• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNSUR ISLAM DALAM TRADISI SUNGKEM TLOMPAK PADA MASYARAKAT DUSUN KEDITAN MAGELANG

N/A
N/A
Anisa Rizqi Febriana

Academic year: 2023

Membagikan "UNSUR ISLAM DALAM TRADISI SUNGKEM TLOMPAK PADA MASYARAKAT DUSUN KEDITAN MAGELANG "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

UNSUR ISLAM DALAM TRADISI SUNGKEM TLOMPAK PADA MASYARAKAT DUSUN KEDITAN MAGELANG

DWI NUR FADLILA

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dwinurfadlila728@gmail.com

A PENDAHULUAN

Sebuah tradisi ada titik permulaannya. Tidak mungkin suatu kegiatan religi suatu komunitas atau kelompok tanpa ada permulaan dari suatu kejadian yang menurut daerah atau kelompok tersebut memiliki makna dan bobot, sehingga dipertahankan dan diwariskan.

Dalam Islam, istilah ini sering disebut dengan adab. Islam telah menggariskan adab Islam yang mengatur etikan dan norma bagi pemeluknya. Adab Islam ini meliputi berbagai aspek kehidupan manusia. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Islam memperbolehkan beberapa adat kebiasaan untuk dilakukan, namun tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Masyarakat Dusun Keditan merupakan salah masyarakat yang masih memegang prinsip adanya adat atau tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari salah satu tradisi masyarakat itu sendiri. Sebagian penduduk di Dusun Keditan bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat Dusun Keditan mayoritas juga beragama Islam. Tradisi Masyarakat Dusun Keditan masih ada hingga saat ini. Tradisi tersebut bernama Sungkem Tlompak. Kegiatan Sungkem Tlompak di Dusun Keditan ini dipengaruhi oleh adanya animisme-dinamisme dan islam. Pengaruh animisme dan dinamisme yaitu berupa pemberian sesaji yang diletakkan di sumber mata air yang bernama Tlompak.

Tradisi ini merupakan sebuah rasa syukur kepada Tuhan atas melimpahnya hasil panen mereka. Selain itu tradisi ini juga digunakan sebagai ajang halal bi halal antar sesama.

Dengan ini, masyarakat tersebut melestarikan tradisi ini hingga sekarang.

Saya mengambil judul “Unsur Islam Dalam Tradisi Sungkem Tlompak Pada Masyarakat Desa Gejayan Magelang” karena saya tertarik dengan tradisi ini, tradisi yang memiliki nama yang unik yang masih mengandung unsur-unsur keislaman dan saya menganggap ini sangat penting karena tradisi Sungkem Tlompak merupakan sebuah tradisi yang diwariskan nenek moyang terdahulu secara turun temurun. Selain itu saya ingin mengetahui lebih dalam

(2)

tentang tradisi ini karena tradisi ini belum diketahui oleh banyak orang selain masyarakat daerah tersebut.

Dari uraian diatas, terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana Gambaran Umum Dusun Keditan?

2. Bagaimana Tradisi Sungkem Tlompak di Dusun Keditan?

3. Bagaimana Unsur Islam yang terdapat dalam Tradisi Sungkem Tlompak?

B. PERSPEKTIF (LANDASAN TEORI)

Judul ini menggunakan pendekatan Antropologi, yang dimana dalam penulisannya menggunakan adaptasi kutural. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Antropologi merupakan kajian yang berkaitan dengan manusia dalam dimensi-dimensi kebudayaan. Saya menggunakan pendekatan ini untuk memahami, mengamati, dan menjelaskan mengenai kebudayaan yang terkandung dalam masyarakat, dengan mempelajari berbagai macam budaya manusia. “Islam Itu Sesungguhnya Lebih Dari Satu Sistem Agama Saja; Islam adalah Satu Kebudayaan Yang Lengkap” sebagaimana yang diungkapkan oleh H.A. Gibb dalam bukunya Wither Islam.

a) Pengertian Tradisi

Tradisi, menurut bahas latin yang berarti tradition yang menurut bahasa artinya adalah suatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat baik atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau agama. Dalam pengertian lainnya, tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Tradisi oleh C.A Van Peursen diterjemahkan sebagai proses pewarisan atau penerus norma, adat istiadat, kaidah-kaidah, dan harta.

Tradisi dapat dirubah, diangkat, ditolak, dan dipadukan dengan berbagai macam perbuatan manusia.1 Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui beberapa hal sebagai berikut:

1) Tradisi dan adat istiadat.

