BAB IV
HASIL PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Data Responden
Responden dalam penelitian ini adalah kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Pekanbaru. Peneliti menyerahkan 40 eksemplar kuesioner penelitian dari tanggal 20 Januari 2020 hingga 25 Januari 2020 kepada masing-masing pegawai dengan tanggal pengembalian yang disepakati. Dari 40 (100%) kuesioner yang disebar, 40 (100%) kuesioner diterima kembali, 0 (0%) tidak dikembalikan kepada peneliti, dengan kata lain penelitian ini mempunyai response rate sebesar 100%, sehingga data yang dapat digunakan untuk di analisis sebanyak 40 kuesioner. Rincian mengenai tingkat pengembalian kuesioner disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1. Daftar Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Presentase (%)
Kuesioner yang disebar 40 100
Kuesioner yang kembali 40 100
Kuesioner yang tidak kembali 0 0
Kuesioner yang tidak dapat dianalisis
0 0
Kuesioner yang dapat dianalisis 40 100
Jumlah seluruh kuesioner 40 100
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
4.1.1. Umur Responden
Tabel 4.2. Umur Responden
Umur Frekuensi Persentase (%)
20-35 25 62,5
35-50 15 37,5
Total 40 100
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, menunjukkan jumlah responden yang paling banyak adalah responden yang berusia 20-35 tahun yaitu 25 orang atau 62,5% dibandingkan responden yang berusia 35-50 tahun yaitu 15 orang atau 37,5%.
4.1.2. Jenis Kelamin Responden
Berikut ini merupakan tabel jumlah dari presentase jenis kelamin responden dalam penelitian ini:
Tabel 4.3. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 18 45
Perempuan 22 55
Total 40 100
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Dari tabel 4.3 di atas, menunjukkan bahwa jumlah responden laki laki sebanyak 18 orang atau 45% lebih kecil dibandingkan jumlah responden perempuan yang berjumlah 22 orang atau 55%.
4.1.3. Jabatan Responden
Tabel 4.4. Jabatan Responden
Jabatan Frekuensi Persentase (%)
Kabid 1 2,5
Kasubid 3 7,5
Staf 36 90
Total 40 100
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, menunjukkan bahwa jabatan responden yang mengisi kuesioner lebih banyak staf yaitu sebanyak 36 orang atau 90%
dibandingkan kasubid (kepala sub bidang) sebanyak 3 orang atau 7,5% dan Kabid sebanyak 1 orang atau 2,5%. Hal ini menunjukkan bahwa staf memiliki andil lebih banyak dalam pelayanan administrasi.
4.1.4. Pendidikan Terakhir
Berikut ini merupakan tabel jumlah dan persentase pendidikan terakhir responden dalam penelitian ini:
Tabel 4.5. Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
Diploma 5 12,5
S1 34 85
S2 1 2,5
S3 0
Total 40 100
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa pendidikan responden yang mengisi kuesioner lebih banyak bergelar S1 yaitu 34 responden. Sedangkan selanjutnya beruturut turut Diploma sebanyak 5 dan S2 sebanyak 1 responden.
Hal ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki sudah cukup berkompeten, di lihat dari jenjang pendidkan terakhirnya.
4.2. Statistik Deskriptif
Statistik dalam penelitian ini merujuk pada rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviation) dari seluruh variabel dalam penelitian ini yaitu Akuntabilitas (X1), Transparansi (X2), Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3), Pengawasan (X4) dan Kinerja Pegawai (Y) sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.6. Statistik Deskriptif
Keterangan N Minimum Maximum Mean Std
Deviation
Akuntabilitas 40 28 55 43.15 6.204
Transparansi 40 25 45 35.33 4.582
Kompetensi Sumber Daya Manusia
40 20 40 31.13 4.983
Pengawasan 40 18 45 35.73 5.340
Kinerja Pegawai 40 40 70 56.13 6.098
Valid N (listwise) 40
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan hasil perhitungan dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa n atau jumlah data responden yaitu 40 responden yang berasal dari kantor Disdukcapil Kota Pekanbaru. Masing-masing variabel akan dijabarkan sesuai dengan data pada tabel diatas sebagai berikut:
4.2.1. Akuntabilitas
N pada tabel diatas adalah jumlah responden yang mengisi kuesioner.
