• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MATA KULIAH TEKNIK DASAR DASAR ALAT TIUP JURUSAN SENI KARAWITAN

N/A
N/A
Habib Syaiful anwar

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS MATA KULIAH TEKNIK DASAR DASAR ALAT TIUP JURUSAN SENI KARAWITAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH TEKNIK DASAR DASAR ALAT TIUP JURUSAN SENI KARAWITAN

Dosen Pengampu : Mustika Iman Zakaria S, M.Sn

Habib Syaiful Anwar NIM : 231233014

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

JURUSAN SENI KARAWITAN

(2)

A. Kesejarahan Suling

Suling merupakan alat musik tiup yang terdapat di dalam penyajian pertunjukan karawitan sunda, dan telah ada sejak 1800-an. Mengenai keberadaan suling di dalam kebudayaan sunda, Van Hoevell dalam Van Zanten (1989: 101).

Mengenai keberadaan alat musik tiup suling dalam penyajian pertunjukan karawitan sunda, suling pertama kali digunakan kesenian gamelan degung klasik pada sekitar tahun 1900-an. Selain digunakan pada degung klasik, suling disini banyak juga digunakan di tembang sunda cianjuran, kawih sunda, dan lain-lain.

Suling yang terdapat dalam penyajian pertunjukan karawitan sunda pada umumnya terbuat dari bambu jenis tamiang dengan ukuran Panjang 52 sampai 62 cm dan berdiameter 15 sampai 18 mm. Pada alat tiup suling disini memiliki banyaj jenis yaitu suling bamboo, serunai banjar, saluang, suling lembang, bangsi alas, dan lain-lain.

Suling diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan jumlah lubang pengatur nadanya. Pertama adalah jenis suling yang memiliki enam lubang pengatur nada, dikenal dengan istilah sebutan suling liang genep atau ada juga yang menyebutnya suling tembang. Disebut suling tembang karena alat tiup tersebut biasanya digunakan sebagai salah satu alat musik pengiring dalam kesenian tembang sunda cianjuran, walaupun dalam perkembangannya sering juga digunakan dalam kesenian gamelan degung kreasi dan kesenian kreasi baru lainnya. Kedua adalah suling yang memiliki empat lubang pengatur nada, dikenal dengan istilah sebutan suling liang opat atau ada juga yang menyebutnya suling degung. Disebut suling degung, karena alat tiup tersebut biasanya digunakan dalam penyajian kesenian gamelan degung klasik, walaupun dalam

(3)

perkembangannya sering juga dimainkan dalam kesenian tembang sunda cianjuran, gamelan degung kreasi, dan kesenian kesenian kreasi baru lainnya.

B .Fungsi Suling Dalam Penyajian Karawitan Sunda

1. Pembawa kalimat melodi utama dalam sajian instrumentalia,

2. Merean; memberikan patokan nada awal kepada penyanyi (juru kawih/

juru tembang) berupa nada atau frase melodi awal yang merupakan bagian dari suatu kalimat melodi dalam sebuah lagu. Merean dilakukan sebelum penyanyi melantunkan sebuah lagu.

3. Marengan; menuntun penyanyi (juru kawih/ juru tembang) dalam membawakan sebuah kalimat melodi, dengan cara membawakan sebuah kalimat melodi bersamaan dengan lantunan lagu yang dibawakan oleh penyanyi (juru kawih/ juru tembang). Kalimat melodi biasanya mirip atau menyerupai kalimat melodi yang dibawakan oleh penyanyi (juru kawih/ juru tembang),

4. Nungtungan; memanjangkan nada akhir dari sebuah kalimat melodi yang dibawakan oleh penyanyi (juru kawih/ juru tembang).

C. Organologi Suling

Pembahasan organologi suling terkait dengan pembahasan nama bagian-bagian yang terdapat dalam suling, baik suling liang genep maupun suling liang opat.

1. Lubang sumber suara; terdiri dari bagian elak-elakan dan cokrahan. Elak- elakan merupakan lubang pada bagian sumber suara, tempat menempelnya bibir untuk kemudian diberi hembusan udara atau ditiup; berfungsi sebagai sumber utama penghasil suara. Cokrahan merupakan lubang pada bagian sumber suara; berfungsi sebagai rongga udara yang menyalurkan hembusan udara dari tiupan pemain suling.

(4)

2. Suliwer/ tali pengikat bagian sumber suara, terbuat dari rotan yang ditipiskan;

berfungsi untuk mengikat bagian sumber suara, dan sebagai pemisah anatar cokrahan dan elak-elakan.

3. Badan suling/ awak suling; berfungsi sebagai resonator atau penyalur getaran suara yang dihasilkan melalui lubang sumber suara.

4. Lubang pengatur nada/ Liang surupan; berfungsi untuk mengatur nada yang ingin dihasilkan.

D. Sistem Tangga Nada

Sistem tangga nada dalam karawitan sunda pada umumnya menggunakan tangga nada pentatonis sunda (salendro, degung, dan madenda). Tangga nada dalam karawitan sunda lebih dikenal dengan istilah laras. Alat tiup suling dalam karawitan sunda pada umumnya dapat menghasilkan laras degung, madenda, dan salendro. Suling yang dapat menghasilkan ketiga laras tersebut adalah suling liang genep, sedangkan suling yang hanya dapat mengasilkan laras degung adalah suling liang opat. Dalam menghasilkan bunyi/ suara suatu laras, baik suling liang genep maupun suling liang opat mempunyai kemampuan (ambitus) tersendiri. Ambitus atau kekuatan suling dalam menghasilkan bunyi/ suara suatu laras dari wilayah nada yang terendah (pada notasi akan dilambangkan dengan angka yang dibubuhi tanda dua titik di atas) hingga nada yang tertinggi (pada notasi akan dilambangkan dengan angka yang dibubuhi tanda dua titik di bawah). Berikut ini akan dijelaskan mengenai tangga nada/ laras dalam karawitan sunda dan ambitus melalui tabel.