2) Nasehat dari para leluhur.

3) Peranan orang yang dituakan dalam masyarakat.

4) Membuat suatu peringatan yang berupa lukisan, alat perkakas sebagai alat bantu kehidupan, dan juga tugu atau makam.

1 C.A. Van Peursen, Strategi Kebudayaan, (Yogyakarta: Kanisisus, 1988), Hal. 11.

(3)

5) Kepercayaan masyarakat terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat dijadikan sebagai sejarah lisan karena meninggalkan suatu benda-benda yang dibuat oleh mereka di masa lalunya.

Tradisi ini biasanya berlaku secara turun temurun baik melalui informasi lisan yang berupa cerita atau secara tertulis, seperti kitab-kitab kuno dan catatan-catatan yang terdapat pada prasasti-prasasti. Karena tanpa adanya hal tersebut, suatu tradisi dapat punah. Tradisi itu akan hilang jika suatu benda atau gagasan tersebut dilupakan.

Tradisi memperlihatkan tentang bagaimana masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan duniawi maupun terhadap hal-hal yang gaib. Tradisi itu merupakan system yang menyeluruh, terdiri dari pemberian arti perilaku ajaran, perilaku ritual, dan perilaku lainnya.

Jadi hal penting dalam memahami tradisi yaitu sikap atau orientasi pikiran atau bensda material atau suatu gagasan dari masa lalu yang dipungut oleh orang dimasa kini. Sikap dan orientasi ini menempati bagian khusu pada seluruh warisan historis dan diangkat menjadi suatu tradisi. Menurut Muhaimin, tradisi terkadang disamakan dengan adat dimana dalam pandangan masyarakat dipahami sebagai struktur yang sama. Dalam hal ini, adat berasla dari bahasa arab (bentuk jamak dari

‘adah) yang mempunyai arti kebiasaan dan dianggap bersinonim dengan Urf, sesuatu yang dikenal atau diterima secara umum.2

Sedangkan tradisi Islam merupakan hasil dari proses dinamika perkembangan agama dalam ikut serta mengatur pemeluknya dalam melakukan kehidupan sehari- hari. Tradisi islam ini lebih mengarah pada peraturan yang ringan terhadap pemeluknya dan tidak memaksa atas ketidakmampuan pemeluknya. Berbeda dengan tradisi lokal yang awalnya bukan berasal dari Islam walaupun pada taraf perjalanannya mengalami asimilasi dengan Islam itu sendiri. Menurut pemikiran Barth, tradisi atau unsur dalam tradisi tersebut bersifat Islami ketika pelaku mengaku bahwa tingkah lakunya sendiri itu berjiwa Islami.3 Meskipun kita telah mengetahui, banyak tradisi-tradisi yang tidak diproduksi Islam sendiri yang masih tetap dilakukan oleh mayoritas masyarakat disekitar kita. Dalam memahami tradisi, kita banyak melihat betapa banyaknya tradisi yang dikemas dengan nuansa Islami yang

2 Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret Dari Cerebon, Terj. Suganda (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001), Hal. 166.

3 Ibid., 12.

(4)

memberikan kesusahan dan tekanan terhadap suatu masyarakat. Namun, tradisi sebenarnya juga memberikan manfaat yang luar biasa demi berlangsungnya suatu tatanan dan nilai ritual yang telah diwariskan secara turun temurun.

Menurut Bambang Pranowo yang dikutip dari pandangan R. Redfield, dia mengatakan bahwa tradisi mempunyai dua konsep yaitu tradisi besar (great tradition) dan tradisi kecil (little tradition).4 Konsep ini menggambarkan bahwa dalam suatu peradaban manusia terdapat dua maca, tradisi yang dikategorikan sebagai great tradition dan little tradition. Great tradition merupakan tradisi mereka sendiri yang suka berpikir dan mencakup jumlah orang yang relatiif sedikit. Sedangkan Litle tradition merupakan tradisi yang berasla dari mayoritas orang yang tidak berpikir secara mendalam pada tradisi yang telah mereka miliki.

b) Macam-Macam Tradisi

Para Ulama’ Ushul Fiqih membagi ‘urf (tradisi) menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

1. Dari segi objeknya dibagi menjadi dua, yaitu Al-‘urf al-lafdzi (kebiasaan yang menyangkut ungkapan) dan Al-‘urf al-‘amali (kebiasaan yang berbentuk perbuatan).

