• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN "

Copied!
140
0
0

Teks penuh

Pemerintah telah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk menyelenggarakan Jaminan Produk Halal (JPH), yang sebelumnya berada di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, Pasal 4 menyatakan sertifikasi halal produk adalah wajib.

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan/ Manfaat Penelitian

Keaslian Penelitian

Diana Susanti, MKPT Skripsi yang berjudul : Peran Lembaga Pemeriksa Halal Dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (Analisis Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal) Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa kedudukan LPH- sebagai lembaga pemeriksa halal penyelenggara JPH sangat ketat. diatur dalam UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH).

Kerangka Teori dan Konsepsi Teori Keadilan: Hanz Kelsen Teori Keadilan: Hanz Kelsen

Di antara teori-teori tersebut dapat disebutkan: Teori hukum dan keadilan Hans Kelsen dalam teori umumnya tentang hukum dan negara. Berkaca pada konsep keadilan, Hans Kelsen yang menganut aliran positivisme juga mengakui kebenaran hukum kodrat.

Metode Penelitian

  • Spesifikasi Penelitian
  • Metode Pendekatan
  • Alat Pengumpul Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Jadi barangsiapa yang mengerjakan amalan wajib setelah lewat waktunya, sesungguhnya ia telah menunaikan salah satu amalan wajib, yaitu amalan yang diwajibkan syariat, seperti shalat. Harus dinilai dari sudut pandang pihak yang terdorong untuk melaksanakannya; dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) wajib “aini adalah segala amalan yang diwajibkan syariat” bagi siapa saja yang bukan muslim.

Konsep Halal dalam Hukum Islam

Demikian pula konsumsi makanan halal secara keseluruhan hukumnya wajib karena tertuang dalam rumusan perintah (lafaz amar). Merujuk pada dalil-dalil Al-Qur’an jelas bahwa konsumsi makanan halal merupakan perintah yang wajib.

Gagasan Produk Halal Sebagai Perlindungan Konsumen di Indonesia Indonesia

Produk halal

Jaminan kehalalan suatu produk makanan dan farmasi dapat diwujudkan dalam bentuk sertifikat halal yang menyertai suatu produk makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetik. Dengan adanya sertifikat halal, produsen dapat mencantumkan logo atau label halal pada kemasan produk makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetik. Dengan demikian, dengan mencantumkan label halal pada kemasannya, maka produk yang dikonsumsi masyarakat seperti makanan, obat-obatan, dan kosmetik terjamin kehalalannya.

Mengingat pentingnya kehalalan produk, maka diperlukan adanya jaminan dan kepastian kehalalan setiap produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetik. Jaminan produk halal merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh produsen makanan, minuman, obat-obatan, dan kosmetika dalam memproduksi produknya untuk digunakan dan diedarkan di wilayah Indonesia, khususnya yang diperuntukkan bagi umat Islam.

Proses Pengajuan Sertifikasi Halal

BPJPH menyampaikan laporan LPH kepada MUI untuk menentukan kehalalan produk melalui rapat fatwa halal. MUI melakukan sidang fatwa halal dengan para ahli, unsur kementerian/lembaga dan/atau badan terkait untuk mengambil keputusan. Keputusan penetapan produk halal diambil paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah MUI menerima hasil pemeriksaan dan/atau pengujian dari BPJPH.

Proses sertifikasi halal pada Gambar 1 dilakukan oleh LP-POM MUI, sedangkan pada Gambar 2 dilakukan registrasi. Pada Gambar 2, LP-POM MUI berhenti memenuhi persyaratan dan kemudian BPJPH beralih dari BPJPH ke sidang fatwa MUI sehingga LP-POM tidak bisa menyampaikannya langsung ke panitia fatwa MUI.

Gambar 1: Prosedur Pengajuan Sertifikasi Halal LPPOM MUI
Gambar 1: Prosedur Pengajuan Sertifikasi Halal LPPOM MUI

Penyelenggara Jaminan Produk Halal

Atas dasar itulah maka didirikanlah Majelis Ulama Indonesia yang secara singkat dijelaskan dalam Pasal 5 Pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia bahwa tujuan didirikannya Majelis Ulama Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat dan aparatur sipil negara (khaira ummah) yang berkualitas dan negara yang aman, tenteram, bertakwa, sejahtera ruhani, dan raga yang diridhoi Allah SWT (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).104. LPPOM MUI atau Lembaga Penilai Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia adalah lembaga yang didirikan oleh MUI dengan tugas melaksanakan tugas MUI untuk melindungi konsumen muslim dalam konsumsi makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika. Lembaga yang dibentuk Majelis Ulama Indonesia, LPPOM, tidak bertindak sendiri dalam melaksanakan sertifikasi halal.