Variabel Akuntabilitas mempunyai nilai mean atau nilai rata-rata sebesar 43.15 dengan standar deviasi atau akar pangkat dari mean sebesar 6.204 yang artinya bahwa nilai mean lebih besar dari standar deviasi, sehingga mengindikasi bahwa hasil yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan standar deviasi adalah pencerminan penyimpangan yang sangat tinggi, sehingga penyebaran data menunjukkan hasil yang normal dan tidak menyebabkan bias. Nilai minimum
atau nilai terkecil dari variabel ini sebesar 28 dan nilai maksimum atau terbesar yaitu sebesar 55.
4.2.2. Transparansi
N pada tabel diatas adalah jumlah responden yang mengisi kuesioner.
Variabel Transparansi mempunyai nilai mean atau nilai rata-rata sebesar 35.33 dengan standar deviasi atau akar pangkat dari mean sebesar 4.582 yang artinya bahwa nilai mean lebih besar dari standar deviasi, sehingga mengindikasi bahwa hasil yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan standar deviasi adalah pencerminan penyimpangan yang sangat tinggi, sehingga penyebaran data menunjukkan hasil yang normal dan tidak menyebabkan bias. Nilai minimum atau nilai terkecil dari variabel ini sebesar 25 dan nilai maksimum atau terbesar yaitu sebesar 45.
4.2.3. Kompetensi Sumber Daya Manusia
N pada tabel diatas adalah jumlah responden yang mengisi kuesioner.
Variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia mempunyai nilai mean atau nilai rata- rata sebesar 31.13 dengan standar deviasi atau akar pangkat dari mean sebesar 4.983 yang artinya bahwa nilai mean lebih besar dari standar deviasi, sehingga mengindikasi bahwa hasil yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan standar deviasi adalah pencerminan penyimpangan yang sangat tinggi, sehingga penyebaran data menunjukkan hasil yang normal dan tidak menyebabkan bias.
Nilai minimum atau nilai terkecil dari variabel ini sebesar 20 dan nilai maksimum atau terbesar yaitu sebesar 40.
4.2.4. Pengawasan
N pada tabel diatas adalah jumlah responden yang mengisi kuesioner.
Variabel Pengawasan mempunyai nilai mean atau nilai rata-rata sebesar 35.73 dengan standar deviasi atau akar pangkat dari mean sebesar 5.340 yang artinya bahwa nilai mean lebih besar dari standar deviasi, sehingga mengindikasi bahwa hasil yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan standar deviasi adalah pencerminan penyimpangan yang sangat tinggi, sehingga penyebaran data menunjukkan hasil yang normal dan tidak menyebabkan bias. Nilai minimum atau nilai terkecil dari variabel ini sebesar 18 dan nilai maksimum atau terbesar yaitu sebesar 45.
4.2.5. Kinerja Pegawai
N pada tabel diatas adalah jumlah responden yang mengisi kuesioner.
Kinerja Pegawai mempunyai nilai mean atau nilai rata-rata sebesar 56.13 dengan standar deviasi atau akar pangkat dari mean sebesar 6.098 yang artinya bahwa nilai mean lebih besar dari standar deviasi, sehingga mengindikasi bahwa hasil yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan standar deviasi adalah pencerminan penyimpangan yang sangat tinggi, sehingga penyebaran data menunjukkan hasil yang normal dan tidak menyebabkan bias. Nilai minimum atau nilai terkecil dari variabel ini sebesar 40 dan nilai maksimum atau terbesar yaitu sebesar 70.
