• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Lumajang Dalam Penanganan Pelanggaran Alat Peraga Kampanye Pada Pilkada Tahun 2018 Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 7 Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Lumajang Dalam Penanganan Pelanggaran Alat Peraga Kampanye Pada Pilkada Tahun 2018 Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 7 Tahun 2018"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN BADAN PENGAWAS PEMILU

KABUPATEN LUMAJANG DALAM PENANGANAN PELANGGARAN ALAT PERAGA KAMPANYE PADA PILKADA TAHUN 2018 BERDASARKAN PERATURAN

BADAN PENGAWAS PEMILU NOMOR 7 TAHUN 2018 SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achamad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

Fakultas Syariah Jurusan Hukum Islam Prodi Hukum Tata Negara

Oleh : Nidaul Sholecha NIM : S20183062

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

DESEMBER 2022

(2)

ii

PERAN BADAN PENGAWAS PEMILU

KABUPATEN LUMAJANG DALAM PENANGANAN PELANGGARAN ALAT PERAGA KAMPANYE PADA PILKADA TAHUN 2018 BERDASARKAN PERATURAN

BADAN PENGAWAS PEMILU NOMOR 7 TAHUN 2018

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achamad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Fakultas Syariah

Jurusan Hukum Islam Prodi Hukum Tata Negara

Oleh : Nidaul Sholecha NIM : S20183062

Dosen pembimbing :

Basuki Kurniawan, M.H.

NIP. 198902062019031006

(3)

iii

PERAN BADAN PENGAWAS PEMILU

KABUPATEN LUMAJANG DALAM PENANGANAN PELANGGARAN ALAT PERAGA KAMPANYE PADA PILKADA TAHUN 2018 BERDASARKAN PERATURAN

BADAN PENGAWAS PEMILU NOMOR 7 TAHUN 2018

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu Persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H)

Fakultas Syariah Jurusan Hukum Islam Prodi Hukum Tata Negara

Hari : Rabu

Tanggal : 28 Desember 2022 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Busriyanti, M.Ag. H. Rohmad Agus Solihin., S.H.I, M.H NIP. 19710610 199803 2 002 NIP. 19820822 200910 1 002 Anggota :

1. Dr.H. Abdul Kholiq Syafa’at, M.A ( )

2. Basuki Kurniawan, M.H ( )

Menyetujui Dekan fakultas Syariah

Prof. Dr. Muhammad Noor Harisudin, M.Fil.I NIP. 19780925 200501 1 002

(4)

iv MOTTO



























“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak (pula) akan menunjukkan kepada mereka

(jalan lurus.” (QS An-Nisa: 168)1

1 Quran Kemenag, “QS An-Nisa Surah 4 Ayat: 168,” quran.kemenag.go.id.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat serta karunia yang melimpah, berserta shalawat serta salam yang senantiasa dilimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan karya ini dengan sebaik-baiknya, dan kemudian penulis persembahkan karya ini Kepada keluarga saya yakni Mama (Siti Khustianah), Bapak (Satuki), dan Kakak kandung saya (Nur Sekawanti) yang selalu memberi dukungan dan panjatan doa hingga selesai studi akhir S1 saya.

(6)

vi

KATA PENGANTAR









Puji Syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan baik dan lancar guna menjadi persyaratan menyelesaikan Program Sarjana Strata 1 (S1). Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa memberikan syafaatnya hingga kelak.

Penulis menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki, bahwa dalam proses penyusunan skripsi hingga selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor UIN K.H. Achmad Siddiq Jember yang telah memimpin kampus ini dengan sebaik mungkin, hingga mampu mengembangkan lembaga ini.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Noor Harisudin, M.Fil.I selaku Dekan Fakultas Syariah UIN K.H Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik.

3. Ibu Dr. Busriyanti, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Hukum Islam yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswanya.

4. Bapak Sholikul Hadi M.H. selaku Koordinator program studi Hukum Tata Negara yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan dan motivasi kepada seluruh mahasiswanya.

5. Bapak Basuki Kurniawan, M.H. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi hingga rampung.

(7)

vii

6. Kepada Segenap Dosen pengajar dan Civitas Akademika di Fakultas Syariáh yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman serta bantuan selama proses perkuliahan.

7. Kepada Perangkat dan Staf Badan Pengawas Pemilu kabupaten Lumajang, Bapak Amin Shobari, S.H selaku Ketua Pimpinan Bawaslu Kabupaten Lumajang, Ibu Mila Riskiawati, S.H, M.H selaku Staf Hukum dan Datin, Bapak Zakariya selaku Koordinator penanganan pelanggaran Bawaslu Kabupaten Lumajang yang telah membantu serta menyematkan waktu untuk mempermudah proses penelitian lapang.

8. Sahabat saya Lailatul fitria, Cahyo Hesti, Sasi Kristi yani, Siti Qoyimah, Futilatul Wahidiyah, Widya Rohmah, Mufidatun Nasiroh, Eka Rahma Kusuma Dewi, Amrina Tisatul yang telah membantu dan mendukung saya dalam penyusunan skripsi ini.

9. Komunitas Remaja Wahidiyah Kampus Jember yang sama-sama berjuang dalam proses belajar.

10. Teman-teman saya HTN 2 2018 yang telah menemani proses belajar saya selama kuliah.

Penulis tidak bisa menyebutkan satu persatu orang yang berperan penting dalam penyusunan skripsi ini, mohon maaf jika tidak bisa membalas sebagaimana yang beliau dan teman-teman berikan. Namun penulis selalu berharap semoga Allah memberikan kemudahan dalam setiap langkah yang menuju kebaikan. Semoga ilmu yang saya dapatkan selama berada di perkuliahan dapat bermanfaat bagi saya dan menjadikan keberkahan bagi semuanya.

(8)

viii ABSTRAK

Nidaul Sholecha, 2022: Peran Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Lumajang Dalam Penanganan Pelanggaran Alat Peraga Kampanye Pada Pilkada Tahun 2018 Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 7 Tahun 2018 Kata Kunci: Bawaslu, penanganan pelanggaran, Alat Peraga Kampanye

Pemilihan kepala daerah dan wakilnya yang kemudian selanjutnya disebut dengan pilkada merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah lokal.

Dalam proses pelaksanaannya juga tidak lepas dari pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, terutama pada masa kampanye khususnya pelanggaran Alat peraga Kampanye (APK). Banyaknya pelanggaran APK yang terjadi dilatarbelakangi beberapa faktor salah satunya adalah kurangnya pemahaman hukum terkait peraturan pemasangan APK. Menangani banyaknya pelanggaran APK juga harus sesuai dengan kentuan yang berlaku, sesuai dengan Peraturan Bawaslu Nomor 7 tahun 2018 tentang penanganan temuan dan laporan pelanggaran pemilu. Masih banyak masyarakat atau tim kampanye dari calon kandidat yang tidak memahami bagaimana adanya peraturan tersebut, sehingga banyak terjadinya pelanggaran APK.

Fokus penelitian ini adalah: a. Apa saja faktor yang mempengaruhi banyaknya pelanggaran yang terjadi pada pilkada 2018 di kabupaten Lumajang?, b. bagaimana peran badan pengawas pemilu kabupaten Lumajang dalam penanganan pelanggaran APK pada pilkada tahun 2018 berdasarkan Perbawaslu Nomor 7 tahun 2018?, c. Bagaimana upaya badan pengawas pemilu kabupaten Lumajang dalam meminimalisir terjadinya pelanggaran APK pada pilkada?.

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: a. memahami serta merelevansikan peran badan pengawas pemilu kabupaten Lumajang dalam menangani pelanggaran APK sesuai dengan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018, b. memahami serta menggali terkait bawaslu dalam proses penanganan pelanggaran APK pada pilkada, c.

memahami upaya yang dilakukan oleh bawaslu kabupaten Lumajang dalam meminimalisir terjadinya pelanggaran APK pada pelaksanakan.

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian Yuridis Empiris dengan pendekatan kualitatif, yakni peneliti menggambarkan proses penanganan pelanggran APK dengan menggali informasi melalui observasi ke lokasi bawaslu lumajang, dan mewawancarai staf bawaslu untuk mendapatkan data penelitian.

