus Hariyadi (114200015) Kelas A

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA 2023

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas resume rangkuman UU No 17 tahun 2019 tentang sumber daya air dengan tepat waktu.

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hidrologi Lingkungan.

Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang UU No 17 Tahun 2019 tentang sumber daya air bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya sadar bahwa makalah yang telah saya buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Berau, 26 Agustus 2023

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Gambaran Umum ... 1

BAB II ... 3

PEMBAHASAN ... 3

2.1 Rangkuman BAB I : KETENTUAN UMUM ... 3

2.2 Rangkuman BAB II : RUANG LINGKUP PENGATURAN ... 3

2.3 Rangkuman BAB III : PENGUASAAN NEGARA DAN HAK RAKYAT ATAS AIR ……….3

2.4 Rangkuman BAB IV : TUGAS DAN WEWENANG ... 3

2.5 Rangkuman BAB V : PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR ... 3

2.6 Rangkuman BAB VI : PERIZINAN ... 3

2.7 Rangkuman BAB VII : SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR ... 3

2.8 Rangkuman BAB VIII : PEMBERDAYAAN DAN PENGAWASAN ... 3

2.9 Rangkuman BAB IX : PENDANAAN ... 4

2.10 Rangkuman BAB X : HAK DAN KEWAJIBAN ... 4

2.11 Rangkuman BAB XI : PARTISIPASI MASYARAKAT ... 4

2.12 Rangkuman BAB XII : KOORDINASI ... 4

2.13 Rangkuman BAB XIII : PENYIDIKAN ... 4

2.14 Rangkuman BAB XIV : KETENTUAN PIDANA ... 4

2.15 Rangkuman BAB XV : KETENTUAN PERALIHAN... 4

2.16 Rangkuman BAB XVI : KETENTUAN PENUTUP ... 4

BAB III ... 6

PENUTUP... 6

3.1 Kesimpulan... 6

DAFTAR PUSTAKA ... 7

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum

Sumberdaya air merupakan salah satu unsur penting untuk keberlanjutan kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Keberadaan air dapat berperan multiguna, dapat digunakan sebagai air minum, mandi, mencuci, mengairi lahan pertanian, pendukung pelaksanaan ibadah, dan perekonomian.

Pengelolaan airbersihjuga merupakan upaya pendayagunaan sumberdayaair dengan upaya mendistribusikanya kepada masyarakat.

Pengelolaan Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggara Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan pengendalian Daya Rusak Air. Dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air mencabut dan tidak memberlakukan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 Nomor 65. Meskipun Undang- undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang pengairan pernah diberlakukan kembali setelah Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air di batalkan oleh Mahkamah Konstitusi, namun masih terdapat banyak kekurangan dan belum dapat mengatur secara menyeluruh mengenai pengelolaan sumber daya air sesuai perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat.

Salah satu pertimbangan dalam UU 17 tahun 2019 tentang Sumber Daya Air di katakan bahwa dalam mengahadapi ketidakseimbangan antara ketersedian air yang semakin meningkat, sumber daya air perlu dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan kebutuhan air perlu di kelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan antar wilayah, anatarsekstor, dan antar generasi guna memenuhi kebutuhan rakyat atas air. Sebab air sebagian dari sumber daya air merupakan cabang produksi penting dan menguasai hajat hidup orang banyak yang dikuasai oleh negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

(5)

3 BAB II

PEMBAHASAN 2.1 Rangkuman BAB I : KETENTUAN UMUM

Berisi tentang pengertian secara umum tentang Sumber Daya Air dan sejenisnya 2.2 Rangkuman BAB II : RUANG LINGKUP PENGATURAN

Berisi tentang penjelasan Ruang lingkup pengaturan Sumber Daya Air

2.3 Rangkuman BAB III : PENGUASAAN NEGARA DAN HAK RAKYAT ATAS AIR

Terdapat 4 pasal yaitu pasal 5-7 yang termasuk bagian Penguasaan Negara, sedangan pasal 8 termasuk bagian Hak Rakyat Atas Air.