4.3. Uji Kualitas Data 4.3.1. Uji Validitas Data
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka hasil pengujian validitas dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.7. Uji Validitas Variabel Akuntabilitas
No Keterangan r tabel r hitung Hasil
1. Pernyataan 1 0,3120 0,791 Valid
2. Pernyataan 2 0,3120 0,900 Valid
3. Pernyataan 3 0,3120 0,467 Valid
4. Pernyataan 4 0,3120 0,664 Valid
5. Pernyataan 5 0,3120 0,664 Valid
6. Pernyataan 6 0,3120 0,480 Valid
7. Pernyataan 7 0,3120 0,771 Valid
8. Pernyataan 8 0,3120 0,900 Valid
9. Pernyataan 9 0,3120 0,787 Valid
10. Pernyataan 10 0,3120 0,791 Valid
11. Pernyataan 11 0,3120 0,900 Valid
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Pada tabel 4.7. uji validitas data variabel akuntabilitas 11 butir pernyataan. Seluruh butir pernyataan dinyatakan valid dan bisa dimasukkan dalam uji reliabilitas, normalitas dan hipotesis. Hasil validitas dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Ghozali, 2016). R tabel di dapat dari df = N-2, maka df = 40-2=
38, pada r tabel di kolom 38 di dapat angka 0,3120 maka semua variabel dinyatakan valid.
Tabel 4.8. Uji Validitas Variabel Transparansi
No Keterangan r tabel r hitung Hasil
1. Pernyataan 1 0,3120 0,767 Valid
2. Pernyataan 2 0,3120 0,763 Valid
3. Pernyataan 3 0,3120 0,607 Valid
4. Pernyataan 4 0,3120 0,487 Valid
5. Pernyataan 5 0,3120 0,487 Valid
6. Pernyataan 6 0,3120 0,713 Valid
7. Pernyataan 7 0,3120 0,741 Valid
8. Pernyataan 8 0,3120 0,734 Valid
9. Pernyataan 9 0,3120 0,578 Valid
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Pada tabel 4.8. uji validitas data variabel transparansi terdapat 9 butir pernyataan. Seluruh butir pernyataan dinyatakan valid dan bisa dimasukkan dalam uji reliabilitas, normalitas dan hipotesis. Hasil validitas dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Ghozali, 2016). R tabel di dapat dari df = N-2, maka df = 40-2=
38, pada r tabel di kolom 38 di dapat angka 0,3120 maka semua variabel dinyatakan valid.
Tabel 4.9. Uji Validitas Variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia
No Keterangan r tabel r hitung Hasil
1. Pernyataan 1 0,3120 0,940 Valid
2. Pernyataan 2 0,3120 0,902 Valid
3. Pernyataan 3 0,3120 0,442 Valid
4. Pernyataan 4 0,3120 0,917 Valid
5. Pernyataan 5 0,3120 0,923 Valid
6. Pernyataan 6 0,3120 0,838 Valid
7. Pernyataan 7 0,3120 0,539 Valid
8. Pernyataan 8 0,3120 0,934 Valid
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Pada tabel 4.9. uji validitas data variabel kompetensi sumber daya manusia terdapat 8 butir pernyataan. Seluruh butir pernyataan dinyatakan valid dan bisa dimasukkan dalam uji reliabilitas, normalitas dan hipotesis. Hasil validitas dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Ghozali, 2016). R tabel di dapat dari df = N-2, maka df = 40-2= 38, pada r tabel di kolom 38 di dapat angka 0,3120 maka semua variabel dinyatakan valid.
Tabel 4.10. Uji Validitas Variabel Pengawasan
No Keterangan r tabel r hitung Hasil
1. Pernyataan 1 0,3120 0,874 Valid
2. Pernyataan 2 0,3120 0,626 Valid
3. Pernyataan 3 0,3120 0,842 Valid
4. Pernyataan 4 0,3120 0,841 Valid
5. Pernyataan 5 0,3120 0,666 Valid
6. Pernyataan 6 0,3120 0,813 Valid
7. Pernyataan 7 0,3120 0,647 Valid
8. Pernyataan 8 0,3120 0,747 Valid
9. Pernyataan 9 0,3120 0,851 Valid
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Pada tabel 4.10 uji validitas data variabel pengawasan terdapat 9 butir pernyataan. Seluruh butir pernyataan dinyatakan valid dan bisa dimasukkan dalam uji reliabilitas, normalitas dan hipotesis. Hasil validitas dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Ghozali, 2016). R tabel di dapat dari df = N-2, maka df = 40-2=
38, pada r tabel di kolom 38 di dapat angka 0,3120 maka semua variabel dinyatakan valid.
