• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana bentuk campur kode yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menarakarya A. Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi menjadi motivasi bagi peneliti untuk lebih berperan aktif dalam kontribusi karya ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan. Hasil penelitian ini memberikan gambaran kepada pembaca tentang teori sosiolinguistik terkait campur kode dan diharapkan dapat menjadi memberikan pemahaman yang lebih baik tentang isi novel Negeri 5 Menara yang akan dimiliki.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Penggunaan Bahasa dalam Novel

Bahasa bias masih bertumpu pada bahasa konvensional agar pesan yang disampaikan oleh sastra dapat dipahami dan diterima oleh pembaca sehingga diperlukan keefektifan dalam mengungkapkan sebuah karya sastra. Untuk memperoleh pengungkapan yang efektif, bahasa dalam karya sastra ditipu, dimanipulasi, dan digunakan secermat mungkin sehingga tampil dalam sosok yang berbeda dengan bahasa nonsastra (Ratna, 2007: 36). Bahasa sastra dicirikan sebagai bahasa yang mengandung unsur emosional dan bersifat konotatif berbeda dengan bahasa nonsastra, khususnya bahasa ilmiah yang rasional dan denotatif.

Penggunaan bahasa sastra lebih berorientasi pada tujuan estetis karena hanya menggunakan unsuremotif dan konotatif (Nurgiyantoro. Penggunaan bahasa yang khas bukan dalam arti bahasa sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Analog dengan sehari-hari ). gaya hidup, gaya sebagai salah satu cara hidup di antara berbagai cara lainnya, gaya bahasa adalah soal cara penggunaan yang khas, bukan bahasa tertentu yang akan berbeda dengan bahasa dalam kamus.

Novel sebagai karya fiksi disajikan dalam bentuk naratif dan menggunakan bahasa yang khas (konotatif), sehingga dalam penggambaran tempat terjadinya perbuatan (adegan) tokoh (tokoh) atau peristiwa (peristiwa) tampak begitu hidup, seolah-olah pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan dan mengalami. Selain itu, terdapat plot dan suspense dalam fiksi yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca.

Kode Bahasa

Hal ini menunjukkan adanya semacam hirarki linguistik mulai dari bahasa sebagai tingkatan tertinggi, diikuti dengan kode yang terdiri dari varian dan ragam. Kode biasanya berupa varian bahasa yang sebenarnya digunakan untuk berkomunikasi oleh anggota suatu masyarakat bahasa. Rahardi menyatakan bahwa kode biasanya berupa varian bahasa yang biasanya dicirikan oleh unsur-unsur dasar bahasa yang menyangkut sistem fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikon yang terkandung dalam sebuah wacana, (http://repositori.upi.edu/operator/upload /s_c) bab 2 .pdf).

Kode-kode lain yang harus dipahami oleh pembaca sastra adalah kode linguistik, kode budaya, dan kode sastra. Untuk memahami artinya, pertama-tama seseorang harus memahami konvensi linguistik umum yang dimungkinkan oleh aturan-aturan ini. Kode bahasa merujuk pada penggunaan bahasa itu sendiri, yaitu bahasa yang digunakan oleh masyarakat dengan segala variasinya.

Kode sastra adalah kode yang berkaitan dengan hakikat, fungsi sastra, ciri-ciri sastra, kebenaran imajinatif dalam sastra, sastra sebagai sistem semiotik, sastra sebagai dokumen sosial budaya, dan lain-lain. Sejalan dengan itu, Rachmat Djoko Pradopo mengatakan bahwa karya sastra sebagai tanda terkait dengan konvensi masyarakatnya, karena merupakan cerminan dari realitas budaya masyarakat yang menjadi model.

Campur Kode

Chaer menyatakan bahwa dalam campur kode ada kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan otonomi tersendiri. Campur kode adalah penggunaan penggalan-penggalan dari bahasa lain dalam penggunaan suatu bahasa yang mungkin benar-benar diperlukan, agar tidak dianggap sebagai kesalahan atau penyimpangan (Saleh dan Mahmuda, 2006: 87). Campur kode internal (internal code mixing), campur kode sumber dari bahasa asli dengan segala variasinya.

