• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas menguasai alam semesta yang ada dibumi dengan cara hyperaktif

N/A
N/A
Tawra Syahri

Academic year: 2024

Membagikan "tugas menguasai alam semesta yang ada dibumi dengan cara hyperaktif"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA :

NIM :

AYAM GORENG NELONGSO PT. BERSAMA PUNCAK. TBK (selanjutnya disebut Perseroan) menawarkan Sebanyak 225.000.000 (dua ratus dua puluh lima juta) Saham Biasa Atas Nama yang seluruhnya adalah saham baru dan dikeluarkan dari portepel, dengan nilai nominal Rp50,- (lima puluh Rupiah) setiap saham, yang mewakili sebanyak 20,00% (dua puluh persen) dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham (“Saham Yang Ditawarkan”), dan ditawarkan kepada Masyarakat dengan Harga Penawaran Rp278,- (dua ratus tujuh puluh delapan Rupiah) setiap saham. Jumlah seluruh nilai Penawaran Umum Perdana Saham ini adalah sebanyak Sebanyak . Jumlah seluruh nilai Penawaran Umum Perdana Saham ini adalah sebanyak Rp62.550.000.000,- (enam puluh dua miliar lima ratus lima puluh juta Rupiah).

Beberapa analis saham menilai bahwa harga ini terlalu murah, sehingga dikhawatirkan harga saham biasa Perseroan dinilai di bawah nilai intrinsiknya oleh emiten dan underwriter. Untuk itu, analisis ini bertujuan untuk membuktikan secara teori apakah harga ditetapkan lebih rendah (underpricing) atau lebih tinggi (overpricing) dari nilai intrinsiknya dan kondisi-kondisi fundamental apa yang menjadi pertimbangan dalam penilaian harga saham tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan pendekatan present value approach (discounted cash-flow techniques) dan relative valuation techniques diperoleh nilai intrinsik saham Perseroan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa saham Perseroan pada saat IPO dinilai terlalu rendah (underpricing) karena nilai intrinsik lebih tinggi dibandingkan harga saham perdana yang ditetapkan.

Keputusan untuk menjual saham pada harga tersebut dipengaruhi oleh kondisi pasar modal yang cenderung belum stabil terlihat dari pergerakan IHSG yang fluktuatif akibat krisis perekonomian global. Meskipun saham Perseroan dijual pada harga yang relatif murah, namun pada perkembangannya harga saham Perseroan justru mengalami penurunan dimana hal ini diakibatkan oleh adanya penurunan kinerja dari Perseroan yang ditandai dengan penurunan laba bersih.Ketidaksanggupan Perseroan untuk mempertahankan kinerja perusahaan pasca-IPO sebaik pada saat sebelum IPO

(2)

mengindikasikan adanya tindakan manajemen laba pada laporan laba rugi Perseroan untuk periode sebelum IPO.

Setiap aset, baik itu aset finansial maupun aset riil memiliki nilai atau value (Damodaran, 2002). Menurut Keown, penilaian harga wajar saham adalah proses membandingkan nilai riil suatu saham dengan harga yang berlaku di pasar dengan memperhatikan faktor fundamental (Ivalandari, 2010). Hal ini bisa dilakukan karena faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi nilai, biasanya lebih lambat perubahannya dibandingkan perubahan harga pasar. Sedangkan menurut Porman (2008), penilaian saham (valuasi) adalah nilai sekarang (present value) dari arus kas imbal hasil yang di harapkan (expected cash flows). Dengan kata lain, hal yang melatarbelakangi value sebagai penyebab dilakukannya investasi adalah bahwa suatu aset dibeli atas dasar expected cash flows dari aset tersebut di masa yang akan datang.

Perhitungan nilai suatu aset (valuasi) dapat dilakukan dengan bermacam-macam pendekatan.Meskipun pendekatan-pendekatan valuasi yang ada bersifat kuantitatif, namun dalam prosesnya tetap membutuhkan asumsi yang subjektif dari tiap pelaku valuasi. Tujuan utamanya adalah untuk memilih saham yang overvalued dan undervalued. Nilai wajar suatu saham dari sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.Untuk mengetahui berapa nilai wajar suatu saham dari sebuah perusahaan, dapat menggunakan analisis fundamental baik melalui pendekatan dari atas ke bawah (top- down approach) ataupun sebaliknya, yaitu bottom-up approach.

Dalam pembahasan menggunakan analisis fundamental melalui top-down approach.

Dimulai dengan menganalisis nilai intrinsik saham perusahaan lingkungan makro ekonomi, kemudian menganalisis industri dimana perusahaan tersebut berada, dan yang terakhir adalah analisis perusahaan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

ANALISIS FUNDAMENTAL

A. Analisis Makro Ekonomi yang Mempengaruhi Kondisi Perseroan Analisis ini menyangkut penilaian umum perekonomian dan pengaruh potensialnya terhadap kondisi pasar modal, seperti pertumbuhan ekonomi, suku bunga dan inflasi.

Karena ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi secara langsung kegiatan seluruh industri dalam negeri sehingga membawa dampak pada kondisi perdagangan dalam pasar modal.

(3)

B. Analisis Industri Sejenis Kondisi industri juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.Investor yang meyakini bahwa kondisi ekonomi menjanjikan prospek investasi yang bagus, juga harus memperoleh derajat keyakinan yang tinggi terhadap kondisi industri.

