• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS RESUME BAB 1 ETIKA

N/A
N/A
Rahmaningsi Chahyani

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS RESUME BAB 1 ETIKA "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS RESUME BAB 1 ETIKA

(Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kode Etik)

Dosen Pengampuh : Titin Florentina Purwasetiawatik S.Psi., M.Psi., Psikolog

Di Susun Oleh :

Rahmaningsi Chahyani 4519091006

UNIVERSITAS BOSOWA FAKULTAS PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

2023

(2)

ETIKA

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Etikos atau Ethos yang berarti kebiasaan atau tata cara. Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari apa yang disebut benar dan salah. Etika mempunyai arti yang sama dengan moral yang berasal dari bahasa latin yaitu mos (adat kebiasaan). Oleh karena itu, etika juga sering disebut sebagai filsafat moral (moral philosophy).

RELATIVISME ETIKA

Etika bersifat subjektif dan relatif sekurang-kurangnya dipengaruhi tiga hal berikut (Graham, 2010).

1. Setiap kelompok orang memiliki pendapat moral yang saling berkonflik satu dengan lainnya.

2. Beragam pandangan moral muncul karena tidak ada bukti yang mendukung bahwa salah satu pandangan moral lebih baik daripada lainnya.

3. Tidak dimungkinkan pembuktian empiris karena tidak ada fakta moral yang dapat diobservasi.

Budaya merupakan determinan utama yang menentukan relativisme etika.

Akibatnya Etika berada dalam dunia yang relatif ( penilaiannya bergantung dari siapa yang menilainya). menanggapi perdebatan mengenai relativisme etika sebagian pemikir etika menolak argumen bahwa etika merupakan realitas subjektif ( velasquez, Andre, shanks, dan Meyer, 1992). oleh karena itu, diperlukan kesepakatan mengenai nilai-nilai etik baku yang diterima oleh setiap budaya.

UPAYA MENEMUKAN KESEPAKATAN TENTANG ETIKA

Nilai moral sangat beragam bagi masing-masing individu, sangat sulit untuk menyusun kesepakatan tentang apa yang disebut etis dan tidak etis. dalam menyusun kesepakatan ini, diperlukan suatu hal yang objektif, sama-sama dapat dilihat dan dinilai secara empiris menurut keberadaannya yang nyata. salah satu upaya yang

(3)

dilakukan untuk mengobyektifkan moral adalah melalui konsep realisme moral dan realitas moral.

Realisme moral

Realisme moral merupakan suatu teori yang mengungkapkan bahwa nilai-nilai moral merupakan karakteristik yang dimiliki oleh manusia tetapi respons atau wujud nyata dari nilai-nilai itu merupakan karakteristik dari objek fisik (Graham, 2010).

yang berarti, penilaian terhadap baik atau buruknya sesuatu bersifat implisit dalam diri manusia tetapi manifestasinya dapat terlihat dari perilaku nyata yang tampak.

Piaget (dalam Slavin, 2008) mengungkapkan bahwa realisme moral juga dapat disebut sebagai moralitas heteronom yang berarti tunduk pada aturan yang berlaku tanpa mengetahui alasan dari Aturan itu. semua pelanggaran dalam perilaku tersebut akan mendapat hukuman.

Rasionalisme moral

Pendekatan rasionalisme moral berfokus pada penemuan kebenaran logis dari moral. Terdapat dua metode suatu penjelasan logis dapat beroperasi, yaitu melihat kenyataan faktual dan mempelajari relasi antar ide. Namun penjelasan moral tidak dapat mengandalkan metode kenyataan faktual karena tidak ada fakta moral.

Objektivisme

Rasionalisme moral merupakan bagian dari objektivisme. Oleh karena itu, interaksi rasio- empirik dalam argumen moral dapat diilustrasikan dalam empat pandangan mengenai etika dalam tabel berikut.

Hard Subjectivism

“Tidak ada jawaban benar atas segala pernyataan moral”

Soft Subjectivism

“Tidak ada jawaban benar atas beberapa pernyataan moral”

Hard Objectivism

“Selalu ada jawaban benar atas segala

Soft Objectivism

“Tidak ada jawaban benar atas beberapa

(4)

pernyataan moral” pernyataan moral”

Graham (2010) mengungkapkan bahwa posisi yang paling tepat dalam menjelaskan etika adalah soft objectivism. Jadi, beberapa pertanyaan moral seharusnya menemukan jawaban yang benar berdasarkan investigasi empirirs atas peristiwa yang terjadi, tetapi beberapa pertanyaan mungkin terlalu dalam dan sulit untuk ditemukan satu resolusi paling benar atasnya.

