ii
KATA PENGANTAR
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini, di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan yang berlangsung terus menerus. Hal ini terjadi karena adanya akumulasi respon terhadap berbagai permasalahan serta pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya.
Keadaan ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk di dalamnya penyempurnaan kurikulum.
Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan antara lain berkenaan dengan standar isi, proses, kompetensi lulusan, Permendikbud RI Nomor 57 Tahun 2014 penetapan kerangka dasar serta struktur kurikulum oleh pemerintah.
Upaya penyempurnaan kurikulum ini dilakukan guna mewujudkan peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan yang harus dilaksanakan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni meliputi aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan daerah dan sekolah.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP. 19/2005) dengan perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Permendikbud RI Nomor 61 tahun 2014 mengamanatkan bahwa Kurikulum 2013 pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan. Untuk menjaga persebaran Virus Corona Diviase 19 (COVID-19) maka harus menerapkan Protokol Kesehatan, sesuai dengan Surat Edaran menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 3 Tahun 2020
iii
Selain dari pada itu, dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perlu mengakomodasi penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sudah mulai dilaksanakan sejak diberlakukannya otonomi daerah, sehingga dengan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Akhirnya pada semua tingkat jenjang pendidikan di Indonesia wajib menyusun dan melaksanakan Kurikulum 2013 sebagai salah satu bentuk upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik menjadi orang yang kompeten.
Sukoharjo, 10 Juli 2023
Tim Penyusun Kurikulum 2013
iv
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ………... i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
TIM PENYUSUN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN ...………....…...iii
REKOMENDASI ………..iv
KATA PENGANTAR …..………... v
DAFTAR ISI ……….……….. vi
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ...1 - 3 B. Landasan Penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan ……….3 - 8 C. Tujuan Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan...8 - 9 D. Prinsip Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan... 9 - 11 BAB II TUJUAN PENDIDIKAN ………. ... A. Tujuan Pendidikan Dasar ...12
B. Visi Sekolah ... 12
C. Misi Sekolah ………. 13 - 14 D. Tujuan Sekolah ...14 - 15 BAB III MUATAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN ... A. Muatan Nasional ...16 - 17 B. Muatan Lokal ... 17 - 18 C. Pengaturan Peban Belajar... 18 - 21 D. Kegiatan Ekstrakurikuler………...…… 21 - 23 E. Kriteria Ketuntasan Belajar……… 23 - 27 F. Pendidikan karakter dan Budaya Sekolah……….. 27 - 28 G. Gerakan Literasi Sekolah……….……29
H. Kenaikan Kelas dan Kelulusan………... 29 - 30 BAB IV KALENDER PENDIDIKAN ... A. Alokasi Waktu……….……31 - 32 B. Penetapan Kalender Pendidikan ……….. . 32 -33 C. Kalender Pendidikan Tahun Pelajaran 2021/2022………. 34 -35 BAB V PENUTUP ………... 36
v LAMPIRAN:
1. SK Kepala UPTD SD tentang TPK
2. SK Kepala UPTD SD tentang Pemberlakuan KTSP 3. Rekap KKM
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2021/2022 memenuhi
1. Rasional Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan
Kurikulum Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut.
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
2
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum Satuan Pendidikan dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
1) Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya belajarnya (learning style) untuk memiliki kompetensi yang sama;
2) Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik- masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);
3) Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
3
4) Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik);
5) Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim);
6) Penguatan pembelajaran berbasis multimedia;
7) Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
8) Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines);
dan
9) Penguatan pola pembelajaran kritis.
d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum Satuan Pendidikan Kurikulum dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut.
1) Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif;
2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan 3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.
B. Landasan Penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan 1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum Satuan Pendidikan dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi
4
manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.
a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum Satuan Pendidikan mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis
5
serta kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum Satuan Pendidikan memposisikan keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum Satuan Pendidikan bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.
Dengan demikian, Kurikulum Satuan Pendidikan menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia.
2. Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini perkembangan pendidikan di Indonesia tidak
6
bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan akan mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).
3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum Satuan Pendidikan dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan dasar khususnya SD. Oleh karena itu pendidikan di SD yang selama ini sangat menonjolkan kurikulum dan pembelajaran berbasis mata pelajaran, perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang bersifat tematik-terpadu. Konsep kurikulum tematik-terpadu mencerminkan pertimbangan psikopedagogis anak usia sekolah yang sangat memerlukan penanganan kurikuler yang sesuai dengan perkembangannya.