Tabel 4.11. Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai
No Keterangan r tabel r hitung Hasil
1. Pernyataan 1 0,3120 0,793 Valid
2. Pernyataan 2 0,3120 0,760 Valid
3. Pernyataan 3 0,3120 0,601 Valid
4. Pernyataan 4 0,3120 0,505 Valid
5. Pernyataan 5 0,3120 0,580 Valid
6. Pernyataan 6 0,3120 0,728 Valid
7. Pernyataan 7 0,3120 0,746 Valid
8. Pernyataan 8 0,3120 0,601 Valid
9. Pernyataan 9 0,3120 0,775 Valid
10. Pernyataan 10 0,3120 0,601 Valid
11. Pernyataan 11 0,3120 0,518 Valid
12. Pernyataan 12 0,3120 0,580 Valid
13. Pernyataan 13 0,3120 0,775 Valid
14. Pernyataan 14 0,3120 0,574 Valid
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Pada tabel 4.11 uji validitas data variabel kinerja pegawai terdapat 14 butir pernyataan. Seluruh butir pernyataan dinyatakan valid dan bisa dimasukkan dalam uji reliabilitas, normalitas dan hipotesis. Hasil validitas dikatakan valid jika r hitung > r tabel (Ghozali, 2016). R tabel di dapat dari df = N-2, maka df = 40-2=
38, pada r tabel di kolom 38 di dapat angka 0,3120 maka semua variabel dinyatakan valid.
4.3.2.Uji Reliabilitas Data
Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten. Untuk mengukur uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (a). Suatu konstruk atau variabel dikatakan variabel jika memberikan nilai koefisien lebih besar dari pada 0,60 (Ghozali, 2013). Pada tabel 4.12 uji reliabilitas semua variabel dinyatakan reliabel, karena lebih besar dari 0,60. Hasil pengujian reliabilitas data untuk 51 butir pernyataan dapat diliat pada tabel berikut:
Tabel 4.12. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach
Alpha
Status
Akuntabilitas (X1) 0, 939 Reliabel
Transparansi (X2) 0, 892 Reliabel
Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3) 0, 946 Reliabel
Pengawasan (X4) 0, 940 Reliabel
Kinerja Pegawai (Y) 0, 924 Reliabel
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
4.4. Uji Asumsi Klasik 4.4.1.Uji Normalitas
Pada tabel 4.13 dapat dilihat uji normalitas dalam penelitian ini:
Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.12378008
Most Extreme Differences
Absolute .075
Positive .057
Negative -.075
Kolmogorov-Smirnov Z .475
Asymp. Sig. (2-tailed) .978
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Hasil pengujian menunjukan bahwa semua nilai signifikansi uji normalitas dengan metode Komolgrof Smirnov diperoleh nilai 0,978 > 0,05 yang artinya bahwa data pada tabel 4.13 menunjukkan distribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diuji normal dan dapat dilanjutkan (Ghozali, 2016).
4.4.1. Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas dengan menggunakan matriks korelasi sebagai berikut:
Tabel.4.14. Hasil Uji Multikolinearitas
Model Tolerance VIF
Akuntabilitas 0,310 3.230
Transparansi 0,372 2.689
Kompetensi Sumber Daya Manusia 0,574 1.743
Pengawasan 0,292 3.421
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Pada tabel 4.14 terihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki VIF kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 10%. Dapat diartikan bahwa tidak terdapat korelasi antar variabel bebas yang lebih besar dari 95%. Sehingga kesimpulannya bahwa variabel independen terbebas dari asumsi klasik
multikolinearitas karena tidak terdapat multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi (Ghozali, 2016).
