THE FACTORS AND REASON BEINGS WHY THE PEOPLE DECIDED TO STAY IN THE FLOOD HAZARD AREA KELURAHAN LAMBUNG
BUKIT KECAMATAN PAUH PADANG
By:
Poni Ardimansyah1 Slamet Rianto,M.Pd2 Azhari Syarief,S.Pd, M.Si3 1.The geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat.
2,3 The lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research is aimed to get the data and informations about the factors and reason beings why the people decided to stay in the flood hazard area, Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Padang. These factors can be seen from the perspective of their economy, their education and their indigenous lands.
This research is a descriptive research. The population here is the 137 families affected by the flood. The respondent samples were taken in proportional random sampling in 50% so there are 69 samples. The data is proce ared with descriptive statistic with precentage formula.
From the research it is found that: (1) the factors why people decided to stay in the flood hazard area from the economic perspective are: their ability to afford to get new places, their occupation in the agriculture, and their side jobs. (2) the facrors why the people decided to stay in the flood hazard area from the education perspective because the locations of public school nearby like the elementary school and junior high school. (3) the factors why the people decided to stay in the flood hazard area because it is the indigenous lands they inherited from their ancestors which is used for both their life assurance and farming.
Key words: factors and reason beings why the people decided, flood
PENDAHULUAN
Bencana alam merupakan peristiwa alam yang diakibatkan oleh proses alam baik yang terjadi oleh alam itu sendiri maupun diawali oleh tindakan manusia yang menimbulkan resiko dan bahaya terhadap kehidupan manusia, baik harta benda maupun jiwa. Karakteristik bencana alam ditentukan oleh keadaan lingkungan fisik seperti iklim, topografi, geologi, geomorfologi, dan klimatologi indonesia selalu menghadapi bencana alam yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu baik jenis maupun frekuensinya.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana alam di Sumatera Barat sering terjadi, karena hampir seluruh di Sumatera Barat rawan dengan bencana alam.
Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.
(Hermon, 2012)
Secara geologi, sumatera barat merupakan daerah yang rawan terhadap bencana gerakan tanah, karena sebagian besar daerahnya merupakan perbukitan (pegunungan bukit barisan) dan diselimuti oleh material vulkanik muda (kuaerter) yang mudah terjadi banjir. Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat karena disertai dengan muatan massif bongkahan-bongkahan batuan dan tanah (sering pula disertai dengan batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu sungai. Selain berbeda dari segi muatan yang terangkut di dalam aliran air tersebut,
banjir bandang ini juga berbeda bila di bandingkan dengan banjir biasa. Sebab dalam proses banjir ini, terjadi kenaikan debit air secara tiba-tiba dan cepat meskipun tidak di awali dengan turunnya hujan.
Salah satu wilayah yang terkena Banjir Bandang adalah Batu Busuk Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang.
Banjir Bandang ini terjadi pada hari selasa tanggal 24 Juli 2012 pada pukul 18.00 WIB.
Batu Busuk adalah nama tempat yang berada di hulu sungai Batang Kuranji. Dinamai Batu Busuk karena disini ada Batu berbau busuk yang di kerubuti oleh lalat hijau. Cuma saat ini batu tersebut sudah tertimbun oleh tanah dan tidak dapat dilihat lagi. (Robbins, 2013).
Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh terdiri dari 4 RW dan 13 RT. RW 01 di kampung Pinang terdiri dari 3 RT, RW 02 di Lambung Bukit terdiri dari 3 RT, RW 03 di Batu Busuk terdiri dari 4 RT dan RW 04 di Lambung Bukit terdiri dari 3 RT. Lokasi yang terjadi Banjir Bandang di Kelurahan Lambung Bukit tepatnya di RT 01/RW 03, RT 04/RW 03, kepala keluarga yang terkena banjir bandang di Kelurahan Lambung Bukit sangat memperhatinkan keadaannya karena ada 7 rumah hanyut dan 13 rumah rusak berat, 4 orang meningal dan sawah dan ladang ± 1 hektar di landa banjir bandang. (Kantor Lurah Lambung Bukit, 2013) .
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskrisikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang terkena banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang yang berjumlah 253 KK.
