• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uang - Bank Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Uang - Bank Indonesia"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

Bisa dibayangkan betapa sulitnya hidup dalam ekonomi modern ini tanpa benda-benda yang bisa dijadikan alat tukar. Fungsi khusus meliputi empat fungsi di atas dan fungsi lainnya, yaitu sebagai alat pembayaran (medium of exchange) dan sebagai ukuran umum nilai (common measure of value). Penggunaan benda sebagai alat tukar (selanjutnya disebut uang) pada awalnya hanya berdasarkan kesepakatan para pihak.

Di berbagai tempat atau kelompok masyarakat, benda yang digunakan sebagai alat tukar berbeda-beda dan sangat beragam. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, benda yang pada awalnya digunakan sebagai alat tukar yang kemudian dikenal sebagai uang tentu saja hanya berlaku bagi sekelompok orang dalam suatu wilayah tertentu. Penggunaan logam mulia ini sebagai alat pembayaran mengalami pasang surut, antara lain karena terbatasnya ketersediaan dan/atau mahalnya biaya penambangan logam tersebut.

Uang kertas pertama kali digunakan sebagai pengganti sementara tembaga (awal abad ke-9 di Cina). Dalam sejarah awal penggunaan uang sebagaimana diuraikan sebelumnya, secara implisit terlihat bahwa penguasa daerah atau negara yang bersangkutanlah yang memiliki kekuasaan untuk menciptakan dan mengedarkan uang.11 Contohnya adalah penciptaan uang kertas untuk pertama kali pada awal abad ke-9 yang dilakukan oleh kaisar Cina. Hampir semua negara di dunia memiliki lembaga yang bertugas menjalankan fungsi otoritas moneter, salah satunya mengeluarkan dan mengedarkan uang.12 Di Indonesia, fungsi ini sesuai dengan undang-undang yang berlaku, yaitu dilakukan oleh Bank Indonesia yang merupakan bank sentral Republik Indonesia.13 Fungsi otoritas kebijakan moneter di berbagai negara pada umumnya juga dilaksanakan.

11 Sejauh ini pembahasan dalam paragraf ini yang dimaksud dengan uang adalah jenis uang dalam bentuk fisik yang kita kenal secara umum, yaitu uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat.

Uang Beredar

Mata uang atau uang tunai sebagaimana diuraikan di atas sebenarnya merupakan jenis uang beredar dalam arti sempit. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jumlah uang beredar didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter kepada sektor swasta domestik. Jumlah uang beredar dalam arti sempit, sering diberi simbol M1, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter kepada sektor swasta domestik yang terdiri dari mata uang (C) dan uang giral (D).

Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut likuiditas ekonomi dan diberi sebutan M2, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter kepada sektor swasta domestik, yang terdiri dari uang tunai (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T). Di AS, misalnya, definisi uang beredar tidak hanya mengenal istilah M1 dan M2, tetapi juga M3. Pada saat itu simpanan berupa giro (giro) yang menggantikan uang tunai, karena giro saat ini diakui sebagai uang beredar.

Dalam perkembangan selanjutnya, pentingnya uang beredar berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan di bidang keuangan dan perbankan. Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, Federal Reserve Amerika Serikat tidak hanya menggunakan jumlah uang beredar dalam menghitung jumlah uang beredar.

Mekanisme Penciptaan Uang

Mata uang bank umum dan giro di bank sentral disebut di bawah ini sebagai uang primer atau uang inti, karena jenis uang ini merupakan inti atau "pokok" dalam proses penciptaan jumlah uang beredar, yang sudah dikenal sebelumnya. deskripsi, yaitu mata uang, giro dan uang kertas. Di Indonesia uang primer didefinisikan sebagai kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia) kepada swasta domestik dan bank umum dalam bentuk uang kertas dan uang logam di luar Bank Indonesia, serta giro dari bank umum di Bank Indonesia. Ilustrasi perkembangan uang primer dan uang beredar di Indonesia dalam dua dekade terakhir dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Penambahan saldo giro Bank A di Bank Indonesia efektif menciptakan uang primer sebesar Rp5 miliar. Bentuk base money bisa berupa saldo rekening giro Bank A di Bank Indonesia atau bisa juga berupa uang tunai yang diterima eksportir. Berdasarkan contoh di atas, uang primer di Indonesia dapat didefinisikan sebagai :. i) uang tunai (mata uang) yang dimiliki oleh bank publik dan komersial, ditambah. ii) saldo giro atau cadangan bank umum dan bank umum di Bank Indonesia.

Jadi mata uang adalah uang dasar, tetapi tidak semua uang dasar adalah mata uang. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi uang primer, terlebih dahulu perlu diketahui neraca otoritas moneter. Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembuatan uang beredar, penambahan uang primer sebesar Rp 1 juta dapat mengakibatkan peningkatan jumlah uang beredar menjadi sekitar Rp 20 juta, yaitu dalam bentuk kredit.

Seperti diketahui dari neraca Otoritas Moneter bahwa uang dasar umumnya terdiri dari mata uang (C) dan giro dari bank komersial di bank sentral (R) atau dapat dirumuskan dalam persamaan berikut: 27. Di atas rumusan adalah pengertian pengganda uang, yaitu perbandingan atau perbandingan antara jumlah uang beredar dan uang primer. Dengan demikian, hubungan antara uang kuasi dan giro akan berubah sejalan dengan perubahan tingkat pendapatan.