Kepastian hukum jaminan produk halal, pada awalnya jaminan produk halal dikelola oleh lembaga independen atau lembaga swasta yang belum berbentuk unit di bawah naungan Lembaga Kedokteran pemerintah (LP-POM) yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Umat ​​Islam atas persoalan pencampuran makanan halal dan haram, seperti kasus Ajinamoto pada tahun 2001 yang menggunakan bactoytone dalam proses pembuatan bahan penyedap makanan105 dan kasus pencampuran daging sapi dengan babi pada tahun yang sama dan hingga saat ini kasus-kasus lama yang belum terselesaikan. terselesaikan dan banyak pedagang kurang ajar yang mencampurkan daging babi dan sapi untuk mendapatkan keuntungan. Kerjasama BPJPH dengan Badan POM pada bidang penertiban dan penyerahan produk halal. Kerjasama BPJPH dengan Kementerian Perdagangan pada bidang pendistribusian barang dan jasa.

Gambar 3: Hubungan Koordinasi antar Kementrian dan Lembaga
Gambar 3: Hubungan Koordinasi antar Kementrian dan Lembaga

Kewajiban Sertifikasi Halal dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal menegaskan bahwa permohonan sertifikat halal diajukan oleh pelanggar. Sebelum BPJPH terbentuk, pengajuan permohonan atau perpanjangan sertifikat halal dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku sebelum Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal diundangkan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal juga menegaskan bahwa MUI akan terus menjalankan tugasnya di bidang sertifikasi halal hingga BPJPH terbentuk.

Namun sangat disayangkan amanat mengenai produk halal sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal tidak dapat dijalankan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal memuat aturan baru sebagai landasan baru dalam wajibnya sertifikasi produk halal.

Gambar 4: Proses Sertifikasi Halal
Gambar 4: Proses Sertifikasi Halal

Pelaksanaan Jaminan Produk Halal Oleh Lembaga Yang Berwenang Dalam Melakukan Pengawasan Sertifikasi Halal

Proses Pemberian Sertifikat Halal Sebelum berlakunya UU No

Sebelum mengajukan permohonan sertifikat halal, pelaku usaha harus menyiapkan Sistem Jaminan Halal mengacu pada Buku Panduan Pengembangan Sistem Jaminan Halal yang diterbitkan oleh LPPOM MUI. LPPOM MUI menunjuk auditor atau tim internal halal yang bertanggung jawab memastikan penerapan produk halal. Produsen mengajukan permohonan sertifikat halal ke Sekretariat LPPOM MUI dengan mengisi formulir yang mencatat seluruh produk yang dihasilkan, termasuk tempat produksi, packing plant, dan tempat makan. Untuk restoran dan katering, semua menu yang dijual, tempat penjualan, dapur dan gudang terdaftar.

Setiap pemohon yang mengajukan sertifikasi halal produknya harus mengisi formulir yang berisi informasi tentang perusahaan, jenis dan nama produk serta bahan yang digunakan. Sertifikat halal dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia setelah status halalnya ditetapkan oleh Komisi Fatwa MUI. Sertifikat halal berlaku selama 2 (dua) tahun sejak tanggal dikeluarkannya fatwa. 115 Permohonan sertifikat halal saat ini dapat dilakukan secara online melalui situs MUI.

Proses Pemberian Sertifikat Halal Sebelum berlakunya UU No

Keputusan penetapan halal ditandatangani oleh MUI dan kemudian diserahkan kepada BPJPH untuk diterbitkan sertifikat halal. Apabila dalam rapat fatwa halal produk dinyatakan halal, maka BPJPH menerbitkan sertifikat halal dalam waktu paling lama 7 hari sejak keputusan halal MUI. Sebaliknya jika rapat fatwa halal MUI menyatakan produk tersebut tidak halal, maka BPJPH mengembalikan permintaan sertifikat halal kepada pelaku usaha disertai alasannya.

Pelaku usaha yang tidak mencantumkan label halal sesuai ketentuan pasal 38 dan 39 dikenakan sanksi administratif berupa teguran lisan, teguran tertulis, pencabutan sertifikat halal. Kewajiban sertifikat halal terhadap produk yang diperdagangkan di wilayah Indonesia mulai berlaku 5 tahun setelah undang-undang ini diundangkan (Pasal 67).

