1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi usaha mikro, kecil, menengah dan besar berdasarkan asset dan pendapatan per tahun. Undang- Undang No 20 Tahun 2008 telah menjelaskan tentang klasifikasi skala mikro, kecil dan menengah yang ada di Indonesia. Pembagian skala usaha di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sudah menunjukkan keberadaannya terhadap sektor ekonomi khususnya di Indonesia.
Terlihat pada krisis ekonomi Tahun 1997, UMKM cenderung dapat bertahan dibandingkan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki pendapatan dan keuntungan jauh di atas UMKM. Menurut Basri (2003), UMKM dapat bertahan pada saat krisis karena (1) sebagian besar UMKM memproduksi barang-barang konsumsi (consumer goods) yang memiliki elastisitas permintaan yang relatif rendah terhadap pendapatan, (2) sebagian besar usaha kecil lebih memilih non- banking financing untuk mendanai usahanya, (3) usaha kecil lebih banyak menghasilkan produk tertentu saja (spesialisasi) karena keterbatasan modal, (4) munculnya usaha kecil yang baru akibat dari pemutusan hubungan kerja karena krisis yang berkepanjangan.
Tabel 1 Kriteria UMKM menurut UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM
No. Uraian Asset Omzet
1. Usaha mikro Maks Rp. 50.000.000,- Maks Rp 300.000.000,- 2. Usaha kecil >Rp 50.000.000 –
Rp 500.000.000,-
>Rp 300.000.000 – Rp 2,5M
3. Usaha menengah >Rp 500.000.000- Rp 10M >Rp 2,5 M – Rp 50M Sumber : www.kemendagri.go.id
UMKM tidak hanya memiliki peran di negara sedang berkembang, tetapi juga di negara maju. UMKM di negara maju memiliki peran yang sangat penting karena mampu menyerap tenaga kerja lebih besar daripada usaha besar. Aharoni dalam Tambunan (2009) menyebutkan bahwa jumlah UMKM di negara adidaya tersebut mencapai sedikit di atas 99 persen dari jumlah unit usaha dari semua kategori. Tambunan (2012) menjelaskan bahwa UMKM di negara sedang berkembang memiliki karakteristik utama yang berbeda dengan Usaha Besar, yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah perusahaan sangat banyak (lebih besar dari jumlah Usaha Besar);
2. Memiliki sifat padat karya, sehingga memiliki potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar;
3. Upaya pemerintah mendukung UMKM secara tidak langsung mendukung pembangunan dan pertumbuhan produksi di sektor pertanian. Hal ini dikarenakan UMKM di perdesaan sebagian besar bergerak dibidang pertanian;
4. UMKM memakai teknologi yang lebih “cocok” (jika dibandingkan dengan teknologi canggih yang umumnya dipakai Usaha Besar) terhadap kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang, yaitu sumberdaya alam (SDA)
dan tingginya jumlah tenaga kerja berpendidikan rendah tetapi memiliki modal serta tenaga kerja berpendidikan tinggi yang sangat terbatas;
5. Karena ketahanan UMKM dalam menghadapi krisis, UMKM dianggap sebagai perusahaan yang memiliki fungsi sebagai basis bagi pengembangan usaha lebih besar;
6. UMKM memiliki fungsi sebagai awal mobilisasi tabungan/investasi di perdesaan, dan sebagai pengujian dan peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang di perdesaan;
7. UMKM dapat menjadi alat untuk mengalokasikan tabungan-tabungan perdesaan agar uang lebih yang dimiliki warga perdesaan dapat digunakan untuk usaha yang lebih produktif;
8. Produk yang dihasilkan oleh UMKM juga diproduksi untuk masyarakat kelas menengah dan atas. Sebagai contoh adalah produk yang dijual untuk kebutuhan kegiatan dibanyak sektor, antara lain industri, konstruksi, pertanian, perdagangan, dan lain-lain;