4.4.2. Uji Heterokedastisitas
Hasil pengujian heterokedastisitas dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.15. Hasil Uji Heterokedastisitas
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 25.990 8.198 3.170 .303
Akuntabilitas .144 .289 .133 .499 .621
Transparansi -.002 .357 -.001 -.006 .996
Kompetensi Sumber Daya Manusia -.244 .264 -.181 -.923 .363
Pengawasan -.564 .345 -.449 -1.633 .111
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Hasil pengujian heterokedastisitas menggunakan uji glejser pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa hasil signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2016).
4.5. Analisis Regresi Linier Berganda
Ringkasan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error
Beta Tolera
nce
VIF
1
(Constant) 10.716 2.951 3.631 .001
Akuntabilitas .252 .104 .256 2.422 .021 .310 3.230 Transparansi .448 .128 .337 3.489 .001 .372 2.689 Kompetensi Sumber
Daya Manusia
.204 .095 .167 2.147 .039 .574 1.743
Pengawasan .346 .124 .303 2.780 .009 .292 3.421
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan tabel 4.16 diatas maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y: 10.716+0,252+0,448+0,204+0,346
Berdasarkan persamaan regresi diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (a) sebesar 10.716, artinya adalah apabila X1 (Akuntabilitas), X2 (Transparansi), X3 (Kompetensi Sumber Daya Manusia) dan X4 (Pengawasan) diasumsikan nol (0), maka Y (Kinerja Pegawai) bernilai 10.716.
2. Nilai koefisien regresi variabel akuntabilitas (X1) sebesar 0,252 artinya bahwa setiap peningkatan terhadap variabel akuntabilitas sebesar satu satuan, maka akan terjadi peningkatan pada kinerja pegawai sebesar 0,252 dengan asumsi variabel lain tetap.
3. Nilai koefisien regresi variabel transparansi (X2) sebesar 0,448 artinya bahwa setiap peningkatan terhadap variabel transparansi sebesar satu satuan, maka akan terjadi peningkatan pada kinerja pegawai sebesar 0,448 dengan asumsi variabel lain tetap.
4. Nilai koefisien regresi variabel kompetensi sumber daya manusia (X3) sebesar 0,204 artinya bahwa setiap peningkatan terhadap variabel kompetensi sumber daya manusia sebesar satu satuan, maka akan terjadi peningkatan pada kinerja pegawai sebesar 0,204 dengan asumsi variabel lain tetap.
5. Nilai koefisien regresi variabel pengawasan (X4) sebesar 0,346 artinya bahwa setiap peningkatan terhadap variabel pengawasan sebesar satu satuan, maka akan terjadi peningkatan pada kinerja pegawai sebesar 0,346 dengan asumsi variabel lain tetap.
4.6. Uji Hipotesis
4.6.1.Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kinerja Pegawai Tabel 4.17. Hipotesis Variabel Akuntabilitas
Hipotesis t hitung t tabel Signifikan Alpha (a)
Keterangan
H1 2.422 2,030 0,021 0,05 Diterima
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan data olahan diatas diketahui t hitung = 2.422, t tabel =2,030 dengan nilai signifikan 0,021<0,05. Ini berarti variabel akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja pegawai, kesimpulannya Ha diterima.
4.6.2.Pengaruh Transparansi Terhadap Kinerja Pegawai
Tabel 4.18. Hipotesis Variabel Transparansi
Hipotesis t hitung t tabel Signifikan Alpha (a)
Keterangan
H2 3.489 2,030 0,001 0,05 Diterima
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan data olahan diatas diketahui t hitung = 3.489, t tabel =2,030 dengan nilai signifikan 0,001<0,05. Ini berarti variabel transparansi berpengaruh terhadap kinerja pegawai, kesimpulannya Ha diterima.