4. Landasan Teoritis
Kurikulum Satuan Pendidikan dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
7
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum Satuan Pendidikan menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
5. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum Satuan Pendidikan adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
c. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 tahun 2017 tentang Pendidikan Karakter
f. Permendikbud RI Nomor 57 tahun 2014 tentang Kerangka Dasar Kurikulum dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah.
g. Permendikbud RI Nomor 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
h. Permendikbud RI Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
8
i. Permendikbud RI Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
j. Permendikbud RI Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan Formal
k. Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
l. Surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020 tertanggal 18 Mei 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19)
m. Permendikbudristek Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kelulusan n. Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi
o. Permendikbudristek Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses p. Permendikbudristek Nomor 21 Tahun 2022 tentang Standar
Penilaian
6. Landasan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Mengingat pendidikan merupakan upaya penyiapan siswa menghadapi perubahan yang semakin pesat, termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni maka pengembangan kurikulum sekolah haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pendidik memberi bekal kepada peserta didik dapat menyesuaikan diri di masyarakat dengan kemempuan yang dimiliki untuk pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni ( IPTEKS) juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan kata lain Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni ( IPTEKS) merupakan landasan-landasan kurikulum yang harus dibangun dengan kokoh.
C. Tujuan Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan Tujuan pedoman ini untuk menjadi acuan bagi:
9
1. kepala sekolah/madrasah dan tenaga pendidik dalam menyusun dan mengelola Kurikulum Satuan Pendidikan secara optimal di satuan pendidikan;
2. dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dalam melakukan koordinasi dan supervisi penyusunan dan pengelolaan kurikulum di setiap satuan pendidikan; dan 3. pemangku kepentingan bidang pendidikan dalam membantu penyusunan
kurikulum.
Selain itu, Kurikulum Satuan Pendidikan disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk:
1. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Belajar untuk memahami dan menghayati 3. Belajar untuk mampu melaksanakan secara efektif 4. Belajar untuk bekerjasama dan berguna untuk orang lain
5. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dalam situasi Pandemi Covit-19 maka : ambil Permendikbud 61/2014 hal 6
1. Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap muka, penugasan, dan kegiatan mandiri
2. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40%
untuk SD/MI
3. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri disesuaikan dengan kondisi lingkungan, kemampuan siswa dan masyarakat
D. Prinsip Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan
Kurikulum Satuan Pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
10
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
11
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dengan beredarnya wabah virus corona diviase 19 (COVID-19), maka dalam penyelenggaraan sesuai dengan Surat Edaran menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Virus Corona Diviase 19 (COVID-19) Pada Satuan Pendidikan. Langkah dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dilakukan bagi yang orang tua mengijinkan dengan Luring/tatap muka, bagi orang tua yang tidak mengijinkan pembelajaran dilakukan dengan daring.
12 BAB II
TUJUAN , VISI, DAN MISI
A. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan yang sifatnya umum dan berlaku untuk semua pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan ini disebut tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dan didasari oleh falsafah negara
. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Nasional Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan Pendidikan Nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 adalah mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional dalam konteks anak usia SD/ MI, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.(Pasal 2 UU No. 20 Tahun 2003)
B. Tujuan Satuan Pendidikan
1. Satuan Pendidikan merumuskan dan menetapkan tujuan serta mengembangkannya.
2. Tujuan Satuan Pendidikan:
a. Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan);
b. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
c. Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh satuan pendidikan dan Pemerintah;
13
d. Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
e. Disosialisasikan kepada warga satuan pendidikan dan segenap pihak yang berkepentingan.
C. Visi
Program dan kegiatan sekolah harus merujuk pada Visi yang telah ditetapkan. Visi bukan hanya sekadar tulisan tanpa dipahami maknanya. Untuk menginternalisasi visi pada setiap warga sekolah, maka visi perlu disosialisasikan secara berkala. Tanpa pemahaman terhadap visi, makaa kegiatan yang dijalankan menjadi tidak terarah. Berikut adalah visi SD Negeri Sukoharjo 01
“UNGGUL DALAM PRESTASI, BERLANDASKAN IMAN, TAQWA, BERWAWASAN GLOBAL, DAN MENJUNJUNG TINGGI NILAI BUDAYA BANGSA”
Indikator pencapaian visi sebagai berikut 1. Dalam Bidang akademik dan non akademik
Indikator pencapaian visi dalam bidang akademik dan non akademik sebagai berikut.
1) Terwujudnya pengembangan kurikulum sesuai dengan standar isi.
2) Terpenuhinya standar kompetensi lulusan yang kompetitif.
3) Terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas dalam suasana menyenangkan.
4) Menyiapkan kegiatan ekstra kurikuler sesuai dengan minat dan bakat peserta didik.
5) Terpenuhinya fasilitas pendidikan lengkap dan memadai.
6) Tersedianya tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi akademik minimal S1 dan mencapai tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi akademik minimal 10 % S2.