Penelitian ini dapat memperoleh kesimpulan : 1.)faktor terjadinya pelanggaran APK diantaranya kurangnya pemahaman hukum terkait peraturan yang berlaku.. 2.) peran badan pengawas pemilu kabupaten Lumajang dalam penanganan pelanggaran APK pada Pilkada tahun 2018 mengawasi dan mengontrol jalannya pelaksanaan Pilkada. 3.) Upaya Badan pengawas pemilu kabupaten Lumajang adalah mengadakan sosialisasi kepada masyarakat dan membangun banyak komunikasi.

(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pengesahan Tim Penguji ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Abstrak ... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Istilah ... 12

F. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Penelitian Terdahulu ... 16

B. Kajian Teori ... 27

1. Teori demokrasi ... 27

2. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) ... 29

3. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ... 35

4. Pilkada Kabupaten Lumajang Tahun 2018 ... 38

(10)

x

5. Makna Alat Peraga Kampanye ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Pendekatan Penelitian ... 47

C. Sumber Bahan Hukum ... 47

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 48

E. Analisis Bahan Hukum ... 50

F. Keabsahan Bahan Hukum ... 51

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 51

BAB IV PEMBAHASAN ... 54

A. Gambaran Objek Penelitian ... 54

1. Sejarah Berdirinya Bawaslu ... 54

2. Profil Bawaslu Kabupaten Lumajang ... 56

3. Tugas dan Wewenang Bawaslu Kabupaten Lumajang ... 58

4. Profil Komisioner dan Struktur Bawaslu Kabupaten Lumajang ... 62

5. Data Pemilih dan Pelanggaran APK pada Pilkada 2018 Kabupaten Lumajang ... 64

B. Penyajian Data dan Analisis ... 67

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya pelanggran yang terjadi pada pilkada 2018 di kabupaten Lumajang ... 67

(11)

xi

2. Peran Badan pengawas Pemilu dalam Penanganan pelanggaran APK pada Pilkada 2018 di Kabupaten

Lumajang ... 70

3. Upaya Bawaslu Kabupaten Lumajang dalam meminimalisir terjadinya Pelanggaran APK pada Pilkada ... 75

4. Bentuk Pelanggaran APK dan Proses Penindakan Pelanggaran APK pada Pilkada ... 78

C. Pembahasan temuan ... 86

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya pelanggaran APK yang terjadi pada pilkada tahun 2018 di kabupaten Lumajang ... 87

2. Peran Badan pengawas Pemilu Kabupaten Lumajang dalam penanganan Pelanggaran Alat Peraga Kampanye pada Pilkada 2018 ... 92

3. Upaya Badan Pengawas Pemilu dalam Meminimalisir Terjadinya Pelanggaran Alat Peraga Kampanye Pada pilkada ... 99

BAB V PENUTUP ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran-saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 22 4.1 Tabel Pembagian Kecamatan beserta desa di Kabupaten Lumajang .... 65 4.2 Tabel Rekapitulasi Data Pemilih Pilkada 2018 Kabupaten Lumajang . 66 4.3 Tabel Data Temuan Pelanggaran APK Pada Pilkada 2018

Kabupaten Lumajang ... 67 4.4 Temuan Penelitian ... 86

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

4.1 Bagan Struktur Bawaslu Kabupaten Lumajang ... 62

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. KONTEKS PENELITIAN

Indonesia merupakan negara yang telah lama memeluk sistem pemerintahan dengan mengutamakan konsep demokrasi serta menjadikan demokrasi sebagai aturan dasarnya. Demokrasi merupakan senjata awal dalam penyelenggaraan pemerintah secara reformasi. Demokrasi yang dijalankan oleh negara-negara lain selain Indonesia tidaklah sama dengan demokrasi yang dijalankan di Indonesia.2 Demokrasi mempunyai makna utama bagi rakyat yang mempergunakannya, karena dengan demokrasi rakyat berhak untuk menentukan sendiri jalannya penyelenggaraan negara.

Demokrasi sebagai cara bagaimana menyelenggarakan negara dengan melibatkan banyak orang, rakyatlah yang menentukan kebijakan negara dan negara bertindak atas persetujuan rakyat.3 Dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat, tentu saja rakyat yang diyakini sebagai pemangku kekuasaan tertinggi di suatu negara. Seperti yang tercantum pada pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945 yang mengatakan bahwa “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD.” Adapun maknanya yakni rakyat mempunyai kedaulatan, tanggung jawab, hak serta kewajiban secara demokratis untuk memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan untuk mengurus

2 Basuki Kurniawan, Hukum Pemilihan Umum di Indonesia, (Jember: Pustaka Radja, 2020), 10.

3 Yudi Widagdo Harimurti, Negara Hukum dan demokrasi Konsep dan Perkembangan Kontemporer (Bangkalan:Setara Press,2021) 14-15.

(15)

juga melayani seluruh elemen masyarakat dan memilih wakil rakyat yang akan melakukan pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan.4

Demokrasi Sangat diperlukan dalam pelaksanaan Pemilu, dimana pemilihan secara langsung oleh rakyat merupakan salah satu cara sebagai bentuk perwujudan kedaulatan rakyat untuk melahirkan pemerintahan yang demokratis menurut pancasila dan UUD 1945. Pemilu biasa digunakan untuk proses pencarian seseorang yang ditunjuk untuk mendapatkan posisi strategis dalam pemerintahan yang menganut sistem demokrasi. Pemilu memiliki dampak yang sangat besar pada sistem politik di suatu negara, karena dengan adanya pemilu rakyat memiliki kesempatan untuk ikut serta dengan memperlihatkan para pemimpin dalam penyaringan calon-calon tersebut.

Sebagai pelaksanaan asas kedaulatan rakyat, Pemilu memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan adanya peralihan pemerintahan secara aman serta damai dalam rangka perwujudan HAM.5 Dengan demikian, pemilu diperlukan guna kesejahteraan masyarakat dan sistem pemerintahan.

Pemerintah yang dilahirkan dari pengangkatan yang jujur sama halnya pemerintah memperoleh dukungan yang penuh dari masyarakat.

Pemilu tidak hanya digelar untuk memilih Presiden dan wakilnya, Pemilihan Legislatif, atau yang telah dipaparkan pada uraian diatas. Pemilu juga dilaksanakan untuk memilih kepala daerah atau umumnya disebut dengan Pilkada. Sejak Juni tahun 2005 Pilkada secara langsung

4 Parbuntian Sinaga, “Pemilihan Kepala Daerah Dalam Konstruksi UUD NRI 1945,”

Jurnal Binamulia Hukum, no.1 (Juli 2018):18.

5 Azizs Setyagama, Hakikat dan Makna Pilkada Langsung di Indonesia,” (Surabaya:

Jakad Media Publishing, 2017), 108-109

(16)

diselenggarakan untuk pertama kalinya. Pemilihan Kepala Daerah ini merupakan sarana demokrasi guna menyeleksi para pemimpin di tingkat lokal atau daerah. Meskipun dalam penyelenggaraannya tidak dilakukan secara bersamaan seperti pada pemilihan presiden dan Wakil Presiden.

Penyelenggaraan pemilu atau pilkada memerlukan lembaga yang independen serta bebas pengaruh dari lembaga manapun. Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2017 terkait pemilihan umum (UU Pemilu) ada beberapa lembaga penyelenggara yakni KPU, Bawaslu, serta DKPP.6 Ketiga lembaga tersebut telah ditetapkan sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu atau Pilkada yang dipilih langsung oleh rakyat.

Lembaga penyelenggara pemilu sebagaimana yang telah tersebut diatas akan dibahas lebih dalam terkait hal ini salah satunya adalah Bawaslu.

Bawaslu merupakan penyelenggara Pemilu mengawasi berjalannya tahapan Pemilu di semua wilayah yang tersebar di Indonesia. Disamping itu, selain itu bawaslu menjalankan tugas dalam pencegahan serta penindakan terhadap pelanggaran Pemilu. Adapun tugas untuk mengawasi tahapan Penyelenggaraan Pemilu yang dilakukan oleh Bawaslu terdiri dari pembaruan data pemilih dan menetapkan daftar pemilih tetap, penetapan peserta Pemilu sampai dengan penetapan pasangan calon sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu tugas Bawaslu mengawasi proses berjalannya pemungutan suara di TPS, pergerakan surat suara, berita acara perhitungan suara, pelaksanaan perhitungan dan pemungutan suara ulang,

6 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,UU nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, Lembaran Negara 182, Tambahan Lembaran Negara 6109.

