• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek atau fenomena yang ingin diteliti. Termasuk didalamnya unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52). Melalui penelitian deskriptif ini, penulis ingin membuat gambaran secara menyeluruh mengenai tinjauan sosial ekonomi penarik becak dilingkungan Universitas Sumatera Utara.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisanya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2009: 6). Burhan Bungin (2001:29) menyatakan penelitian kualilatif adalah penelitian yang sasarannya terbatas, namun dengan keterbatasan sasaran, tetapi kedalaman data/ kualitas data tidak terbatas. Semakin berkualitas data yang dikumpulkan, maka penelitian ini semakin berkualitas.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan Universitas Sumatera Utara (USU), jalan Dr. T. Mansur no. 9, Kampus Padang Bulan Medan.

(2)

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian kualitatif yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya (Idrus, 2009:91). Dalam penelitian ini peneliti menentukan informan dengan teknik sampling aksidental, artinya informan penelitian ditentukan secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat duigunakan sebagai sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber data hingga data yang dikumpulkan oleh peneliti dirasa cukup dalam melanjutkan penelitian. (Bungin 2001: 120).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standart data yang ditetapkan ( Sugiyono, 2005:308). Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan peneliti, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Data Primer (Studi Lapangan) yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-faka yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Studi lapangan dapat dibedakan menjadi 3 jenis:

a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap objek dan fenomena yang berkaian dengan penelitian. Observasi dalam hal ini ialah mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian, serta mencatat penemuan yang

(3)

memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tingkat penafsiran analisis.

b. Wawancara (interview), yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Sutopo, 2006:72) 2. Data Sekunder (Studi Kepustakaan) yaitu teknik pengumpulan data atau

informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui sumber kepustakaan. Studi kepustakaan (library research) dilakukan dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, jurnal, karya ilmiah, artikel dan bahan tulisan lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2007: 247).

Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan leboih ditujukan sebagai tipe

(4)

mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

(5)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Kondisi demografi Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) terletak di Kecamatan Medan Baru, Kelurahan Padang Bulan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Luas Universitas Sumatera Utara sekitar 122 Ha, dari total luas tersebut 100 Ha merupakan kompleks utama dari Universitas dan sisanya adalah lahan hijau dengan batas-batas wilayah USU, yaitu:

a. Sebelah Utara : Medan Baru, Jl. Sei Padang

b. Sebelah Selatan : Jl. Berdikari, Kelurahan Padang Bulan c. Sebelah Timur : Jl. Jamin Ginting

d. Sebelah Barat : Jl. Pembangunan, Kecamatan Medan Selayang

4.1.2 Sejarah dan perkembangan Universitas Sumatera Utara

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keingingan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.

Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansyur membuat rancangan perguruan tinggi kedokteran. Setelah Kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd.

(6)

clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas didaerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan Mr. Djaidin Purba.

Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirkan Fakultas Kedokteran di jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa, diantaranya dua orang wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat pada tahun 1954. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun 1956, dan Fakultas Pertanian pada tahun 1956.

Pada tanggal 20 November 1957, Universitas Sumatera Utara diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden Republik Indonesia. Kemudian disusul berdirinya Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan pada tahun 1960 di Banda Aceh. Sehingga pada waktu itu, Universitas Sumatera Utara terdiri dari lima fakultas di Medan dan dua di Banda Aceh.

Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada tahun 1961, Fakultas Sastra pada tahun 1965, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada tahun 1965, Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada tahun 1982, Sekolah Pascasarjana pada tahun 1992, Fakultas Kesehatan

(7)

Masyarakat pada tahun 1993, Fakultas Farmasi pada tahun 2006, Fakultas Psikologi pada tahun 2007, Fakultas Keperawatan pada tahun 2009, dan Fakultas Kehutanan pada tahun 2014.

Pada tahun 2003, Universitas Sumatera Utara berubah status dari suatu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status USU dari Perguruan Tinggi Negeri menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000. Setelah USU, kemudian disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).

Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Medan pada tahun 1964, yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan pada tahun 1999 yang semula adalah Politeknik USU.

Kampus Universitas Sumatera Utara berlokasi di Padang Bulan, sebuah area hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak ditengah Kota Medan. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis

(8)

sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Universitas Sumatera Utara Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa dan tenaga pendidik.