TEORI ETIKA

Hasan (2009) mengklasifikasikan berbagai teori etika ke dalam beberapa kategori berikut.

1. Etika deskriptif: Pendekatan bebas nilai tentang etika yang berusaha menjawab pertanyaan: “ apa yang orang pikir sebagai hal yang benar?”

meliputi relativisme etika.

2. Etika normatif: Mengatur apa yang benar dan salah, berusaha menjawab pertanyaan: “Bagaimana seharusnya seseorang bertindak?” meliputi teori nilai (Virtue Theory) Dan utilitarianisme.

3. Metaetika: Berfokus pada pembahasan tentang asal-usul etika serta maknanya, berusaha menjawab pertanyaan: “ apa sesungguhnya arti kebenaran?”

meliputi personal dan budaya, egoisme, dan altruisme.

4. Etika terapan: Mengkaji masalah khusus yang kontroversial, seperti aborsi, hak-hak hewan percobaan, homoseksualitas, korban kekerasan, dan sebagainya.

Relativisme personal

(5)

Dalam relativisme personal, apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah sepenuhnya diserahkan pada kapasitas subjektif seseorang dalam menentukan benar atau salahnya perilaku yang ia lakukan. Menurut teori ini, standar satu-satunya tentang penilaian moral suatu peristiwa adalah perasaan si pelaku terhadap peristiwa itu. Permasalahan yang timbul dalam pendekatan relativisme personal adalah kesulitan untuk menemukan standar kode etik yang objektif. Dengan demikian, penilaian terhadap fakta direduksi menjadi perasaan terhadap pengalaman karena bersumber pada perasaan yang subjektif. jadi, tidak ada logika yang menjelaskan apakah perilaku itu rasional atau irasional, tetapi lebih pada ekspresi sikap atau perasaan atas pengalaman. Permasalahan lainnya terkait pendekatan ini adalah kecenderungan untuk meremehkan kapasitas berpikir rasional pada manusia (Caroll, Schneider, dan Wesley, 1985). hal terpenting dalam pendekatan ini adalah melakukan apa yang seseorang anggap benar, bukan secara kritis menganalisis nilai dari suatu kebenaran itu.

Relativisme Budaya

Prinsip etik dalam konteks budaya dibedakan ke dalam dua bentuk, yaitu etika dan etiket. etiket berasal dari bahasa Perancis, ettiquette, yang berarti sopan santun;

sedangkan etika berarti tata cara atau kebiasaan yang menentukan benar atau salahnya perilaku. Etika lebih tidak berhubungan dengan budaya, sedangkan etiket lebih ditentukan dan dibentuk oleh budaya di sekelilingnya. Dengan kata lain perilaku beretika membuat seseorang bertindak benar, Sedangkan perilaku beretiket membuatnya bertindak baik. Jadi, jika dalam etika benar atau salahnya perilaku ditentukan oleh hati nurani seseorang; dalam etiket, seseorang mempertahankan perilakunya agar tidak dikucilkan oleh kelompoknya.

Perbedaan antara etika dan etiket.

(6)

ETIKA ETIKET

Membedakan benar dan salah. Membedakan baik dan buruk.

Bersifat pasti, mutlak, absolut. Bersifat situasional, relatif.

Berlaku sekalipun tidak ada orang lain (tidak ada saksi mata).

Hanya berlaku jika ada orang lain (ada saksi mata).

Perilaku dipertahankan karena hati nurani.

Perilaku dipertahankan agar dapat tetap diterima lingkungan.

Egoisme

Dalam teori egoisme, nilai pernyataan benar atau salah suatu perbuatan direfleksikan dari jawaban atas pernyataan: “Apa yang ingin anda capai dalam hidup?” dengan demikian, nilainilai yang dianut dalan diri seseorang diarahkan pada impian dan target pribadi. Terkait pencapaian tujuan, ada dua jenis niali (Graham, 2010), yaitu nilai instrumental dan nilai intrinsik. Nilai instrumental adalah nilai yang diatribusikan sebagai alat untuk mencapai apa yang diinginkan, misalnya uang dan popularitas. Sementara itu, nilai intrinsik merupakan nilai yang dimiliki dari pengalaman, perbuatan, dan atribut itu sendiri. Nilai intrinsik adalah segala hal yang menjadi tujuan sejati dari apa yang kita lakukan dalam hidup.