Analisis

Lembaga otoritatif yang menyelenggarakan sertifikasi halal di Indonesia hingga saat ini adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM), meskipun diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang terdiri dari 68 pasal menegaskan bahwa produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di Wilayah Indonesia harus bersertifikat halal. Rapat fatwa halal tidak menyatakan produk halal, BPJPH mengembalikan permohonan sertifikat halal kepada pelaku usaha disertai alasan yang tercantum dalam Pasal 34 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, pelaku usaha yang telah memperoleh sertifikat halal wajib membubuhkan label halal pada kemasan produk dan bagian produk tertentu dan/atau tempat tertentu pada produk. Sertifikat halal yang ditetapkan MUI sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal akan dinyatakan berlaku sampai dengan masa berlaku sertifikat halal berakhir.

Kendala dan Konsekuensi Hukum Kewajiban Sertifikasi Halal Dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

Kendala Pelaksanaan Jaminan Produk Halal Oleh Lembaga Yang Berwenang

MUI mengharapkan dukungan ormas Islam agar kewenangan sertifikasi halal tetap berada di MUI, tidak perlu diambil alih oleh pemerintah, karena masalah konsumsi halal adalah ajaran agama, perlu ditetapkan landasannya. dari fatwa ulama. MUI Sumut mengakui adanya tarik menarik yang sangat kuat karena Kementerian Agama bersikeras agar kewenangan penerbitan sertifikasi halal dicabut. Selain itu, MUI Sumut juga mengharapkan kesediaan ormas Islam agar sertifikasi halal tidak diganggu oleh ormas yang memiliki lembaga fatwa.

Perubahan kewenangan pasca lahirnya undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal: Padahal MUI dan LPPOM MUI bukanlah lembaga bawahan. Keterbatasan implementasi jaminan produk halal yang dialami oleh lembaga yang berwenang (Kementerian Agama di Sumut dan MUI di Sumut) tentunya berdampak pada kepercayaan masyarakat khususnya pelaku usaha untuk menjalankan kewajiban sertifikasi halal pada produk usahanya.

Kosekuensi Hukum Kewajiban Sertifikasi Halal

Secara umum, Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan informasi yang benar dan jujur ​​mengenai setiap produk yang dihasilkannya. Bicara mengenai akibat hukum bagi pelaku usaha yang memberi label halal pada produk pangan yang tidak sah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal pada Pasal 38 menyebutkan bahwa pelaku usaha yang telah memperoleh sertifikat Halal wajib mencantumkan label Halal pada kemasan produk, bagian produk tertentu dan/atau tempat tertentu pada tutup produk.

Kewajiban sertifikasi halal dalam pelaksanaan jaminan produk halal bagi pelaku usaha disesuaikan dengan pasal 4 undang-undang no. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal yang menyatakan bahwa produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di wilayah Indonesia harus bersertifikat Halal. Akibat hukum bagi pelaku usaha yang memasang label halal pada produk yang tidak sah dari ketentuan undang-undang no. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan undang-undang no. 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan UU No. kategori tiga, yaitu pelaku usaha dapat dikenakan sanksi pidana, perdata, dan administratif.

Saran

Konsekuensi dari kewajiban sertifikasi halal dalam penerapan jaminan produk halal terhadap sanksi administratif perlu diperjelas lebih lanjut, karena belum ada bentuk sanksi administratif yang konkrit. Bagian Proyek Produk dan Sarana Prasarana Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Pengelolaan Haji. Peran Lembaga Pemeriksa Halal Dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (Analisis Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.

Maypk-cijulang, Garis Panduan Dasar Majelis Ulama Muqaddimah Indonesia, www.maypk-cijulang.sch.id/wp-content/uploads/2012/03/PEDOMAN- DASAR-Rumah-Tangga-MUI.pdf. Teribunnews, ini syarat kandungan babi dalam makanan, www.medan.tribunnews.com.

Gambar

Gambar 1: Prosedur Pengajuan Sertifikasi Halal LPPOM MUI
Gambar 2:  Proses Sertifikasi Halal
Gambar 3: Hubungan Koordinasi antar Kementrian dan Lembaga
Gambar 4: Proses Sertifikasi Halal

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan hukum Mahkamah tersebut adalah sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan, “Kemerdekaan

PeraturanPerundang-Undangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang Republik Indonesia Nomor