Daftar Rektor yang pernah menjabat di Universitas Sumatera Utara (1958-2021) adalah Sebagai berikut:

Tabel 4.1Daftar Rektor yang Menjabat di Universitas Sumatera Utara

NO NAMA TAHUN JABATAN

1 Z.A Soetan Koemala Pontas 1957-1958 Ketua Presidium 2 Prof. Dr. Ahmad Sofian 1958-1962 Presidium 3 Prof. Mr. Mahadi 1962-1964 Ketua Presidium

4 Ulung Sitepu 1964-1965 Presidium

5 Drg. Nazir Alwi 1965-1966 Rektor 6 Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A.,

1966(Mei-Nov)

Pejabat Rektor

7 Dr. S. Harnopidjati 1966-1970 Rektor 8 Harry Suwondo, S.H, 1970-1978 Rektor 9 O. K. Harmaini, S.E., 1978

(Mei-Juli)

Ketua Rektorium

10 Dr. A. P. Parlindungan, S.H., 1978-1986 Rektor 11 Prof. M. Jusuf Hanfiah 1986-1994 Rektor 12 Prof. Chairuddin P. Lubis, 1994-2010 Rektor

(9)

D.T.M.&H., Sp.A.(K.), 13 Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A.(K.),

2010-2015 Rektor

14 Prof. Subhilhar, M.A., Ph.D, 2015-2016 Plt. Rektor 15 Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H.,

M..Hum.,

2016-2021 Rektor

Seiring perkembangan Universitas Sumatera Utara dari tahun ke tahun dan meningkatnya peradaban ilmu pengetahuan, Universitas Sumatera Utara melahirkan beberapa Fakultas untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Terdapat 15 fakultas di USU, yaitu:

1. Fakultas Kedokteran 2. Fakultas Hukum 3. Fakultas Pertanian 4. Fakultas Teknik

5. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 6. Fakultas Kedokteran Gigi 7. Fakultas Ilmu Budaya

8. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 9. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

10. Fakultas Kesehatan Masyarakat 11. Fakultas Farmasi

(10)

13. Fakultas Keperawatan

14. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi 15. Fakultas Kehutanan.

4.1.3 Profil Universitas Sumatera Utara

a. Status Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum yang mengelola bidang akademik dan non akademik secara otonom.

b. Kedudukan Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara berkedudukan di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

c. Hari Jadi Universitas Sumatera Utara

Tanggal 20 Agustus 1952 ditetapkan sebagai hari jadi (Dies Natalis) Universitas Sumatera Utara.

d. Lambang USU

Lambang USU digunakan pada bangunan, kantor, cap, ijazah, dan segala sesuatu yang memiliki kedudukan formal dalam hal kekuasaan, kewenangan dan kepemilikan USU.

e. Bendera

USU memiliki bendera berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hijau tua, ditengahnya terdapat lambang USU, dan dibawahnya terdapat tulisan Universitas Sumatera Utara. Setiap fakultas memiliki bendera masing-masing .

(11)

f. Himne USU dan Mars USU diperdengarkan pada upacara resmi g. Busana USU berupa almamater serta atribut mahasiswa

h. Landasan Hukum Universitas Sumatera Utara

Landasan hukum terbentuknya Universitas Sumatera Utara (USU) telah diatur dalam UUD 1945, meliputi:

a. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

b. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik c. Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

d. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2014 tentang Statuta Universitas Sumatera Utara

e. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.

f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia bidang Pendidikan Tinggi.

g. Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 35 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

h. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019

i. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 4 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

(12)

j. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Perlaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

k. Peraturan Majelis Wali Amanat USU No. 4 tahun 2015 tentang Pengelolaan Pendanaan Universitas Sumatera Utara yang tidak berasal dari Pemerintah

l. Peraturan Majelis Wali Amanat USU No. 10 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara.

4.1.4 Visi, misi, dan tujuan Universitas Sumatera Utara a. Visi Universitas Sumatera Utara

Menjadi Perguruan tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia global.

b. Misi Universitas Sumatera Utara

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis otonomi yang menjadi wadah bagi pengembangan karakter dan profesionalisme sumber daya manusia yang didasarkan pada pemberdayaan yang mengandung semangat demokratisasi pendidikan yang mengakui kemajemukan dengan orientasi pendidikan yang menekankan pada aspek pencarian alternatif penyelesaian masalah aktual berlandaskan kajian ilmiah, moral, dan hati nurani;

2. Menghasilkan lulusan yang menjadi pelaku perubahan segala kekuatan modernisasi dalam kehidupan masyrakat luas, yang memiliki kompetensi

(13)

keilmuan, relevansi dan daya saing yang kuat, serta berperilaku kecendekiawanan yang beretika; dan

3. Melaksanakan, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan, budaya penelitian dan program pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas akademik dengan mengembangkan ilmu yang unggul, yang bermanfaat bagi perubahan kehidupan masyrakat luas yang lebih baik.

c. Tujuan Universitas Sumatera Utara

1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora, dan seni, berdasarkan moral agama, serta mampu bersaing ditingkat nasional dan internasional;

2. Menghasilkan penelitian inovatif yang mendorong pengembangan ilmu pengetahuan , teknologi, humaniora, dan seni dalam lingkup nasional dan internasional.

3. Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemberdayaan masyarakat secara inovatif agar masyarakat mampu menyelesaikan masalah secara mandiri dan berkelanjutan; dan

4. Mewujudkan kemandirian yang adaptif, kreatif, dan proaktif terhadap tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan, baik secara nasional maupun secara internasional.

4.1.5 Pimpinan dan pejabat Universitas Sumatera Utara a. Rektor dan Wakil Rektor

(14)

Susunan Pimpinan Universitas Sumatera Utara adalah meliputi rektor dan wakil rektor. Rektor sebagai pemimpin Universitas dibantu oleh wakil rektor. b. Majelis Wali Amanat

Majelis Wali Amanat (MWA) beranggotakan 21 orang yang mewakili unsur Menteri, Rektor, Senat Akademik (SA). Anggota MWA diangkat dan diiberhentikan oleh Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, MWA diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan.

c. Dewan Guru Besar

Dewan Guru Besar (DGB) merupakan wadah para Guru Besar Universitas untuk memberikan penilaian etika dan integritas moral. Dewan Guru Besar terdiri atas seluruh Guru Besar Universitas Sumatera Utara. Dewan Guru Besar bertugas untuk:

1) Memberikan masukkan kepada Rektor dalam hal pengembangan keilmuan dan kualitas pendidikan.

2) Memberikan masukkan kepada Rektor dalam hal pembinaan suasana akademik.

3) Memberikan pertimbangan kepada Rektor dan Senat Akademik atas usul pengangkatan Guru Besar dan doktor kehormatan (doctor honouris causa). d. Senat Akademik

Senat Akademik (S.A.) merupakan badan normatif tertinggi Universitas Sumatera Utara yang mempunyai fungsi dalam kebijakan dan pengawasan Universitas dalam bidang akademik. Keanggotaan S.A. terdiri dari :

(15)

2) Wakil Dosen bukan Guru Besar (WBGB) 3) Rektor dan Wakil Rektor

4) Dekan dan Direktur Sekolah Pascasarjana

Dalam pelaksanaan tugas Senat Akademik dibagi kedalam empat komisi yaitu :

1) Komisi Kelembagaan Akademik Perencanaan dan Anggaran (KKPAP&A); 2) Komisi Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat dan

Inovasi (KP3M&I); 3) Komisi Pendidikan (KP);

4) Komisi Penjaminan dan Pengawasan Mutu Akademik (KP&PMA). 4.1.5 Struktur organisasi Universitas Sumatera Utara

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu lembaga untuk mencapai hasil kerja yang efisien dan efektif. Disamping itu struktur organisasi merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hierarki yang ada.

Universitas Sumatera Utara memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh Rektor dan dibantu oleh Wakil Rektor, Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, dan lain-lain.

(16)

Bagan 4.1

Bagan Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara

4.1.6 Layanan dan fasilitas Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara (USU) dalam mendukung kegiatan akademik memiliki beberapa layanan dan fasilitas yang disediakan, yaitu:

1. Webmail Universitas Sumatera Utara

Webmail USU merupakan layanan email untuk mahasiswa dan dosen USU. 2. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Majelis Wali Amanat

Senat Akademik Komite Audit

Rektor Dewan Guru Besar Sekretaris Universitas Unit Pengadaan Satuan Audit Internal Unit Penjaminan Mutu Badan Usaha fak ult as Se kol ah Pas cas ar jan a Lemb ag a Pe ne lit ia n Le m bag a P km U ni t P el ak sa na Ak ad emi k L ai n Biro U ni t P en unj an g La in U ni t p el ak san a Ad m in ist ra si l ai n Pe rp us takaan

(17)

Layanan perpustakaan di USU ada di setiap fakultas dan perpustakaan induk Universitas, perpustakaan USU didirikan pada tahun 1970. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara menempati sebuah gedung berlantai empat dengan luas sekitar 6.090 m2 yang terletak ditengah-tengah kampus. Gedung Perpustakaan dikelilingi areal taman dan parkir seluas sekitas 4 Ha. Gedung perpustakaan dapat menampung sekitar 900 orang pembaca dalam waktu yang bersamaan

3. E-Learning

Sarana pendukung sebagai suplemen kegiatan proses perkuliahan/pembelajaran bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

4. USU Repository

Layanan dokumen elektronik berupa laporan penelitian, laporan perkuliahan, desertasi, tesis, laporan mahasiswa, buku panduan, e-journal, dan e-archives

5. Kantor Urusan Internasional

Layanan administrasi dan akomodasi untuk mahasiswa asing yang belajar di Universitas Sumatera Utara.