7) Terwujudnya manajemen sekolah sesuai dengan SNP.
8) Terwujudnya sistem penilaian yang berkualitas.
14 2. Beriman dan berbudaya
Indikator pencapaian visi dalam hal beriman dan berbudaya sebagai berikut.
1) Mewujudkan suasana sekolah yang menjunjung tinggi nilai budaya lokal dan nasional.
2) Terwujudnya proses pembelajaran yang berbasis IPTEK dengan menjunjung tinggi nilai IMTAQ.
3) Menghormati keanekaragaman dalam keragaman (Multikultural).
4) Berbudi pekerti luhur dalam perilaku
3. Indikator pencapaian visi dalam hal berbudi pekerti luhur dalam perilaku sebagai berikut.
a. Mewujudkan warga sekolah yang memiliki disiplin tinggi, berakhlak mulia dan bertanggung jawab.
b. Menunjukkan sikap peduli terhadap sesama warga
D. Misi
Misi sekolah Dasar Negeri Sukoharjo 01 :
Mengacu pada visi sekolah di atas, maka misi yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran tematik integratif berkualitas efektif, dan berhasil guna melalui pendekatan pembelajaran Cooperatif dengan multi metode dan media yang berorientasi kepada upaya mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kecakapan hidup (life skill).
2. Membentuk siswa berkepribadian, berbudi pekerti luhur, taat beribadah, sesuai Agamanya dan kuat dalam IMTAQ.
3. Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan IPTEK.
4. Meningkatkan prestasi di bidang seni budaya, sehingga akan memperkuat budaya bangsa.
5. Membekali siswa agar memiliki wawasan luas secara global.
6. Menciptakan lingkungan sekolah yang sejuk, nyaman indah, dan berwawaskan lingkungan hidup.
15
7. Membimbing siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
8. Membiasakan berperilaku hidup sehat.
9. Mengembangkan budaya membaca.
16 BAB III
MUATAN KURIKULUM A. Muatan Nasional
Muatan Nasional dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan terdiri atas muatan pelajaran kelas bawah (kelas III, dan VI). Masing-masing kelas dikelompokkan kelompok A, kelompok B, dan kelompok C:
a. Muatan Pelajaran
Muatan pelajaran untuk kelas III terdiri atas : 1) Kelompok A: meliputi :
a) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
b) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
c) Bahasa Indonesia d) Matematika
e) Seni Budaya dan Prakarya
f) Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan 2) Kelompok B: muatan lokal meliputi :
a) Bahasa Jawa b) Bahasa Inggris c) Komputer
3) Kelompok C: Pengembangan diri : Pengembangan diri
Muatan pelajaran untuk kelas VI terdiri atas : 1) Kelompok A: meliputi :
a) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
b) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
c) Bahasa Indonesia d) Matematika
e) Ilmu Pengetahuan Alam f) Ilmu Pengetahuan Sosial g) Seni Budaya dan Prakarya
h) Pendidikan Jasamni, Olah Raga , dan Kesehatan
17 2) Kelompok B: Muatan Lokal.meliputi :
a) Bahasa Daerah b) Bahasa Inggris c) Komputer 3) Kelompok C:
Pengembangan diri.
B. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan/atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.
Berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 895.5/01/2005 tanggal 23 Februari 2005 Tentang Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa Tahun 2004 untuk jenjang pendidikan SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs dan SMA/SMALB/ SMK/MA Negeri dan Swasta sebagai Mulok Wajib di Provinsi Jawa Tengah adalah Bahasa Jawa. Sedangkan di tingkat kabupaten, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo menetapkan Bahasa Inggris sebagai muatan lokal wajib.
Sekolah diberi keleluasaan untuk menambah mulok lain selama tidak melebihi beban belajar maksimal.
untuk menambah mulok lain selama tidak melebihi beban belajar maksimal.
a. Bahasa Daerah (Muatan Lokal Bahasa Jawa Provinsi Jawa Tengah)
Mata pelajaran Bahasa Jawa bertujuan untuk mengembangkan kompetensi kemampuan berbahasa Jawa baik lisan maupun tulisan dalam rangka melestarikan bahasa Jawa.
b. Bahasa Inggris (Muatan Lokal Kabupaten Sukoharjo) Tujuan mata pelajaran Bahasa Inggris di SD adalah:
Membina ketrampilan berbahasa dan berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menyongsong era globalisasi.
18
c. TIK/ Komputer (Muatan Lokal Pilihan Sekolah) Tujuan:
Materi pelajaran TIK/ Komputer bertujuan untuk membentuk siswa agar:
1) Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajarinya sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat .
2) Memotivasi siswa untuk dapat beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga dapat melaksanakan dan menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dan percaya diri.