2. Dari segi cangkupannya, yaitu Al-‘urf al-‘am (kebiasaan yang bersifat umum) dan Al-‘urf al-khas (kebiasaan yang bersifat khusus)

3. Dari segi keabsahannya dari pandangan syara’dibagi menjadi dua, yaitu Al-‘urf al-shokhih (kebiasaan yang dianggap sah) merupakan suatu kebiasaan yang berlaku ditengah-tengah masyarakat yang tidak bertentangan dengan nash, tidak menghilangkan kemaslahatan mereka, dan tidak membawa mudarat kepada mereka. Dan yang kedua adalah Al-'urf al-fasid (kebiasaan yang dianggap rusak), merupakan kebiasaan yang bertentangan dengan dalil- dalil syara’ dan kaidah dasar yang ada dalam syara’.

c) Unsur Keislaman

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, dapat diyakini sebagai terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya terdapat berbagai macam petunjuk tentang bagaimana manusia menyikapi kehidupan secara bermakna dalam arti seluas-luasnya. Petunjuk agama mengenai berbagai

4 Bambang Pranowo, Islami Factual Antara Tradisi Dan Relasi Kuasa (Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998), Hal. 3.

(5)

kehidupan manusia sebagaimana terdapat dalam sumber ajarannya, Al-Qur’an dan Hadist. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran dengan mengembangkan pengetahuan, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap positif lainnya.5 Nilai-nilai religius meliputi nilai ibadah, kecintaan Nabi Muhammad SAW, syukur, nilai amanah, dan keteladanan. Ajaran Islam memang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk memperkokoh Islam itu sendiri diperlukan beberapa unsur-unsur kekuatan Islam, diantaranya sebagai berikut:

1. Unsur Akidah, sebagai fundament dan penentu arah.

2. Unsur Ibadah

3. Unsur Akhlak, yakni untuk menegakkan nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman pada pesan-pesan Al-Qur’an dan Sunah Rasul.

4. Unsur Ukhuwah, persaudaraan yang didikat oleh aqidah 5. Unsur Ekonomi

6. Unsur Jihad 7. Unsur Persatuan

C. PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum Dusun Keditan

Dusun Keditan terletak di bawah lereng gunung Merbabu dan bersebelahan dengan Ketep Pass gunung Merapi. Penduduk di Dusun Keditan ini rata-rata bermata pencaharian sebagai petani, hal ini dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di bawah lereng Merbabu yang tanahnya itu subur. Kemudian, masyarakat dusun Keditan ini juga percaya bahwa agama bagi mereka mempunyai peran penting dalam kehidupan, karena dengan agama, kehidupan mereka akan seimbang antara dunia dan akhirat. Mayoritas penduduknya beragama Islam. Selain itu, masyarakat Dusun Keditan ini juga masih menjalankan ritual-ritual peninggalan nenek moyang seperti Tradisi Sungkem Tlompak.

Dalam kehidupannya, di Dusun Keditan selalu terlihat pengungkapan rasa budaya yang sifatnya mistik dalam pelaaksanaan Tradisi Sungkem Tlompak, Nyadran, dan sebagainya. Selain masih mempertahankan tradisi-tradisi Jawa, mereka

5 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), Hal.1.

(6)

juga mengembangkan kesenian tradisional. Kesenian yang dikembangkan yakni ketoprak dan Tari Prajurit Lombok Abang. Perkembangan kesenian dan tradisi ini, didukung oleh keinginan masyarakat itu sendiri yang masih ingin melestarikan dan mengembangkan bidang budaya. Dan adanya generasi-generasi muda yang bersemangat untuk mengikuti dan mengembangkan tradisi dan kesenian ini sehingga tradisi dan kesenian ini dapat bertahan di tengah-tengah perubahan zaman.6

2. Tradisi Sungkem Tlompak

Tradisi Sungkem Tlompak merupakan salah satu warisan nenek moyang yang sudah berusia ratusan tahun. Upacara ini diikuti oleh seluruh masyarakat Dusun Keditan dan dilaksanakan setiapa tanggal 5 Syawal. Berdasarkan cerita-cerita yang berkembang di masyarakat, dahulu sumber mata air tlompak merupakan tempat bertapa seorang Raja yang bernama Raja Loh Doyo (yang dikenal dengan Singo Barong). Konon katanya, segala hajat hidup masyarakat Dusun Keditan akan terberkahi namun dengan persyaratan setiap bulan Syawal masyarakat harus sungkem di pepunden yang berada di dekat mata air tlompak. Masyarakat melakukan tradisi ini untuk ngalap berkah untuk lancarnya kegiatan pertanian warga dan ketemtraman kehidupan mereka dan bukan sebagai pelarisan. Selain untuk penghormatan kepada leluhur dan ngalap berkah, tradisi ini juga sebagai media halal bi halal masyarakat tersebut.