6. USUNETA

Layanan internet bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara 7. Asrama

Fasilitas asrama bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara baik mahasiswa putera maupun mahasiswa puteri.

(18)

Sarana berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, basket, badminton, voli, dan lain-lain. Fasilitas ini disediakan bagi mahasiswa dan staf Universitas Sumatera Utara.

9. Balai Pertemuan

Fasilitas gedung untuk penyelenggaraan kegiatan, diantaranya seperti auditorium, gelanggang mahasiswa, dan gedung Pancasila.

10. Rumah Ibadah

Fasilitas keagamaan bagi mahasiswa yang disediakan oleh Universitas Sumatera Utara.

11. Kafetaria

Fasilitas kafetaria bagi mahasiswa USU 12. Lintas USU

Bus kampus sebagai sarana transportasi gratis yang disediakan bagi seluruh mahasiswa dan staf USU.

13. Rumah Sakit USU

Fasilitas kesehatan bagi mahasiswa, Staf/ pegawai USU maupun masyarakat.

(19)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai data-data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan informan. Melalui penelitian yang dilakukakan, peneliti berhasil mengumpulkan data maupun informasi yang berkaitan dengan judul penelitian.

Informan yang menjadi sumber informasi peneliti dalam penelitian ini berjumlah lima orang dimana kelimanya merupakan penarik becak yang beroperasi di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian

5.1.1 Informan 1

1. Nama : Samsudin

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Usia : 65 tahun

4. Status : Menikah

5. Pendidikan terakhir : SD (Sekolah Dasar) 6. Wilayah Asal : Perbaungan

7. Alamat : Jalan Setiabudi

Pak Samsudin merupakan seorang penarik becak yang berpangkalan di Pintu 1 Universitas Sumatera Utara. Menurut informasi yang diperoleh, informan bekerja sebagai penarik becak sejak tahun 1967 dengan pendapatan berkisar Rp

(20)

per hari, informan juga menjelaskan bahwa beliau tidak memiliki pekerjaan lain selain menarik becak. Dengan pendapatan sebesar Rp 70.000 per harinya, informan hanya mampu memenuhi kebutuhan satu anak beserta istrinya. Informan mengatakan tidak dapat menabung dengan pendapatan Rp 70.000 yang diperolehnya setiap harinya bahkan kadang juga informan mengalami kekurangan biaya dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Informan juga mengatakan tidak memiliki investasi apapun selain rumah yang telah dimiliki sendiri.

5.1.2 Informan 2

1. Nama : Sibuloni Giawa 2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Usia : 35 tahun

4. Status : Menikah

5. Pendidikan terakhir : SD (Sekolah Dasar) 6. Wilayah asal : Nias Selatan

7. Alamat : Simalingkar B

Pak Sibuloni merupakan informan yang telah menarik becak selama tujuh tahun. Menurut pengakuan informan, bekerja sebagai penarik becak adalah pilihan terakhir yang bisa beliau kerjakan. Dengan pendapatan sebesar Rp 30.000, informan menanggung kebutuhan keluarga intinya beserta satu orangtua dalam rumah yang informan sewa. Informan juga mengungkapkan bahwa tidak memiliki tabungan berupa uang maupun barang berharga untuk menjamin masa depan.

(21)

5.1.3 Informan 3

1. Nama : Ardin Saragi

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Usia : 47 tahun

4. Status : Menikah

5. Pendidikan Terakhir : SMA 6. Asal Domisili : Sidikalang

7. Alamat : Tanjung Anom

Pak Ardin Saragi seorang penarik becak yang beroperasional didepan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang juga menyambi sebagai tukang jahit dikediaman beliau di Tanjung Anom. Menjadi penarik becak merupakan jalan terakhir bagi informan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Pendapatan yang didapat informan pada hari biasa bisa mencapai 100 ribu per hari mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari istri beserta kedua anaknya. Informan menuturkan bahwa penghasilan sebesar 100 ribu hanya mampu mencukupi kebutuhan saja dan tidak dapat melakukan tabungan.Namun dengan adanya pekerjaan sampingan sebagai penjahit, Informan mampu menabung untuk memenuhi kewajiban informan dalam menyekolahkan kedua anaknya hingga jenjang SMK. Informan juga menjelaskan bahwa beliau juga memiliki ternak dan rumah yang telah dimiliki sendiri sebagai investasi untuk menutupi kekurangan biaya dimasa yang datang.