(17)

Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan, melakukan pencegahan kemungkinan terjadinya Money Politic, mengawasi netralitas ASN, Netralitas TNI , dan netralitas Anggota Kapolri. Untuk tugas bawaslu yang berkaitan dengan usaha terjadinya pelanggaran pemilu, yaitu bawaslu menerima, melakukan pemeriksaan serta menelaah secara mendalam terhadap dugaan adanya pelanggaran pemilu mulai dari Pelanggaran Kode Etik pemilu, Pelanggaran Administratif Pemilu, Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu serta memutus Pelanggaran Administrasi pemilu.7. Tugas Bawaslu sebagaimana yang telah diuraikan bertujuan agar dalam pelaksanaan Pemilu dapat meminimalisir terjadinya banyak penyelewengan atau pelanggaran. Penindakan secara tegas menjadi solusi utama dalam Penyelenggaraan pemilu untuk mengurangi tingkatan pelanggaran yang terjadi.

Pelaksanaan pilkada, kampanye politik sangat dibutuhkan dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat. kampanye politik sebagai usaha terorganisir yang berusaha mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam kelompok tertentu. Kampanye menyampaikan pesan-pesan politik dalam berbagai bentuk seperti poster, spanduk, diskusi, iklan hingga selebaran. Sudah menjadi hal yang wajar ketika pelaksanaan kampanye, para kandidat berlomba-lomba untuk menggembor-gemborkan isu- isu yang sedang dihadapi sebagai pemahaaman agar kandidat tersebut layak diterima di masyarakat sebagai benteng dalam penanggulangan isu-isu tersebut.

7 Teguh Prasetyo, Bawaslu Sebagai Pengawas pemilu yang bermartabat Seri Filsafat Pemilu, ( Yogyakarta: Nusamedia, 2021), 6-8

(18)

Sehingga dalam pelaksanaanny tidak dapat dipungkiri banyaknya terjadi pelanggaran.8

Pelanggaran administrasi pemilu ialah pelanggaran yang mencakup mekanisme yang berkenaan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan pelaksanaan Pemilu di luar Tindak Pidana Pemilu dan Pelanggaran Kode etik Penyelenggara Pemilu. Bentuk pelanggaran Administrasi pemilu antara lain: pemasangan Alat Peraga peserta Kampanye (APK) misal poster, bendera, umbul-umbul spanduk, dan lain sebagainya yang dipasang di sembarang tempat. Pemasangan APK yang dilarang adalah di tempat Ibadah, tempat pendidikan, dan tempat-tempat seperti jalan Utama dan jalan Tol. contoh pelanggaran tersebut yang telah dipaparkan sangat menarik untuk dibahas secara mendalam mengenai pelanggaran Administrasi Pemilu.9

Bawaslu tidak hanya sebagai badan untuk menangani pelanggaran Pemilu tetapi juga sebagai badan penegak hukum dalam Pemilu. Hal ini memaksa Bawaslu dalam kewenangan penyidikan dan penuntutan, peran Bawaslu ini dalam penanganan Pelanggaran mewakili peran kepolisian serta kejaksaan dalam usaha penanganan Pelanggaran Pemilu. Bawaslu juga di desain memiliki kekuasaan untuk menerima berbagai bentuk pengaduan, memiliki kekuasaan melakukan penyidikan, serta penuntutan terhadap

8 Siti Fatimah, “Kampanye Sebagai Komunikasi Politik: Esensi dan Strategi Dalam Pemilu”, Jurnal resolusi, No.1 (Juni 2018), 9-10.

9 Fajlurahman Jurdi, Pengantar Hukum Pemilihan Umum, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,2018), 237-238.

(19)

pelanggaran maupun sengketa Pemilu.10 Apabila terjadinya pelanggaran atau peserta pemilu, peserta pemilih, merasakan ketidak puasan dapat mengadu atau melapor pada Bawaslu penanganan pelanggaran, untuk kemudian memproses dan meninjau daripada pelaporan tersebut layak atau tidak.

Salah satu contoh Bawaslu yang akan dipaparkan secara mendalam adalah Bawaslu yang berada di Kabupaten Lumajang. Adanya Penyelenggara Pemilu Ini diharapkan mampu untuk mengawal serta Mengawasi dalam Tahapan Penyelenggara pemilu agar pelanggaran yang terjadi saat Pelaksanaan Pemilu dapat diminimalisir. Menjalankan tugas Bawaslu sebagai lembaga Pengawasan dan pencegahan terhadap pelanggaran- pelanggaran yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu harus diupayakan semaksimal mungkin. Hal ini termuat dalam Perbawaslu No. 7 th 2018 terkait penanganan temuan serta laporan Pelanggaran pemilu. Adanya perbawaslu ini adalah salah satu untuk mewujudkan penyelenggaraan Pemilu atau Pilkada yang sesuai dengan prosedur yang telah tertera pada UU Pemilu nomor 7 tahun 2017. Adanya Perbawaslu ini juga memudahkan dalam penanganan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sesuai yg telah diatur didalamnya.

Pada penyelenggaraan Pemilu maupun Pilkada tidak dapat dipungkiri terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Oleh karena Itu perlu Peraturan Bawaslu untuk menangani adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut.Pelanggaran- pelanggaran yang terjadi pada saat penyelenggaraan Pemilu maupun Pilkada sesuai yang tercantum pada pasal 9 ayat (5) perbawaslu No. 7 Tahun 2018

10 Ramlan Subakti, Hari Fitrianto, Transformasi Bawaslu dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pemilu,(Jakarta: Kemitraan Bagi Pembaruan tata Pemerintahan di Indonesia, 2015), 42-43.

(20)

disana disebutkan bahwa jenis dugaan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud pada ayat 2 yakni;tindak pidana pemilu, kode etik penyelenggara pemilu, pelanggaran Administratif, serta pelanggaran peraturan perundang- undangan lainnya.11

Pelanggaran APK yang terjadi pada pilkada kabupaten Lumajang seperti yang dikutib dari Lumajang Satu, bawaslu temukan sekitar 900 pelanggaran APK. Pelanggaran APK tersebut kebanyakan di paku di pohon dan di pasang ditempat yang dilarang.12 Kemudian pelanggaran APK yang terjadi di kabuapten Lumajang semakin marak bermula dari pelaksanaan Pilkada 2018 di kabupaten Lumajang, menurut bapak Yunus pelanggaran APK yang terjadi ketika pelaksanaan Pilkada juga tergolong banyak karena kurangnya pemahaman terkait prosedur pemasangan APK.13

Pelaksanaan Pilkada yang dilaksanakan secara serentak pada tahun 2018 yang mana diikuti secara bersamaan di 171 daerah, terbagi menjadi 17 provinsi, 115 kabupaten, dan 39 kota melalui sistem pemilihan secara langsung. Wilayah Jawa Timur terdiri dari 18 kabupaten yang melaksanakan pilkada diantaranya pemilihan umum wali kota Kediri, pemilihan umum wali kota Madiun, pemilihan umum wali kota Malang, pemilihan umum wali kota Mojokerto, pemilihan umum wali kota probolinggo, pemilihan umum Bupati Sampang, pemilihan umum Bupati Bangkalan, pemilihan umum Bupati

11 Berita Negara Republik Indonesia. Perbawaslu nomor 7 tahun 2018 tentang Dugaan Temuan dan Laporan pelanggaran Pada Pemilihan Umum, No. 324, 2018.

12 “Lumajang Satu,” Seminggu Bawaslu Temukan 900 Pelanggaran APK, Lumajang 18 November 2018, diakses pada tanggal 10 Agustus 2022, https://lumajangsatu.com/baca/seminggu- bawaslu-lumajang-temukan-900-pelanggaran-apk.