2.4 Rangkuman BAB IV : TUGAS DAN WEWENANG

Berisi tentang Tugas dan Wewenang Pemerintah Pusat, Daerah, Daerah Provinsi, dan Daerah kabupaten/kota Dalam mengatur.dan mengelola Sumber Daya Air

2.5 Rangkuman BAB V : PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Berisi tentang penjelasan Pengelolaan Sumber Daya Air yang dimana pada bab ini terbagi dalam 5 bagian sub bab, pada bagian kesatu berisi secara umum, Bagian Kedua tentang Konservasi Sumber Daya Air, Bagian Ketiga tentang Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Bagian Keempat tentang Pengendalian Daya Rusak Air, Bagian Kelima tentang Tahapan Pengelolaan Sumber Daya Air yang terdiri dari penjelasan paragraf 1 hingga 5

2.6 Rangkuman BAB VI : PERIZINAN

Berisi tentang penjelasan Perizinan yang dimana pada bab ini terdiri dari bagian kesatu yaitu umum, bagian kedua tentang izin penggunaan Sumber Daya Air Untuk Kebutuhan Bukan usaha, dan Bagian Ketiga tentang Izin Penggunaan Sumber Daya Air untuk Kebutuhan Usaha

2.7 Rangkuman BAB VII : SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR

Berisi tentang Sistem Informasi Sumber Daya Air yang hanya berisi satu pasal yaitu pasal 54

2.8 Rangkuman BAB VIII : PEMBERDAYAAN DAN PENGAWASAN

Berisi tentang penjelasan Pemberdayaan dan Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Air yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah

(6)

4 2.9 Rangkuman BAB IX : PENDANAAN

Berisi tentang penjelasan Pendanaan Pengelolaan Sumber Daya Air 2.10 Rangkuman BAB X : HAK DAN KEWAJIBAN

Berisi tentang penjelasan hak dan kewajiban masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air pada Pasal 61 dan Pasal 62.

2.11 Rangkuman BAB XI : PARTISIPASI MASYARAKAT

Berisi tentang partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air pada Pasal 63.

2.12 Rangkuman BAB XII : KOORDINASI

Berisi tentang Pengelolaan Sumber Daya Air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah, Koordinasi pada tingkat nasional pada Pasal 65.

2.13 Rangkuman BAB XIII : PENYIDIKAN

Berisi tentang penyidik pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Sumber Daya Air untuk melakukan penyidikan tindak pidana Sumber Daya Air.

2.14 Rangkuman BAB XIV : KETENTUAN PIDANA

Berisi tentang sanksi dan/atau denda bagi setiap orang yang dengan sengaja atau dengan kelalainnya yang menyebabkan terganggunanya kegiatan pengawetan air, mengakibatkan daya rusak air, dan pencemaran terhadap air.

2.15 Rangkuman BAB XV : KETENTUAN PERALIHAN Berisi tentang permohonan izin Penggunaan Sumber Daya Air 2.16 Rangkuman BAB XVI : KETENTUAN PENUTUP

Berisi tentang penetapan dan pengesahan Undang-undang ini yang disahkan pada tanggal 15 Oktober 2019 oleh Presiden Republik Indonesia

Pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 berisi tentang sumber daya air. Dalam undang-undang ini setiap warga negara dijamin untuk mendapatkan air guna memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Peraturan ini juga mengacu pada Pembukaan UUD 1945 yang antara lain menyatakan bahwa negara berkewajiban melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, maka menjadi sangat relevan jika Negara berkewajiban melakukan tindakan campur tangan untuk memenuhi

(7)

5 kebutuhan air bagi masyarakatnya. Kekuasaan atas air oleh negara ini kemudian diamanatkan penyelenggaraannya kepada pemerintah melalui UU No. 11/1974 tentang Pengairan.

Dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 inilah kemudian diturunkan kembali pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 6 Tahun 2021 tentang Standar keguatan usaha dan produk pada penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis resiko sektor pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Dimana tujuan dari Peraturan Menteri ini adalah sebagai acuan bagi pemohon dalam proses perizinan berusaha untuk menggunakan sumber daya air yang meliputi, pemanfaatan air sebagai bahan baku utama, pemanfaatan air sebagai bahan baku pendukung, pemanfaatan air sebagai pendukung proses produksi, pemanfaatan ruang pada sumber air, pemanfaatan daya air, dan/atau kombinasi pemanfaatan sumber daya air tersebut. Serta untuk mewujudkan tertib.

(8)

6 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan merencankanan, melaksanakan, memantau, dan juga mengevaluasi penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air. Dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2019, konversi Sumber Daya Air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi Sumber Daya Air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. Pengelolaan daya air ini dilakukan sebagai bentuk upaya dalam pengendalian daya air rusak yang dapat menimbulkan kerugian bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

(9)

7 DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Indonesia. 2019. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air. Lembaran Negara RI Tahun 2019 Nomor 190. Sekretarian Negara.

Jakarta.

(10)

MAKALAH

HIDROLOGI LINGKUNGAN

PERMASALAHAN PEMANFAATAN AIR TANAH

Disusun oleh :

Bagus Hariyadi (114200015) Kelas A

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA 2023

(11)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang permasalahan pemanfaatan air tanah dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hidrologi Lingkungan.

Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang permasalahan pemanfaatan air tanah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya sadar bahwa makalah yang telah saya buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Berau, 26 Agustus 2023

Penulis

(12)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan... 2

1.4 Manfaat... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

2.1 Pengertian Air Tanah ... 3

2.2 Penurunan Muka Air Tanah ... 4

2.3 Penurunan Kualitas Air Tanah ... 4

2.4 Rob (Air Pasang) ... 5

2.5 Amblesan ... 5

2.6 Intrusi Air Laut ... 6

2.7 Mitigasi Untuk Meminimalkan Dampak Akibat Pengambilan Airtanah Yang Berlebih ... 6

BAB III PENUTUP ... 8

3.1 Kesimpulan... 8

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang terbatas menurut waktu dan tempat.

Pengolahan dan pelestariannya merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan. Airtanah adalah salah satu sumber air yang karena kualitas dan kuantitasnya cukup potensial untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan dasar mahluk hidup. Pendayagunaan air tanah harus berwawasan lingkungan karena ketersediaan dan potensi air tanah suatu daerah ditentukan oleh faktor alami. Langkah awal dari inventarisasi potensi air tanah adalah inventarisasi seluruh aspek air tanah yang ada untuk mengetahui potensinya, melalui kegiatan pemetaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi, evaluasi, pengumpulan dan pengelolaan data air tanah.

Airtanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran air di bumi yang dikenal sebagai siklus hidrologi. Dengan demikian airtanah adalah salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini tidak berarti sumberdaya ini dapat dieksploitasi tanpa batas. Eksploitasi airtanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap keseimbangan alam itu sendiri.

Pengembangan sumber airtanah harus berdasar pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan airtanah secara optimal, mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan menjaga kelestarian alam. Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi. Sirkulasi suplai air di bumi juga disebut siklus hidrologi. Siklus ini berawal dari sistem energi matahari yang merupakan energi yang berperan cukup penting bagi siklus hidrologi memancarkan energinya sehingga air yang berasal dari danau, rawa, sungai maupun dari laut secara tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang naik ke atmosfer. Angin akan mengangkut uap air pada jarak yang sangat jauh dan akan berkumpul membentuk awan, setelah mengalami jenuh akan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran air yang jatuh ke permukaan bumi juga disebut dengan hujan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja potensi permasalahan pemanfaatan air tanah?

