1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang hukumnya wajib bagi umat Islam yang mampu (istitha‟ah) mengerjakannya. Definisi istitha‟ah diartikan mampu secara fisik, ilmu maupun keuangan mengingat ibadah haji dilaksanakan dalam waktu yang relatif lama dan lokasi yang sangat jauh dari Indonesia. Bahkan saat ini dapat ditambah kemampuan memenuhi kuota keberangkatan. Faktor keuangan merupakan hal yang harus dipersiapkan sejak awal mengingat hal ini merupakan prasyarat untuk bisa melaksanakan ibadah haji. Prasyarat tersebut salah satunya adalah calon jemaah harus mendaftarkan diri melalui Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPS BPIH) yang sudah ditunjuk oleh Kementerian Agama dengan cara membayar setoran awal BPIH.
Bank syariah sebagai sebuah lembaga bisnis islami menangkap peluang bisnis dalam layanan ibadah haji dengan cara memberikan berbagai kemudahan baik perencanaan keuangan maupun jasa layanan bagi nasabah yang akan menunaikan ibadah haji. Terlebih potensi pasar di segmen bisnis haji sangat luas.
Hal ini ditunjukan dengan sasaran nasabah umat Islam Indonesia yang berjumlah lebih dari 207 juta jiwa (BPS 2010). Selain itu, potensi keuangan yang dikelola di layanan haji sangat besar yang dapat dilihat dengan setoran awal pendaftaran mencapai 25 juta rupiah per jemaah, potensi dana talangan haji serta kebutuhan bank note mata uang SAR (Saudi Arabia Real).
Kondisi ini juga seiring dengan prinsip bahwa ibadah haji yang suci dan sakral sedari awal prosesnya harus terbebas dari hal-hal yang makruh bahkan haram. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya untuk urusan keuangan ibadah haji harus dikelola oleh institusi keuangan bank yang beroperasi secara syariah. Di sisi lain, ibadah haji tidak hanya berdampak positif pada diri jemaah haji namun juga kepada kemaslahatan umat dengan cara dana yang mengendap dapat menggerakan sektor riil yang ada di masyarakat.
Dalam rangka menangkap peluang tersebut, bank syariah secara kreatif dan inovatif merespon kebutuhan masyarakat atau nasabah calon haji dengan menciptakan produk dan jasa terkait haji. Beberapa produk yang sudah umum dipasaran berupa tabungan haji, dana talangan haji, jasa layanan pendaftaran haji melalui Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama, dan jasa penukaran mata uang SAR. Produk-produk yang sudah umum dipasaran tersebut menawarkan berbagai kemudahan untuk membantu masyarakat muslim yang akan mewujudkan cita-cita mulianya menjalankan rukun Islam kelima yaitu menunaikan ibadah haji.
Data Kementerian Agama (Kemenag) sampai dengan akhir Juni 2014 menunjukkan bahwa jumlah pendaftar haji reguler di BPS BPIH sudah mencapai 2,9 juta calon jemaah haji. Berdasarkan kuota haji Indonesia per tahun sebesar 211 ribu dengan 194 ribu untuk haji reguler, berarti daftar tunggu (waiting list) pendaftar haji rata-rata 14 tahun (Gambar 1).