E. Ragam Jenis Suling

(5)

1) Suling kumbang Suling kumbang terbuat dari bambu tamiang dan memiliki Panjang berukuran 80 sampai 83cm. Sumber suaranya terletak pada salah satu ujung samping mempunyai ciri khas ujung yang runcing yang difungsikan sebagai senjata apabila ada hewan buas Memliki lubang pengatur nada berjumlah 2. Fungsi suling kumbang itu sendiri adalah “kalangenan” lagu yang dapat dihasilkan adalah “no’ong sosog, pileuleuyan dan no’ong bu’uk” yang berlaraskan salendro.

2) Suling tarawelet Suling tarawelet memiliki Panjang berukuran 44 sampai 58 cm ditiup dari arah samping dan tidak memiliki ujung yang runcing. untuk larasnya sendiri suling tarawelet memiliki laras salendro, lagu yang di hasilkan noong rangda,keupat reundang,rangda ngeukeupan. Suling tarawelet berungsi sebagai kalangenan (menghibur diri sendiri)

3) Suling elet Suling elet terbuat dari bambu tamiang , memiliki Panjang 15 sampai 20 cm, untuk larasnya sendiri suling elet memiliki laras salendro dan mempunayi lagu teupak sadok.

4) Suling lamus Suling lamus terbuat dari bambu tamiang yang berukuran Panjang 60 cm untuk larasnya sendiri suling lamus memiliki laras salendro dengan lubang nada 6 ( enam). salah satu lagu yang popular dari suling lamus adalah lagu “keumbang beureum”.

F. Teknik Memegang Suling

Pada umumnya posisi tangan ketika memegang suling adalah tangan kiri di bagian atas dan tangan kanan di bagian bawah suling, walaupun ada sebagian pemain suling yang memegang suling dengan posisi kebalikannya, bahkan ada yang mahir dalam kedua posisi tersebut. Untuk membentuk dan menguasai posisi

(6)

“kuda-kuda” pada saat memainkan suling, bisa dilakukan melalui tahapan latihan berikut:

1. Letakan ibu jari tangan kiri dan kanan di bagian belakang suling (di belakang lubang penjarian), tahapan tersebut dilakukan bersamaan dengan meletakan jari kelingking pada kedua tangan di bagian depan suling atau di bawah lubang pengatur nada dari masing-masing posisi tangan. Fungsi jari jempol dan kelingking pada kedua tangan ketika sedang memainkan suling adalah untuk menahan posisi suling agar tidak lepas dari tangan.

2. Letakan jari-jari lainnya ke bagian lubang pengatur nada/ liang surupan hingga lubang tersebut tertutup rapat oleh jari-jari anda, sesuai dengan posisi tangan anda. Fungsi jari-jari tersebut adalah untuk mengatur (buka tutup) lubang pengatur nada. Dengan meletakan seluruh jari anda kepada suling sesuai dengan instruksi di atas, maka anda telah melakukan sebagian tahapan dari teknik memegang suling (kuda kuda). Tahapan tersebut dianggap sepenuhnya dilakukan jika anda merasa nyaman memegang suling, dan kemudian apabila suling ditiup akan menghasilkan suara yang konsisten pada nada 3 (na) rendah/

sedang/ tinggi pada laras degung. Jika suara yang dihasilkan tidak konsisten pada nada tersebut, artinya posisi jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis dari kedua tangan anda belum menutup lubang pengatur nada dengan sempurna (bocor).

G. Posisi Badan

Pada umumnya suling di dalam estetika penyajian pertunjukan karawitan sunda dimainkan dalam keadaan duduk bersila. Seiring dengan berkembangnya estetika penyajian tersebut, suling tidak hanya dimainkan dalam keadaan duduk bersila, ada yang dimainkan dalam keadaan duduk menggunakan kursi, bahkan ada yang dimainkan dalam posisi berdiri (misalnya dalam penyajian bentuk kesenian

(7)

karawitan kolaborasi). Terlepas dari keadaan atau cara duduk apapun (bersila, menggunakan kursi, atau berdiri), posisi badan yang ideal dalam memainkan suling adalah dengan posisi yang tegap. Posisi badan tegap pada saat memainkan suling, selain dianggap estetis dari segi visual penampilan, juga akan memberikan keleluasaan sirkulasi udara dalam sistem alat pernapasan kita, dan akan membantu seorang pemain suling dalam proses menghasilkan teknik tiupan yang baik.

H. Teknik Tiupan

Secara teknis cara membunyikan suling adalah dengan cara menempelkan bibir kita ke salah satu lubang yang terdapat di bagian atas suling yang disebut lubang sumber suara/ elak-elakan, dan kemudian ditiup dengan perlahan. Posisi bibir bagian atas menempel pada bagian elak-elakan, dan bibir bagian bawah jangan sampai menutup penuh bagian cokrahan, karena suling tidak akan berbunyi dengan sempurna

Referensi

Dokumen terkait