Alasan campur kode adalah identifikasi peran, identifikasi varian, dan keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peran penutur, bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Penutur terkadang sengaja mencampur kode dengan mitra tutur karena memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Penutur juga terkadang mencampurkan satu kode bahasa ke kode bahasa lain karena kebiasaan atau kebetulan. Selain itu, topik pembicaraan non-ilmiah (percakapan sehari-hari) menciptakan percakapan santai yang pada gilirannya mengarah pada campur kode.

Kerangka Pikir

Defenisi Operasional Variabel

Data dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Berdasarkan pemaparan data dan analisis data di atas dapat diketahui bahwa bentuk campur kode dalam novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi terdapat 186 data yang terdiri dari campur kode berupa penyisipan kata seperti naik. sebanyak 85 data, penyisipan kalimat sebanyak 54 data, penyisipan klausa sebanyak 24 data, penyisipan ungkapan atau ekspresi sebanyak 8 data, penyisipan bentuk dasar sebanyak 8 data dan penyisipan kata berulang sebanyak 5 data. Fuadi lebih banyak ditemukan dalam penyisipan kata dibandingkan dengan penyisipan lainnya baik dalam bentuk penyisipan kalimat, penyisipan klausa, penyisipan ekspresi atau idiom, penyisipan bentuk dasar dan penyisipan kata berulang.

Hal ini terlihat dari jumlah data yang terdapat dalam bentuk campur kode berupa penyisipan kata yang diperoleh sebanyak 85 data dengan persentase 46,1%. Sedangkan bentuk campur kode berupa penyisipan kata ulang paling sedikit digunakan di Negeri 5 Menara dengan perolehan 5 data dengan persentase 2,7%. Namun berdasarkan hasil analisis, lebih banyak kata asing yang disisipkan daripada kata yang berasal dari bahasa daerah.

Beberapa bentuk campur kode adalah penyisipan bahasa Minangkabau yang terdapat dalam novel Negeri 5 Menara, seperti dalam bentuk penyisipan kata, penyisipan frase, penyisipan klausa, penyisipan ekspresi atau idiom, penyisipan bentuk murni, dan penyisipan kata berulang. Hal ini terlihat pada kalimat campur kode berupa sisipan kata dari bahasa Minangkabau yaitu: “Orang tua lain menyekolahkan anak kadiyanya yang kurang ke madrasah…”. Bentuk campur kode adalah menyisipkan kata-kata asing (Bahasa Inggris) ke dalam kalimat: “Karena pertunjukan tahun lalu, kami memaksakan diri untuk membuatnya lebih baik dari tahun lalu.” (Fuadi.

Sisipan kata asing juga terjadi pada kalimat, “Untuk benar-benar membuat penonton merasa seperti berada di dalam sebuah adegan.” (Fuadi. Bentuk campur kode berupa penyisipan kata yang berasal dari bahasa Arab dapat ditemukan pada kalimat: “Mohon bersedia untuk diwawancarai…” (Fuadi. Fuadi, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa bentuk campur kode dalam novel Negeri 5 Menara karya A.

Bentuk campur kode diperoleh sebanyak 184 data berupa penyisipan kata sebanyak 85 data dengan persentase 46,1%, penyisipan frasa sebanyak 54 data dengan persentase 29,6%, penyisipan klausa sebanyak sebanyak 24 data dengan persentase 13%, penyisipan ungkapan atau idiom sebanyak 8 data dengan persentase 4,3%, penyisipan hibrid sebanyak 8 data dengan persentase 4,3% dan penyisipan kata berulang sebanyak sebanyak 5 data dengan persentase 2,7%. Bentuk campur kode berupa penyisipan kata lebih banyak digunakan sebesar 46,1% sedangkan bentuk campur kode berupa penyisipan kata ulang digunakan paling sedikit 2,7% dalam novel Negeri 5 Menara. Penyisipan bahasa asing (Inggris dan Arab) dan bahasa daerah Minangkabau dalam bentuk campur kode terlihat pada novel Negeri 5 Menara karya A.

SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Gambar

Tabel 1. Tabel Bentuk Campur Kode Keterangan:

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

1.2 Operating Budget Framework The proposed operating revenue budget is approximately R33.4 billion and the operating expenditure budget is totalling R31.9 billion for the 2012/13