9. UMKM mampu meningkatkan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi; dan
10. UMKM memiliki tingkat fleksibilitas yang relatif tinggi terhadap pesaingnya (Usaha Besar).
Peran UMKM di atas diperjelas dengan angka yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa UMKM memiliki kontribusi yang lebih besar daripada usaha besar. Kontribusi ini dapat dilihat dari segi jumlah unit, jumlah tenaga kerja, jumlah PDB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Jika dilihat dari jumlah unit usaha, UMKM memiliki jumlah unit usaha yang lebih banyak daripada usaha besar baik pada Tahun 2011 ataupun Tahun 2012 dan mengalami peningkatan dari Tahun 2011 ke Tahun 2012. Kondisi yang serupa jika dilihat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat, PDB atas dasar harga berlaku, serta PDB atas dasar harga konstan 2000.
Tabel 2 Perkembangan data usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan usaha besar (UB) Tahun 2011 - 2012
No Indikator Tahun 2011 Tahun 2012
Jumlah Satuan Jumlah Pangsa 1. Unit Usaha
a. UMKM 55.206.444 Unit 56.534.592 Unit b. Usaha Besar 4.952 Unit 4.968 Unit 2. Tenaga Kerja
a. UMKM 101.722.458 Orang 107.657.509 Orang b. Usaha Besar 2.891.224 Orang 3.150.645 Orang 3. PDB atas dasar harga
berlaku
a. UMKM 4.321.830,0 Milyar 4.869.568,1 Milyar b. Usaha Besar 3.123.514,6 Milyar 3.372.296,1 Milyar
4. PDB atas dasar harga konstan 2000
a. UMKM 1.369.326 Milyar 1.451.460,2 Milyar b. Usaha Besar 1.007.784 Milyar 1.073.660,1 Milyar
Sumber: www.depkop.go.id (2014)
Sampai saat ini UMKM berkembang dengan cepat ditunjang dengan adanya teknologi dan kesempatan yang diberikan, contohnya adalah usaha dengan menggunakan media internet yang tidak mewajibkan penjual memiliki bangunan (toko), dan usaha yang berasal dari ajang atau pelatihan oleh sebuah perusahaan besar. Triyanto et al. (2012) menyebutkan jenis pekerjaan ini banyak digeluti karena memiliki ciri-ciri pengelolaan yang bersifat keluarga, penggunaan teknologi sederhana, modal yang kecil dengan tenaga kerja 1-20 orang, dan belum menerapkan manajemen yang modern. Walaupun begitu, UMKM mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional, terutama dalam penyerapan tenaga perekonomian di daerah.
Tambunan (2012) menjelaskan bahwa permasalahan yang biasa dihadapi oleh UMKM adalah keterbatasan modal kerja, kesulitan dalam hal pemasaran, distribusi, pengadaan bahan baku, dan input lainnya, keterbatasan akses informasi, kualitas sumberdaya manusia yang rendah, keterbatasan komunikasi, birokrasi yang kompleks, dan ketidakpastian akibat peraturan dan kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas. Permasalahan tersebut yang menyebabkan UMKM mudah terbentuk dan mudah pula tidak berkembang sehingga kesulitan untuk mendapatkan akses modal yang lebih besar dari lembaga keuangan. Untuk mendapatkan akses modal yang lebih besar dari lembaga keuangan, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sudah mempunyai usaha minimal 2 (dua) tahun dengan riwayat yang dianggap akan mampu mengembangkan usahanya jika diberi modal oleh pihak bank.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) sebagai bank yang memiliki visi menjadi bank mass market terbaik di Indonesia, berkomitmen untuk mengembangkan UMKM di Indonesia melalui pemberdayaan dan peningkatan kapasitas nasabah. BTPN tidak hanya menyalurkan pinjaman kepada mass market, namun juga terjun langsung berinteraksi dengan mass market tersebut melalui pemberdayaan dan pembinaan. Pemberdayaan dan pembinaan nasabah dilakukan oleh BTPN melalui Pelatihan sehingga nasabah mampu mengelola dan mengembangkan usahanya. Pelatihan yang dilakukan BTPN bukan merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi pihak bank, namun sebuah model bisnis BTPN yang menggabungkan misi sosial dan misi bisnis yang diberi nama Program Daya Tumbuh Usaha (DTU). BTPN dengan Daya Tumbuh Usaha memberikan cara berpikir baru bahwa dengan menabung di BTPN, nasabah turut serta mengembangkan mass market di Indonesia. Jumlah nasabah BTPN saat ini mencapai kurang lebih 1.300.000 nasabah dan BTPN sudah melakukan hampir 100.000 kegiatan dalam pemberdayaan program daya tersebut. Sesuai dengan visi dan misi BTPN, BTPN melaksanakan beberapa program pemberdayaan bagi nasabah yang diharapkan dapat meningkatkan hidup berjuta rakyat Indonesia.
