Uji skrining fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etil asetat dan n-heksana daun rumput (Graptophyllum pictum L. Griff.). Ekstraksi daun Handeuleum (Graptophyllum pictum L. Griff.) dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat dan n-heksana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun anyelir dapat bersifat antimikroba terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan konsentrasi optimal C3 (1,82 cm3) dan C4 (2,06 cm3), sedangkan bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi optimal C3 (1,99 cm3) dan C4 (2,12 cm ).
Masuk SMP Swasta (SMP) Kemala Bhayangkari tahun 2007 dan tamat tahun 2010. Melakukan penelitian uji skrining fitokimia dan antimikroba ekstrak daun Handeuleum (Graptophyllum pictum L. Griff.) dalam Penangkapan Pertumbuhan Mikroba Patogen Tahun 2017. Topik yang dipilih dalam penelitian ini adalah Senyawa Metabolit Sekunder dengan judul Pengujian Antimikroba dan Antimikroba Ekstrak Daun Handeuleum (Graptophyllum pictum).L. Griff.) Menghambat Pertumbuhan Mikroba Patogen.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Tumbuhan Obat
Tanaman handeulum banyak dijumpai tumbuh liar di perkotaan atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Kandungan kimia pada tanaman Handeuleum antara lain alkaloid, yaitu bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Tangkai daun tanaman palem mengandung kalsium, kalium, natrium, magnesium, oksalat, asam format, minyak atsiri dan lemak (Dalimartha, 1999).
Khasiat : Daun tanaman yarrow berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik), mempercepat penyembuhan maag, melembutkan kulit (emollient), antidiare.
Skrining Fitokimia
Apabila dimanfaatkan, saponin dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan minuman beralkohol, industri pakaian, kosmetik, pembuatan obat-obatan, dan sebagai obat tradisional (Rustaman et al., 2000). Flavonoid merupakan kelompok metabolit sekunder yang paling melimpah di jaringan tanaman. Keberadaan flavonoid pada daun tanaman dipengaruhi oleh proses fotosintesis, sehingga daun muda tidak terlalu banyak mengandung flavonoid.
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan berwarna kuning, jingga, dan merah yang terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, batang, bunga, jamu, rempah-rempah dan makanan serta obat-obatan dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, coklat, anggur merah dan jamu. Bagi tanaman, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, interaksi dengan mikroba, dormansi benih, perlindungan terhadap radiasi UV, memberi sinyal pada molekul dalam berbagai jalur transduksi, serta memberi sinyal pada molekul dalam penyerbukan dan pembuahan jantan (Mulyaningsih, 2014). Tanin mempunyai sifat seperti kelarutan dalam air atau alkohol, karena tanin banyak mengandung fenol yang mempunyai gugus OH, dapat mengikat logam berat serta mengandung zat anti rayap dan anti jamur (Rustaman et al., 2000).
Proses Ekstraksi
Menurut Mukhriani, 2014 Langkah-langkah pembuatan ekstrak khususnya bahan yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai berikut. Maserasi merupakan proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan. Maserasi bertujuan untuk mengekstrak nutrisi yang tahan terhadap pemanasan dan yang tidak tahan terhadap pemanasan.
Metode ini dilakukan dengan menempatkan bubuk tanaman dan pelarut yang sesuai dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan bila telah tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dan konsentrasi dalam sel tumbuhan. Kelemahan utama metode maserasi ini adalah memerlukan waktu yang lama, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa akan hilang.
Alat yang digunakan untuk ekstraksi disebut perkolator, dan ekstrak yang terkumpul disebut perkolat (Ibtisam, 2008). Sokhletasi adalah ekstraksi yang selalu menggunakan pelarut baru yang biasanya dilakukan dengan peralatan khusus sehingga berlangsung ekstraksi secara kontinyu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendinginan balik (Istiqomah, 2013). Keuntungan dari ekstraksi ini adalah proses ekstraksi berlangsung secara kontinyu, sampel terekstraksi dengan pelarut murni karena adanya proses kondensasi, sehingga tidak memerlukan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu.
Kerugian dari ekstraksi ini adalah senyawa termolabil dapat terurai karena ekstrak yang diperoleh selalu berada pada titik didih (Mukhriani, 2014).
Aktivitas Antimikroba
Piring yang berisi zat antimikroba diletakkan pada media agar yang telah disemai mikroorganisme yang akan didispersikan dalam media agar. Metode Pengenceran Cair Metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimum (MIC) dan konsentrasi lethal minimum (MIC) suatu bahan. Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi zat antibakteri yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa bakteri lain.
Prinsip metode ini adalah penghambatan pertumbuhan mikroorganisme, yaitu akan tampak zona hambat berupa daerah bening disekitar kertas cakram yang mengandung zat antibakteri. Piring yang berisi zat antimikroba diletakkan pada media agar yang telah disemai mikroorganisme yang akan berdifusi ke dalam media agar. Metode E-test digunakan untuk memperkirakan MIC (konsentrasi hambat minimum) atau MIC (konsentrasi hambat minimum), yaitu konsentrasi minimum suatu zat antimikroba untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung zat antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area bening yang dibuat yang menunjukkan kadar zat antimikroba penghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media agar. Teknik pelat parit Pada metode ini, sampel uji berupa zat antimikroba ditempatkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar pada cawan petri bagian tengahnya memanjang dan mikroba uji (maksimal 6 jenis) dimasukkan ke dalam parit yang berisi agen antimikroba.
Teknik Cup-Plate Cara ini mirip dengan metode difusi cakram, yaitu dibuat sumuran pada media agar yang ditanami mikroorganisme dan sumuran tersebut diberi zat antimikroba yang akan diuji. Teknik pelat gradien Dalam metode ini, konsentrasi zat antimikroba dalam media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimum.