(22)

5.1.4 Informan 4

1. Nama : J. Sinambela

2. Jenis Kelamin : Laki-laki

3. Usia : 62 tahun

4. Status : Menikah

5. Pendidikan Terakhir : SMP 6. Asal Domisili : Tarutung

7. Alamat :Jalan Abdul Hakim No.39 (Kp. Susuk)

Bapak J. Sinambela seorang penarik becak yang memulai pekerjaan menarik becak di tahun 80-an. Informan mengaku sebelum menjadi penarik becak, beliau bekerja sebagai kuli bangunan, penjual sayuran di pasar dan menjadi pengangkat barang dipasar-pasar. Pekerjaan-pekerjaan itu terhenti dikarenakan penglihatan dari informan yang mulai berkurang sehingga informan tidak dapat melihat ukuran-ukuran mebel dengan jelas dan tidak bisa melihat malam untuk mengambil sayur untuk dijual ke pasaran. Pendapatan yang diperoleh oleh informan dalam kesehariannya bekerja berkisar Rp 50.000. Pendapatan tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dari informan baik dari pangan, papan, sandang hingga pendidikan anak-anaknya. Informan mengaku masih kerap berhutang diwarung apabila kekurangan biaya dalam pemenuhan pangan. Informan pun tidak memiliki tabungan dikarenakan semakin naiknya bahan-bahan pokok kebutuhan hidup. Dari keterangan yang didapat, informan juga masih harus membayar biaya sewa dari tempat tinggalnya.

(23)

5.1.5 Informan 5

1. Nama : Ibu Linda Tinambunan 2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Usia : 40 tahun

4. Status : Menikah

5. Pendidikan Terakhir : SPG (Setara SMK) 6. Asal Domisili : Siborong-borong

7. Alamat : Kompleks Pamen (Padang Bulan)

Ibu Linda Tinambunan merupakan wanita penarik becak pertama yang beroperasi di kawasan kampus USU, beliau berpangkalan disekitaran Pintu 4 depan Politeknik Medan. Informan mengaku memulai pekerjaan sebagai penarik becak sejak tahun 2006 dimana saat Fakultas Farmasi USU belum dibangun.

Pendapatan sebesar 80 ribu per harinya digunakan informan untuk membayar biaya sekolah serta biaya sewa rumah. Sedangkan untuk konsumsi digunakan dari pendapatan suami. Informan juga memiliki tabungan yang tidak terisi setiap harinya, nominal lima hingga sepuluh ribu informan usahakan agar memiliki biaya dalam perbaikan kerusakan becak yang digunakannya. Informan juga menyatakan bahwa beliau memiliki jula-jula (semacam arisan) sesama penarik becak perempuan yang hasilnya diharapkan mampu memenuhi kewajiban sekolah anak-anaknya.

Informan membantah memiliki barang berharga sebagai jaminan masa depan dikarenakan tidak pernah memikirkan untuk membeli barang tersebut. Selain itu, informan mengaku memiliki sebidang tanah di kampung halaman yang

(24)

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian 5.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian

A. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kesempatan individu tersebut memperoleh pekerjaan yang dapat meningkatkan sosial ekonomi. Adi (2004) menyebutkan bahwa tingkat sosial ekonomi masyarakat dikatakan tinggi apabila memiliki pendidikan setara Perguruan Tinggi, menengah apabila memiliki pendidikan setara SMA dan dikatakan rendah apabila tidak bersekolah maupun hanya memiliki pendidikan setara SD hingga SMP.

Hasil dari penelitian diketahui bahwa tiga dari lima penarik becak berstatus sosial ekonomi rendah apabila dilihat dari tingkat pendidikan. Tiga penarik becak yang dimaksud ialah informan 1, informan 2 dan informan 4. Informan 1 adalah Pak Samsudin yang berpendidikan terakhir SD, keterbatasan biaya pada kala itu menjadikan pak Samsudin tidak melanjutkan pendidikannya. Tidak memiliki keterampilan lain serta kurangnya modal menyebabkan informan 1 bertahan dalam pekerjaannya sebagai penarik becak. Begitu juga dengan informan 2 dan informan 3 kurangnya keterampilan menjadikan mereka tetap bertahan menjadi penarik becak.

Berbeda dengan ketiga informan sebelumnya, informan 3 dan informan 5 memiliki tingkat pendidikan yang masuk kedalam taraf sosial ekonomi menengah karena memiliki pendidikan setara SMA. Namun, pendidikan tingkat menengah tertanyata tidak selamanya menjamin kesejahteraan hidup seseorang. Informan 3 mengaku memiliki pekerjaan lain selain menjadi penarik becak yaitu menjahit,

(25)

keterampilan yang dimilikinya sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga informan.

Hal yang sama juga dialami oleh ibu Linda sebagai informan kelima yang memiliki pendidikan terakhir SPG (sekolah keguruan setara SMA). Beliau mengatakan bahwa tidak memiliki pekerjaan selama empat tahun setelah lulus dari akademinya dan akhirnya kembali ke wilayah asalnya membantu oangtua dari informan sebagai petani sawah. Bu Linda (Informan 5) menuturkan bahwa beliau menjadi seorang penarik becak karena ingin membantu suaminya dalam mencukupi perekonomian keluarganya.