Program DTU telah dilaksanakan mulai tahun 2009 dengan nama awalnya adalah C2G. C2G terdiri dari dua bagian yakni Modal untuk Tumbuh (Capital to Grow), berupa akses ke produk kredit Mikro, serta program Kapasitas untuk Tumbuh (Capacity to Grow) yang menawarkan program pelatihan khusus untuk meningkatkan kapasitas para nasabah kredit mikro, sehingga BTPN tidak hanya menawarkan kredit, melainkan juga pelatihan-pelatihan guna memberikan peluang untuk tumbuh. Program DTU terdiri dari tiga pilihan, yaitu pelatihan, informasi bisnis, dan peluang usaha baru. Nasabah BTPN diwajibkan untuk mengikuti pelatihan pada awal periode setelah mendapatkan pinjaman dari BTPN
dan menja menjadi s mandatory pelatihan, mengikuti diberikan jenis topik topik man nasabah, usaha, y manajeme manusia.
pelatihan m Pe Mitra Usa per tahun seluruh In untuk men yang dilak Dampak P nasabah m pendapata
Sumber: KP
G Pa usaha rata penerima.
pelatihan nasabah U (2013) ya UMKM b kerupuk ik
adikan prog sebuah pili
y ini mampu sehingga d i pelatihan
oleh BTPN k yang palin najemen ke modul pela ang terdir en pemasar
Jenis pelat manajemen latihan ini d aha Rakyat.
di seluruh c ndonesia ol ngembangk kukan oleh K
Pelatihan D menyebutkan
an usaha dar
PM MB IPB (2
Gambar 1 Pe ada skala m
a-rata sebes Peningkata mempunya UMKM. Sam
ang menyeb berdampak kan mening
gram DTU l han bagi n u membuat dalam pene
minimal sa N kepada n ng diminati euangan se atihan saat ri dari m
ran, manaj tihan yang n keuangan.
dilaksanaka Hingga sa cabang Mit leh BTPN kan UMKM
Kerja sama DTU pada T
n bahwa na ripada nasab
2014)
ersentase pe mikro, nasab
ar 24.07 pe an pendapa ai hubungan ma halnya d
butkan bah pada aspe gkat.