Sampel penelitian diambil dengan dua cara, sampel wilayah diambil dengan teknik proporsional random sampling dengan proporso 50% dari jumlah kepala keluarga yang berada di sekitar daerah penelitian. Sampel wilayah yang ditunjukan dalam penelitian ini yaitu RT 01 dan RT 04. Sampel responden diambil dengan teknik proporsional random sampling sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 69 KK.
Teknik analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis persentase yang dikemukakan Arikunto 2006 sebagai berikut:
% 100
n P f
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertama, dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan bahwa kelurahan lembung bukit merupakan salah satu kelurahan yang setiap tahunnya mengalami banjir bandang. Banjir yang terjadi di wilayah ini merupakan banjir yang disebabkan karena meluapnya sungai batang kuranji, sehingga menggenangi pemukiman warga.
Faktor masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit dilihat dari segi perekonomian bahwa pada umumnya masyarakat di Kelurahan Lambung Bukit mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sandang sehingga dengan biaya kebutuhan Rp 300.000/minggu masyarakat untuk tetap bertahan tinggal di daerah rawan bencana banjir bandang.
Selanjutnya sebagaian besar masyarakat Kelurahan Lambung Bukit mempunyai mata pencarian di sektor pertanian karena dekat dengan lahan persawahan dan ada juga yang mempunyai pekerjaan sampingan di sektor lain. Selanjutnya dengan biaya pendapatan dan mata pencarian juga mempunyai pekerjaan sampingan masyarakat untuk membiayai kebutuhan sehari-hari.
Sehingga sebagian besar alasan masyarakat kuat memilih untuk tetap bermukim di wilayah rawan banjir bandang adalah mampu untuk memenuhi kebutuhan, mempunyai mata pencarian di sektor pertanian dan mempunyai pekerjaan sampingan.
Hal ini sesuai dengan pendapat todarao dan smith (2006:27) kebutuhan dasar adalah segala sesuau yang jika tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan sesorang.
Kebutuhan dasar ini meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keamanan.
Kedua, faktor masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit di lihat dari segi pendidikan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Lambung Bukit adalah tamatan SMA dan ada juga tamatan perguruan tinggi, namun pendidikan tingkat perguruan tinggi ini banyak dimiliki oleh para generasi muda.
Selanjutnya masyarakat Kelurahan Lambung Bukit sering mengikuti pelatihan-pelatihan seperti pertanian dan lain sebagainya.
Masyarakat Kelurahan Lambung Bukit memiliki fasilitas tempat pendidikan dari jenjang SD dan SLTP.
Pada umunnya tempat atau lokasi pendidikan anak berada di sekitar tempat tinggal dan ada juga tujuan masyarakat memasukan anak ke dunia pendidikan sebagai menambah wawasan. Jadi dengan pendidikan anak berada di sekitar tempat tinggal masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit.
Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno (2008) Pendidikan (formal, informal, non formal) pada dasarnya bertujuan untuk membekali seseorang dengan ilmu pengetahuan dan kemempuan untuk berfikir, sehingga seseorang akan mampu melakukan berbagai bentuk adaptasi dan interaksi dengan lingkungan hidupnya secara wajar, dengan kata lain dengan pendidikan seseorang akan mempengaruhi usaha yang dilakukannya dalam rangka memanfaatkan lingkungan hidupnya, apakah sebagai sumber mata pencaharian atau sekedar tempat tinggal.
Ketiga, faktor masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit dilihat dari segi tanah ulayat bahwa pada umumnya masyarakat Kelurahan Lambung Bukit memiliki tanah ulayat 5 Ha.
Tanah ulayat itu digunakan sebagai tempat untuk berladang dan ada juga sebagai jaminan kehidupan di hari tua dan anaknya. Selanjutnya tanah ulayat yang dimiliki oeh masyarakat Kelurahan Lambung Bukit itu merupakan warisan dari orang tua. Sehingga sebagian besar alasan masyarakat memilih untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang adalah memiliki tanah ulayat, tanah ulayat digunakan untuk berladang, sebagai jaminan kehidupan dan tanah ulayat merupakan warisan dari orang tua.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya (selanjutnya disebut sebagai Perda Sumbar No.