Egoisme berbeda dengan subjektivisme. Egoisme berkaitan dengan apa yang ingin seseorang lakukan (apa yang menjadi minatnya), sedangkan subjektivisme lebih berpusat pada perasaan seseorang ketika melakukan hal tersebut. Jadi, keduanya memang berpusat pada diri sendiri, tetapi subjektivisme berfokus pada perasaan, sedangkan egoisme lebih berpusat pada tujuan akhir yang ingin dicapai.

Egoisme juga berbeda dengan egois. Egois merupakan perasaan yang berusaha untuk memperjuangkan kenyamanan dan kepuasannya sendiri, sedangkan egoisme adalah kepercayaan bahwa individu hanya melakukan apa yang dianggap penting.

Keinginan dibedakan menjadi dua, yaitu hasrat dan minat. Hasrat adalah segala

(7)

sesuatu yang diinginkan untuk segera terpenuhi, sedangkan minat adalah segala sesuatu yang dianggap penting dalam kesejahteraan hidup.

Naturalisme dan Teori Nilai

Dalam teori naturalisme, apa yang baik bgi manusia sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang independen dari manusia itu sendiri. Yang berarti, penilaian tentang baik atau buruknya sesuatu memang bersifat subjektif, dan relatif, tetapi eksistensinya tidak terlepas dari natur.sifat ciptaan itu sendiri. Dalam Nicomachean Ethics (dalam Graham, 2010) dikatakan bahwa hidup yang baik adalah hidup yang sesuai dengan nilai (virtue). Plato menekankan pentingnya empat nilai: (1) kebijaksanaan, (2) keberanian), (3) kesederhanaan, dan (4) keadilan. Tantangan dari teori ini tampak pada kesulitannya untuk memunculkan satu cara hidup yang dianggap paling baik (sementara menyusun etika memerlukan satu standar). Bahkan, ketika pun dapat ditemukan Salah satu cara hidup yang paling baik, sikap serta tindakan yang dilakukan sebagai bagian dari cara hidup itu bisa saja baik untuk manusia, tetapi tidak baik untuk ciptaan lainnya (yang akhirnya mematahkan klaim etika sebagai

“cara hidup yang paling baik”).

Utilitarianiseme

Teori ini didasari suatu filosofi bahwa untuk mewujudkan keharmonisan dan kebahagiaan dalam bermasyarakat, minat dan tujuan masyarakat perlu ditempatkan lebih tinggi daripada kepentingan diri sendiri maupun golongan (Caroll, Schneider, dan Wesley, 1985). paham ini menekankan bahwa kebahagiaan satu orang tidak pernah lebih penting daripada orang lain. menurut teori ini, ke berpusatan pada kesenangan dan kepentingan diri justru membuat seseorang menjadi tidak senang.

dengan demikian, etika menurut utilitarianisme didasarkan pada suatu paham bahwa kita harus memperhitungkan dampak dari tindakan kita pada orang lain sehingga dengan hal tersebut dapat ditentukan Apakah tindakan itu benar atau salah (Hasan, 2009). Paham utilitarianisme berbeda dengan relativisme budaya karena

(8)

utilitarianisme memungkinkan disepakatinya suatu tindakan yang sebetulnya tidak membuat Sebagian besar orang bahagia. oleh karena itu, utilitarianisme bersifat lebih absolut dan tidak terkait dengan budaya.

Ada sejumlah tantangan dari teori utilitarianisme (Caroll, Schneider, dan Wesley, 1985; Hasan, 2009):

1. Keterbatasan waktu untuk mempertimbangkan secara matang kesenangan dan rasa sakit yang timbul dari tindakan yang diambil.

2. Waktu senggang dapat dianggap sebagai sesuatu yang salah karena tidak memberikan banyak manfaat positif bagi Kebanyakan orang.

3. Kekerasan, penyiksaan, dan perbudakan dapat dianggap tindakan yang benar secara moral sepanjang memberikan lebih banyak manfaat daripada kerugian.

4. Oleh karena sangat berfokus pada konsekuensi yang menyenangkan maka tindakan yang tidak memberikan konsekuensi menyenangkan atau menyakitkan tidak dilakukan, padahal tindakan tersebut bisa saja penting.