3) Mengembangkan potensi kemampuan siswa dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja dan berbagai sktivitas lainya.
4) Mengembangkan kemampuan belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal dan terampil dalam berkomunikasi, mengorganisasi informasi, belajar dan bekerjasama/.
C. Beban Belajar
1. Pelaksanaan pembelajaran pada masa Pandemi dilaksanakan secara kombinasi antara Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dan Pembelajaran Jarak jauh (PJJ). Berdasarkan struktur kurikulum satuan pendidikan sekolah dasar, beban yang harus diajarkan kepada peserta didik dalam satu minggu tiap-tiap mata pelajaran sbb:
19
Struktur Kurikulum UPTD SD Negeri Sukoharjo 01
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
I II III IV V VI Kelompok A : Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
I K M
I K M
4
I K M
I K M
4 2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaran 6 4
3. Bahasa Indonesia 10 7
4. Matematika 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - 3
7. Seni Budaya dan Prakarya 4 5
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan 4 4
Kelompok B : Muatan Lokal
1 Bahasa Jawa 2 2
2 Bahasa Inggris 2 2
3 Komputer 2
C, Pengembangan Diri 2)* 2)*
Jumlah jam pelajaran per minggu 38 42
Keterangan:
a. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
b. Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan local dan acuannya dikembangkan oleh Propinsi (Bahasa Jawa), kabupaten (Bahasa Jawa) , dan sekolah
c. Mata pelajaran Kelompok C dapat Pengembangan Diri Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri berupa
20
pelayanan bimbingan dan konseling difasilitasi oleh konselor atau guru, sedangkan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan bimbingan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri secara terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya, melalui:
a. Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling :
Kegiatan pelayanan Bibingan dan Konseling yang meliputi pengembangan:
a) Kehidupan pribadi.
b) Kemampuan sosial.
c) Kemampuan belajar.
d) Wawasan dan perencanaan karir.
b. Kegiatan melalui ekstrakurikuler:
Kegiatan melalui ekstrakurikuler, yang meliputi:
a) Ekstrakurikuler wajib:
Kepramukaan, maksud dan tujuan kegiatan kepramukaan antara lain:
b) Ekstrakurikuler Pilihan:
Olah Raga Atletik dan Permainan, meliputi : 1) Pengembangan olah raga bola voli c) Kegiatan Seni dan Budaya, meliputi:
(1) Pengembangan Seni Rupa, (2) Pengembangan Seni Tari d) Kegiatan Keagamaan, meliputi:
(1) Baca tulis Al Qur’an (BTQ)
(2) Pengembangan seni baca Al Qur’an dan Kaligrafi (3) Pesantren kilat
(4) Judhuji (Jumat Dhuha Ngaji dan Infaq)
21 2. Pengaturan Beban Belajar
Pengaturan beban belajar menggunakan sistim paket dengan beban belajar bagi siswa Kelas III: 38 jam pelalajaran dan VI masing-masing: 42 jam pelajaran per minggu, masing-masing jam pelajaran lamanya 35 menit. Pelaksanaan pembelajaran pada masa Pandemi dilaksanakan secara kombinasi antara Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas
Alokasi waktu penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket maksimum 40% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan
Rekap beban belajar kegiatan tatap muka di SD adalah sebagai berikut BEBAN BELAJAR
Kelas
Satu Jam Pembelajaran
Tatap Muka (menit)
Jumlah Jam Pembelajaran
Per Minggu
Minggu Efektif Per Tahun
Ajaran
Waktu Pembelajaran
Per Tahun
Jumlah Jam Per
Tahun (@ 60 menit)
I IKM
II IKM
III 35 menit 38 JP 37 minggu
1.406 jam pembelajaran (49.210 menit)
820,17 jam
IV IKM
V IKM
VI 35 menit 42 JP 33 minggu
1.386 jam pembelajaran
(48,510 menit)
808,50 jam
22 3. Penilaian
Sesuai Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah,
D. Kegiatan melalui ekstrakurikuler:
Kegiatan melalui ekstrakurikuler, yang meliputi:
1) Ekstrakurikuler wajib:
a) Kepramukaan, maksud dan tujuan kegiatan kepramukaan antara lain:
(1). Sebagai wahana siswa untuk berlatih berorganisasi.
(2). Melatih siswa untuk trampil dan mandiri.
(3). Melatih siswa untuk mempertahankan hidup.
(4). Memiliki jiwa sosial dan peduli kepada orang lain.