Dilihat dari tingkat pendidikan, sosial ekonomi kedua informan tersebut sudah mencapai tahap menengah dimana diharapkan ketiga informan tersebut memperoleh kesempatan untuk memiliki pekerjaan yang lebih tinggi dari penarik becak dibandingkan dengan tiga infoman lainnya yang hanya memiliki pendidikan setara SDdan SMP yang disebut sebagai individu pada status sosial ekonomi yang rendah. Namun, kurangnya keterampilan dan kecilnya kesempatan kerja yang ada menjadikan ketiga informan tersebut memilih menarik becak sebagai tumpuan ekonomi mereka.

Pekerjaan sebatas penarik becak tidak mematahkan semangat kelima informan dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dari kelima informan yang menyebutkan bahwa anak-anak mereka telah dan akan menempuh pendidikan jenjang SMA sederajat dimana pendidikan anak-anak dari kelima informan sudah termasuk pendidikan menengah menurut UU No. 20 tahun 2003.

(26)

B. Pendapatan

Pendapatan merupakan hal yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup seseorang bahkan juga mampu menjadi acuan dalam menentukan tinggi-rendahnya status sosial seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan teori yang digunakan peneliti mencoba mengukur tingkat sosial ekonomi penarik becak berdasarkan wawancara yang telah dilakukan.

Informan 1 memiliki pendapatan yang tidak tetap seharinya sebesar 70 ribu perharinya, apabila diakumulasikan maka informan 1 mampu mendapat penghasilan sebesar Rp 1.680.000 per bulannya. Besarnya pendapatan Informan satu sudah dikategorikan kedalam sosial ekonomi menengah. Namun, dengan penghasilan tersebut informan 1 masih belum bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Hal ini dipertegas dengan pengakuan informan 1 bahwa beliau masih sering mengutang diwarung untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga informan 1 dikarenakan informan 1 tidak selalu mendapatkan pendapatan sebesar 70 ribu perharinya.

“iya nak?oh, kalau gak dapat penumpang ya, kalau gak dapat penumpang ya terpaksa ngutanglah di kede, kalau besok ada dapat ya bayar, gitu terus-terus nak istilahnya gali lobang tutup lobang. Kalau ada (uang) bayar, kalau gak dapat juga ya ngutang lagilah”.

Informan 2 menuturkan bahwa memiliki pendapatan Rp 30.000 dalam seharinya dan apabila diakumulasikan maka dalam sebulan informan 2 memiliki pendapatan sebesar Rp 720.000 . Besarnya pendapatan informan 2 menurut BPS

(27)

dikategorikan kedalam sosial ekonomi rendah. Disamping itu, informan 2 juga harus memenuhi kebutuhan keluarganya dan menurut penuturan beliau, apabila informan 2 tidak mendapatkan sewa dalam satu harinya maka beliau harus menunggu dan mencari sampai mendapatkan penumpang.

Informan 3, bapak Ardin mangaku memperoleh pendapatan Rp 500.000 dalam seminggu dan apabila diakumulasikan maka Pak Ardin mampu meraup sebesar Rp 2.000.000 dalam sebulan. Besarnya pendapatan Pak Ardin sudah termasuk sosial ekonomi menengah namun dari keterangan yang diperoleh peneliti, Pak Ardin hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja karena Pak Ardin juga harus membiayai kedua anaknya yang bersekolah di SMK.

Informan 4, Pak Sinambela menuturkan bahwa dalam kesehariannya meranik becak mampu menghasilkan hingga Rp 50.000 dalam seharinya yang apabila dihitung dalam sebulan mampu mengumpulkan hingga Rp 1.200.000. Besarnya pendapatan Pak Sinambela masuk dalam kategori sosial ekonomi rendah.

Informan 5, ibu Linda mengaku memperoleh pendapatan Rp 80.000 yang apabila diakumulasikan berarti mencapai Rp 1.920.000 dalam sebulan. Pendapatan Ibu Linda menurut BPS dalam sosial ekonomi sudah mencapai tingkat menengah. Ibu Linda mengaku bahwa hasil dari menarik becak hanya untuk membatu suaminya memenuhi kebutuhan keluarga Ibu Linda. Namun, belum dirasa cukup karena harus memenuhi biaya sekolah ketujuh anaknya.

(28)

C. Pemilikan Kekayaan

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti halnya uang, perhiasan, barang-barang yang bernilai jual tinggi serta kepemilikan lahan sebagai investasi kekayaan dan kendaraan pribadi. Peneliti akan menganalisa sosial ekonomi penarik becak berdasarkan kepemilikan kekayaan.