Dari penjelasan sekuensial di atas, diketahui bagaimana hubungan antara uang primer dan jumlah uang beredar yang dicerminkan dengan adanya pengganda uang. Kita juga melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan uang primer dan pengganda uang. Dengan cara berpikir yang sederhana, kita juga dapat memahami bahwa jumlah uang beredar adalah hasil perkalian uang pokok dengan pengganda uang.

Faktor-faktor tersebut terkait dengan perubahan transaksi keuangan masyarakat yang tercermin pada pos-pos neraca otoritas moneter, baik dari sisi penggunaan uang primer (kartal maupun saldo giro/cadangan bank umum di pusat). bank) serta faktor-faktor yang mempengaruhi uang pokok (aset aset luar negeri bersih, aset domestik bersih dan aset lain bersih). Pada komponen penggunaan, perubahan base money dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dalam menggunakan mata uang tersebut, yang umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan perekonomian suatu negara, khususnya sektor keuangannya.

Diagram 1. Hubungan M0, M1, dan M2
Diagram 1. Hubungan M0, M1, dan M2

Boks

Tingkat Penggunaan dan Perputaran Uang di Indonesia

Dengan menggunakan data tahunan, perkembangan tingkat penggunaan dan peredaran uang di Indonesia dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini. Sebagaimana dapat dilihat, dalam perjalanan sejarah perekonomian Indonesia, perilaku kedua indikator tersebut mengalami perubahan, sesuai dengan perkembangan kondisi struktural, kelembagaan dan kebijakan di bidang ekonomi di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bersama, sejak tahun 1983 perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan struktural yang pesat sebagai akibat dari dikeluarkannya kebijakan ekonomi fundamental di bidang keuangan, pajak, investasi dan perdagangan.

Sebagaimana dapat dilihat, meskipun tingkat penggunaan uang M1 relatif konstan, tingkat penggunaan uang M2 terus meningkat tajam, dari 0,19 pada tahun 1983 menjadi 0,28 pada tahun 1988. Mengingat krisis berdampak secara keseluruhan, termasuk perkembangan uang beredar dan produksi nasional (PDB), rasio kedua indikator ini tidak banyak berubah pada periode pasca krisis, yaitu 0,57 pada akhir tahun 2001. Seperti yang bisa diduga, perputaran uang telah turun secara proporsional. sesuai dengan peningkatan penggunaan uang.

Peranan Uang dalam Perekonomian

Fokus utama teori klasik ini adalah hubungan antara perubahan jumlah uang beredar dan tingkat harga. Jumlah uang beredar yang tercipta adalah jumlah uang yang dinilai dari sisi penawaran atau supply side. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa perubahan tingkat bunga dapat timbul sebagai akibat dari perubahan jumlah uang beredar yang mencerminkan interaksi antara sisi permintaan dan sisi penawaran.

Dalam rangka pengaturan jumlah uang beredar, Bank Indonesia dapat mempengaruhi tingkat suku bunga SBI yang ditetapkan sehubungan dengan operasi pasar terbuka oleh Bank Indonesia. Lalu apa jadinya jika jumlah uang yang tersedia sangat terbatas sehingga tidak dapat sepenuhnya membiayai kegiatan ekonomi tersebut. Atau sebaliknya, apa jadinya jika jumlah uang yang tersedia melimpah sedangkan kegiatan ekonomi relatif kecil untuk dibiayai.

Dalam hal ini, jika terjadi peningkatan jumlah uang beredar (misalnya akibat kebijakan bank sentral), maka suku bunga akan cenderung turun. Kekhawatiran akan memburuknya kondisi ekonomi mendorong Pemerintah (Bank Indonesia) untuk menyuntikkan dana yang sangat besar ke pasar, yang menyebabkan jumlah uang beredar meningkat drastis. Dalam kasus lain, inflasi yang tinggi dapat bertahan lama meskipun perkembangan jumlah uang beredar relatif rendah.

Pengendalian jumlah uang beredar pada dasarnya merupakan bagian dari kerangka kebijakan moneter yang diterapkan oleh otoritas moneter. Dalam hal ini, sesuai dengan tujuan kebijakan moneter, umumnya dimaksudkan untuk mengendalikan jumlah uang beredar. Yang dimaksud dengan pengendalian di sini adalah upaya otoritas moneter baik untuk meningkatkan jumlah uang beredar (kebijakan ekspansi moneter) maupun untuk mengurangi jumlah uang beredar (kebijakan kontraksi moneter).

Pengendalian jumlah uang beredar juga memiliki peran yang sangat strategis dalam kerangka kebijakan ekonomi makro. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah otoritas moneter yang bertugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, termasuk pengendalian jumlah uang beredar. Sementara itu, pengendalian jumlah uang beredar dinilai cukup penting, terutama jika dikaitkan dengan arah baru pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia yang menekankan pada pencapaian tujuan tunggal yaitu stabilitas nilai rupiah. (harga).

Pengendalian kuantitas uang primer dilakukan dengan asumsi perilaku pengganda uang (money) diperkirakan akan semakin sulit dan kompleks.

Daftar Pustaka

Gambar

Diagram 1. Hubungan M0, M1, dan M2

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Mahasiswa Pada hasil penelitian ini diharapkan agar bisa digunakan sebagai bahan refrensi atau literatur yang berkaitan dengan dampak pembiayaan kredit usaha rakyat KUR terhadap