TUGAS
UJIAN AKHIR SEMESTER
PEMBELAJARAN DARING DAN BAURAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Daring dan Bauran Dosen Pengampu: Laila Wati, M.Pd.
Disusun oleh:
Nama : L. Hendra Fatoni NIM : 23050205122
PENDIDIKAN PROFESI GURU BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HAMZANWADI 2024
Mengatasi Kesenjangan Teknologi di Sekolah dan Masyarakat: Solusi untuk Masa Depan yang Lebih Adil dan Setara
Kesenjangan teknologi di sekolah dan masyarakat menjadi isu yang semakin mendesak di era digital ini. Di sekolah-sekolah, perbedaan akses terhadap perangkat dan internet menghambat proses belajar-mengajar. Siswa yang bersekolah di daerah perkotaan atau sekolah dengan anggaran yang lebih besar memiliki akses yang lebih baik terhadap teknologi dibandingkan dengan siswa di daerah pedesaan atau sekolah dengan anggaran terbatas. Hal ini menciptakan disparitas dalam kualitas pendidikan dan peluang masa depan. Masyarakat juga menghadapi masalah serupa, di mana kelompok yang kurang mampu atau tinggal di daerah terpencil sering kali tertinggal dalam akses informasi dan kesempatan ekonomi. Oleh karena itu, mengatasi kesenjangan teknologi menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.
Di lingkungan sekolah, kesenjangan teknologi terlihat jelas dalam akses terhadap komputer, tablet, dan internet yang memadai. Siswa di sekolah dengan fasilitas lengkap dapat belajar dengan bantuan teknologi canggih, sementara siswa di sekolah lain mungkin hanya memiliki akses terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali. Solusi untuk masalah ini meliputi peningkatan anggaran pendidikan untuk pembelian perangkat teknologi dan penyediaan internet yang memadai di semua sekolah. Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang memastikan distribusi sumber daya secara merata. Selain itu, pelatihan bagi guru untuk memaksimalkan penggunaan teknologi dalam pengajaran juga sangat penting. Dengan demikian, semua siswa dapat memperoleh manfaat yang sama dari kemajuan teknologi.
Di masyarakat, kesenjangan teknologi juga terlihat dalam perbedaan akses terhadap internet dan perangkat digital. Warga di perkotaan biasanya memiliki akses yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah pedesaan atau terpencil. Solusi yang dapat diterapkan termasuk pengembangan infrastruktur telekomunikasi di daerah-daerah yang kurang terlayani. Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk membangun jaringan internet yang lebih luas dan terjangkau.
Program subsidi untuk perangkat digital bagi keluarga kurang mampu juga dapat membantu mengurangi kesenjangan. Dengan akses yang lebih merata, masyarakat dapat lebih mudah terhubung dan memanfaatkan peluang ekonomi serta pendidikan yang tersedia secara online.
Pendidikan literasi digital juga sangat penting dalam mengatasi kesenjangan teknologi. Banyak orang, terutama di masyarakat pedesaan atau yang kurang mampu, masih kurang memahami cara menggunakan teknologi dengan efektif. Program pelatihan literasi digital yang diselenggarakan oleh pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi non-pemerintah dapat meningkatkan keterampilan dan pemahaman masyarakat tentang teknologi. Pelatihan ini harus mencakup penggunaan dasar perangkat digital, keamanan internet, serta cara memanfaatkan teknologi untuk
pendidikan dan peluang kerja. Dengan pengetahuan yang lebih baik, masyarakat akan lebih mampu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Selain itu, peningkatan kesadaran tentang pentingnya teknologi dalam kehidupan sehari-hari juga diperlukan. Banyak orang yang belum sepenuhnya memahami manfaat teknologi, baik untuk keperluan pribadi maupun profesional. Kampanye kesadaran yang intensif dapat membantu mengubah pola pikir ini, menunjukkan bagaimana teknologi dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan akses terhadap informasi. Misalnya, mempromosikan penggunaan teknologi dalam bidang pertanian, kesehatan, dan bisnis kecil. Dengan memahami manfaat konkret dari teknologi, masyarakat akan lebih termotivasi untuk belajar dan mengadopsi teknologi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Kolaborasi antara berbagai pihak sangat penting untuk mengatasi kesenjangan teknologi di sekolah dan masyarakat. Pemerintah, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan organisasi non-pemerintah harus bekerja bersama untuk mengimplementasikan solusi yang komprehensif. Perusahaan teknologi dapat bermitra dengan sekolah-sekolah dan komunitas untuk menyediakan perangkat dan pelatihan. Pemerintah dapat membuat kebijakan yang mendukung distribusi teknologi yang lebih merata dan mendanai program-program literasi digital. Dengan kerja sama yang solid, kesenjangan teknologi dapat diatasi secara efektif, memungkinkan semua lapisan masyarakat untuk menikmati manfaat kemajuan teknologi dan membuka peluang baru untuk masa depan yang lebih cerah.
Scenario/Aktivitas Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP Menggunakan Poster Digital
Judul: Meningkatkan Kemampuan Menulis dan Berbicara melalui Poster Digital Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur poster yang baik.