Dalam perkembangannya, antar sesama BPS BPIH berlomba-lomba menarik calon jemaah haji untuk bisa menjadi nasabah bank itu sendiri. Sampai akhir Desember 2013 Kemenag mempunyai rekanan BPS BPIH sebanyak 25 bank
terdiri atas lima bank umum konvensional yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Bukopin, lima bank umum syariah yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat, Bank BRI Syariah, Bank BNI Syariah dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Selain itu, 15 Bank Pembangunan Daerah (BPD) yaitu Bank Jabar Banten (BJB), Bank Jatim, Bank Jateng, Bank DIY, Bank BPD Aceh, Bank Sumselbabel, Bank Sumut, Bank Kepri, Bank DKI, Bank Nagari, Bank Kalbar, Bank Kalsel, Bank Sulsel, Bank Kaltim dan Bank Lampung. Data penabung haji reguler dari lima besar BPS dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1 Tren pendaftaran dan kuota haji Indonesia
Gambar 2 Pangsa pasar jemaah haji BPS BPIH (Siskohat 2013)
Berdasarkan Gambar 2 di atas, 5 besar BPS BPIH yang memiliki pangsa pasar terbesar adalah Bank Syariah X, BRI, BNI, Bank Mandiri dan Bank Syariah Y dengan pangsa pasar pada tahun 2013 masing-masing sebesar 28.65%, 26.01%,
10.79%, 8.26%, dan 7.45%. Bank Syariah X memiliki pangsa pasar terbesar menyusul BRI yang sebelum tahun 2011 menguasainya. Hal ini menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat untuk menyetorkan dana hajinya yang selama ini ke bank konvensional mulai beralih ke bank syariah, selain karena strategi bisnis yang diterapkan oleh Bank Syariah X.
PT Bank Syariah X merupakan salah satu BPS BPIH yang menggarap segmen bisnis di layanan haji. Beberapa produk dan jasa yang dipasarkan ke nasabah antara lain tabungan haji, dana talangan haji, jasa penerimaan setoran awal dan pelunasan BPIH, input porsi melalui SISKOHAT dan penjualan atau penukaran mata uang SAR. Kontribusi produk dan layanan jasa haji terhadap bisnis Bank Syariah X dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kontribusi produk dan jasa haji terhadap bisnis Bank Syariah X
Jenis Produk Posisi Persentase
Tabungan haji (volume) Rp3.064 miliar 10% dari Volume Tabungan Tabungan haji (NoA) 1.290.550 19% dari NoA Tabungan Talangan haji Rp2.459 miliar 9% dari Pembiayaan Fee base income (FBI) Rp252 miliar 30% dari FBI Sumber : Laporan Tahunan PT Bank Syariah X tahun 2014
Salah satu unit kerja yang mempunyai kontribusi besar terhadap portofolio haji Bank Syariah X adalah unit kerja Kantor Cabang (KC) Cibinong. Kontribusi produk dan jasa haji terhadap bisnis ditunjukkan pada Tabel 2. Unit kerja ini berada di wilayah Kabupaten Bogor yang memiliki jumlah penduduk lebih dari empat juta jiwa. Dengan jumlah penduduk yang besar maka sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Barat nomor 451.14/Kep.283-Yansos/2008 tanggal 29 Mei 2008 tentang Penetapan Kuota Kabupaten/Kota, kuota haji Kabupaten Bogor sebesar 3815 jemaah. Namun dalam praktiknya kuota tersebut dihitung ulang setiap tahun berdasarkan rata-rata dengan daftar tunggu (waiting list) per Kabupaten/Kota.
Tabel 2 Kontribusi produk dan jasa haji terhadap bisnis Bank Syariah X KC Cibinong
Jenis Produk Posisi Persentase
Tabungan haji (volume) Rp35,1 miliar 23% dari Volume Tabungan Tabungan haji (NoA) 10.520 26% dari NoA Tabungan Talangan haji Rp33,3 miliar 23% dari Pembiayaan Fee base income (FBI) Rp1,2 miliar 38% dari FBI
Sumber : Bank Syariah X KC Cibinong (2014)
Kuota haji per tahun yang cukup besar memberi peluang besar bagi BPS BPIH di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya untuk menjaring nasabah calon haji, tidak terkecuali bagi Bank Syariah X KC Cibinong. Selain itu, di wilayah Kabupaten Bogor jumlah Kelompok Bimbingan Ibadah haji (KBIH) mencapai 37
KBIH. Banyaknya KBIH dan mitra kerja memudahkan BPS BPIH untuk menjaring nasabah calon haji. Begitu juga para jemaah calon haji lebih memercayakan pengurusan hajinya kepada pimpinan KBIH karena tidak mau direpotkan dengan urusan administrasi khususnya dengan bank.