2. Bagaimana mitigasi untuk meminimalkan dampak akibat pengambilan airtanah yang berlebih?

(14)

2 1.3 Tujuan

1. Mengetahui potensi permasalahan pemanfaatan air tanah.

2. Mengetahui pengelolaan pemanfaatan air tanah.

3. Mengetahui mitigasi untuk meminimalkan dampak akibat pengambilan airtanah yang berlebih.

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan mengenai potensi pemanfaatan air tanah.

2. Mencegah terjadinya masalah hidrologi yang timbul terutama ketersediaan air tanah.

3. Meminimalkan dampak akibat pengambilan air tanah yang berlebih.

(15)

3 BAB II

PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Air Tanah

Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akifer) di bawah permukaan tanah, mengisi ruang pori batuan dan berada di bawah muka air tanah. Akifer merupakan suatu formasi geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk dan kedalamannya terbentuk ketika terbentuknya cekungan air tanah.

Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses penambahan (recharge), pengaliran, dan pelepasan (discharge) air tanah berlangsung. Potensi air tanah di suatu cekungan sangat tergantung pada porositas dan kemampuan batuan untuk melalukan dan meneruskan air. Air tanah mengalir dengan kecepatan yang berbeda pada jenis tanah yang berbeda.

Pada tanah berpasir air tanah bergerak lebih cepat dibandingkan pada tanah liat.

Air tanah dapat dibedakan atas air tanah yang tertekan dan yang tidak tertekan.

Air tanah tertekan atau lebih populer sebagai air tanah dalam (groundwater) disebut juga air artesis, yakni air pada lapisan pembawa yang terapit oleh dua lapisan kedap.

Jika dilakukan pengeboran tanah dan menjumpai air tertekan, permukaan air itu dapat menyembur keluar. Yang dimaksud dengan air tanah yang tak tertekan atau air tanah bebas atau lebih populer di masyarakat sebagai air tanah dangkal (soil water), ialah air tanah yang tidak terapit oleh lapisan penyekap. Ini merupakan air tanah yang biasanya kita jumpai jika kita membuat sumur gali. Batas atas air tanah bebas disebut muka air tanah, yang sekaligus juga merupakan batas lajur jenuh. Air tanah (groundwater) bergerak ke bawah tanah melalui proses perkolasi dan kemudian mengalir ke dalam saluran atau alur air sebagai seepage.

Air tanah dangkal umumnya berada pada kedalaman kurang dari 40 m dari permukaan tanah. Akifer air tanah ini bersifat tidak tertekan, sangat mudah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat. Hal ini disebabkan karena antara air tanah pada akifer dan air yang ada di permukaan tanah tidak dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Jika terjadi hujan, air yang meresap ke dalam tanah akan langsung menambah air tanah ini. Air tanah dalam, keberadaannya cukup dalam sehingga untuk mendapatkannya harus menggunakan alat bor besar. Air tanah ini berada pada akifer kedalaman antara 40-150 m dan di bawah 150 m. Akifer ini bersifat tertekan dan tidak

(16)

4 dipengaruhi oleh kondisi air permukaan setempat karena antara air tanah pada akifer dan air yang ada di permukaan tanah dipisahkan oleh lapisan batuan yang kedap. Air tanah ini mengalir dari daerah resapannya di daerah yang bertopografi tinggi (Rejekiningrum, 2009).

2.2 Penurunan Muka Air Tanah

Kemerosotan kuantitas air tanah ditunjukkan oleh penurunan kedudukan muka air tanah. Perubahan jumlah air tanah yang terdapat dalam cekungan akan diikuti oleh perubahan kedudukan muka air tanah, oleh karena itu untuk mengetahui perubahan kuantitas dapat dilakukan melalui observasi penurunan muka air tanah. Kedudukan muka air tanah dapat diperoleh dari pengukuran muka air tanah pada sumur gali dan sumur bor terpilih. Sedangkan untuk mengetahui perubahan kedudukan muka air tanah, dilakukan melalui analisis data rekaman muka air tanah otomatis (automatic water level recorder-AWLR) pada sumur pantau. Dalam suatu cekungan air tanah, muka air tanah selalu dalam keadaan dinamis. Apabila penambahan air tanah sama dengan jumlah yang keluar, atau jumlah pengambilan air tanah, maka terjadi suatu keseimbangan.