Dalam tradisi ini terdapat beberapa cara dan syarat yang harus dilakukan.

Adapaun cara dan syaratnya adalah sebagai berikut.

1) Syarat

 Sesaji, sesaji merupakan sajian pada saat tertentu yang berhubungan dengan kepercayaan manusia terhadap makhluk halus. Pada upacara Sungkem Tlompak ini bersifat mistik atau keramatyang biasanya terdapat sesaji berupa makanan dan bunga.7

 Gamelan, menurut kepercayaan masyarakat lrluhur mata air tlompak menyukai bunyi-bunyian sehingga gamelan itu wajib.

2) Tata Cara Sungkem Tlompak

Pada tanggal 5 syawal pagi hari, masyarakat Dusun Keditan berkumpul di rumah kepala dusun mereka dengan sudah berpakaian rapi. Lalu mereka Bersama-sama menuju sumber mata air yang terletak di Dusun Gejayan, Desa

6 Wawancara dengan Mas Ridwan, penduduk asli Dusun Keditan, tanggal 01/04/2022, melalui online.

7 Koenjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka.1984), hal. 341.

(7)

Banyusidi. Sehingga sebelum acara sungkemen dimulai, terlebih dahulu dilaksanakan adat meminta izin atau prosesi tembung salam yang diwakili oleh masing-masing ketua adat. Setelah prosesi izin selesai, masyarakat Dusun Keditan sudah diperbolehkan untuk melaksanakan sungkeman di sumber mata air tlompak. Dalam perjalanan menuju sumber mata air tersebut, warga melakukan arak-arakan yang diiringi oleh gamelan dan seni prajurit Lombok Abang. Setelah warga tiba di pertapan tlompak, tumpeng dan sesaji diletakkan di depan pertapan tlompak kemudian seluruh tokoh adat mengelilinginya.

Warga Dusun Keditan juga duduk memanjang di sekitar sumber air tlompak.

Kemudian ketua adat melakukan ritualnya dengan membakar dupa dan kemenyan. Setelah selang beberapa waktu, ketua adat memimpin doa dengan doa berbahasa Jawa dan berbahasa Arab. Inti dari doa tersebut yakni memohon perlindungan kepada Tuhan YME, memohon kesejahteraan kehidupan merekan baik dari segi soaial maupun ekonomi. Kemudian dilanjutkan dengan kepungan, yaitu waraga disuruh berebut sesaji yang mereka anggap berkah.

Upacara selanjutnya yaitu pementasan tari Prajurit Lombok Abang, yang merupakan lambing dari kisah asal mula Tradisi Sungkem Tlompak.

Acara belum selesai, setelah itu masyarakat masing-masing membawa botol air mineral dan mengantri untuk mengambil air yang dipercaya memiliki beberapa kegunaan. Air itu diambil dari 5 kendi yang merupakan sumber air tlompak dimana setiap kendi tersebut memiliki makna yang berbeda-beda.

Setelah pengambilan 5 mata air tesebut, dilanjutkan dengan pementasan tari kesenian yang dilakukan di rumah ketua adat.

3. Unsur Islam Dalam Tradisi Sungkem Tlompak

Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ritualistic tertentu. Kegitan ritual tersebut diwujudkan berupa ibadah seperti yang dianjurkan dalam rukun Islam. hal-hal yang terdapat dalam rukun Islam seperti dalam bentuk doa dan sebagainyaternyata sudah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tradisi yang berada si Jawa. Pelaksanaan Tradisi Sungkem Tlompak mengandung unsur mistik yang dikolaborasi dengan unsur Islam. Adapun unsur- unsur Islam yang terdapat dalam Tadisi Sungkem Tlompak yaitu:

(8)

a. Bersyukur dan Berdo’a

Syukur merupakn sifat yang penuh dengan kebaikan dan rasa saling menghormati serta mengagungkan atas segala nikamt yang telah diberikan Allah kepada hambanya, baik diekspresikan secara lisan maupun dilaksanakan dengan perbuatan. Sebagaiman yang tertera dalam firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 147 yang berbunyi:

اًمۡيِلَع اًرِكاَش ُ ااا َناَكَو ؕ ۡمُتۡنَمااَو ۡمُت ۡرَكَش ۡنِا ۡمُكِباَذَعِب ُ ااا ُلَعۡفَي اَم Artinya: “mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui”.

