• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS III SOLUSI DESAIN BANGUNAN DI DAERAH DESERT/DRY TROPICAL REGION

N/A
N/A
Sultan Azmi Abid

Academic year: 2024

Membagikan "TUGAS III SOLUSI DESAIN BANGUNAN DI DAERAH DESERT/DRY TROPICAL REGION "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ARSITEKTUR TROPIS GENAP 2019/2020

TUGAS III

SOLUSI DESAIN BANGUNAN DI DAERAH DESERT/DRY TROPICAL REGION

OLEH :

NAMA : M. Kurniawan H.

STAMBUK : F 221 16 023 KELOMPOK : 4

DITUGASKAN OLEH : Dr Eng. Putery Fitriaty, S.T.,M.T.

PRODI S1 ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS TADULAKO

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Arsitektur Tropis

Iklim tropis adalah sebutan bagi daerah yang memiliki suhu hangat dan disinari oleh sinar matahari sepanjang tahun. Iklim tropis berada di garis ekuator atau khatulistiwa, memiliki luas 40 persen dari total luas permukaan dunia dan menjadi tuan rumah bagi 80 persen keanekaragaman hayati dunia.

Iklim tropis terletak di garis khatulistiwa serta dikenal dengan cuaca yang hangat dan lembap. Suhu udara rata-rata adalah 20°C sampai 30°C. Namun, ketika cuaca tengah terik, suhu bisa naik hingga 32°C sampai 35°C. Wilayah yang memiliki iklim tropis antara lain adalah area Amazon, Brazil, Kongo, Afrika Barat dan Indonesia serta banyak wilayah lainnya di bumi ini.

Iklim tropis pun dapat mempengaruhi daerah dalam berbagai aspek. Mulai dari ekonomi, budaya, flora dan fauna, ataupun kebiasaan masyarakatnya. Salah satu aspek yang dipengaruhi oleh iklim adalah model atau bentuk bangunan di daerah tersebut. Di daerah tropis pun masyarakatnya dapat menyesuaikan rumah-rumah ataupun bangunan mereka dengan iklim tropis. Penyesuaian inilah yang akhirnya kita ketahui dan berkembang sebagai arsitektur tropis.

Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis dan telah beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan rumah tinggal, dalam hal ini khususnya rumah tradisional. Kondisi iklim seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi desain dari rumah-rumah tradisional. Masyarakat pada zaman dahulu dalam membangun rumahnya berusaha untuk menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna mendapatkan desain rumah yang nyaman dan aman.

Arsitektur & Iklim Arsitektur dan iklim dikenal salah satunya sebagai pendekatan arsitektur bioklimatik. Bioklimatik menggambarkan suatu pendekatan desain bangunan yang diinspirasikan keadaan alam dan menggunakan logika yang berkelanjutan didalam setiap aspek suatu proyek, memfokuskan pada optimasi dan penggunaan lingkungan.

Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya.

(3)

Iklim tropis dunia pun ada bermacam-macam. Dan diklasifikasikan berdasarkan iklim matahari. Sehingga tentunya penanganan kenyamanan thermalnya juga harus berbeda. Salah satu dari banyaknya lingkungan tropis dunia adalah tropical hot dry/climate.

Dry tropical region adalah daerah yang memiliki wilayah dengan kelembapan udara relatif rendah atau umumnya dibawah 50% sehingga curah hujan di daerah tersebut sangat rendah yang berakibat di daerah tersebut terbentuk gurun pasir. Serta memiliki kondisi atmosfer jarang terjadi awan sehingga radiasi matahari tinggi.

Melihat karakteristik dari Dry tropical region tersebut, maka perlu adanya penanganan khusus dalam menyikapi masalah kenyamanan thermal dan solusi yang tepat pada desain bangunan di daerah tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul makalah ini adalah “Solusi desain Bangunan di daerah Desert/Dry tropical region”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana menyikapi masalah iklim dan solusi desain di daerah desert/dry tropical region.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu untuk memahami dan mendapatkan solusi desain yang baik terhadap masalah iklim di daerah desert/dry tropical region.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Arsitektur Tropis (Desert/Dry Tropical Region)

Adanya perbedaan-perbedaan iklim ini, disebabkan oleh posisi relatif dari suatu daerah yang ada di bumi sehubungan dengan Equator, sehingga suatu wilayah mempunyai iklim dan juga karakteristik yang berbeda-beda.