Semakin antusiasnya masyarakat untuk mendaftar haji, maka semakin besar dana masyarakat yang dititipkan ke Kemenag melalui BPS BPIH. Kondisi ini sangat rawan terhadap penyimpangan sehingga menuntut Kemenag untuk keseriusannya mengelola dana tersebut secara amanah dan transparan. Data Kemenag per Desember 2013 mencatat dana haji mencapai 60 triliun rupiah.
Angka tersebut diproyeksikan dapat meningkat lebih besar lagi menjadi 100 triliun rupiah pada tahun 2020. Namun yang sangat disayangkan dana yang besar tersebut dikelola Kemenag dalam bentuk sukuk dengan porsi 70% dibandingkan diinvestasikan di perbankan dengan porsi 30%. Dari dana yang ada di perbankan hanya 30% mengendap di bank syariah, selebihnya di bank konvensional. Kondisi ini sangat ironi karena niat dan kemurnian ibadah haji yang sakral tidak sejalan dengan praktek bank konvensional yang berdasarkan sistem bunga yang dalam pandangan syariah termasuk perkara haram. Hal ini yang mendorong para pihak untuk meminta Kemenag mengalihkan dana tersebut ke perbankan syariah yang operasionalnya sudah sesuai dengan spirit ibadah haji.
Di tengah harapan para pegiat ekonomi syariah akan keberpihakan pemerintah, Kemenag telah memberikan angin segar bagi kalangan praktisi bank syariah. Hal ini ditunjukkan oleh Kemenag dengan akan mengalihkan semua transaksi keuangan terkait haji ke bank syariah. Peraturan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 30 Tahun 2013 tanggal 12 April 2013 tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji. Selanjutnya, pada akhir November 2013 Kemenag mengumumkan 17 BPS BPIH. Ketujuhbelas BPS tersebut adalah 6 BUS yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Mega Syariah dan Bank Panin Syariah. Sedangkan 11 UUS terdiri dari BTN Syariah, PermataBank Syariah, CIMB Niaga Syariah, Bank DKI Syariah, Bank Sumut Syariah, Bank Jateng Syariah, Bank Jatim Syariah, Bank Kepri Syariah, Bank Sumselbabel Syariah, Bank Nagari Syariah dan Bank Aceh Syariah. Ketentuan ini berlaku efektif mulai 1 Januari 2014 dan paling lambat pada Mei 2014 sudah beralih seluruhnya.
Selain itu, pemerintah juga telah mengesahkan UU No. 34 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Haji. Dalam UU tersebut diatur tentang tata cara pengelolaan keuangan haji yang wajib dikelola oleh BUS maupun UUS. Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) juga dapat melakukan penempatan atau investasi dana haji dalam bentuk produk perbankan, emas, investasi langsung dan investasi lainnya. Saat ini dana haji sebagian besar diinvestasikan Kemenag pada instrumen non bank seperti Sukuk, mengingat imbal jasa investasi tersebut lebih besar daripada deposito bank.
Beralihnya dana haji ke bank syariah memberi peluang besar bagi perkembangan perbankan syariah di tanah air. Setiap BPS BPIH yang sudah ditunjuk Kemenag dituntut untuk lebih meningkatkan layanannya kepada calon jemaah haji. Hal ini membuat persaingan bisnis dalam layanan haji menjadi semakin kompetitif sehingga menuntut setiap bank syariah untuk menyusun kembali strategi bisnisnya, tidak terkecuali Bank Syariah X KC Cibinong.
Diperlukan suatu evaluasi mengenai model bisnis yang ada saat ini untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan bisnis dalam layanan haji di Bank Syariah X KC Cibinong secara menyeluruh sehingga diperoleh model bisnis alternatif yang lebih baik. Harapan bagi unit kerja adalah agar tetap menguasai pangsa pasar haji di Kabupaten Bogor dan menjadi dominan di antara unit kerja Bank Syariah X seluruh Indonesia. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mendesain ulang model bisnis layanan haji di Bank Syariah X KC Cibinong pasca diberlakukannya PMA Nomor 30 tahun 2013 dan UU Nomor 34 tahun 2014.