24,07
10,9
Mikro P
lainnya (inf nasabah. Pr
seluruh nas elitian ini n
atu kali sela nasabah pad
i yakni ceri ederhana. S
ini diperlu anajemen jemen penj
diberikan an di 32 pro
at ini pelati tra Usaha R menunjukk di Indones a dan Penjam
Tahun 2013 asabah pene
bah non-pen
eningkatan bah penerim
ersen, dan s atan pada n
n terhadap dengan hasi hwa adanya
k ekonomi
19,1 96
Sm Penerima
formasi usah rogram pel sabah mikro nasabah yan
ama menja da awalnya ta keberhas Seiring den uas sesuai keuangan, njualan dan
kepada na ovinsi di ma
ihan telah d Rakyat BTPN kan bahwa
sia. Data yan minan Mutu
3 terhadap rima pelatih nerima pela
rata-rata nil ma mengalam
selisih 13.1 asabah pen peningkata il penelitian
a pelatihan i bagi masy
0 18,11
mall
Non-Pen
ha dan pelu latihan yan o BTPN me ng menjadi di nasabah
berupa mo silan dan su ngan perub dengan fun
manajeme n manajem
sabah perta asing-masin dilakukan s
N. Pelaksan BTPN mem ng diperole u (KPM) M aspek eko han mengal atihan (Gam
lai omzet pe mi peningk
1 persen da nerima menu an pendapa n yang dilak n dan pemb
yarakat kar
19,55 18,79
Medium nerima
uang usaha ng lebih be engikuti pro responden . Pelatihan odul dengan ukses usaha ahan kebut ngsi manaj en operasi men sumber ama kali a ng cabang B
ekitar 6.500 naan pelatih miliki komi eh dari pene MB IPB men nomi dan s lami pening mbar 1).
er skala usa katan penda ari nasabah unjukkan b atan usaha kukan oleh R
binaan terh rena permi
baru) ersifat ogram telah yang n dua
serta tuhan emen ional, rdaya adalah BTPN 0 kali han di itmen elitian ngenai sosial gkatan
aha apatan h non- bahwa
pada Rifa’i hadap ntaan
Da berdasarka operasiona biaya ope Dapat be karena bi peningkata
Ga peningkata usaha mik persen. A nasabah keuntunga kecil darip
Sumber : KP
Gambar 2 Gam operasiona pelatihan dampak p tertera pa (CBGI) ya didapatkan profit, ass perkalian dengan ta dirasakan sedangkan penerima
ampak pelat an indikato al. Jika yan rasional, pe rupa penin aya operas an kapasitas ambar 2 me an rata-rata kro. Peningk Angka ini l
mikro yan an lebih be pada persen
PM MB IPB (
2 Persentase mbaran men
al tersebut dengan kin pelatihan te ada Tabel ang menunj n dari penju set, rasio pi
antara bobo ahun penel
oleh nasab n kolom w dan non-pen
tihan BTPN or pendapa ng dilihat h eningkatan ngkatan keu
ional juga s.
enunjukkan a biaya oper
katan biaya lebih besar ng sebesar esar adalah ntase pening
(2014)
e peningkata ngenai pen tidak dap nerja usaha erhadap usa
3. Tabel 3 jukkan dam umlahan ni injaman dan
ot dan peru litian. Ko ah pada saa with-without
nerima prog
28,58
14,96
Mikro
P
N bagi nasab atan, namu hanya penin pendapatan untungan a mengalam n bahwa na
rasional, kh a operasiona r daripada r 24.07 p
persentase gkatan penda
an rata-rata ningkatan r pat menjela
a. Kajian o aha nasabah 3 merupaka mpak DTU t ilai 5 (lima n jumlah te ubahan mas olom befor at sebelum
menunjukk gram.
22,20
Sm
Penerima
bah penerim un juga be ngkatan pen n tersebut m
atau tidak i peningkat asabah pene hususnya pa al pada nasa peningkata ersen. Kon e peningkat
apatan.
nilai biaya rata-rata ni askan lang oleh KPM h yang dap an Custome terhadap nas ) indikator, enaga kerja sing-masing re-after m dan sesudah kan dampa
0 12,91
mall
Non-Pene
ma tidak han erdasarkan ndapatan saj memiliki art memengar tan hanya erima pelat ada nasabah abah mikro an pendapa ndisi untu an biaya o
operasional ilai pendap gsung meng
MB IPB pat dilihat d
er Business sabah secar , yaitu pend a. Nilai ters g indikator enunjukkan h mengikut ak yang dir
20,12 20,84
Medium
erima
nya dapat d indikator aja tanpa m
ti yang ber ruhi keuntu
saja meng tihan meng h yang mem
mencapai 2 atan usaha uk mendap
operasional
l per skala u patan dan
genai hubu memperlih dari angka s Growth I ra terukur. C dapatan (om sebut merup
dari tahun n dampak
ti Program D rasakan nas
4
dilihat biaya elihat rbeda.