Iklim sering diartikan sebagai kondisi dari rata-rata cuaca yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu yang sangat panjang.

Tropis adalah salah satu zona iklim yang ada di bumi. Wilayah tropis terletak di wilayah isotermal bagian utara dan juga selatan bumi, yaitu 23,5° Lintang Utara hingga 23,5° Lintang Selatan.

Iklim Tropis merupakan sebutan untuk wilayah yang mempunyai suhu hangat dan juga disinari dengan cahaya matahari selama sepanjang tahun. Iklim Tropis terletak di garis khatulistiwa atau Equator dan mempunyai luas sekitar 40% dari total luas dunia dan juga tuan rumah dari 80% keanekaragaman hayati yang ada di dunia.

Jenis – Jenis Iklim Tropis

Secara umum, iklim tropis ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Tropis Basah dan juga Tropis Kering. Berikut ini merupakan penjelasan dari kedua jenis Tropical Climate ini, yaitu :

1. Tropis Basah

Tropis Basah merupakan salah satu jenis Tropical Climate dengan musim panas yang lembab. Artinya, pada saat musim panas tiba sering terjadi hujan yang disertai dengan badai dan juga topan.

Negara kita sendiri, yaitu Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki Wet Tropical atau daerah yang bersuhu hangat dan lembab, berikut ini ciri-cirinya, yaitu :

 Memiliki tingkat kelembaban udara yang sangat tinggi yaitu sekitar 90%.

 Terjadinya curah hujan yang sangat tinggi.

 Mempunyai tingkat suhu tahunan yang berada di atas 18° C yaitu bisa mencapai 38° C saat musim kemarau tiba.

 Perbedaan yang terjadi antara musim tidak terlalu terlihat, kecuali untuk periode dengan sedikit hujan dan banyak hujan, disertai dengan angin kencang.

(5)

Dengan adanya badan air seperti sungai, danau dan laut, juga tanah yang mengandung air maka dengan energi dan radiasi panas matahari terbentuklah awan hasil penguapan, dengan hujan yang terjadi hampir sepanjang tahun dan umumnya curahnya cukup tinggi. Awan pada langit ini dapat berfungsi sebagai filter radiasi panas matahari ke bumi saat siang hari, dan pemantul reradiasi panas matahari saat malam hari ketika panas dari bumi sedang dilepas ke angkasa. Maka pada daerah tropis basah tidak terjadi perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam hari.

2. Tropis Kering

Tropis Kering atau Dry Tropical ini merupakan kebalikan dari Tropis Basah. Dry Tropical terdiri dari stepa, savanna kering, dan juga gurun pasir.

Di bawah ini terdapat beberapa ciri-ciri dari Tropis Kering, yaitu diantaranya sebagai berikut :

 Memiliki tingkat kelembaban udara yang cukup rendah yaitu berkisar dibawah 50%.

 Mempunyai curah hujan yang relatif rendah.

 Tingkat radiasi matahari yang ada di daerah dengan iklim tropis langsung tinggi dan juga maksimal, karena jarang mempunyai awan.

 terdapat banyak gurun pasir karena hujan sangat jarang terjadi.

 Ketika sore hari, batu-batu itu sering terdengar seperti meledak karena terjadinya perubahan suhu yang sangat ekstrem.

 Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat dingin bila dibandingkan tanah basah/lembab).

 Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis. Pada siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi badai angin pasir karena dataran yang luas.

Pada daerah tropis kering, suhu udara cukup tinggi, tetapi kelembapan udara sangat rendah. Hal ini disebabkan sedikitnya penguapan air karena kondisi tanah yang kering bahkan dapat berupa pasir, juga sulit dijumpai badan air berupa sungai dan danau yang cukup untuk pembentukan awan.

Saat siang hari suhu udara dan bumi menjadi panas tanpa filter awan dan sebaliknya saat reradiasi malam hari panas dari bumi lebih cepat lepas ke angkasa. Maka terjadilah perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam hari.

(6)

B. Arsitektur Tropis dan Desain Klimatik (Desert/Dry Tropical Region)

Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban/ adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus di antisipasi oleh arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material impor.