Dalam kondisi ini muka air tanah relatif tetap atau tidak berubah oleh waktu, dengan fluktuasi musiman pada kedudukan sekitar rata-ratanya. Kemudian akibat dari jumlah pengambilan air tanah yang melampaui kemampuan penambahannya, maka akan terjadi penurunan muka air tanah yang dapat membentuk kerucut muka air tanah terdepressi (cone of depression) pada daerah dimana pengambilan air tanah intensif (Rejekiningrum, 2009).

Perubahan kedudukan muka air tanah tak tertekan/dangkal sangat dipengaruhi oleh musim dan besarnya curah hujan. Hal ini ditunjukkan oleh naiknya muka air tanah dangkal sebagai akibat proses pengisian kembali pada musim hujan dan penurunan muka air tanah secara berangsur berlangsung pada musim kemarau. Sehingga indikasi adanya perubahan pola muka air tanah dangkal sebagai akibat pengambilan tidak dapat terlihat jelas. Sedangkan perubahan pola muka air tanah tertekan umumnya disebabkan oleh adanya pengambilan air tanah yang terus meningkat, terutama di daerah padat industri (BAPPENAS, 2006).

2.3 Penurunan Kualitas Air Tanah

Kualitas air tanah dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu: material (tanah dan batuan) yang mengandung atau yang dilewati air tanah, macam aliran dan proses perubahan akibat dari pencemaran yang sesuai dengan hukum fisika, kimia dan biologi.

(17)

5 Oleh karena itu kualitas air tanah dapat berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain.

Kekeruhan dan warna dapat terjadi karena adanya zat-zat koloid berupa zat-zat yang terapung serta terurai secara halus sekali, kehadiran zat organik, lumpur atau karena tingginya kandungan logam besi dan mangan. Kehadiran amoniak dalam air bisa berasal karena adanya rembesan dari lingkungan yang kotor, dari saluran air pembuangan domestik. Amoniak terbentuk karena adanya pembusukan zat organik secara bakterial atau karena adanya pencemaran pertanian. Kandungan besi dan mangannya tinggi (> 0,3 mg/l untuk besi dan > 0,1mg/l untuk mangan) disebabkan batuan akifer yang banyak mengandung logam besi dan mangan. Pada umumnya senyawa besi dan mangan sangat umum terdapat dalam tanah dan mudah larut dalam air terutama bila air bersifat asam (Rejekiningrum, 2009).

2.4 Rob (Air Pasang)

Naiknya permukaan air laut di dunia, dapat diindikasikan sebagai bertambahnya volume air laut akibat pencairan es di kutub yang mengakibatkan peningkatan volume air di dunia. Fenomena ini dapat diamati dengan penambahan tinggi muka air laut di kawasan pantai. Namun demikian, naiknya air laut di kawasan pantai dapat pula diakibatkan oleh adanya penurunan tanah pada satu bagian kawasan dan mengakibatkan pengaliran air ke bagian yang letaknya lebih rendah. Penurunan atau (Land Subsidence) ini terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengambilan airtanah pada daerah sekitar kawasan pantai yang berlebihan tanpa melihat aspek lingkungan yang lain.

Pengambilan airtanah ini menyebabkan turunnya muka tanah dan saat air pasang, air akan masuk ke daerah yang mengalami penurunan tersebut. Peristiwa air pasang ini juga terjadi di daerah Semarang, Stasiun Kereta Api Tawang yang dibangun 1864 tertera elevasi muka tanah 2 meter di atas muka air laut, gambar berikut merupakan dampak pengambilan airtanah secara berlebihan berupa banjir rob (Suripin, 2004).