13 Bapak Yunus, diwawancara oleh penulis, Lumajang, 13 Juni 2022.

(21)

Bojonegoro, pemilihan umum Bupati Nganjuk, pemilihan umum Bupati Pamekasan, Pemilihan umum Bupati Tulungagung, pemilihan umum Bupati Pasuruan, pemilihan umum Bupati Magetan, Pemilihan umum Bupati Madiun, pemilihan umum Bupati Lumajang, pemilihan umum bupati Bondowoso, pemilihan umum Bupati Jombang, Pemilihan umum Bupati Probolinggo.14 Trend pelanggaran pada pilkada 2018 mengenai pelanggaran APK, wilayah jawa timur menduduki peringkat ke dua setelah Jawa Tengah yakni pelanggaran APK dengan jumlah 1.131.15

Kabupaten Lumajang juga termasuk wilayah yang tingkat pelanggaran APK tergolong banyak. Bawaslu Kabupaten Lumajang telah merekap hasil temuan-temuan pelanggaran yang terjadi pada saat pelaksanaan Pilkada.

Bapak Yunus sebagai Koordinator Penanganan Pelanggaran menyampaikan bahwa Pelanggaran Administrasi tercatat ada sebanyak 67 temuan Pelanggaran Alat Peraga Kampanye (APK). Sebanyak 67 temuan tersebut terbagi menjadi 3 jenis yakni pelanggaran APK yang diturunkan oleh Satpol PP dan Panwascam sebanyak 1.428 APK, pelanggaran APK yang melanggar 3.736, Pelanggaran APK yang belum di tertibkan (melanggar Perbup) sebanyak 2.308, beliau menambahkannya. Pelanggaran APK tersebut termasuk pelanggaran Administrasi sesuai dengan peraturan bawaslu nomor 7 tahun 2018 pada pasal 9 ayat 5 tentang jenis pelanggran. Banyaknya

14 “Detik News,” 19 Pilkada Serentak di Jawa Timur, diakses pada tanggal 29 Desember 2022, https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3644497/19-pilkada-serentak-tahun-2018-di- jawa-timur.

15 “Tempo.co.” Pelanggaran APk terbanyak di Jateng, diakses pada tanggal 29 Desember 2022, https://pilkada.tempo.co/read/1069193/pelanggaran-alat-peraga-kampanye-pilkada-2018- terbanyak-di-jateng.

(22)

pelanggaran pada Alat Peraga Kampanye (APK), perlunya kerja keras dari Bawaslu Kabupaten Lumajang memperbaiki kinerja guna meminimalisir terjadinya pelanggaran APK yang dilakukan oleh para peserta Pemilu.16Pelanggaran yang terjadi pada saat pelaksanaan pilkada memanglah bukan hal yang baru lagi didengar,hal tersebut menjadi tanggung jawab bawaslu bagaimana proses penanganan yang akan dilakukan.

Penelitian ini sangat menarik untuk peneliti lakukan terkait peran bawaslu dalam menjalankan tugas serta wewenangnya terutama pada Proses penanganan pelanggaran yang terjadi pada Pemilihan Kepala Daerah serta bagaimana upaya Badan Pengawas Pemilu untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran pada Alat Peraga Kampanye sebagaimana yang dimaksud dalam pelanggaran pada APK telah dipaparkan tersebut diatas. Sehingga pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah berdasarkan perbawaslu No. 7 Th 2018 terkait dugaan temuan serta laporan pelanggaran pada pemilu . Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERAN BADAN PENGAWAS PEMILU KABUPATEN LUMAJANG DALAM PENANGANAN PELANGGARAN ALAT PERAGA KAMPANYE PADA PILKADA 2018 BERDASARKAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILU NOMOR 7 TAHUN 2018.”

B. FOKUS PENELITIAN

Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka penyusun merumuskan pokok permasalahan diantaranya :

16 Yunus, diwawancara oleh penulis, Lumajang, 13 Juni 2022

(23)

1. Apa Saja faktor yang mempengaruhi banyaknya pelanggaran APK yang terjadi pada Pilkada tahun 2018 di kabupaten Luamajang?

2. Bagaimana Peran Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Lumajang dalam penanganan pelanggaran Alat Peraga Kampanye (APK) pada Pilkada tahun 2018 Berdasarkan Perbawaslu Nomor 7 Tahun 2018?

3. Bagaimana upaya Badan Pengawas Pemilu kabupaten Lumajang dalam meminimalisir terjadinya pelanggaran Alat Peraga Kampanye (APK) pada Pilkada ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya pelanggaran APK yang terjadi pada pelaksanaan Pilkada.

2. Guna memahami serta menggali terkait peran Bawaslu dalam proses penanganan pelanggaran APK pada Pilkada berdasarkan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018.

3. Guna memahami upaya yang dilakukan oleh Bawaslu kabupaten Lumajang dalam meminimalisir terjadinya pelanggaran APK pada pelaksanaan Pilkada.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis

a. Diharap untuk bisa memberi info untuk Badan pengawas Pemilu dan masyarakat terkait Peran Bawaslu dalam penanganan pelanggaran APK serta upaya untuk meminimalisir terjadinya pelanggaran APK pada pelaksanaan Pilkada berdasarkan Peraturan Badan pengawas

(24)

Pemilu nomor 7 tahun 2018 tentang temuan dugaan dan laporan pelanggaran pada Pemilu.

b. Dapat dijadikan referensi untuk peneliti lainnya, serta menambah wawasan pengetahuan khususnya terkait Peran Badan Pengawas Pemilu dalam penanganan pelanggaran APK berdasarkan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018 tentang temuan dugaan dan laporan pelanggaran Pemilihan Umum.

2. Manfaat Teoretis

Secara Teoretis penelitian ini bisa berkontribusi dalam menambah pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta gagasan yang relevan mengenai peran bawaslu dalam menangani pelanggaran APK pada pelaksanaan Pilkada.

a. Bagi Penulis, sebagai pengalaman awal yang memberikan nuansa tersendiri dan dapat menambah wawasan pengetahuan peran bawaslu dalam penanganan pelanggaran APK pada Pilkada tahun 2018 berdasarkan Perbawaslu No. 7 tahun 2018.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya dalam pemahaman terkait peran bawaslu dalam penanganan pelanggaran Alat Peraga Kampanye (APK).

c. Bagi Bawaslu Kabupaten Lumajang, sebagai bahan evaluasi bagaimana seharusnya peran Badan Pengawas Pemilu dalam penanganan Pelanggaran APK pada pelaksanaan Pilkada yang akan datang.

(25)

d. Bagi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Ahcmad Siddiq Jember, diharapkan dapat menjadi koleksi serta rujukan penelitian berikutnya.

E. DEFINISI ISTILAH

1. Alat Peraga Kampanye (APK)

Alat Peraga Kampanye terdiri dari dua kata yakni alat peraga dan kampanye. Berdasarkan KBBI Alat peraga berarti alat bantu dalam pengajaran untuk memperagakan sesuatu supaya apa yang di ajarkan mengerti dengan baik.17 Kata Kampanye menurut KBBI berarti gerakan serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dan sebagainya).18 Maknanya adalah Alat Peraga Kampanye (APK) ini sangat berfungsi dalam pelaksanaan Pemilu. Adanya APK ini memudahkan untuk mempromosikan kandidat atau partainya agar dapat dilihat oleh masyarakat luas. Hal ini juga memudahkan masyarakat luas untuk menyuarakan hak pilihnya.

2. Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU)

Badan Pengawas Pemilu terdiri dari beberapa kata. Menurut KBBI, badan mempunyai arti kata benda sehingga badan dapat bermakna nama dari seseorang, tempat, atau semua benda, dan segala yang dibendakan.19 Adapun Pengawas menurut KBBI memiliki arti orang yang mengawasi.20 Pemilu menurut KBBI memiliki arti pemilihan yang dilaksanakan secara

17 “KKBI Online,” Alat peraga Diakses pada tanggal 5 Agustus 2022, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/alat%20 peraga

18 Definisi Kampanye,“KBBI Online.”

19 Definisi Badan, “KBBI Online.”

20 Definisi Pengawas ,“KBBI Online.”.

(26)

serentak oleh seluruh rakyat sebagai wakil rakyat untuk memimpin suatu negara.21

Salah satu tugas Bawaslu ialah mengawasi jalannya pelaksanaan pemilu dan mencegah banyaknya pelanggaran yang terjadi pada saat pemilu. Bawaslu juga mempunyai fungsi lain yang strategis dan signifikan, bagaimana upaya Bawaslu menjauhkan dari potensi terjadinya bentuk pelanggaran Pemilu dengan mengatur rencana yang optimal dalam pencegahan.22 Kehadiran Bawaslu sebagai lembaga penyelenggara Pemilu menjadi pertimbangan atas keberhasilan daripada Penyelenggaraan Pemilu.

3. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Pilkada memiliki dua suku kata yakni Pemilihan dan Kepala Daerah.

Menurut KBBI Pemilihan memiliki arti cara, perbuatan memilih. Adapun Kepala Daerah menurut KBBI memiliki arti orang yang mengepalai suatu daerah.23

Pemilihan Kepala daerah maknanya yakni Pemilihan Umum yang diselenggarakan di tingkat lokal. Jika Pemilu diartikan dalam tingkatan cakupan Nasional maka pilkada diartikan tingkat pelaksanaanya adalah ranah lokal dalam rangka menyuarakan hak pilih guna memilih pemimpin di daerah.24

21 Definisi Pemilu, “KBBI online.”.

22 Muhammad Ja’far, “Eksistensi dan Integritas Bawaslu dalam Penanganan Sengketa Pemilu,” Jurnal Madani Legal Review, no 1 (Juni 2018):60

23 Definisi Pilkada, “KBBI Online.”

24 Janpantar Simamora, “Eksistensi Pemilukada Dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan Daerah yang Demokratis”. Jurnal Mimbar Hukum, No.1 (Februari 2011):227

(27)

Istilah seperti yang diuraikan oleh peneliti, pada bagian ini akan dijelaskan lebih rinci terkait judul yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun maksud dari judul yang dipilih oleh peneliti adalah Alat peraga yang digunakan dalam proses pelaksanaan Pilkada yang mana ketentuan dalam pemasangannya harus sesuai dengan aturan yang berlaku.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Mengenai isi skripsi ini, guna dipermudah dalam memperoleh gambaran pada penelitian yang dilakukan maka penulis akan membagi secara sistematis dalam lima bab dengan perincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini diawali dengan pendahuluan yaitu mengenai konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini berisikan mengenai penelitian terdahulu dilanjut dengan kajian teori.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi mengenai pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, tahap-tahap penelitian.

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

Bab diawali dengan gambaran obyek penelitian, penyajian data dan analisis, kemudian pembahasan temuan.

(28)

Bab V Penutup

Bab ini berisikan simpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran- saran.

(29)

16 BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi yang ditulis oleh Wirda, 2020, Mahasiswa program studi Hukum Tata Negara fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri AR- RAINIRY Banda Aceh. Skripsi yang berjudul “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Alat Peraga Kampanye (APK) pada Pemilu tahun 2019 (studi kasus di Kota Banda Aceh)”.

Isu hukum pada penelitian wirda yakni adanya peraturan yang mengatur tentang APK pada PKPU nomor 23 tahun 2018 hanya menjadi tataran simbolis saja oleh tim kampanye pemilu.

Pada penelitian ini terdapat dua fokus penelitian yang pertama, Bagaimana upaya Penegakan Hukum yang dilakukan oleh Panwaslih terhadap pelanggaran pemasangan APK pada Pemilihan umum tahun 2019 di kota Banda Aceh?, yang kedua, Apa yang menjadi faktor hambatan oleh pihak Panwaslih kota Banda Aceh dalam penegakan hukum terhadap pelanggaran pemasangan APK pada Pemilu tahun 2019 di kota banda Aceh. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif dengan pendekatan Yuridis Empiris. 25

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah sama-sama membahas tentang APK. Adapun perbedaan penenlitian

25 Wirda, “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Alat Peraga Kampanye (APK) Pada Pemilu tahun 2019 (Studi Kasus di Kota Banda Aceh,” (Skripsi: Universitas Islam Negeri AR- RAINIRY,2020).

(30)

sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah terletak pada tempat penelitian.

2. Skripsi yang ditulis oleh Sheila Permatasari. Mahasiswi jurusan Hukum Tata Negara, 2020, Fakultas Syariah dan Hukum, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Dalam skripsi berjudul “Pengawasan dan Penertiban Alat Peraga Kampanye pada Pemilihan Umum tahun 2019 di Kabupaten Tulungagung (Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam).”isu hukum pada penelitian ini yakni; pengawasan pada pemasangan APK sudah diatur dalam pasal 298 UU nomor 7 tahun 2017 tentang pemilihan umum, pasal 32 dan 34 PKPU nomor 33 tahun 2018.

Tentang kampanye pemilihan umum. Pasal 16 dan 17 perbup Tulingagung nomor 49 tahun 2017penyelenggaraan reklame. Adanya peraturan tersebut pada implementasinya masih belum terwujud karen masih banyak ditemui pelanggaran APK.

Penelitian ini juga membahas mengenai proses penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP terkait pemantauan pemasangan APK.26 Adapun fokus penelitian pada penilitian tersbut; 1. Bagaimana pengawasan dan penertiban Alat Peraga Kampanye pada Pemilihan umum tahun 2019 di kabupaten Tulungagung berdasarkan hukum positif?, 2. Bagaimana pengawasan dan penetiban Alat Peraga Kampanye pada pemilihan umum 2019 di kabupaten Tulungagung berdasarkan hukum islam?.

26 Sheila Permatasari, “Pengawasan dan penertiban Alat Peraga Kampanye pada Pemilihan Umum tahun 2019 di Kabupaten Tulungagung (prespektif Hukum Positif dan Hukum Islam),”

(Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,2020).

(31)

Penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian Kualitatif dengan menggunakan metode yuridis empiris.Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang terletak pada substansi.

Penelitian yang sekarang tentang Peran Bawaslu dalam penanganan pelanggaran APK pada Pilkada 2018 berdasarkan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah sama-sama membahas mengenai Pelanggaran Alat Peraga Kampanye.

Perbedaan Penelitian sebelumnya dengan Penelitian yang sekarang adalah penelitian sekarang substansinya adalah mengenai peran Bawaslu berdasarkan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018 tentang penanganan dan laporan pelanggaran Pemilu.

3. Skripsi yang ditulis oleh Rengga Abdurrahman Abadi. Mahasiswa program studi Ilmu Hukum, 2019, Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dengan skripsi yang berjudul “Implementasi Tugas Bawaslu Kabupaten/Kota Magetan dalam Menindaklanjuti Pelanggaran Kampanye pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati tahun 2018”. Isu hukum pada penelitian tersebut ; pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam proses penyelenggaraan pilkada di kabupaten bertujuan untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintah secara tertib dan damai,untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat, untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat dan hak asasi warga negara.

(32)

Fokus masalah pada penelitian; 1. Apa Saja Bentuk Pelanggaran Kampanye yang terjadi dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kota Magetan pada Tahun 2018?, 2. Bagaiaman Penyelesaian terhadap Dugaan Kampanye Pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kota Magetan tahun 2018?.

Penelitian ini menggunakan penelitian Yuridis Empiris, yaitu pendekatan dari sudut pandang hukum yang berlaku dalam masyarakat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yakni dengan studi kepustakaan dan data di lapangan. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini baik dari studi kepustakaan maupun data lapangan yang kemudian disajikan berdasarkan deskriptif kualitatif.27

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang adalah pada penelitian sebelumnya lebih berfokus pada tugas dan wewenang bawaslu dalam menindaklanjuti adanya pelanggaran kampanye, sedangkan pada penelitian yang peneliti berfokus pada penanganan Pelanggaran APK berdasarkan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018.

4. Skripsi selanjutnya ditulis oleh Dimas Satrio Hutomo. Mahasiswa program studi Ilmu Hukum, 2018, Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dengan skripsi yang berjudul “peranan Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) dalam pengawasan penyelenggaraan Pilkada serentak di Jawa Tengah (studi terhadap pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur Jawa tengah 2018-2023). Isu hukum pada penelitian

27 Rengga Abdurrahman Abadi,” Implementasi Tugas Bawaslu Kabupaten Kota Magetan dalam menindaklanjuti pelanggaran kampanye pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati pada tahun 2018 “. (skripsi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2019).