ungan alami alami miliki 28.58 pada patkan lebih
usaha biaya ungan hatkan yang Index CBGI mzet), pakan dasar yang DTU, sabah
Tabel 3 Customer Business Growth Index (CBGI) nasabah BTPN tahun 2013
Skala Usaha Dampak
Before-After With & Without
Micro 0.099 0.048
Small 0.149 0.014
Medium 0.214 0.064
Nasional 0.183 0.082
Sumber : KPM MB IPB (2014)
Customer Business Growth Index (CBGI) memiliki nilai maksimal sama dengan 1 (satu). Tabel 3 menunjukkan bahwa secara nasional, pelatihan memberikan dampak kepada nasabah sebesar 0.183 yang artinya adalah terjadi peningkatan sebesar 0.183 satuan dari tahun sebelumnya (tahun dasar), dan lebih besar 0.082 satuan jika dibandingkan dengan nasabah non-penerima. Terdapat perbedaan pada nasabah penerima dan non-penerima, mulai dari karakteristik nasabah hingga dampak yang ditimbulkan. Customer Business Growth Index (CBGI) menggambarkan dampak yang dihasilkan dari adanya Program DTU.
Dampak yang diterima oleh nasabah penerima program tentunya merupakan capaian yang diinginkan oleh pihak bank.
Dampak yang digambarkan oleh Tabel 3 merupakan hasil keberhasilan dari Program DTU (pelatihan, informasi bisnis, dan peluang usaha baru). Namun pelatihan adalah program yang diikuti oleh seluruh responden, sehingga yang akan diteliti pada penelitian ini adalah variabel pelatihan yang memengaruhi keberhasilan Program DTU (yang dilihat dari kinerja usaha). Penelitian Kambey dan Suharmono (2013) menjelaskan bahwa variabel pelatihan dan pengembangan adalah variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja jika dibandingkan dengan pembinaan, pemberdayaan dan partisipasi karyawan.
Perumusan Masalah
Dampak pelatihan terhadap nasabah UMKM BTPN juga dapat dilihat dari peningkatan pendapatan (omzet) nasabah berdasarkan jumlah jenis pelatihan yang diikuti yang terlihat pada Gambar 3. Nasabah dengan skala mikro menunjukkan peningkatan omzet terbanyak tersebar pada responden yang telah mengikuti 3 (tiga) jenis pelatihan, namun nasabah yang telah mengikuti pelatihan lebih dari 3 (tiga) jenis pelatihan mengalami peningkatan omzet lebih kecil dari responden yang mengikuti 3 (tiga) jenis pelatihan. Pola yang berbeda terlihat pada responden skala usaha kecil dan menengah. Untuk responden skala usaha kecil, responden yang memiliki rata-rata persentase peningkatan omzet terbesar adalah responden yang telah mengikuti 1 (satu) jenis pelatihan, dan peningkatan yang lebih rendah ditunjukkan pada responden yang telah mengikuti 2 (dua) dan 3 (tiga) jenis pelatihan. Responden yang mengikuti pelatihan lebih dari 3 (tiga) jenis pelatihan menunjukkan persentase peningkatan lebih tinggi dari yang mengikuti 3 (tiga) jenis pelatihan. Untuk responden yang memiliki skala usaha menengah menunjukkan pola yang berbeda pula. Rata-rata persentase peningkatan omzet untuk responden skala menengah menunjukkan fluktuasi seiring dengan makin banyak jenis pelatihan yang diikuti, dan paling besar terdapat pada responden
yang telah diikuti ole penjualan,
Sumber : KP
Gam
Be mengikuti atau kesim rata perse 3 (tiga) k lebih dari responden responden peningkata kondisi ya yang men yang telah yang telah
Ga pelatihan peningkata Gambar 3 peningkata peningkata dihasilkan
h mengikut eh responde , pelatihan p
PM MB IPB (
mbar 3 Pers berd
egitu juga i pelatihan mpulan yang entase penin kali mengiku 3 (tiga) ka n yang men n yang me an rata-rata ang berbeda ngalami pen
h mengikut h mengikuti ambar 3 dan yang diiku an pendapa 3 dan Gam an pendapa an omzet n oleh Pelati
1 Jenis 21,7
29,4
ti lebih dar en adalah pe persediaan,
(2014)
entase peni dasarkan jen
jika dilihat terhadap pe g terlihat pa ngkatan om uti pelatiha ali pelatihan ngalami pe engikuti 1 a omzet sei a untuk nasa ningkatan r ti 2 (dua) k 3 (tiga) kal n Gambar 4 uti dan frek
atan usaha.