2.5 Amblesan

Salah satu akibat dari eksploitasi airtanah secara besar-besaran adalah penurunan muka airtanah. Amblesan tanah (Land Subsidence) tersebut merupakan fenomena alami karena adanya konsolidasi tanah atau penurunan permukaan tanah akibat pematangan lapisan tanah yang umurnya masih muda. Namun, amblesan itu dipercepat oleh adanya pengambilan air bawah tanah (ABT) yang juga menyebabkan

(18)

6 intrusi air laut, pengerukan pelabuhan dan reklamasi pantai, serta akibat pembebanan tanah oleh bangunan-bangunan yang ada di atasnya (Putranto dan Kusuma, 2009).

2.6 Intrusi Air Laut

Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan mencemari airta nah yang terkandung didalamnya. Intrusi ini dapat disebabkan oleh pengambilan airtanah yang berlebihan sehingga pori batuan yang semula diisi oleh air tawar dapat terganti oleh masuknya air laut yang menyebabkan airtanah berubah menjadi air payau atau bahkan air asin. Daerah kritis pengambilan airtanah penyebarannya menempati daerah sekitar pantai yang sebagian besar merupakan kawasan industri dan membutuhkan suplai airtanah yang cukup besar kawasan tersebut meliputi daerah kawasan industri atau kawasan pesisir yang padat penduduk. Pengambilan ABT yang melebihi kapasitas menyebabkan hilangnya air di pori-pori tanah dan berkurangnya tekanan hidraulik. Akibatnya terjadi kerusakan tata airtanah. Hal tersebut ditunjukkan adanya penurunan muka airtanah dan semakin meluasnya sebaran zona airtanah payau/asin (intrusi air laut), dan amblesan tanah disekitar kawasan pesisir pantai yang merupakan kawasan padat industri atau padat pemukiman yang menggunakan airtanah dengan frekuensi yang cukup besar.

Pengambilan air bawah tanah yang dilakukan dengan cara membuat sumur bor yang melebihi kapasitas menyebabkan hilangnya air di pori-pori tanah dan berkurangnya tekanan hidraulik. Akibatnya terjadi kerusakan tata airtanah, kerusakan yang terjadi meliputi kwalitas airtanah itu sendiri. Airtanah bisa terasa payau bahkan asin. Hal ini dikarenakan air laut masuk melalui pori pori batuan yang airtanahnya dieksploitasi secara besar-besaran (Kurdi, S. Z., dkk., 2000).

2.7 Mitigasi Untuk Meminimalkan Dampak Akibat Pengambilan Airtanah Yang Berlebih

a. Penghijauan

Kawasan recharge yang merupakan daerah tangkapan air yang berada pada kawasan yang memiliki topografi yang lebih tinggi juga terkena imbas pembangunan, sehingga daerah recharge mengalami perubahan fungsi. Perubahan ini terlihat dari pembangunan pada kawasan ini. Semula daerah ini banyak ditumbuhi pepohonan dan merupakan daerah perkebunan atau hutan yang berperan cukup besar untuk proses penangkapan air berubah searah dengan laju pekembangan penduduk. Untuk itu perlu diadakannya penghijauan pada daerah recharge yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air berfungsi kembali.

(19)

7 Penghijauan ini tidak hanya dilakukan pada daerah recharge tetapi juga dilakukan pada sepanjang daerah pantai. Penghijauan di daerah recharge bertujuan untuk menangkap air. Daerah ini dapat berfungsi menjadi kawasan terbuka hijau jika letaknya pada bagian atas suatu daerah padat penduduk daerah ini akan menyimpan air hujan pada rongga-rongga tanah yang terbentuk dan mencegah run- off secara tiba-tiba. Sebagian air ini berperanan mengairi dan sebagian lagi akan terserap dan masuk ke dalam tanah menjadi bagian dari cadangan airtanah.