(33)

tersebut; pada proses penyelenggaraan pilkada masih banyak ditemui pelanggaran tindak pidana, administrasi dan kode etik. Penelitian ini mempunyai 3 fokus penelitian atau rumusan masalah. 1. Apa saja bentuk pelanggaran yang terjadi pada pemilihan Gubernurr dan wakil Gubernur pada Pilkada serentak 2018 di jawa Tengah?, 2. Bagaimana Penyelesaian Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pilkada 2018 di jawa tengah?, Apa saja kendala yang di hadapai oleh bawaslu dalam penyelesaian pelanggaran yang terjadi pada penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur pada Pilkada 2018 di Jawa Tengah?. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Yuridis Empiris. Adapun data yang sudah dikumpulkan pada penelitian ini baik dalam bentuk kepustakaan maupun penelitian lapangan yang selanjutnya disusun secara Deskriptif Kualitatif yakni menjelaskan secara rinci dan menyusun secara sistematis logis sesuai dengan tujuan dengan memaparkan objek sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang ada.28

Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang yang akan dilakukan saat ini terletak pada substansi dimana pada penelitian yang sekarang mengenai Peran Bawaslu Kabupaten Lumajang dalam Penanganan Alat Peraga Kampanye berdasarkan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018.

28 Dhimas Satrio Hutomo, “Peranan Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) dalam pengawasan Penyelenggaraan Pilkada serentak di Jawa Tengah (Studi terhadap pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2018-2023),” (skripsi, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018).

(34)

5. Skripsi yang ditulis oleh Ghifari Giovanni Mulzanulsyah Izzudin Noor.

Mahasiswa Prodi Hukum Tata negara, Fakultas Syariah dan Hukum, 2021, Universitas Islam negeri Sunan Ampel Surabaya. Skripsi yang ditulis dengan judul “Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Pelanggaran Pemasangan Alat peraga Kampanye Pilkada 2020 Menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2020”. Isu hukum pada penelitian tersebut; permasalahan krusial yang terjadi hampir disetiap daerah pada tahapan pelaksanaan pemilukada, yakni pada tahap kampanye, yang mana kampanye berupa alat peraga kampanye yang disammpaikan melalui poster, spanduk, papan reklame, pidato, iklan diskusi, dan selebaran.

Fokus masalah pada penelitian tersebut adalah; 1. Bagaimana tinjauan yuridis pelanggaran pemasangan Alat Peraga Kampanye pilkada 2020 menurut peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 11 tahun 2020?, 2.

Bagaimana tinjauan fiqh siyasah pelanggaran Pemasangan Alat Peraga Kampanye pilkada 2020 menurut peraturan Komisi pemilihan Umum nomor 11 tahun 2020?.

Penelitian ini menggunakan penelitian Hukum Normatif dengan memaparkan secara lengkap, rinci dan jelas serta sistematis tentang beberapa aspek yang diteliti dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.29 Penelitian ini menggambarkan bagaimana pelanggaran Pemasangan APK yang terjadi pada saat pelaksanaan Pilkada

29 Ghifari Giovani Muzanulsyah Izzudin Noor, “Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pilkada 2020 Menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2020,” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2021).

(35)

yang tidak sesuai dengan peraturan Komisi Umum nomor 11 tahun 2020 dan bagaimana upaya bawaslu dalam mencegah terjadinya pelanggaran pemasangan Alat Peraga kampanye dan melakukan bentuk pengawasan pada saat pelaksanaan Pilkada.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini, pada penelitian terdahulu peneliti fokus pada kajian yuridis mengenai pelanggaran APK menurut peraturan KPU No. 11 tahun 2020, untuk penelitian yang sekarang peneliti fokus pada peran bawaslu dalam penanganan pelanggaran Alat Peraga Kampanye berdasarkan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018 dan bagaimana upaya Bawaslu dalam meminimalisir terjadinya pelanggaran Alat Peraga Kampanye.

Tabel 2.1

Persamaan Perbedaan

No Nama Judul

Penelitian dan fokus Penelitian

Metode Penelitian

dan Pendekatan

Persamaan Perbedaan

1. Wirda, 2020, Universita s Islam Negeri AR- RAINIRY Banda Aceh.

Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Alat Peraga Kampanye (APK) pada Pemilu tahun 2019 (studi kasus di Kota Banda Aceh), 1. Bagaimana Upaya yang dilakukan oleh Panwaslih Terhadap

Penelititan Kualitatif dengan pendekatan Yuridis Empiris.

Penelitian ini membahas mengenai pelanggaran Alat Peraga Kampanye

Berbeda subjek atau tempat penelitian.

Pada penelitian karya wirda subjek penelitiannya adalah di kota banda Aceh, sedangkan pada penelitian sekarang subjek

(36)

Pelanggaran Pemasangan APK Pada Pemilihan Umum Tahun 2019 di kota Banda Aceh?

2. Apa yang Menjadi Faktor Hambatan Oleh Pihak

Panwaslih Kota Banda Aceh dalam Penegakan Hukum Terhadap Pemasangan APK Pada Pemilu 2019 di Kota Banda Aceh

penelitiannya berada di kantor Bawaslu di Kabupaten Lumajang.

2. Sheila Permatasa ri, 2020, Institut Agama Islam Negeri Tulungag ung.

Pengawasan dan Penertiban Alat Peraga Kampanye pada Pemilihan Umum tahun 2019 di Kabupaten Tulungagung (perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam), 1. Bagaimana Pengawasan dan Penertiban APK pada pemilihan umum 2019 di Kabupaten Tulumgagumg berdasarkan

Penelitian Kualitatif dengan pendekatan Yuridis Empiris.

Meneliti tentang pelanggaran Alat Peraga kampanye

Pada penelitian yang sekarang substansinya adalah peran Bawaslu dalam penanganan pelanggaran Alat Peraga Kampanye dengan berdasarkan Peraturan bawaslu nomor 7 tahun 2018

(37)

hukum positif?

2. bagaimana Pengawasan dan

PenertibanAPK pada Pemilihan Umum 2019 di Kabupaten Tulungagung berdasarkan Hukum Islam?

3. Rengga Aburrahm an Abadi, 2019, , Universita s Islam Indonesia Yogyakart a

Implementasi Tugas Bawaslu Kabupaten/kota Magetan dalam Menindaklanjut i Pelanggaran Kampanye pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati tahun 2018, 1. Apa Saja Bentuk Pelanggaran yang Kampanye yang Terjadi dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kota Magetan Pda Pilkada 2018?

2. Bagaimana Penyelesaian Dugaan Kampanye Pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kota Magetan

Penelitian Yuridis Empiris

Meneliti tentang tugas Bawaslu dalam menindaklanj uti

pelanggaran Kampanye, pelanggaran Alat Peraga Kampanye bagian dari pelanggaran saat

kampanye

Perbedaanny a terletak Bagaimana Proses penanganan Bawaslu berdasarkan Perbawaslu nomor 7 tahun 2018 dan upaya meminimalis ir terjadinya pelanggaran Alat peraga Kampanye

(38)

Pada Pilkada 2018?

4. Dhimas Satrio Hutomo, 2018, , Universita s Islam Indonesia Yogyakart a

Peranan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam pengawasan Penyelenggaraa n pilkada Serentak di jawa Tengah (studi terhadap Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur Jawa Tengah 2018- 2023), .Apa Saja Bentuk Pelanggaran yang Terjadi pad Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur pada Pilkada

Serentak 2018 di Jawa Tengah?

2. Bagaimana Penyelesaian Pelanggaran- pelanggaran yang Terjadi pada

Penyelenggaraa n Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur pada Pilkada 2018 di

Pendekatan Yuridis Empiris, Penelitian Kualitatif

Meneliti tentang peran Bawaslu dalam pengawasan penyelenggar aan Pilkada

Perbedaan terletak pada substansi.

Pada penelitian sekarang dilakukan dalam pencarian informasi mengenai peran Bawaslu dalam penanganan pelanggaran APK di Kantor Bawaslu Kabupaten Lumajang

(39)

Jawa Tengah?