(5). Memiliki sikap kerjasama kelompok.
b). Ekstrakurikuler Pilihan:
(1). Olah Raga Atletik dan Permainan, meliputi :
Pengembangan olah raga bola volly
Pengembangan olah raga atletik (2). Kegiatan Seni dan Budaya, meliputi:
Pengembangan Seni Rupa,
Pengembangan Seni Kriya
Pengembangan Seni Tari (3). Kegiatan Keagamaan, meliputi:
Baca tulis Al Qur’an (BTQ)
Pengembangan seni baca Al Qur’an dan Kaligrafi
Pesantren kilat
Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yang diikuti oleh semua peserta didik melalui kegiatan rutin, spontan dan keteladanan
23
Pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan Kompetensi Dasar dari berbagai mata pelajaran yaitu intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner.
Integrasi intradisipliner dilakukan dengan cara mengintegrasikan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang utuh di setiap mata pelajaran.
Integrasi interdisipliner dilakukan dengan menggabungkan Kompetensi DasarKompetensi Dasar beberapa mata pelajaran agar terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat saling memperkuat, menghindari terjadinya tumpang tindih, dan menjaga keselarasan pembelajaran.
Integrasi multidisipliner dilakukan tanpa menggabungkan Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran sehingga tiap mata pelajaran masih memiliki Kompetensi Dasarnya sendiri.
Integrasi transdisipliner dilakukan dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran yang ada dengan permasalahanpermasalahan yang dijumpai di sekitarnya sehingga pembelajaran menjadi kontekstual. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial.
Dengan demikian, pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia.
Tematikterpadu disusun berdasarkan gabungan proses integrasi seperti dijelaskan di atas sehingga berbeda dengan pengertian tematik seperti yang diperkenalkan pada kurikulum sebelumnya.
Selain itu, pembelajaran tematik terpadu ini juga diperkaya dengan penempatan Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas II sebagai penghela mata pelajaran lain. Melalui perumusan Kompetensi Inti sebagai pengikat berbagai mata pelajaran dalam satu kelas dan tema sebagai pokok bahasannya, sehingga penempatan Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain menjadi sangat memungkinkan.
Penguatan peran Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara utuh melalui penggabungan Kompetensi Dasar Muatan Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam Muatan Pelajaran Bahasa
24
Indonesia. Kedua ilmu pengetahuan tersebut menyebabkan Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia menjadi kontekstual, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih menarik.
Pendekatan sains seperti itu terutama di Kelas II menyebabkan semua Muatan pelajaran yang diajarkan akan diwarnai oleh Muatan Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Untuk kemudahan pengorganisasiannya, Kompetensi DasarKompetensi Dasar kedua Muatan pelajaran ini diintegrasikan ke mata pelajaran lain (integrasi interdisipliner).
Kompetensi Dasar Muatan Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diintegrasikan ke Kompetensi Dasar Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia dan Kompetensi Dasar Muatan Pelajaran Matematika.
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diintegrasikan ke Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia, ke Kompetensi Dasar Muatan Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan ke Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika.
Sedangkan untuk kelas III dan VI Kompetensi Dasar Muatan Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial masing-masing berdiri sendiri, sehingga pendekatan integrasinya adalah multidisipliner, walaupun pembelajarannya tetap menggunakan tematik terpadu.
Prinsip pengintegrasian interdisipliner untuk Muatan Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial seperti diuraikan di atas dapat juga diterapkan dalam pengintegrasian muatan lokal.
Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan seni, budaya, keterampilan, dan bahasa daerah diintegrasikan ke dalam Muatan Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya. Kompetensi Dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam Muatan Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
25 E. Ketuntasan Belajar
1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Substansi ketuntasan belajar minimal setiap indikator tiap-tiap Kompetensi Inti dari setiap muatan ditetapkan dalam kompetensi dasar berkisar antara 0 - 100%.