2. Siswa mampu membuat poster digital yang informatif dan menarik.
3. Siswa mampu mempresentasikan poster digital dengan percaya diri di depan kelas.
Alat dan Bahan:
• Komputer/laptop/tablet
• Akses internet
• Aplikasi pembuat poster digital (misalnya, Canva, Adobe Spark, atau Google Slides)
• Materi pelajaran yang akan dijadikan konten poster
• Proyektor dan layar (untuk presentasi) Langkah-langkah Pembelajaran:
Pendahuluan (15 menit):
✓ Guru memulai kelas dengan salam dan berdoa.
✓ Guru menyapa siswa dan memeriksa kehadiran.
✓ Peserta didik menyimak guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu membuat dan mempresentasikan poster digital.
✓ Peserta didik mengamati contoh poster digital dan menyimak guru menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam poster tersebut (judul, gambar, teks, warna, dll).
✓ Peserta didik berdasama guru berdiskusi tentang pentingnya poster sebagai media informasi.
✓ Peserta didik memberikan/menceritakan contoh poster yang pernah mereka lihat dan membahas apa yang membuat poster tersebut menarik.
Kegiatan Inti (60 menit):
Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, masing-masing terdiri dari 3-4 siswa.
Setiap kelompok memilih topik yang akan dibuat menjadi poster digital, misalnya tema kesehatan, lingkungan, atau budaya lokal.
Kelompok mendiskusikan isi poster: informasi apa yang akan disampaikan, gambar apa yang akan digunakan, dan bagaimana desain posternya.
Peserta didik membuat sketsa awal poster di atas kertas.
Peserta didik mulai membuat poster digital menggunakan aplikasi yang telah ditentukan.
Guru berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan.
Setiap kelompok mempresentasikan poster digital yang telah mereka buat di depan kelas menggunakan proyektor.
Peserta didik menjelaskan isi poster, proses pembuatan, dan alasan pemilihan desain tertentu.
Peserta didik lain memberikan tanggapan dan pertanyaan tentang poster yang dipresentasikan.
Guru memberikan umpan balik konstruktif kepada setiap kelompok.
Penutup (15 menit):
❖ Peserta didik bersama guru merefleksikan kegiatan hari ini: apa yang mereka pelajari dan bagaimana mereka bisa menggunakan keterampilan ini di masa depan.
❖ Guru memberikan apresiasi atas usaha dan kerja keras siswa.
❖ Guru menyampaikan informasi pembelajaran berikutnya.
❖ Guru menutup kelas dengan berdoa dan salam.
Penilaian:
• Proses (30%): Partisipasi aktif dalam diskusi kelompok dan proses pembuatan poster.
• Produk (40%): Kualitas poster digital berdasarkan kriteria seperti kejelasan informasi, kreativitas, dan desain.
• Presentasi (30%): Kemampuan menyampaikan informasi dengan jelas dan percaya diri saat presentasi.
Link poster digital:
https://drive.google.com/file/d/1W-
z9mPrh58vaOF3U07toZhMugcIuvxMc/view?usp=drive_link https://drive.google.com/file/d/1FW-
LuQheoYRNtesK88jZ79QuM0WY5zfQ/view?usp=drive_link
Scenario/Aktivitas Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP Menggunakan Digital Storytelling
Judul: Meningkatkan Kemampuan Menulis dan Berbicara melalui Digital Storytelling
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur cerita yang baik.
2. Siswa mampu membuat cerita digital yang kreatif dan menarik.
3. Siswa mampu mempresentasikan cerita digital dengan percaya diri di depan kelas.
Alat dan Bahan:
• Komputer/laptop/tablet
• Akses internet
• Aplikasi pembuatan cerita digital (misalnya, Adobe Spark, Storybird, atau Google Slides)
• Mikrofon dan kamera (jika tersedia)
• Proyektor dan layar (untuk presentasi) Langkah-langkah Pembelajaran:
Pendahuluan (15 menit):
✓ Guru memulai kelas dengan salam dan berdoa.
✓ Guru menyapa siswa dan memeriksa kehadiran.
✓ Guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu membuat dan mempresentasikan cerita digital.
✓ Guru menunjukkan contoh cerita digital dan menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam cerita tersebut (plot, karakter, setting, tema, dll).
✓ Guru mengajak siswa berdiskusi tentang cerita favorit mereka dan apa yang membuat cerita tersebut menarik.
✓ Siswa memberikan contoh elemen cerita yang mereka sukai dan alasan di balik pilihan mereka.
Kegiatan Inti (60 menit):
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, masing-masing terdiri dari 3-4 siswa.
Setiap kelompok memilih tema untuk cerita mereka, misalnya petualangan, persahabatan, atau kehidupan sehari-hari.
Kelompok mulai menyusun alur cerita, menentukan karakter, dan setting.
Mereka membuat sketsa atau storyboard untuk memvisualisasikan cerita.
Siswa mulai membuat cerita digital menggunakan aplikasi yang telah ditentukan. Mereka menambahkan teks, gambar, suara, dan efek lain yang mendukung cerita.