3. Apa Saja Kendalan yang di Hadapai oleh Bawaslu dalam Penyelesaian Pelanggaran yang Terjadi pada

penyelenggaraa n Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur pada Pilkada 2018 di jawa Tengah?

5. Ghifari Giovani Muzanuls

yah Izzudin

Noor, 20121, Universita

s Islam negeri Sunan Ampel Surabaya.

Tinjauan Fiqh Siyasah terhadap Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pilkada 2020 Menurut Peraturan Komisi pemilihan Umum Nomor 11 tahun 2020, 1. Bagaimana Tinjauan Yuridis Pelanggaran Pemasangan APK pada Pilkada 2020 menurut peraturan Komisi pemilihan Umum nomor 11 tahun 2020?

2. Bagaiamana

Penelitian Hukum Normatif

Meneliti tentang tugas Bawaslu dalam menindaklanj uti

pelanggaran Kampanye, pelanggaran Alat Peraga Kampanye bagian dari pelanggaran saat

kampanye

Perbedaanny a terletak pada fokus kajian yuridis. Pada penelitian terdahulu kajian yuridis berdasarkan Peraturan Komisi pemilihan Umum nomor 11 tahun 2020, sedangkan pada penelitian yang sekarang berdasarkan Peraturan Bawaslu nomor 7 tahun 2018

(40)

Tinjauan Fiqh Siyasah Pelanhggaran APK Pilkada 2020 Menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 tahun 2020?.

B. Kajian Teori

1. Teori Demokrasi

Demokrasi mempunyai definisi umum yakni suatu wujud pemerintahan rakyat yang mana kekuasaan paling tinggi berada di tangan rakyat dan dilakukan secara langsaung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihana yang berlangsung secara bebas, substansial. Karena slogannya mengatasnamakan rakyat, maka kata demokrasi paling banyak diminati oleh siapapun yang sedang bertarung merebut kekuasaan.30

Demokrasi juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian bernegara yang berpondasi pada peran utama rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi kekuasaan. Dengan begitu, prinsip demokrasi ternbagi menjadi tiga yakni pemerintahan dari rakyat (government of the people), pemerintahan oleh rakyat (government by the people), dan pemerintahan

30 A, Ubaedillah, Pancasila, Demokrasi, dan Pencegahan Korupsi, (Jakarta: Kencana 2015), 81.

(41)

untuk rakyat (government for the peole). Implementasi dari ketiga prinsip demokrasi adalah sebagai berikut:31

a. Pemerintah dari rakyat memiliki makna bahwa pemerintahan yang sah adalah pemerintahan yang mendapat pengakuan dan dukungan masyarakat melalui mekanisme demokrasi, pemilihan umum.

Pentingnya mendapat pengakuan agar roda pemerintahan dapat berjalan sesuai dengan amanat yang telah diberikan rakyat kepadanya, b. Pemerintahan oleh rakyat memiliki makna bahwa pemerintahan

menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat. Kemudian dalam menjalankan kekuasaanya pemerintaha juga dalam pengawasan rakyat secara langsung maupun diwakilkan oleh parlemen.

c. Pemerintahan untuk rakyat memiliki makna bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat harus dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat semata bukan kaerna kepentingan parlemen maupun pribadi. Itulah alasan mengapa kepentingan rakyat harus dijadikan landasan utama.

Dalam pelaksanaan secara nyata pemerintahan yang dibangun berlandaskan prinsip demokrasi, terdapat beberapa pilar demokrasi diantaranya kedaulatan rakyat, pemerintahan berdasarkan persetujuan yang diperintah, pemerintahan berdasarkan petunjuk yang diperintah, kekuasaan mayoritas, jaminan hak-hak minoritas, jaminan HAM, persamaan didepan hukum, proses hukum yang berkeadilan,pembatasan kekuasaan pemerintah melalui konstitusi, pluralisme sosial, ekonomi dan

31 A, Ubaedillah, 82-83.

(42)

politik, kemudian yang terakhir adalah dikembangkannya nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerjasama, dan mufakat.32

Ciri khas demokrasi konstitusionala atau demokrasi dalam negara hukum, pemerintah yang demokratis merupakan pemerintah yang sedikit kekuasaannya dan tidak dibetulkan untuk bertindak semaunya terhadap warga negaranya. Menjalankan nilai-nilai pilar demokrasi deperlukan beberapa badan pemerintahan yang bertanggung jawab, suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan serta kepentingan dalam masyarakat, kemudian suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai-partai politik, pers dan media massa yang bebas untuk menyampaikan pendapat, dan sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan mempertahankan keadilan.33

2. Badan Pengawas Pemilu

Kelembagaan penyelenggara pemilu selain KPU adalah badan pengawas pemilu atau dikenal dengan bawaslu.bawasku mengawasi penyelenggaraan pemilu diseluruh wilayah di Indonesia terbaggi menjadi bawaslu provinsi, bawaslu kabupaten/kota, panwaslu kecamatan, panwaslu kelurahan/desa, panwaslu LN, dan TPS dibentuk untuk mengawasi tahapan penylenggraan pemilu.pembagian bawaslu tersebut bekerja sesuai diwilayah masing-masing.34

32 A, Ubaedillah, 85-86.

33 Nimatul Huda, Imam Nasef, Penataan demokrasi dan Pemilu di Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta: Kencana, 2017), 7-9.

34 Teguh Prasetyo, Bawaslu Sebagai Pengawas Pemilu yang Bermartabat Seri Filsafat Pemilu, ( Yogyakarta: Nusamedia,2021), 2-3.

(43)

Keanggotaan Bawaslu terdiri dari lima orang yang memiliki tugas pengawasan penyelenggaraan pemilu. Bawaslu provinsi terdiri dari lima sampai tujuh orang, bawaslu kabupaten/kota terdiri dari tiga sampai lima orang sedangkan panwaslu kecamatan memiliki anggota sebanyak tiga orang, serta jumla panwaslu kelurahan/desa berjumlah satu orang.

Adapun jumlah anggota dari panwaslu Ln adalah tiga orang, pengawas TPS berjumlah satu orang disetiap TPS.35

Sekretariat Jendral bawaslu dibentuk untuk mendukung kelancaran tugas dan wewenang bawaslu, bawaslu provinsi, bawaslu kabupaten/kota, dan dibentuk juga sekretariat panwaslu kecamatan untuk panwaslu kecamtan yang bersifat ad hoc. Sekretariat jendral bawaslu dipimpin oleh seoarang sekretaris Jendral yang diabntu oleh paling banyak tiga deputi dan satu inspektur utama. Sekretaris jendral bawaslu, deputi, dan inspektur utama merupakan ASN yang memiliki jabatan pimpinan tingkat tinggi madya. Mereka diankat dan diberhentikan oleh presiden atau usuan bawaslu. Sekretaris Jendral bertanggung jawab kepada ketua bawaslu.

Deputi dan inspektur utama bertanggung jawab kepada ketua bawaslu melalui sekretaris jendral bawaslu. Sekretariat bawaslu provinsi dipimpin oleh para sekretariat bawaslu provisni. Kepala sekretariat bawaslu provinsi merupakan ASN yang memenuhi jabatan pimpinan tinggi pratama sesuai dengan ketentuan perundang-undnagan.36

35 Teguh Prasetyo, 3-4.

36 Teguh Prasetyo, Muhammad, dan Ida Budhiati, Filsafat Pemilu Berbasis Teori Keadilan Bermartabat. (Yogyakarta, K-Media, 2021), 218-219.