Informan 1 mengaku tidak memiliki kekayaan lain seperti tabungan maupun perhiasan. Pak Samsudin pun mengatakan bahwa apabila ia memiliki sedikit uang maka beliau harus menyicil utang-utang yang ada diwarung, dari penuturan pak Samsudin maka menurut kepemilikan kekayaan Pak Samsudin dikategorikan kedalam sosial ekonomi rendah.

Sama halnya dengan informan 1, Informan 2 juga termasuk kepada sosial ekonomi rendah berdasarkan kepemilikan kekayaan. Informan 2 mengatakan kepada peneliti bahwa dengan penghasilan Rp 30.000 sangat mustahil baginya untuk menabung, beliau juga mengatakan bahwa untuk kebutuhan rumah masih belum bisa tercukupi bahkan beliau pun menuturkan bahwa kerap melakukan peminjaman baik kepada keluarga maupun koperasi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya.

“gak bisa menabunglah dek, menabung 30 ribu sehari dikasih, mana bisa ditabung itu, hahaha. Mustahil lah itu dek, dirumah aja kurang apalagi ditabung. gak ada investasi dek, rumah pun masih sewa juga. Kalau gak punya uang untuk bayar sewa ya pinjam sama orang atau sama keluarga. Kalau gak ada juga ya

(29)

terpaksa pinjam ke koperasilah. ada koperasikan? sekarang ini makin lama makin berutang awak ini ya kan, sekarang udah makin susahlah”.

Informan 3 juga mengaku kewalahan dalam hal menabung, dikarenakan biaya sekolah anak yang tinggi di taraf SMA, sehingga informan hanya mengandalkan ternak yang sewaktu-waktu dapat informan jual saat membutuhkan biaya.

Informan 4 juga mengalami hal yang sama dengan ketiga informan sebelumnya, Pak Sinambela mengatakan bahwa pada masa anak-anaknya belum masuk sekolah SMA, beliau masih mampu menabung untuk pemenuhan kebutuhan hidup nantinya. Namun, pada saat sekarang pak Sinambela mengaku kewalahan dalam hal menabung dikarenakan kenaikan harga kebutuhan pokok yang semakin mahal serta persaingan untuk mendapatkan penumpang dengan transportasi online yang mengakibatkan menurunnya pendapatan dari pak Sinambela sehingga informan tidak mampu melakukan tabungan.

Informan 5 juga memiliki simpanan walau hanya dengan nominal 5000 hingga 10.000, namun dengan tabungan tersebut digunakan untuk membayar biaya kontrak rumah yang ditempatinya. Pengakuan bu Linda kepada peneliti bahwa beliau juga memiliki sepetak sawah yang merupakan warisan mertua beliau kepada suaminya. Sawah tersebutpun dikelola oleh saudaranya yang berada dikampung halaman.

Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa kelima informan tergolong pada tingkat sosial ekonomi rendah menurut pemilikan kekayaan

(30)

D. Tempat tinggal

Tempat tinggal yang dianalisa dalam menentukan status sosial ekonomi ialah berdasarkan kepemilikan tempat tinggal tersebut serta kondisi bangunannya. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, didapatkan bahwa Informan 2,4 dan 5 termasuk kedalam status sosial ekonomi rendah. Hal ini diperkuat dengan pengakuan ketiga informan.

Informan 2 ”gak ada investasi dek, rumah pun masih sewa juga. Kalau gak punya uang untuk bayar sewa ya pinjam sama orang atau sama keluarga.”

Informan 4“punya orang itu tempat tinggal saya. Saya ngontrak disitu”

“Sekarang itu biaya kontrak makin mahal, apalagi kontrakan saya dekat USU-kan tiap tahun naik, sekarang udah bayar 350 ribu saya satu bulan.”

Informan 5 ”Saya ngontrak dek, dekat Gereja Pamen, tau kan? Disitu saya bayar 4,5 juta per tahun”

Berbeda dengan informan 1 dan informan 3, kedua informan tersebut mengaku sudah memiliki tempat tinggal sendiri dimana berdasarkan tempat tinggal kedua informan tersebut sudah dikatakan memiliki status sosial ekonomi menengah.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan ialah:

(31)

2. Pada saat akan melakukan wawancara, banyak penarik becak yang tidak bersedia untuk diwawancarai.

3. Saat akan melakukan wawancara, kondisi kampus sedang libur semester sehingga tidak banyak becak yang beroperasi.

4. Keterbatasan keempat adalah saat melakukan wawancara terdapat beberapa becak yang mendapat penumpang, sehingga wawancara harus berhenti dan mencari informan baru.