Wujud syukur dalam tradisi ini dilakukan dengan mengajak warga setempat untuk mengingat keagungan dan kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah dengan cara berdoa bersama. Ungkapan rasa syukur terwujud dalam doa.adapun perintah Allah paada umatnya untuk berdoa kepanya terdapat dalam surat Al-Mu’min ayat 60 yang berbunyi:

َنيِرِخاَد َمّنَهَج َنوُلُخْدَيَس ىِتَداَبِع ْنَع َنوُرِبْكَتْسَي َنيِذّلٱ ّنِإ ۚ ْمُكَل ْبِجَتْسَأ ٓىِنوُعْدٱ ُمُكّبَر َلاَقَو Artinya: “dan Tuhanmu berfirman: “berdoalah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dia”.

Doa yang dibacakan dalam Tradisi Sungkem Tlompak ini terdiri dari dua bahasa, yaitu bahasa Jawa dan bahasa Arab. Doa tersebut bertujuan agar masyarakat yang mempunyai hajat diberikan keberkahan serta menunjukkan tanda syukur serta pertaniannya mendapat perlindungan.

b. Silaturrahmi

Dalam Islam, setiap muslim telah diwajibkan untuk menyambung atau mempererat tali sitlaturrahmi kepada sesame. Dalam Tadisi Sungkem Tlompak yang dilaksanakan dengan tujuan untuk dilakukan halal bi halal juga, karena tradisi ini dilakukan pada tanggal 5 Syawal yaitu hari kelima Hari Raya Idul Fitri. Sebab dalam hidup ini kita bukan hanya menjaga hubungan baik antara manusia dengan Allah, melainkan juga hubungan antar sesama manusia. Ada banyak sekali dalil dan hadist yang menerangkan hubungan baik antara manusia dengan manusia bahkan memberi sanksi

(9)

kepada manusia yang tidak mau menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Imran ayat 112 yang berbunyi:

ِساّنلٱ َنّم ٍلْبَحَو ِ ّلٱ َنّم ٍلْبَحِب ّلِإ ۟ا ٓوُفِقُث اَم َنْيَأ ُةّلّذلٱ ُمِهْيَلَع ْتَبِرُض

Artinya: “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali Allah (agama) dan tali perjanjian (persaudaran dengan sesame manusia”.

D. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, masyrakat Dusun Keditan rata-rata bermata pemcaharian sebagai petrani karena letaknya yang strategis yaitu di bawah lereng Merbabu yang memiliki tanah yang subur. Masyarakat Dusun Keditan mayoritas juga beragama Islam.

masyarakat ini juga masih melestaarikan peninggalan nenek moyang, salah satunya yaitu Tradisi Sungkem Tlompak.

Tradisi Sungkem Tlompak merupakan tradisi yang dilakukan pada tanggal 5 Syawal atau hari ke lima Hari Raya Idul Fitri. Tradisi tersebut dilaksanakan di sumber mata air yang bernama tlompak. Tradisi ini diiringi dengan berbagai kesenian seperti gamelan dan tari Lombok Abang. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas dilimpahkannya hasil panen masyarakat tersebut. Dalam tradisi ini juga sebagai ajang dalam halal bi halal masyarakat Dusun Keditan. Tradisi ini mengandung beberapa unsur Islam, yakni bersyukur, berdoa, dan silaturrahmi.

(10)

REFERENSI

Van Peursen, Strategi Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisisus, 1988.

Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret Dari Cerebon, Terj. Suganda, Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2001.

Bambang Pranowo, Islami Factual Antara Tradisi Dan Relasi Kuasa, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1998.

Nata, Abdullah. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Koenjaraningrat, Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka.1984.

Wawancara dengan Mas Ridwan, penduduk asli Dusun Keditan, tanggal 01/04/2022, melalui online.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Gaya Kepimpinan Transformasi dan Efikasi Kendiri Berdasarkan teori efikasi kendiri oleh Bandura, 1997, pemimpin yang mempunyai efikasi kendiri yang lebih tinggi sering

aPaaS Plantform Management App Developers Testers IoT service A2、A5、A8 Other services IDEeclipse (console) PAAS services Resource Management Service Manager Service Developers