1. Siklus Hidup Industri dapat dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap Awal Tahap awal suatu industri yang ditandai dengan munculnya teknologi baru atau produk baru dan masih sulit untuk menentukan calon pemimpin pasar.

b. Tahap Konsolidasi Pada tahap ini produk mulai banyak digunakan dan pertumbuhan industri tampak lebih cepat dibanding jenis industri lain. Saat mencapai tahap konsolidasi pertumbuhan laba industri akan meningkat pesat.

c. Tahap Kematangan Fase ini ditandai persaingan yang lebih ketat dari perusahaan-perusahaan di dalam industri.Perusahaan pada fase ini memiliki arus kas yang stabil.

d. Tahap Penurunan Relatif Dalam fase ini, industri bertumbuh kurang dari tingkat ekonomi keseluruhan karena munculnya persaingan dengan kompetitor-kompetitor baru.

2. Analisis Lima Kekuatan

a. Rivalitas antar Perusahaan Persaingan atau rivalitas dalam industri dipengaruhi oleh jumlah, keberanian dan ukuran perusahaan yang ada di dalam industri, serta persaingan dalam industri dipengaruhi oleh pertumbuhan industri.

b. Ancaman Pendatang Baru Ancaman pendatang baru berdampak pada keseimbangan antara permintaan dan penawaran.Apabila jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, maka intensitas persaingan semakin tinggi.

c. Ancaman Produk Substitusi Diferensiasi produk dengan meningkatkan kualitas dan perbandingan harga, dapat meminimalkan dampak ancaman produk dan jasa substitusi.

(4)

d. Daya Tawar Konsumen Posisi daya tawar konsumen berhubungan dengan keseimbangan antara penawaran perusahaan dengan permintaan konsumen.Konsumen melakukan backward integration untuk meningkatkan posisi daya tawarnya.

e. Hubungan Kerjasama dengan Perusahaan Lain Setiap perusahaan biasanya akan bekerjasama dengan perusahaan lain untuk menyediakan layanan tertentu, maupun untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan suatu barang atau jasa.

3. Siklus Bisnis Menurut Jones (2000) siklus bisnis industri dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Industri yang Bertumbuh Terdiri dari perusahaan-perusahaan dengan ekspektasi pertumbuhan laba sangat tinggi di atas rata-rata seluruh industri.

b. Industri Defensif Industri defensif merupakan industri yang tidak terlalu terpengaruh oleh resesi dan kondisi ekonomi yang buruk.

c. Industri Siklikal Merupakan industri yang sangat terpengaruh kondisi ekonomi.

d. Industri yang Sensitif Terhadap Suku Bunga Jenis industri ini sensitif terhadap perubahan suku bunga.

C. Analisis Kinerja Perusahaan

Analisis kinerja perusahaan merupakan proses evaluasi kondisi perekonomian dan risiko suatu perusahaan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menciptakan pandangan yang mendalam mengenai kinerja sekarang dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Diantara beberapa teknis analisis kinerja perusahaan yang ada, alat analisis yang paling sering digunakan adalah analisis rasio.

Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk membuat perbandingan data keuangan yang berarti melalui rasio keuangan, yaitu rasio antar waktu yang dapat dilakukan untuk memprediksi arah pergerakan rasio dan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio perusahaan sejenis lainnya. Dalam industri makanan terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai

(5)

indikator pengukuran kinerja perusahaan. Rasio keuangan yang dapat digunakan sebagaimana dalam Surat Edaran Bank Indonesia tentang Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan ditambah dengan beberapa rasio yang umum diperhitungkan untuk mengukur kinerja bank yaitu pertama Rasio Permodalan, yaitu CAR, Rasio Aktiva Produktif, yang terdiri dari kualitas aset produktif (KAP), NPL- Gross, NPL-Neto, PPAP/CKPN terhadap aset produktif, Pemenuhan PPAP/CKPN; Rasio Rentabilitas, yang terdiri dari ROA, ROE, NIM, BOPO;

dan Rasio Likuiditas, yaitu LDR.

Tahapan dalam analisis fundamental secara top – down approach yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Analisis makro ekonomi, yang diukur melalui PDB (Produk Domestik Bruto), inflasi, tingkat suku bunga/BI rate, dan IHSG. Analisis kondisi industri perbankan, yang diukur melalui identifikasi siklus hidup industri, analisis lima kekuatan, identifikasi siklus bisnis perbankan, serta analisis kinerja perbankan. Analisis kinerja perusahaaan pada saat penawaran perdana diukur dengan menggunakan rasio keuangan.

ANALISIS PROSPEK MASA DEPAN

Beberapa indikator keuangan yang digunakan investor untuk melakukan analisis fundamental dan menjadi cara menganalisis prospek perusahaan antara lain:

– ROE (Return on Equity), yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan dibandingkan dengan jumlah modal yang digunakan.

Semakin tinggi nilai ROE maka akan semakin baik kinerja perusahaan.

– EPS (Earning per Share), yakni keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dalam setiap lembar saham yang dimiliki oleh investor. Semakin tinggi nilai EPS perusahaan maka semakin baik dan menarik bagi investor.

– NPM (Net Profit Margin), yakni rasio profitabilitas yang menggambarkan keuntungan suatu kegiatan usaha berbentuk persentase dari pendapatan atau penjualan bersih.

Semakin tinggi NPM akan semakin baik.

Referensi

Dokumen terkait