(32)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti memberikan kesimpulan mengenai sosial ekonomi penarik becak di lingkungan Universitas Sumatera Utara sebagai berikut:

1. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa para penarik becak hanya menyelesaikan pendidikannya di jenjangpendidikan tingkat dasar (SD dan SMP sederajat) dan pendidikan tingkatmenengah (SMA sederajat). Akan tetapi, setiap informan menganggappendidikan dalam keluarga sangat penting. Hal itu terlihat dari tidak adanya anak dari informan yang putus sekolah bahkan seluruh informan mampu menyanggupi anak-anaknya menempuh pendidikan menengah setara SMA.

2. Pendapatan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua penarik becak memiliki pendapatan yang rendah. Hasil analisis data yang dilakukan peneliti membuktikan bahwa dua dari lima informan memiliki penghasilan menengah diantara Rp 1.500.000,00 - Rp 2.500.000,00.

(33)

3. Kepemilikan kekayaan

Kekayaan yang dimaksud dalam penelitian ini ialahkepemilikan barang berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti halnya uang, perhiasan, barang-barang yang bernilai jual tinggi serta kepemilikan lahan sebagai investasi kekayaan dan kendaraan pribadi.Apabila mengikuti teori yang ada, maka hanya Informan 5 yang dapat dikatakan memiliki status sosial ekonomi tinggi karena memiliki tanah warisan yang terletak didaerah asal informan. Sedangkan keempat informan lainnya dikatakan sosial ekonomi rendah karena dua informan hanya memiliki simpanan/ tabungan dibawah lima juta dan dua informan lainnya tidak memiliki rumah/tempat tinggal.

4. Tempat Tinggal

Tempat tinggaladalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindungkeluarga dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai lambangsosial. Dari wawancara yang tela dilakukan terdapat hasil bahwa dua dari lima informan telah menyandang status sosial menengah karena kedua nforman tersebut telah memiliki tempat tinggal sendiri. Sedangkan tiga informan lain masih memiliki status sosial ekonomi rendah karena masih tinggal dirumah yang mereka sewa.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran dari peneliti adalah sebagai berikut:

(34)

1. Perlunya dukungan maupun bantuan dari pemerintah kepada masyarakat pelaku pekerjaan sektor informal seperti penarik becak dalam meningkatkan kualitas hidup dengan mempercepat pemerataan KIS untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan KIP untuk membantu dalam meningkatkan pendidikan anak-anak mereka.

2. Perlunya peraturan baru bagi transportasi online yang merupakan saingan terberat penarik becak agar terciptanya sebuah sistem yang teratur dan adil bagi seluruh pekerja yang bekerja di dalam bidang transportasi angkutan 3. Perlu diadakan sosialisasi kembali kepada masyarakat luas mengenai alat

transportasi becak sebagai ikon transportasi di kota Medan agar minat masyarakat dalam menggunakan becak sebagai alat transportasi ini kembali meningkat.

4. Perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan terpadu mengenai ilmu komunikasi dan teknologi informasi kepada para penarik becak, agar para penarik becak juga dapat bersaing dengan sistem transportasi lainnya serta dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat

5. Perlu diadakan sosialisasi mengenai peraturan berlalu lintas kepada para penarik becak, agar sistem transportasi ini dapat melayani masyarakat secara baik dan benar, dapat meningkatkan kenyamanan masyarakat dan meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan alat transportasi becak ini.

Gambar

Tabel 4.1Daftar Rektor yang Menjabat di Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

(1) Cara untuk mendapatkan nilai TFP adalah dengan cara meregresikan variabel modal dan tenaga kerja kemudian akan diperoleh nilai residu dalam penelitian tersebut, nilai

Penilaian hasil VARK questionaire menurut Fleming (2006) disesuaikan dengan tabel penentu jenis gaya belajar berikut ini. Siswa dapat memilih lebih dari satu

Dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemahaman konsep namun masih melakukan beberapa kesalahan1. Dapat menyajikan

Data primer adalah data dan informasi yang diperoleh dari informan pertama yaitu perseorangan atau individu contohnya hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penelitia. Data dan

Sedangk an hasil opt im asi bilangan perok sida dengan m odel persam aan 3 diperoleh pada k ondisi saddle point dengan t it ik krit is m assa zeolit 43,28 gram dan diam et

2) Menganalisis distribusi jenis kelamin pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP Dr. 3) Menganalisis distribusi usia pada pasien karsinoma hepatoseluler di RSUP

Pada Foto hasil Elektroforesis polyacrilamide terlihat bahwa jarak antara Band – Band DNA sangat dekat.Hal tersebut dapat disebabkan karena waktu yang digunakan untuk

Masalah strategis dari reformasi pembiayaan kesehatan terutama meliputi: (a) Belum seluruh masyarakat terlindungi secara optimal terhadap beban pembiayaan kesehatan;