Antibiotik
Escherichia coli merupakan kelompok bakteri mesofilik, yaitu bakteri yang suhu pertumbuhan optimalnya 15-45°C dan dapat hidup pada pH 5,5-8. Menurut penelitian yang dilakukan, Escherichia coli memiliki suhu pertumbuhan maksimal 40-45°C, diatas suhu tersebut bakteri akan mengalami inaktivasi. Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri yang mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil.
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab infeksi pada manusia harus mempunyai toksisitas selektif (Ganiswarna, 1995). Penisilin banyak digunakan untuk mengobati infeksi tertentu seperti infeksi kulit, sakit tenggorokan, infeksi dada, dan infeksi saluran kemih. Aminoglikosida merupakan salah satu jenis obat antibiotik yang banyak diresepkan hingga diketahui bahwa aminoglikosida dapat menyebabkan kerusakan pada pendengaran dan ginjal.
Oleh karena itu, aminoglikosida kini cenderung hanya digunakan untuk mengobati penyakit yang sangat serius seperti meningitis. Tetrasiklin adalah jenis obat antibiotik spektrum luas lainnya yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai infeksi. Tetrasiklin juga umumnya merupakan obat antibiotik anti jerawat yang digunakan untuk mengobati jerawat parah dan suatu kondisi yang disebut rosacea, yang menyebabkan kemerahan pada kulit dan bintik-bintik.
Manfaat Antibiotik Makrolida merupakan salah satu jenis antibiotik yang berguna dalam mengobati infeksi paru-paru dan dada. Makrolida juga dapat menjadi pengobatan alternatif yang berguna bagi penderita alergi penisilin atau untuk mencegah bakteri resisten penisilin.
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Bahan Dan Alat Penelitian
Metoda Penelitian
Prosedur Penelitian
Daun lubadar segar dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, kemudian dijemur dengan kadar air hingga 10%. Sampel daun handeuleum kemudian digiling, kemudian disaring dengan ayakan 40 mesh dan ditimbang 200 gram. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut etil asetat dan n-heksana pada 200 gram daun simplicium dalam 600 mL pelarut etil asetat dan n-heksana selama 3 x 24 jam, dan penggantian pelarut dilakukan setiap 24 jam.
Pada uji senyawa flavonoid, 1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian 0,1 mg serbuk dan 1 ml HCl (p.a) serta 0,4 ml amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dalam jumlah yang sama). volume) ditambahkan, dan 4 ml alkohol dikocok dan diamati perubahannya. Pada uji senyawa alkaloid, 1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 10 ml HCl 0,2N, kemudian dipanaskan selama 10 menit pada suhu 100oC, didinginkan dan disaring. Uji senyawa saponin dilakukan dengan menggunakan akuades dalam tabung reaksi kemudian dikocok kuat-kuat selama 30 detik, dan dalam waktu 10 menit terbentuk busa permanen dengan penambahan 2 tetes HCl 2 N, maka menunjukkan hasil uji saponin positif.
Uji senyawa terpenoid dilakukan dengan menggunakan 1 tetes pereaksi H2SO4 (pekat) kemudian ditambahkan 1 tetes asam asetat (pekat). Pembuatan suspensi uji dilakukan dengan mengambil koloni murni Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa yang telah ditumbuhkan secara eksklusif pada media nutrisi. Setiap loop bakteri yang dikultur disuspensikan dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml aquades dengan tingkat kekeruhan 108 CFU.
Untuk menguji aktivitas antimikroba, ekstrak daun lontar dilakukan dengan cara membuat larutan dengan konsentrasi dan amoksisilin dengan dimetil sulfur oksida (DMSO) dan untuk pengencerannya menggunakan akuades steril. Bakteri diambil dengan menggunakan rendaman potong steril kemudian ditebarkan secara merata pada media Mueller Hinthon Agar (MHA) yang dituangkan ke dalam cawan petri, dengan 4 slide kosong pada setiap cawan petri dan masing-masing direndam ekstrak sesuai konsentrasi. , dengan cara menekan disk kosong yang sudah berisi ekstrak daun handueum agar menempel dengan baik.
Analisis Data
Diameter zona hambat yang terbentuk dapat diukur dengan jangka sorong sesuai dengan metode uji sensitivitas Kirby-Baurier (Cappucino et al., 1999). Data yang diukur adalah diameter zona hambat yang dimulai dari titik pusat sampai dengan daerah terluar dimana bakteri tidak tumbuh. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk setiap jenis bakteri yang terdiri dari 5 (lima) perlakuan konsentrasi ekstrak daun handeulum yaitu.
Data hasil penelitian yang mempunyai pengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rata-rata berdasarkan Duncan Multiple Distance Test (DMRT) pada taraf 5%. Aktivitas antibakteri ekstrak daun Majapahit (Crescentia cujete) terhadap pertumbuhan bakteri Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun dan batang pisang ambon (Musa paradisiaca) terhadap Staphylococcus aureus.
Optimasi pembuatan ekstrak daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) menggunakan metode perkolasi dengan parameter total senyawa fenolik dan kandungan flavonoid. Uji aktivitas antijamur ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenora Steenis) terhadap Candida albicans dan skrining fitokimianya. Analisis aktivitas antibakteri dan kandungan kimia daun ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) Prosiding Seminar Nasional Biologi Halaman: 263-268).
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada Uji Jarak Berganda Duncan α = 0,05. Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada Uji Jarak Berganda Duncan α = 0,05. Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan pada Uji Jarak Berganda Duncan α = 0,05.