(44)

Sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang mana Kepala sekretariat Bawaslu provinsi diangkat dan diberhentikan oleh sekretaris jendral bawaslu. Secara administrasi Kepala sekretariat bawaslu provinsi bertanggung jawab kepada sekretaris jendral bawaslu dan bertanggung jawab kepada ketua bawaslu provinsi secara fungsional. Kepala sekretariat bawaslu kabupaten/kota memimpin sekretariat bawaslu kabupaten/kota. Kepala sekretariat bawaslu kabupaten/kota merupakan ASN yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kepala sekretariat bawaslu kabupaten/kota secara administratif bertanggung jawab kepada sekretaris jendral bawaslu dan secara fungsional bertanggung jawab kepada ketua bawaslu kabupaten/kota.37

Lingkungan sekretariat jendral bawaslu, sekretariat bawaslu, provinsi, dan sekretariat bawaslu kabupaten/kota dapat ditetapkan jabatan fungsional tertentu yang unsur serta macamnya menurut dengan ketentuan perunddang-undangan. Sekretariat jendral bawaslu dalam struktur organisasi, sekretariat bawaslu provinsi, dan sekretariat bawaslu kabupaten/kota pengisian jabatan ditentukan sesuai peraturan perundang- undangan.38

Bawaslu didesain dengan mempunyai kewenangan untuk menerima pengaduan, kewenangan untuk melakukan penyidikan, dan penuntutan terhadap pelanggaran dan sengketa pemilu. Tujuannya tidak

37 Teguh Prasetyo, Muhammad, dan Ida Budhiati. 219.

38 Teguh Prasetyo, Muhammad, dan Ida Budhiati . 219

(45)

lain adalah untuk mengefektifkan kinerja bawaslu dibidang pengawasan ketika terjadi pelanggaran pada pelaksanaan pemilu maupun pilkada.

Maka bawaslu juga diberi kewenangan untuk memeriksa, menyidik, dan menyelidiki setiap jenis pelanggaran pidana.39

Termuat dalam Undang-undang Pemilu Nomor 7 Tahun 2017 pada pasal 317 ayat (1) yang mentakan bahwa; bawaslu kabupaten/kota melakukan pengawasan pelaksanaan kampanye di tingkat kabupaten/kota terhadap kemungkinan adanya kesengajaan atau kelalaian anggota KPU kabupaten/kota melakukan tindak pidana pemilu atau pelanggaran Administratif yang mengakibatkan terganggunya kampanye pemilu yang sedang berlangsung. Kemudian kesengajaan atau kelalaian pelaksana kampanye, tim kampanye melakukan tindak pidana pemilu atau pelanggaran Administratif yang mengakibatkan terganggunya kampanye pemilu yang sedang berlangsung. Pada Ayat (2) dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yakni; menerima laporan dugaan terhadap ketentuan pelaksanaan kampanye pemilu, menindaklanjuti temuan dan laporan pelanggaran kampanye pemilu yang tidak mengandung unsur pidana, menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU kabupaten/kota tentang pelanggaran kampanye pemilu untuk ditindaklanjuti, meneruskan temuan dan laporan tentang pelanggaran tindak pidana pemilu kepada kepolisian Negara Republik Indonesia, menyampaikan laoran dugaan adanya tindakan yang mengakibatkan

39 Irvan Mawardi, Muhammad jufri, “ Keadilan Pemilu Revitalisasi Kewenangan Bawaslu Sebagai Penegak hukum Pemilu dan Efektivitas Bawaslu Sebagai Banding Administratif.”

(Pustaka Ilmu, 2021), 3-4.

(46)

terganggunya pelakasanaan kampanye pemilu oleh anggota KPU kabupaten/kota, sekretaris dan pegawai sekretaris KPU kabupaten/kota kepada bawaslu, mengawasi pelaksanaan rekomendasi bawaslu tentang pengenaan sanksi kepada anggota KPU kabupaten/kota, sekretaris dan pegawai sekretaris KPU kabupaten/kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya kampanye pemilu yang sedang berlangsung.40

Selain pengawasan yang dilakukan bawaslu juga melakukan penanganan terhadap pelanggaran yang terjadi pada saat pelaksanaan pemilu maupun pilkada. Termuat dalam peraturan bawaslu nomor 7 tahun 2018 tentang penanganan temuan dan laporan pelanggaran pemilihan umum. Pada pasal 3 ayat (2) menyebutkan bahwa proses penanganan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:41

1. Temuan/ penerimaan laporan 2. Pengumpulan alat bukti 3. Klarifikasi

4. Serta penerusan hasil kajian atas temuan/laporan kepada instansi yang berwenang

5. Pengkajian; dan/ atau 6. Pemberian rekomendasi.

40 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,UU nomor 7 tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, Lembaran Negara 182, Tambahan Lembaran Negara 6109.

41 Berita Negara Republik Indonesia, Perbawaslu nomor 7 tahun 2018 tentang Dugaan Temuan dan Laporan pelanggaran Pada Pemilihan Umum, No. 324, 2018.

(47)

Pelanggaran yang ditemukan pada saat pelaksanaan pemilu maupun pilkada maka alur penanganannya sesuai dengan peraturan tersebut.

Modus pelanggaran dalam pilkada semakin meningkat, baik pelanggaran yang dilakukan oleh pasangan calon, tim relawan/tim pendukung maupun partai politik pendukung. Hal ini tanggung jawab bawaslu harus menjalankan kerjanya secara kolaboratif seperti bekerja sama dengan lembaga-lembaga lainnya contoh kejaksaan dan polri dalam sentra hukum, tidak lupa pula melibatkan peran masyarakat secara partisipatif. Sebab itu, guna mengotimalkan bagaimana bawaslu berperan perlu adanya peningkatan kompetensi pengawasan dalam pilkada.

Kompetensi yang di maksud adalah kemampuan setiap individu yang mencakup kemampuan dalam aspek kerja sesuai dengan yang ditentukan.

Berkaitan dengan itu maka pengawas pilkada harus memiliki pengetahuan, pemahaman dalam regulasi berkenaan dengan penyelenggaraan pilkada.42

Potensi pelanggaran dalam pemilu sangat besar, beberapa jenis pelanggaran dikualifikasikan sebagai berikut;43

a. Pelanggaran Administratif, pelanggaran mengenai tata cara, prosedur atau mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilu.

42 Nasir B. Kotten, Bawaslu Tidak Lagi ompong, (Malang: Media Nusa Creative,2020), 15-16.

43 Nasir, 56.

(48)

b. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara, yakni pelanggaran yang terjadi terhadap etika penyelenggara pemilu yang berdasarkan sumpah dan janji sebelum menjalankan tugas penyelenggara pemilu.

c. Tindak Pidana Pemilu, pelanggaran kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana pemilu sebagaimana yang telah termuat dalam undang- undang pemilihan umum.

d. Pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-undangan lainnya yang bukan pelanggaran pemilu, bukan sengketa pemilu, dan tindak pidana pemilu.

Khusus pelanggaran Administratif ini terbagi menjadi dua kategori pelanggaran yakni;44

a. Pelanggaran administrasi terkait dengan tata cara, prosedur, dan mekanisme pemilu.

b. Pelanggaran administrasi yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif yang mana objeknya berhubungan dengan administrasi pemilu dan perbuatan menjanjikan uang atau materi lainnya kepada pemilih.

3. Konsep Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Pilkada adalah pemilihan umum yang dilaksanakanakan di tingkat lokal. Karenanya, makna dan tujuannya tidak jauh berbeda dengan pemilihan umum seperti biasanya. Pelaksanaan pilkada merupakan sebagaian langkah dari mewujudkan agenda demokrasi secara menyeluruh.

Saat ini pelaksanaan pemilihan kepala darerah digelar secara langsung di

44 Nasir, 56-57.

Referensi

Dokumen terkait

Material yang dibutuhkan dalam proses pembuatan souvenir topeng betawi adalah sillicon rubber yang di campur dengan katalis (hardener) untuk pembuatan master atau cetakan

Terkait dengan dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan lainnya, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Semarang dalam tahapan kampanye, telah melakukan proses

Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa 1) variabel estetika, kenyamanan, kebersihan, dan tata letak memiliki pengaruh yang

Obyek dinamik, yaitu obyek yang memungkinkan operator berinteraksi dengan proses, peralatan atau database serta memungkinkan operator melakukan aksi kontrol. Contoh : push

Dilihat dari tingkat pendidikan, sosial ekonomi kedua informan tersebut sudah mencapai tahap menengah dimana diharapkan ketiga informan tersebut memperoleh kesempatan untuk

Karena di Belt Conveyor hanya mengalirkan sulfur ke Hopper dan tidak terjadi reaksi ataupun pengurangan dan penambahan maka komponen dan massa output Belt Conveyor