Sementara desain Klimatik adalah desain bangunan yang merespon iklim dan lingkungannya dengan melibatkan penggunaan prinsip-prinsip desain surya dan pemahaman tentang hubungan yang kompleks antara desain arsitektur, bahan bangunan, perilaku manusia dan elemen iklim yang bertujuan pada kenyamanan penghuni dan efisiensi energi.

Gambar 2.1. Contoh Desain Bangunan di daerah iklim tropis kering

Agar dapat diperoleh kenyamanan termal seoptimal mungkin maka berdasarkan iklim sebaiknya dimensi bangunan dikontrol dengan proporsi tertentu. Dengan cara ini diharapkan perolehan radiasi panas matahari saat musim kemarau/panas dan kehilangan panas dalam bangunan saat musim hujan/dingin dapat terjadi semninimal mungkin.

(7)

Gambar 2.2. Bentuk dan Proporsi bangunan berdasarkan zona iklim

Di daerah Tropis Kering, bangunan biasanya memiliki patio, yaitu ruang terbuka di tengah massa bangunan. Ruang ruang berorientasi ke arah patio dan bukaan pada fasad luar dibatasi. Kadang patio dilengkapi dengan kolam untuk passive cooling. Dengan cara ini diperoleh pembayangan, suhu udara yang lebih sejuk, dan terhindar dari debu luar ruangan.

C. Prinsip Desain Arsitektur Tropis (Desert/Dry Tropical Region)

Arsitektur tropis adalah Gaya Arsitektur dikembangkan sebagai gaya arsitektur khusus yang membuat adaptasi bangunan yang lebih baik dalam menghadapi iklim tropis dengan segala karakteristiknya.

Iklim tropis dikenal cukup ganas untuk merusak banyak material bangunan seperti baja dan kayu. Curah hujan yang tinggi membuat baja mudah berkarat dan membuat kayu mudah jamuran dan lapuk. Oleh karena itu, Arsitektur tropis menggunakan lapisan finishing yang lebih banyak, seperti cat dan coating. Sehingga arsitektur tropis lebih mengutamakan penggunaan material local yang telah teruji di iklim tersebut.

Dalam gaya ini, yang menjadi fokus utama adalah menciptakan bangunan yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan tropis sehingga nyaman ditinggali bagi penghuninya. Arsitektur tropis mengusahakan bangunan agar menjadi pasif, yang artinya dapat beradaptasi secara otomatis (secara desain) tanpa perlu adanya tambahan energi.

(8)

Dengan kondisi iklim dan cuaca yang spesifik di setiap area bumi, maka setiap site pun memiliki potensi dan kendala yang spesifik terkait iklim dan cuaca masing- masing, termasuk iklim mikro. Dalam proses desain, analisis site mutlak dilakukan agar dapat disimpulkan potensi site yang dapat dioptimalkan, sebaliknya justru kendala site yang harus diantisipasi. Sehingga setiap solusi desain bangunan dan lingkungannya akan spesifik dan dapat memberi kenyamanan, terutama dari sisi termal bagi penggunanya.

Prinsip desain untuk daerah tropis kering agar dapat tercapai kenyamanan termal:

1. Sistem ventilasi yang kecil agar debu dan pasir yang tertiup angina tidak masuk ke dalam bangunan.

2. Selubung bangunan yang tebal mampu menahan rambatan panas ke dalam ruang saat siang hari, tetapi sebaliknya dengan reradiasi mampu menghangatkan saat malam hari.

3. Massa bangunan yang rapat agar saling memberi pembayangan. Yang memperkecil bidang tangkapan sinar matahari dengan atap-atap datar dan rumah-rumah kecil berdekatan satu sama lain saling membayangi, jalan-jalan sempit selalu terbayang.

Atap datar juga untuk menghindari angin kencang, karena curah hujan rendah.

4. Bentuk atap datar karena curag hujan minim sepanjang tahun.

5. Pendinginan secara pasif menggunakan elemen air yang saat menguap akan mengambil kalor dari udara. Dapat dilakukan dengan cara menambah kelembaban ruang dalam dengan air mancur yang dibawa angin sejuk.