Sedangkan acuan dari Departemen Pendidikan Nasional, kriteria ideal penentuan ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator adalah 75%. Namun mengingat tingkat kompleksitas SK/KD (kerumitan dan kedalaman materi), intake siswa, dan daya dukung baik sarana prasana maupun SDM guru yang ada, maka sekolah menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal. Kriteria Ketuntasan Belajar ini meliputi KKM Pengetahuan (KI-3) dan KKM Ketrampilan (KI-4) tahun pelajaran ini adalah sebagai berikut :
REKAP KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) KOMPETENSI INTI 3 ( PENGETAHUAN)
TAHUN PELAJARAN 2023/2024 MATA PELAJARAN
KKM KKM Kelas (%)
Sekolah
I II III IV V VI (%)
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti 74 75 73 70 78
2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaran 76 75 74 75 80
3. Bahasa Indonesia 74 75 75 73 78
4. Matematika 74 75 75 72 76
5. Ilmu Pengetahuan Alam
73 - - - 72 78
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
74 - - - 73 79
Kelompok B (Umum)
1. Seni Budaya dan Prakarya 74 73 75 73 78
2. Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan 75 75 76 72 78
Kelompok C : Muatan Lokal
1 Bahasa Jawa 74 75 71 71 75
2 Bahasa Inggris 75 74 76 74 76
26
3 TIK 73 - 70 70 76
Rata-Rata KKM Sekolah-Kelas 75 74 72 73 75
Kelompok D
Pengembangan Diri Kualifikasi Baik
Dari analisa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tiap-tiap mata pelajaran dari masing-masing kelas dapat ditentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Satuan Pendidikan. KKM Satuan Pendidikan dapat ditentukan dengan menganalisis KKM mata pelajaran dari keseluruhan kelas, KKM satuan pendidikan ditentukan KKM yang paling rendah. KKM Satuan Pendidikan dapat ditentukan pula rentang nilai untuk menentukan predikatnya. KKM Satuan Pendidikan untuk Pengetahuan (KI- 3) UPTD SD Negeri SUKOHARJO 01 adalah 75 sehingga dapat ditentukan predikannya sbb:
PREDIKAT KKM SATUAN PENDIDIKAN (KI-3)
SDN SUKOHARJO 01 KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2023/2024
No Mata Pelajaran KKM SP
Panjang Interval
Rentang Predikat A
(sangat Baik)
B (Baik)
C
(Cukup) D (Perlu Bimbingan)
1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti 74 26/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 92 73 ≤ C ≤ 82 D < 73
2.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran
76 24/3 = 8 92 < A ≤ 100 84 < B ≤ 92 76 ≤ C ≤ 84 D < 76
3. Bahasa Indonesia 74 26/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 91 73 ≤ C ≤ 82 D < 73 4. Matematika 74 26/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 91 73 ≤ C ≤ 82 D < 73 5. Ilmu Pengetahuan
Alam 73 27/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 91 73 ≤ C ≤ 82 D < 73 6. Ilmu Pengetahuan
Sosial 74 26/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 91 73 ≤ C ≤ 82 D < 73
Kelompok B (Umum)
1. Seni Budaya dan
Prakarya 74 26/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 91 73 ≤ C ≤ 82 D < 73 2.
Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
75 25/3 = 8 92 < A ≤ 100 84 < B ≤ 92 76 ≤ C ≤ 84 D < 75 Kelompok C (Muatan
Lokal)
1. Bahasa Jawa 74 26/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 91 73 ≤ C ≤ 82 D < 73 2. Bahasa Inggris 74 26/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 91 73 ≤ C ≤ 82 D < 73 3. Komputer/ TIK 73 27/3 = 9 91 < A ≤ 100 82 < B ≤ 91 73 ≤ C ≤ 82 D < 73 KKM Satuan Pendidikan
KI-3 74
27
Dari analisis KI-3 di atas dapat ditentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Satuan Pendidikan yaitu 74.
REKAP KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) KOMPETENSI INTI 4 ( KETERAMPILAN)
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
MATA PELAJARAN
KKM KKM Kelas (%)
Sekolah
I II III IV V VI (%)
Kelompok A (Umum)
1. Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti 74 75 73 70 78
2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaran 76 75 74 75 80
3. Bahasa Indonesia 74 75 75 73 78
4. Matematika 74 75 75 72 76
5. Ilmu Pengetahuan Alam
73 - - 72 78
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
74 - - 73 79
Kelompok B (Umum)
1. Seni Budaya dan Prakarya 74 73 75 73 78
2. Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan 75 75 76 72 78
Kelompok C : Muatan Lokal
1 Bahasa Jawa 74 75 71 71 75
2 Bahasa Inggris 75 74 76 74 76
3 TIK 73 - 70 70 76
Rata-Rata KKM Sekolah-Kelas 74 74 72 73 75
Kelompok D
Pengembangan Diri Kualifikasi Baik
2. Pelaksanaan Konsep Ketuntasan Belajar
a. Sekolah menetapkan kriteria ketuntasan minimal masing-masing standar kompetensi dan atau kompetensi dasar yang wajib dikuasai siswa.
