• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Mk Hukum-WPS Office

N/A
N/A
Indri hardiyanti kasiuw

Academic year: 2025

Membagikan "Tugas Mk Hukum-WPS Office"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PERKAWINAN ADAT DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU KECAMATAN ARU TENGAH

DESA FATLABATA

Di susun oleh:

NAMA : Damaris F. Langer NIM : 202491016

MK : HUKUM PERDATA Hari : Rabu, 26 Maret 2025

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

TAHUN 2025

(2)

I.

PENDAHULUAN

Perkawinan merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial masyarakat, terutama dalam konteks adat. Setiap daerah memiliki sistem perkawinan yang memiliki kekhasan tersendiri. Begitu juga di daerah Aru, yang terletak di Provinsi Maluku. Masyarakat Aru memiliki tradisi adat yang kental, termasuk dalam hal perkawinan. Di wilayah Aru Tengah, tepatnya di Desa Fatlabata, sistem perkawinan adat memiliki aturan dan proses yang berakar pada nilai-nilai budaya yang telah turun temurun.

Makalah ini akan membahas sistem perkawinan adat di Desa Fatlabata, Aru Tengah.

Pembahasan akan mencakup proses, makna, serta aturan-aturan adat yang mengatur perkawinan di daerah ini, dengan tujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai kebudayaan setempat dalam konteks pernikahan.

II. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG MASYARAKAT ARU TENGAH

Aru adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Maluku. Kabupaten ini terdiri dari beberapa pulau, dengan masyarakat yang mayoritas beragama Islam dan memiliki beragam suku dan bahasa. Di Aru Tengah, khususnya di Desa Fatlabata, kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi oleh tradisi adat yang telah ada sejak lama.

Masyarakat di Desa Fatlabata umumnya merupakan masyarakat yang mengandalkan pertanian, perikanan, dan kegiatan sehari-hari yang berbasis pada kearifan lokal. Mereka sangat menghargai norma dan nilai-nilai adat yang telah diwariskan oleh leluhur mereka. Dalam hal ini, adat perkawinan menjadi salah satu bagian terpenting dalam menjaga keharmonisan dan keseimbangan sosial dalam masyarakat.

III. Sistem Perkawinan Adat di Desa Fatlabata

Sistem perkawinan adat di Desa Fatlabata memiliki aturan yang cukup ketat dan penuh makna. Secara umum, ada beberapa tahap yang harus dilalui oleh pasangan yang ingin menikah, serta sejumlah ritual adat yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak.

1) Pranikah

Sebelum prosesi perkawinan dimulai, calon mempelai pria biasanya harus melakukan pendekatan dengan keluarga calon mempelai wanita. Pendekatan ini dilakukan melalui pertemuan adat yang dikenal dengan sebutan "baca adat". Pada tahap ini, keluarga pria akan menyampaikan maksud mereka untuk menikahkan anak mereka dengan mempelai wanita.

Dalam pertemuan ini, pihak keluarga wanita dapat memberikan syarat-syarat tertentu terkait dengan masa depan pernikahan tersebut, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan harta atau adat.

2) Pemberian Maskawin

(3)

Salah satu ciri khas dalam sistem perkawinan adat di Aru adalah pemberian maskawin atau mahar. Pemberian maskawin adalah bagian dari prosesi penting dalam perkawinan adat di Fatlabata. Mahar ini biasanya berupa uang atau barang berharga yang diberikan oleh pihak pria kepada pihak wanita sebagai tanda keseriusan dalam pernikahan tersebut. Besaran dan bentuk maskawin dapat bervariasi tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak keluarga.

3) Rangkaian Upacara Adat

Setelah tahap pemberian maskawin, rangkaian upacara adat dimulai. Acara ini meliputi berbagai ritual yang diadakan untuk memastikan bahwa pernikahan berlangsung dengan penuh berkah. Salah satu ritual yang penting adalah "cincin adat" yang dikenakan pada kedua mempelai. Cincin ini tidak hanya sebagai simbol ikatan cinta, tetapi juga sebagai simbol kewajiban dan tanggung jawab yang akan dijalani oleh pasangan suami istri setelah menikah.

4) Pernikahan dan Pesta Adat

Setelah upacara adat selesai, biasanya dilanjutkan dengan prosesi pernikahan yang dihadiri oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Masyarakat setempat akan merayakan perkawinan tersebut dengan pesta adat yang melibatkan tarian, musik, dan makanan khas setempat. Pesta ini menjadi sarana untuk menguatkan ikatan sosial dan mempererat hubungan antar keluarga serta masyarakat.

IV. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PERKAWINAN ADAT

Perkawinan adat di Desa Fatlabata bukan hanya sekadar sebuah acara untuk menyatukan dua individu, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkokoh hubungan sosial dan budaya antar keluarga. Ada beberapa nilai yang terkandung dalam sistem perkawinan adat di Aru Tengah, antara lain:

1) Kehormatan Keluarga

Dalam budaya Aru, kehormatan keluarga sangat dijaga dalam proses perkawinan. Setiap tahapan, mulai dari pertemuan keluarga hingga pesta pernikahan, diatur dengan cermat untuk memastikan bahwa kedua belah pihak saling menghormati dan menjaga martabat keluarga.

2) Keterikatan Sosial

Perkawinan adat di Fatlabata juga mengandung nilai keterikatan sosial. Pernikahan bukan hanya menjadi ikatan antara dua individu, tetapi juga antara dua keluarga besar. Oleh karena itu, pernikahan ini sering kali melibatkan banyak pihak dalam prosesnya.

3) Kearifan Lokal

Setiap tahapan dalam sistem perkawinan adat di Fatlabata mengandung kearifan lokal yang mendalam. Ritual-ritual adat yang dilakukan bukan hanya untuk simbolisme, tetapi juga sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan dan harmoni dalam masyarakat.

(4)

V. TANTANGAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PERKAWINAN ADAT

Meskipun sistem perkawinan adat di Desa Fatlabata masih berlangsung hingga sekarang, ada beberapa tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah pengaruh modernisasi dan globalisasi yang membuat sebagian masyarakat mulai meninggalkan tradisi ini. Sebagian generasi muda, misalnya, lebih memilih untuk menikah dengan cara yang lebih praktis, tanpa memperhatikan adat dan ritual yang berlaku.

Namun demikian, masih ada usaha untuk mempertahankan sistem perkawinan adat ini, dengan melibatkan tokoh adat dan pihak berwenang dalam setiap prosesi perkawinan, serta memberikan pendidikan kepada generasi muda mengenai pentingnya menjaga warisan budaya.

VI. KESIMPULAN

Sistem perkawinan adat di Desa Fatlabata, Aru Tengah, merupakan refleksi dari kekayaan budaya yang ada di masyarakat Aru. Meskipun dihadapkan pada tantangan modernisasi, nilai-nilai adat yang terkandung dalam perkawinan adat ini tetap dijaga dan dihormati. Proses perkawinan adat ini bukan hanya soal ikatan pribadi antara dua individu, tetapi juga tentang menjaga kehormatan keluarga, mempererat hubungan sosial, serta melestarikan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Referensi

Dokumen terkait