Guru berkeliling kelas untuk memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan.
Setiap kelompok mempresentasikan cerita digital yang telah mereka buat di depan kelas menggunakan proyektor.
Siswa menceritakan isi cerita, proses pembuatan, dan alasan di balik pemilihan elemen cerita tertentu.
Siswa lain memberikan tanggapan dan pertanyaan tentang cerita yang dipresentasikan.
Guru memberikan umpan balik konstruktif kepada setiap kelompok.
Penutup (15 menit):
❖ Guru mengajak siswa untuk merefleksikan kegiatan hari ini: apa yang mereka pelajari dan bagaimana mereka bisa menggunakan keterampilan ini di masa depan.
❖ Guru menutup kelas dengan memberikan apresiasi atas usaha dan kerja keras siswa, berdoa, dan salam.
Penilaian:
• Proses (30%): Partisipasi aktif dalam diskusi kelompok dan proses pembuatan cerita.
• Produk (40%): Kualitas cerita digital berdasarkan kriteria seperti alur cerita, karakter, kreativitas, dan penggunaan media.
• Presentasi (30%): Kemampuan menyampaikan cerita dengan jelas dan percaya diri saat presentasi.
Link storytelling:
https://www.youtube.com/watch?v=u4lBUfZY8jA
https://drive.google.com/file/d/1oPFbbBu-uiqk94B3iCJaYFfqOTl95T9- /view?usp=drive_link
Refleksi Mata Kuliah Pembelajaran Daring dan Bauran
Selama mengikuti mata kuliah Pembelajaran Daring dan Bauran, saya memperoleh banyak pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk dunia pendidikan modern. Pada siklus pertama, kami mempelajari beberapa metode seperti digital storytelling, desain instruksional, literature circle, discovery learning, problem- based learning, dan project-based learning. Setiap metode ini memberikan wawasan tentang bagaimana memanfaatkan teknologi dan pendekatan inovatif untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan menarik bagi siswa. Pembelajaran melalui digital storytelling, misalnya, membantu siswa mengembangkan kreativitas dan keterampilan bercerita dengan bantuan media digital. Metode desain instruksional memberikan panduan tentang bagaimana merancang materi pembelajaran yang sistematis dan terstruktur.
Pada siklus kedua, fokus pembelajaran beralih ke konsep-konsep kunci yang mendasari perlunya teknologi dalam pembelajaran. Kami mempelajari konsep pembelajaran daring dan bauran, serta pentingnya pelibatan siswa dalam pembelajaran daring. Pembelajaran daring mengajarkan kami tentang platform dan alat yang dapat digunakan untuk mengelola kelas online secara efektif. Konsep pembelajaran bauran menggabungkan pembelajaran tatap muka dan daring untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih fleksibel dan adaptif. Melibatkan siswa dalam pembelajaran daring juga menjadi perhatian utama, karena partisipasi aktif siswa adalah kunci untuk keberhasilan pembelajaran daring.
Salah satu materi yang paling berkesan dan sangat mendukung profesi saya sebagai pengajar nantinya adalah discovery learning dan project-based learning. Kedua metode ini sangat relevan dengan kebutuhan pembelajaran abad ke-21, yang menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan pemecahan masalah. Discovery learning mendorong siswa untuk menjadi peneliti aktif, sementara project-based learning memberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dalam proyek nyata yang bermakna. Kedua pendekatan ini sangat efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa dan membuat pembelajaran lebih kontekstual dan relevan.
Sebaliknya, materi yang menurut saya kurang mendukung sebagian profesi sebagai pengajar adalah literatur circle. Meskipun literatur circle memiliki manfaat dalam meningkatkan keterampilan membaca dan diskusi, penerapannya mungkin kurang relevan untuk mata pelajaran yang lebih bersifat eksakta atau teknik. Namun, literatur circle lebih cocok untuk pelajaran bahasa dan sastra sebagaimana bidang saya geluti, di mana diskusi tentang teks adalah bagian integral dari kurikulum. Bagi pengajar yang mengajar mata pelajaran yang lebih teknis atau ilmiah, metode ini mungkin tidak seefektif metode lain seperti problem-based learning atau project-based learning.
Pengalaman belajar tentang platform pembelajaran juga sangat bermanfaat. Saya mempelajari bagaimana memanfaatkan berbagai platform seperti Google Classroom,
Moodle, dan platform lainnya untuk mengelola kelas daring. Pengetahuan ini tidak hanya membantu dalam mengorganisir materi dan tugas, tetapi juga dalam melacak kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Platform-platform ini menawarkan berbagai fitur yang memudahkan interaksi dan kolaborasi antara siswa dan pengajar, yang sangat penting dalam konteks pembelajaran daring.
Secara keseluruhan, mata kuliah ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan efektif. Pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh dari mata kuliah ini akan sangat berguna dalam mendukung profesi saya sebagai pengajar di masa depan. Dengan memanfaatkan berbagai metode pembelajaran dan platform teknologi yang telah dipelajari, saya yakin dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan responsif terhadap kebutuhan siswa.