Perumusan Masalah
Berdasarkan data Siskohat Kemenag, sampai akhir Desember 2014 daftar tunggu jemaah calon haji reguler di Bank Syariah X KC Cibinong mencapai 9418 jemaah. Jumlah jemaah sebesar itu diproyeksikan untuk keberangkatan haji mulai tahun 2015 sampai 2025. Sementara itu, sejak beroperasi tahun 2003 sampai tahun 2014 Bank Syariah X Cibinong telah memberangkatkan jemaah haji reguler sebanyak 8246 jemaah (Gambar 3). Jumlah jemaah haji yang mendaftar melalui Bank Syariah X KC Cibinong didominasi oleh jemaah KBIH dibandingkan jemaah perorangan. Adanya kerja sama dengan KBIH memudahkan bank mendapatkan nasabah calon haji dan akses informasi, namun sangat rentan berpindahnya nasabah KBIH selanjutnya ke bank lain akibat faktor kualitas layanan maupun harga.
Gambar 3 Data jemaah haji reguler di Bank Syariah X KC Cibinong
Pangsa pasar Bank Syariah X KC Cibinong terhadap jemaah calon haji yang mendaftar di Kabupaten Bogor cukup dominan dibandingkan bank lain yang memberikan layanan serupa. Dengan beralihnya pendaftaran haji seluruhnya ke bank syariah berdasarkan PMA Nomor 30 Tahun 2013, Bank Syariah X KC Cibinong siap bersaing dengan bank syariah lain merebut pangsa pasar segmen haji. Selain itu, sebagai salah satu strategi dari rencana perusahaan (corporate
plan) untuk meningkatkan transaksi business to customer (B to C) khususnya di segmen haji mengingat transaksi saat ini didominasi business to business (B to B).
Dalam rangka meningkatkan pangsa pasar portofolio produk haji, Bank Syariah X KC Cibinong perlu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memperbaiki model bisnis yang ada saat ini agar dapat disusun strategi bisnis yang lebih tepat.
Dengan kondisi tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep model bisnis layanan haji yang diterapkan oleh Bank
Syariah X KC Cibinong saat ini?
2. Bagaimana mengembangkan konsep model bisnis layanan haji dengan melakukan analisis SWOT oleh Bank Syariah X KC Cibinong?
3. Bagaimana menyusun alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi untuk pengembangan model bisnis layanan haji oleh Bank Syariah X KC Cibinong?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memetakan model bisnis layanan haji yang diterapkan oleh Bank Syariah X KC Cibinong saat ini.
2. Mengembangkan model bisnis layanan haji dengan melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal serta analisis SWOT oleh Bank Syariah X KC Cibinong.
3. Menyusun alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi untuk pengembangan model bisnis layanan haji Bank Syariah X KC Cibinong.
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi para pihak yang berkepentingan, yaitu :
1. Sebagai masukan dalam menyusun strategi bisnis untuk mengembangkan portofolio produk haji, khususnya di Bank Syariah X KC Cibinong.
2. Sebagai masukan bagi manajer dan karyawan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari sudut pandang nasabah haji.
3. Sebagai masukan bagi Kemenag untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan para pihak terkait (BPS BPIH, KBIH, lembaga Islam, ormas Islam dan tokoh masyarakat) agar informasi haji mudah diakses oleh calon jemaah haji.
4. Sebagai bahan masukan dan informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi para pihak yang berkepentingan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis model bisnis dan strategi bisnis layanan haji reguler (non haji khusus) di unit kerja Bank Syariah X KC Cibinong yang jangkauan nasabah hajinya meliputi Kabupaten Bogor dan sebagian Kota Depok. Analisis ini sangat penting dilakukan pasca