4.6.3.Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Pegawai
Tabel 4.19. Hipotesis Variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia
Hipotesis t hitung t tabel Signifikan Alpha (a)
Keterangan
H3 2.147 2,030 0,039 0,05 Diterima
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan data olahan diatas diketahui t hitung = 2.147, t tabel =2,030 dengan nilai signifikan 0,039<0,05. Ini berarti variabel kompetensi sumber daya manusia berpengaruh terhadap kinerja pegawai, kesimpulannya Ha diterima.
4.6.4.Pengaruh Pengawasan Terhadap Kinerja Pegawai
Tabel 4.20. Hipotesis Variabel Pengawasan
Hipotesis t hitung t tabel Signifikan Alpha (a)
Keterangan
H4 2.780 2,030 0,009 0,05 Diterima
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Berdasarkan data olahan diatas diketahui t hitung = 2.780, t tabel =2,030 dengan nilai signifikan 0,009<0,05. Ini berarti variabel pengawasan berpengaruh terhadap kinerja pegawai, kesimpulannya Ha diterima.
4.7. Uji Simultan F Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Pengawasan Secara Bersama-Sama Atau Simultan Memberikan Pengaruh Terhadap Kinerja Pegawai
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap kinerja pegawai. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.21. Uji Simultan F
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 1274.468 4 318.617 63.395 .000b
Residual 175.907 35 5.026
Total 1450.375 39
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Dari tabel diatas didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil daripada 0,05 yang berarti bahwa variabel Akuntabilitas, Transparansi, Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Pengawasan secara bersama-sama atau simultan memberikan pengaruh terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Pekanbaru.
4.8. Koefisien Determinasi
Tabel 4.22. Koefisien Determinasi
Model
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .937a .879 .865 2.242
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019
Dari hasil perhitungan pada tabel 4.22 dapat diketahui bahwa koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0,865. Hal ini berarti 86,5% Kinerja Pegawai (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Akuntabilitas (X1), Transparansi (X2), Kompetensi Sumber Daya Manusia (X3) dan Pengawasan (X4) sedangkan sisanya yaitu 13,5% (Y) dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.9.Pembahasan
4.9.1.Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja Pegawai
Dari hasil pengujian parsial (t), diperoleh nilai signifikan Akuntabilitas sebesar 0,021 lebih kecil daripada signifikan yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Akuntabilitas memiliki pengaruh terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Pekanbaru.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh dari Bharata (2015) dan Saputra, dkk (2014) bahwa akuntabilitas dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Akuntabilitas publik merupakan kewajiban bagi pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktivitasnya dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (pincipal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk menerima pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2009). Akuntabilitas publik merupakan kewajiban agen untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat (principal) (Mahmudi, 2013). Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban dari pemegang amanah untuk mengelola, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas.
Semakin tinggi akuntabilitas di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Pekanbaru, maka semakin tinggi kinerja yang dihasilkan.
Hal ini juga sejalan dengan teori NPM. New Public Management (NPM) adalah suatu sistem manajemen desentralisasi dengan perangkat manajemen seperti pengawasan (controlling) dan perbandingan (benchmarking) yang menerapkan praktik kerja sektor privat ke sektor publik untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas kinerja pemerintah daerah yang baik (Good Governance) sehingga akan tercipta kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari teori NPM yaitu memperbaiki efisiensi dan efektivitas, dan memperbaiki akuntabilitas kinerja (Anitasari, 2016).
Kunci penting dalam mewujudkan akuntabilitas yaitu adanya pemberian kapasitas untuk melaksanakan suatu aktivitas, adanya pemberian keleluasaan (diskresi) dan adanya pemberian kewenangan. Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability), bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) (Mahmudi, 2013). Suatu organisasi publik dapat dikatakan akuntabel apabila memenuhi empat dimensi akuntabilitas (Mardiasmo, 2009).