6. Mempergunakan bahan-bahan dengan time lag tinggi agar panas yang diterima siang hari dapat menghangatkan ruangan di malam hari. Konduktivitas rendah agar panas siang hari tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Berat jenis bahan tinggi, dimensi tebal agar kapasitas menyimpan panas tinggi.

7. Pola pemukiman rapat dan jalan yang berbelok untuk memotong arus angina 8. Bangunan efisien bila rendah, masif dan padat.

(9)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Topik

 Nama kota : Fes-Sais, Morocco

 Negara : Maroko

 Jenis topografi : Wilayah Maroko sebagian besar bergunung-gunung. Di wilayah paling tenggara di negara itu, tanahnya gersang, karena kedekatannya dengan gurun Sahara.

 Jarak dari laut atau badan air seperti sungai dan danau : 579 m (1900 ft).

 Letak astronomis (Lintang, Bujur dan Altitude) : 33°55'N, 4°58'W

B. Karakteristik Iklim

Menurut Holdridge life zones system of bioclimatic classification Fes-Sais terletak di atau dekat dengan bioma hutan kering beriklim kering.

(10)

C. Respon Bangunan Tradisional Prinsip desain.

1. Sistem ventilasi yang kecil agar debu dan pasir yang tertiup angina tidak masuk ke dalam bangunan.

2. Selubung bangunan yang tebal mampu menahan rambatan panas ke dalam ruang saat siang hari, tetapi sebaliknya dengan reradiasi mampu menghangatkan saat malam hari.

3. Massa bangunan yang rapat agar saling memberi pembayangan.

4. Bentuk atap datar karena curag hujan minim sepanjang tahun.

5. Pendinginan secara pasif menggunakan elemen air yang saat menguap akan mengambil kalor dari udara.

Tampak Bangunan

Material pada dinding bangunan adalah dinding lumpur cluster yang tebal.

(11)

Denah Tipikal

Contoh skema dari aplikasi rammed earth dan adobe masonry di dalam bangunan. Studi kasus Hotel Dar Esseltane di Tissergat, Drâa Valley, Maroko. (kredit: Baglioni E., 2009)

Denah tipikal bangunan memiliki bukaan di tengah tengah bangunannya.

(12)

D. Penerapan Prinsip Desain ke Arsitektur Modern Bandara Udara Fes Saiss Maroko

Bandara udara ini memadukan gaya modern dan tradisional pada bangunannya.

Penggunaan atap datar, second skin sebagai shading, double layer wall, hiasan dan ornament kaca khas maroko dan ventilasi yang tidak besar.

(13)

KESIMPULAN

Bangunan di daerah beriklim tropis sebaiknya mendapatkan perlakuan yang khusus dan sesuai sehingga kenyamanan thermal pada bangunan bisa tercipta. Perlakuan tersebut juga berbeda beda tergantung dari iklim tropis di wilayah tersebut yang dimana iklim tropisnya terbagi, yang terdiri atas iklim tropis basah ataupun iklim tropis kering.

Dalam proses desain, analisis site mutlak dilakukan agar dapat disimpulkan potensi site yang dapat dioptimalkan, sebaliknya justru kendala site yang harus diantisipasi. Sehingga setiap solusi desain bangunan dan lingkungannya akan spesifik dan dapat memberi kenyamanan, terutama dari sisi termal bagi penggunanya.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

http://devidwierianti.blogspot.com/2016/11/mengetahui-tentang-arsitektur-tropis.html https://www.idntimes.com/science/discovery/nena-zakiah-1/fakta-unik-iklim-tropis/4 https://rimbakita.com/iklim-tropis/

https://azzamstudio.com/kaitan-arsitektur-iklim-dan-cuaca/

http://okrek.blogdetik.com/arsitektur-tropis-kering-strategi-untuk-bangunan https://rumus.co.id/iklim-tropis/

http://abarchitects.blogspot.com/2013/10/arsitektur-tropis.html

https://www.arsitur.com/2017/03/pengertian-arsitektur-tropis-dan-ciri.html Nur Laela Latifah, ST. MT. ,(2015) Fisika Bangunan 1.

https://friendlymorocco.com/news/a-new-fascinating-station-in-fes-saiss-airport/

Referensi

Dokumen terkait