28
b. Seorang siswa yang mempelajari unit satuan pelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasai secara tuntas sekurang-kurangnya sama dengan KKM dari setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator unit satuan pelajaran yang telah ditetapkan sekolah.
c. Jika semua indikator dalam suatu kompetensi dasar telah dikuasai siswa, maka siswa tersebut dianggap telah menguasai kompetensi dasar yang bersangkutan, dan pada akhirnya dapat menguasai standar kompetensi dan mata pelajaran.
d. Siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan belajar wajib mengikuti program remidial atau perbaikan. Sedangkan siswa yang telah memenuhi standar ketuntasan belajar berhak mendapatkan program pengayaan, atau melanjutkan ke kompetensi dasar berikutnya.
e. Pencapaian hasil belajar peserta didik dilaksanakan secara Daring/Luring atau kombinasi (luring dan daring) disesuaikan kondisi satuan pendidikan masing-masing
3. Program Remidial
a. Remedial dilakukan kepada siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal pada indikator tertentu.
b. Remedial dapat dilaksanakan setiap saat baik pada jam efektif maupun diluar jam efektif, hal ini tergantung bentuk penugasan maupun bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
c. Penilaian kegiatan remedial dapat berupa tes maupun penugasan yang lain, misalnya :
d. Penugasan terstruktur atau mandiri tak terstruktur e. Pembelajaran Ulang
f. Belajar Mandiri
g. Belajar Kelompok dengan Bimbingan Alumni atau tutor sebaya dan sebagainya.
h. Semua kegiatan remidial diakhiri dengan ulangan/ujian 4. Program Pengayaan
a. Pengayaan dilakukan terhadap siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar siswa yang lain belum.
b. Program pengayaan berbentuk tugas-tugas individual yang bertujuan untuk mengoptimalkan pencapaian hasil belajar siswa.
29
c. Pengayaan dilaksanakan setiap saat baik pada jam efektif maupun diluar jam efektif. Tergantung bentuk penugasannya maupun bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
d. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah nilai siswa pada mata pelajaran yang bersangkutan.
e. Penguatan pada KD tertentu dengan memberi tugas membaca, tutor sebaya, diskusi, mengerjakan soal yang hasilnya dinilai dan direkam, namun tidak mempengaruhi nilai raport namun tetap diungkapkan dalam keterangan profil hasil belajar siswa.
F. Pendidikan Karakter dan Budaya Sekolah:
Pada prinsipnya, pendidikan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Warga sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam literasi, pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam KTSP, silabus dan RPP yang sudah ada. Indikator nilai-nilai budaya dan karakter bangsa ada 2 jenis yaitu (1) indikator sekolah dan kelas (2) indikator untuk mata pelajaran.
Indikator sekolah dan kelas merupakan penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana pendidikan budaya dan karakter bangsa. Indikator ini berkenaan juga dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan dan kegiatan sekolah sehari-hari (rutin).
Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku efektif seseorang peserta didik berkenaan dengan mata pelajaran tertentu. Perilaku yang dikembangkan dalam indikator pendidikan budaya dan karakter bangsa bersifat progresif, artinya perilaku tersebut berkembang semakin komplek antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya. Guru memiliki kebebasan dalam menentukan berapa lama suatu perilaku harus dikembangkan sebelum ditingkatkan ke perilaku yang lebih kompleks.
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses belajar efektif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Di kelas dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan guru dengan cara integrasi. Di sekolah dikembangkan dengan
30
upaya mengondisikan atau merencanakan sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke kalender akademik dan yang dilakukan sekian hari sebagai bagian dari budaya sekolah sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
Di masyarakat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta tanah air dan melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial.
Adapun penilaian dilakukan secara terus menerus oleh guru dengan mengacu pada indicator pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter, melalui pengamatan guru ketika seseorang peserta didik melakukan suatu tindakan di sekolah, model anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan) maupun memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimiliki.
Dari hasil pengamatan, catatan anecdotal,yang dinyatakan dalam pernyataan kualitatif sebagai berikut ini :
SB : Sangat Baik (apabila peserta didik memperlihatkan semua tanda- tanda perilaku yang dinyatakan dalam indicator)
B : Baik (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda- tanda perilaku yang dinyatakan dalam indicator konsisten)
C : Cukup (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indicator tetapi belum konsisten) PB : Perlu Bimbingan (apabila peserta belum memperlihatkan perilaku dalam indikator)
G. Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Kegiatan rutin ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan
31
membaca. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Gerakan Literasi Sekolah ini merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah baik guru, peserta didik, orang tua/wali murid, dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan sehingga membutuhkan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca yang dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca. Guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati. Selain itu SDN SUKOHARJO 01 juga memiliki pojok baca yang berisi buku cerita dan buku pengetahuan di setiap kelas yang dapat dimanfaatkan setiap peserta didik selain perpustakaan sekolah.
H. Kenaikan Kelas dan Kelulusan : 1. Kriteria Kenaikan Kelas
Jika semua indikator, KD, SK suatu mata pelajaran telah terpenuhi ketuntasannya, maka siswa dianggap telah layak naik ke kelas berikutnya.