4.9.2.Pengaruh Transparansi Pemerintah terhadap Kinerja Pegawai
Dari hasil pengujian parsial (t), diperoleh nilai signifikan variabel transparansi sebesar 0,001 lebih kecil daripada signifikan yang telah ditetapkan
yaitu 0,05. Dapat disimpulkan bahwa transparansi mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Pekanbaru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh dari Bharata (2015) dan Saputra, dkk (2014) transparansi berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan, sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik. Transparansi berarti suatu keterbukaan secara nyata, menyeluruh, dan memberi ruang kepada seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengelolaan sumber daya publik. Apabila dikaitkan dengan anggaran, transparansi dapat didefinisikan sebagai keterbukaan kepada masyarakat yang meliputi fungsi dan struktur pemerintah, tujuan kebijakan fiskal, sektor keuangan publik, dan proyeksi- proyeksinya (Andrianto, 2007).
Peran media menjadi sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun menjelaskan berbagai informasi yang relevan, juga sebagai “watchdog” atas berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi.
(Arens, dkk, 2015). Dalam kaitannya dengan teori NPM, media berperan sebagai jembatan bagi masyarakat agar mengetahui kinerja pemerintah, serta dapat melihat apakah sudah efisien dan efektif.
4.9.3.Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kinerja Pegawai Dari hasil pengujian parsial (t), diperoleh nilai signifikan variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia sebesar 0,039 lebih kecil dari pada signifikan yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Dapat disimpulkan bahwa kompetensi sumber daya manusia memiliki pengaruh terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Pekanbaru. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Sanggemi (2017) yang menyatakan bahwa sumber daya manusia berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Kompetensi sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang tinggi akan dapat menunjang kinerja suatu organisasi sehingga dapat mengalami
kemajuan. Sumber daya manusia dapat diukur melalui pengetahuan, keterampilan dan perilaku. Ketiga hal tersebut yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh setiap orang untuk menunjang keberhasilan dalam melaksankan tugas. Semakin baik sumber daya manusia di sebuah perusahaan, maka semakin baik kinerja (Triyanti, 2017).
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2013 mengenai Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil, kompetensi adalah karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan. Kapasitas sumber daya manusia dapat diukur melalui pengetahuan, keterampilan dan perilaku.
Ketiga hal tersebut yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh setiap orang untuk menunjang keberhasilan dalam melaksankan tugas. Hal ini juga sejalan dengan teori NPM, dimana adanya kompetensi sumber daya manusia yang baik dan terampil akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.
4.9.4.Pengaruh Pengawasan terhadap Kinerja Pegawai
Dari hasil pengujian parsial (t), diperoleh nilai signifikan variabel pengawasan sebesar 0,009 lebih kecil dari pada signifikan yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Pengawasan memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai di Kantor Disdukcapil Kota Pekanbaru. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Siregar (2017) yang menyatakan pengawasan berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi. Pengawasan adalah sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan
dengan cara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. (Handoko, 2016).
Dua prinsip pokok yang merupakan suatu condition sine quanon bagi suatu sistem pengawasan yang efektif ialah adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi-instruksi serta wewenang kepada bawahan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah suatu proses kegiatan pimpinan yang sistematis untuk membandingkan, memastikan dan menjamin baahwa tujuan dan sasaran serta kegiatan organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan standar, rencana, intruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan, serta untuk mengambil tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan sumber daya yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan (Handoko, 2016). Hal ini juga sejalan dengan teori NPM, dimana adanya pengawasan, kinerja dapat dikontrol dan diawasi sebagaimana mestinya, sehingga lebih efisien dan efektif.
4.9.5. Pengaruh Simultan Akuntabilitas, Transparansi, Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Pengawasan Secara Bersama-Sama Atau Simultan Memberikan Pengaruh Terhadap Kinerja Pegawai (Uji F)
Dari hasil pengujian simultan (uji F), diperoleh nilai signifikan variabel sebesar 0,000 lebih kecil daripada signifikan yang telah ditetapkan yaitu 0,05.