Untuk mengatasi keterbatasan yang ada, utilitarianisme dibedakan menjadi dua yaitu, utilitarianisme tindakan dan utilitarianisme aturan (Caroll, Schneider, dan Wesley, 1985). Dalam utilitarianisme tindakan, nilai-nilai moral dipusatkan pada konsekuensi dari tindakan yang dilakukan sehingga nilai moral itu bisa saja runtuh dalam satu situasi spesifik ketika tidak lagi sesuai dengan prinsip utilitas. Sedangkan dalam utilitarianisme aturan, nilai-nilai moral di titik beratkan pada aturan yang ada sehingga aturan Harus dipatuhi tanpa mempertimbangkan prinsip utilitas pada berbagai situasi karena aturan sudah dianggap mempresentasikan prinsip utilitas dalam penyusunannya. Apapun alasannya pelanggaran tidak dapat dibenarkan karena jika ada kondisi yang memungkinkan pelanggaran aturan maka kondisi itu dengan sendirinya melumpuhkan kepercayaan terhadap aturan. dalam perkembangannya, utilitarianisme aturan mendapat kritik, salah satunya adalah kecenderungan terkait

(9)

pada aturan yang sebetulnya tidak memiliki nilai utilitas, bahkan merugikan pihak lain.

Model Kantian

Teori ini adalah jenis teori yang paling banyak diadopsi dalam definisi dan aplikasi kode etik. Hidup yang paling layak dijalani bukan bergantung pada melakukan hal baik karena tidak semua hal baik yang dilakukan berdampak baik pada orang lain. Oleh karena itu, apa yang penting untuk menjadi fokus dari nilai-nilai moral adalah keinginan kita, atau motivasi yang mendasari apa yang kita lakukan karena di situlah kita memiliki kontrol penuh atasnya. Menurut Kant, hanya keinginan bebas yang memiliki nilai intrinsik dan hanya tindakan bebas yang disebut tindakan rasional. Jadi, suatu tindakan hanya dapat diterima secara moral jika dan hanya jika seseorang menghendaki orang lain ( dalam situasi yang sama) diperlakukan dengan cara yang sama dengan dirinya sendiri.

ETIKA, HUKUM, DAN AGAMA

Etika, hukum, dan agama kerap dianggap sebagai tiga hal yang serupa karena ketiganya memberi panduan dalam menentukan apa yang benar dan apa yang salah.

sebuah eksperimen dilakukan oleh Epley dkk. (2009) untuk mengetahui apakah nilai agama mempengaruhi atau dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap etika.

Hasilnya, menunjukkan bahwa apa yang seseorang anggap benar menentukan apa yang ia percaya dianggap benar oleh Tuhannya. Jadi, nilai agama justru ditentukan dari persepsi seseorang terhadap nilai etika.

KERANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIKA

McDonald (2014) Kembangkan model pengambilan keputusan etika. Ada 5 langkah utama yang dikembangkan sebagai berikut.

(10)

1. Identifikasi masalah.

2. Menguraikan alternatif yang mungkin dengan mengidentifikasi Apa yang anda tahu dan tidak tahu.

3. Menggunakan sumber daya etika untuk mengidentifikasi berbagai faktor pada masing-masing alternatif.

4. Mengusulkan resolusi yang memungkinkan dengan mempertimbangkan dampak dari keputusan etika yang diambil.

5. Membuat pilihan

Cara terbaik untuk membuat keputusan etika adalah dengan melibatkan orang lain, terutama teman kerja dan atasan langsung, dalam memberikan pertimbangan sebelum membuat keputusan. guna mempertanggungjawabkan keputusan, penting pula untuk mendokumentasikan keputusan yang diambil secara tertulis beserta alasannya.

Referensi

Dokumen terkait

A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar! 1. Perhatikan beberapa pernyataan berikut: 1) Dapat merubah kecepatan

Meskipun logika tidak membantu menentukan apakah pernyataan-pernyataan tersebut benar atau salah, tetapi jika kedua pernyataan tersebut benar, maka penalaran dengan menggunakan

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau sejumlah

Suatu konjungsi akan mempunyai nilai benar, jika kedua pernyataan benar, tetapi, jika salah satu atau kedua – duanya bernilai salah, maka konjungsi itu bernilai

C.  “Jika p salah, maka q benar”  D.  “Jika q benar, maka p salah”  E.  q benar, maka p benar”. 

Ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang bersifat dinamis dan berdiri dititik tengah diantara pernyataan benar atau salah tanpa memihak pada salah satu jawaban begitu juga

Data pengetahuan diolah dengan cara memberi nilai, setiap jawaban benar diberi nilai 1 dan setiap jawaban salah diberi nilai 0 Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor

Nyatakan Benar atau Salah pada tabel berikut dengan memberi tanda √ pada pernyataan yang benar.. No Pernyataan Benar Salah 25 Angka 4 pada bilangan 4.520 menempati nilai tempat