Namun jika banyak terdapat indikator, KD, SK pada lebih dari 25% mata pelajaran siswa masih belum tuntas sampai batas akhir tahun ajaran, maka siswa harus mengulang di kelas yang sama. Untuk memudahkan administrasi maka siswa diharapkan mengulang semua mata pelajaran beserta SK, KD dan indikatornya dan sekolah mempertimbangkan mata pelajaran, SK, KD dan indikator yang telah tuntas pada tahun ajaran sebelumnya.
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun. Penentuan kenaikan kelas dilakukan melalui rapat dewan guru dengan mempertimbangkan KKM, sikap/perilaku/budi pekerti dan kehadiran siswa.
Adapun kriteria kenaikan kelas untuk siswa kelas III dan VI diatur sebagai berikut :
a. Siswa dinyatakan naik kelas bila jumlah mata pelajaran yang belum tuntas tidak boleh lebih dari 3 mata pelajaran (25%) dari Kriteria Ketuntasan Minimal Satuan Pendidikan.
b. Memiliki nilai minimal baik pada aspek kepribadian.
c. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester pada kelas yang diikuti.
32 2. Kriteria Kelulusan
Dengan mengacu pada ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 sekolah menetapkan kriteria kelulusan dari masing-masing Kompetensi yaitu Kompetensi Sikap, Kompetensi pengetahuan , dan Kompetensi Ketrampilan bahwa peserta didik dinyatakan lulus jika :
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memiliki nilai rapor semester I dan II pada setiap jenjang kelas sejak dari kelas II, III, V, kelas VI;
c. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk Sikap dan Ketrampilan.
d. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
e. lulus Ujian Sekolah.
Penentuan kelulusan
1. Penentuan kelulusan siswa dilakukan melalui rapat dewan guru dengan mempertimbangkan nilai rapor, nilai ujian sekolah, sikap dan perilaku/budi pekerti siswa dan memenuhi kriteria kelulusan.
2. Siswa yang dinyatakan lulus berhak memperoleh Ijasah, SKHU, dan buku rapor.
3. Siswa yang tidak lulus tidak memperoleh Ijasah dan kepadanya wajib mengulang kembali di kelas terakhir.
33 BAB IV
KALENDER PENDIDIKAN Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta
didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
A. Alokasi Waktu
1. Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
2. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
3. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Alokasi Waktu Minggu Efektif Belajar, Waktu Libur dan Kegiatan Lainnya Tahun Pelajaran 2023/2024
No Kegiatan Alokasi
Waktu Keterangan
1. Minggu efektif belajar
37 minggu dalam setahun
Digunakan untuk kegiatan pembelajaran efektif pada setiap satuan pendidikan
2. Jeda tengah semester
Selama 3 hari 3 hari setiap semester 3. Jeda antar
semester
Maksimum 1 minggu
Antara semester I dan II 4. Libur akhir tahun
pelajaran
Maksimum 3 minggu
Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran 5. Hari libur
keagamaan
Sekitar 2 – 4 minggu
Pengaturan hari libur keagamaan dilakukan tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
34
Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
B. Penetapan Kalender Pendidikan
1. Permulaan tahun pelajaran dimulai pada pertengahan bulan Juli dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
2. Hari libur sekolah ditetapkan mengacu pada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
4. Kalender pendidikan yang disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.
6. Hari libur umum/
nasional
Maksimum 2 minggu
Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah, hal ini untuk siswa, untuk PTK tetap masuk
7. Hari libur khusus Maksimum 1 minggu
Untuk satuan pendidikan sesuai dengan ciri kekhususan masing- masing
8. Kegiatan khusus sekolah/madrasah
Maksimum 3 minggu
Digunakan untuk kegiatan yang diprogramkan secara khusus oleh sekolah tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
35
C. Kalender Pendidikan Tahun Pelajaran 2023/2024
Alokasi waktu penyelenggaraan kegiatan pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 terdiri dari:
Alokasi waktu semester I Tahun Pelajaran 2023/2024 adalah:
Kelas Satu Jam Pembelajaran
Jumlah jam Per Minggu
Minggu Efektif Semester I
Hari Efektif Semester I
Jam Pelajaran Efektif Semester I
I IKM
II IKM
III 35 menit 38 jam 17,86
minggu 125 hari 679 JP
IV IKM
V IKM
VI 35 menit 42 jam 18 minggu 125 hari 750 JP Alokasi waktu semester II Tahun Pelajaran 2023/2024 adalah:
Kelas Satu Jam Pembelajaran
Jumlah jam Per Minggu
Minggu Efektif Semester II
Hari Efektif Semester II
Jam Pelajaran Efektif Semester II
I IKM
II IKM
III 35 menit 38 jam 19 minggu 129 hari 722 JP
IV IKM
V IKM
VI 35 menit 42 jam 16 minggu 111 hari 651 JP