Dapat disimpulkan akuntabilitas, transparansi, kompetensi sumber daya manusia dan pengawasan secara bersama-sama atau simultan memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai. Hasil pengujian variabel yang pertama yaitu akuntabilitas.
Akuntabilitas publik merupakan kewajiban agen untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat (principal) (Mahmudi, 2013). Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban dari pemegang amanah untuk mengelola, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas.
Semakin tinggi akuntabilitas di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Pekanbaru, maka semakin tinggi kinerja yang dihasilkan. Hal ini juga sejalan dengan teori NPM. New Public Management
(NPM) adalah suatu sistem manajemen desentralisasi dengan perangkat manajemen seperti pengawasan (controlling) dan perbandingan (benchmarking) yang menerapkan praktik kerja sektor privat ke sektor publik untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas kinerja pemerintah daerah yang baik (Good Governance) sehingga akan tercipta kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari teori NPM yaitu memperbaiki efisiensi dan efektivitas, dan memperbaiki akuntabilitas kinerja (Anitasari, 2016). Kunci penting dalam mewujudkan akuntabilitas yaitu adanya pemberian kapasitas untuk melaksanakan suatu aktivitas, adanya pemberian keleluasaan (diskresi) dan adanya pemberian kewenangan. Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability), bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) (Mahmudi, 2013). Suatu organisasi publik dapat dikatakan akuntabel apabila memenuhi empat dimensi akuntabilitas (Mardiasmo, 2009).
Variabel selanjutnya yaitu Transparansi. Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik. Transparansi berarti suatu keterbukaan secara nyata, menyeluruh, dan memberi ruang kepada seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengelolaan sumber daya publik. Apabila dikaitkan dengan anggaran, transparansi dapat didefinisikan sebagai keterbukaan kepada masyarakat yang meliputi fungsi dan struktur pemerintah, tujuan kebijakan fiskal, sektor keuangan publik, dan proyeksi- proyeksinya (Andrianto, 2007). Peran media menjadi sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun menjelaskan berbagai informasi yang relevan, juga sebagai
“watchdog” atas berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi. (Arens, dkk, 2015). Dalam kaitannya dengan teori NPM, media berperan sebagai jembatan bagi masyarakat agar mengetahui kinerja pemerintah, serva dapat melihat apakah sudah efisien dan efektif.
Variabel yang ketiga yaitu Kompetensi Sumber Daya Manusia dapat menunjang kinerja suatu organisasi sehingga dapat mengalami kemajuan. Sumber
daya manusia dapat diukur melalui pengetahuan, keterampilan dan perilaku.
Ketiga hal tersebut yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh setiap orang untuk menunjang keberhasilan dalam melaksankan tugas. Semakin baik sumber daya manusia di sebuah perusahaan, maka semakin baik kinerja (Triyanti, 2017).
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2013 mengenai Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil, kompetensi adalah karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan. Kapasitas sumber daya manusia dapat diukur melalui pengetahuan, keterampilan dan perilaku.
Ketiga hal tersebut yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh setiap orang untuk menunjang keberhasilan dalam melaksankan tugas. Hal ini juga sejalan dengan teori NPM, dimana adanya kompetensi sumber daya manusia yang baik dan terampil akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien.
Variabel terakhir yaitu pengawasan. Pengawasan dapat didefinisikan sebagai cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi. Pengawasan adalah sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan. Suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. (Handoko, 2016).
Dua prinsip pokok yang merupakan suatu condition sine quanon bagi suatu sistem pengawasan yang efektif ialah adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi-instruksi serta wewenang kepada bawahan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah suatu proses kegiatan pimpinan yang sistematis untuk membandingkan, memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta kegiatan organisasi yang akan dan telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan standar, rencana, intruksi dan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan perusahaan, serta untuk mengambil tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan sumber daya yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan (Handoko, 2016). Hal ini juga sejalan dengan teori NPM, dimana adanya pengawasan, kinerja dapat dikontrol dan diawasi sebagaimana mestinya, sehingga lebih efisien dan efektif.