6 Tahun 2008) pada Pasal 1 angka 7 mengartikan tanah ulayat sebagai bidang tanah pusaka beserta sumber daya alam yang ada di atasnya dan di dalamnya diperoleh secara turun temurun merupakan hak masyarakat hukum adat di Provinsi Sumatera Barat.
KESIMPULAN
1. Faktor masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit dari segi perekonomian bahwa sebagian besar alasan masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang adalah mampu memenuhi kebutuhan, mempunyai mata pencarian di sektor pertanian dan mempunyai pekerjaan sampingan.
2. Faktor masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit dari segi pendidikan bahwa pendidikan anak dekat berada di sekitar tempat tinggal, fasilitas tempat pendidikan dari jenjang SD dan SLTP.
3. Faktor masyarakat untuk tetap tinggal di daerah banjir bandang Kelurahan Lambung Bukit dari segi tanah ulayat adalah sebagian besar di lokasi banjir bandang masyarakat memiliki tanah ulayat, tanah ulayat di gunakan untuk berladang, tanah ulayat sebagai jaminan kehidupan dan tanah ulayat merupakan warisan dari orang tua.
SARAN
1. Diharapkan kepada masyarakat Kelurahan Lambung Bukit agar lebih waspada terhadap bencana banjir bandang. Karena daerah tersebut merupakan rawan terhadap bencana.
2. Diharapkan kepada masyarakat perlunya penyuluhan tentang bahaya yang dapat di timbulkan oleh banjir bandang
3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa dijadikan bahan rujukan dan pedoman yang bermanfaat dan menambah wawasan pembaca hendaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,(2012). Setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup. Jakarta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
penelitian. Jakarta: Rineka Cipta . 2006. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Artikel. 2008. “ peran kerapatan adat nagari KAN menyelesaikan sengketa tanah
ulayat kaum 2008
”.http://pnsolok.go.id/index.php?opti
on=com_ content
&view=article&id=198:peran- kerapatan-adat-nagari-kan-dalam menyelesaikan-sengketa-tanah- ulayat-kaum.(diakses 25 Maret 2014)
Hermon, Dedi.(2012) Mitigasi bencana hidrometeorologi. Padang: UNP Press
Mangunwijaya, Forum.2008. Kurikulum yang Mencerdaskan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Mubyarno, Kartidjo (1988). Badan koordinasi keluarga berencana nasional.
Jakarta: Rineka Cipta
Menteri Dalam Negeri No 27 Tahun 2007 Tentang Indonesia merupakan rawan bencana. Bandung: fokus media.
Prayitno. 2008. Pendidikan Dasar Teori dan Praksis. Padang: UNP Prees Depdiknas. RI
Robbins. 2013. “ tersesat dibatu batu busuak 2013”.
http://fotokoleksiku.wordpress.com/satwa/terses at-di-batu-busuak/. Diakses 03 januari 2013. Jam 10.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah/diakses 07 Febuari 2013 jam 16.00 WIB
Reni. 2011. “Motivasi Masyarakat Untuk Tetap Tinggal di Daerah Bukit Lantiak Kecamatan Padang Selatan Kota Padang”. Skripsi. Jurusan Geografi, SKTIP PGRI Sumba
Sari, Fitri Lanna. 2012. “ Profil Perumahan Masyarakat Di Daerah Rawan Bencana Longsor Kelurahan Seberang Palinggam Kecamatan Padang Selatan Kota Padang”. Skripsi.Geo.FPIPS Padang
Samuelson. (2005). Tentang ilmu ekonomi.
Jakarta
Sumekto,(2011). Menyatakan bahwa dalam menghadapi ancaman rencana yang akan terjadi. Padang: UNP Press Todaro, Smith (2006). Tentang kebutuhan dasar
ekonomi. Jakarta
Undang-undang No 20 tahun 2003. Tentang Tujuan Pendidikan Nasional. Jakarta Undang-undang No 4 Tahun 1992. Tentang
Perumahan Dan Permukiman. Jakarta Undang-Undang No 38 tahun 2004. tentang
jalan. Jakarta
Yusuf, Muri A. 2007. Metodologi penelitian.
Padang: UNP Press