b. Konservasi Airtanah

Menurut (Kodoatie. J. R., dkk, 2002) air merupakan sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup, sedangkan komposisi air di bumi menunjukkan bahwa airtanah hanyalah sebagian kecil di bumi dari total volume air yang ada. Oleh sebab itu setiap kegiatan manusia yang mungkin dapat memberikan pengaruh negatif pada airtanah perlu dievaluasi secara mendalam. Pada umumnya konservasi air bertujuan untuk meningkatkan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan membuat pemanfaatan air secara lebih efisien. Dengan demikian konservasi air sering dilakukan adalah dengan melalui cara-cara yang dapat mengendalikan besarnya evaporasi, transpirasi, dan aliran permukaan, bahkan beberapa penelitian menyatakan bahwa cara terbaik yang mungkin dilakukan untuk mengkonservasi airtanah adalah dengan cara mengendalikan aliran permukaan.

c. Pengisian Airtanah

Pengisisan airtanah (ground water recharge) berguna untuk menanggulangi defisit airtanah, telah bayak pemikir yang mengajukan konsep pengisian buatan (artificial recharge), misalnya dengan membuat genangan-genangan buatan yang bersumber dari air sungai (Todd, 1980 dalam Lubis, R.F., 2006), membuat kolam- kolam disekitar rumah, pemanfaatan pipa-pipa jaringan drainase yang porous guna meresapkan air hujan disekitar rumah, dan menyebarka air pada lahan yang luas yang sekaligus untuk mengairi daerah pertanian (Mac Donald, 1969 dalam Lubis, R.F., 2006).

(20)

8 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Airtanah adalah salah satu sumber air yang karena kualitas dan kuantitasnya cukup potensial untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan dasar mahluk hidup.

Airtanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran air di bumi yang dikenal sebagai siklus hidrologi. Dengan demikian airtanah adalah salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini tidak berarti sumberdaya ini dapat dieksploitasi tanpa batas. Eksploitasi airtanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap keseimbangan alam itu sendiri. Mitigasi yang dilakukan untuk meminimalkan dampak akibat eksploitasi airtanah yang berlebih dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan cara teknis. Metode ini dapat dilakukan secara alami dan buatan. Cara alami dilakukan dengan melakukan penghijauan pada daerah resapan air (recharge area) agar dapat meresapkan air lebih banyak dan penghijauan pada daerah sekitar pantai untuk mengurangi atau menahan intrusi oleh air laut.

Konservasi airtanah dilakukan untuk meningkatkan jumlah air yang meresap ke dalam tanah, pengisian airtanah terlebih pada daerah pengisian (recharge area), pembuatan daerah resapan airtanah, dan pembuatan sumur resapan untuk cara yang paling sederhana.

(21)

9 DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2006. Identifikasi Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air di Pulau Jawa.

Prakarsa Strategis Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan di Pulau Jawa. Laporan Akhir Direktorat Pengairan dan Irigasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Kodoatie, J. R., dkk., 2002, Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Otonomi Daerah, Andi, Yogyakarta.

Kurdi. S. Z., dkk., 2000, Tipologi Bangunan Dan Kawasan Akibat Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut Di Kota Pantai Semarang.

Lubis, R.F.2006 . Bagaimana Menentukan Daerah Resapan Air Tanah.

Putranto, T.T., dan Kusuma, K. I. 2009. Permasalahan Airtanah Pada Daerah Urban.

Jurnal TEKNIK Vol. 30 No. 1 : 48-56.

Putranto. T. T., 2000, Zona Proteksi Airtanah, Referat, Universitas Gajahmada, tidak dipublikasikan.

Rejekiningrum, Popi. 2009. Peluang Pemanfaatan Air Tanah Untuk Keberlanjutan Sumber Daya Air. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 3 No. 2 : 85-96.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Analysis and Solution of Exploiting Vulnerabilities of Smart Contracts in Decentralized Financial Applications Wan-Shiuan Hsu1, Iuon-Chang Lin2 Department of Management Information

Kegiatan dan tugas Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Provinsi Sumatera Utara merupakan bagian dari pelaksanaan APBD, sehingga dalam pelaksanaannya Komisi E diberikan sarana