mbar 4 tid atan (omzet
dipengaruh ihan terhada
s 2 J
20,2 4
2 21,2
M
ri 3 (tiga) elatihan keu dan pelatih
ngkatan rat nis pelatihan
t dari frek eningkatan ada Gambar mzet terbesa an dan men n (22.6%).
eningkatan (satu) ka iring penin abah skala u
rata-rata ni kali pelatiha
li pelatihan.
4 memperlih kuensi meng Adanya p dak dapat t) dengan a hi oleh pe ap kinerja u
enis
3 25,4 26,9 Mikro Small
jenis pelat uangan, pela han sumberd
a-rata nilai n yang diiku
kuensi men omzet tida r 4. Untuk r ar terdapat nurun pada
Untuk resp rata-rata n ali pelatiha ngkatan frek
usaha mene ilai omzet
an dan pali .
hatkan indi gikuti pelat peningkatan menjelaska adanya Pela elatihan, m usaha perlu d
3 Jenis 31,3
20,122,0 l Medium
tihan. Jenis atihan pema daya manus
omzet per s uti
ngikuti pela ak menunju responden s pada respo responden ponden ska nilai omzet
an dan sem kuensi pela engah (medi tertinggi ad ing rendah ikasi bahwa tihan) berhu n omzet yan an secara atihan atau aka besar diukur.
> 3 Jenis 26,8 25,1 0
s pelatihan asaran, pela
ia.
skala usaha
atihan, frek ukkan suatu kala mikro, nden yang
yang meng ala kecil (sm
terbesar a makin men atihan. Pola
ium). Respo dalah respo pada respo a pelatihan
ubungan de ng terlihat rinci hubu faktor lain
pengaruh
29,8
yang atihan
kuensi u pola
, rata- telah gikuti mall), adalah nurun a atau
onden onden onden (jenis engan pada ungan . Jika
yang
Sumber : KP
G
Me kinerja us manajeme secara ku manajeme penerapan organisasi pelatihan penerapan manajeme Penelitian strategi be satunya d keuangan.
Ru berikut : 1. Bagaim 2. Bagaim pembe 3. Bagaim
pembe 4. Bagaim
pembe 5. Bagaim
melalu
Tu 1. Menga
PM MB IPB (
Gambar 4 P b enarik pula saha atau m en, karena p uantitatif k en pengetah n manajem
inya. Imple yang diad n manajeme en persedia n Ahmad (2 erpengaruh digambarka .
umusan mas mana penga mana hub entuknya?
mana hubun entuknya?
mana hubu entuknya?
mana impli ui perbaikan
ujuan dari pe analisis pen
1 22,1
(2014)
Persentase p berdasarkan jika diteliti melalui var penelitian A kinerja orga huan sebesar men penge
mentasi ma akan oleh en pemasar
aan, dan 2013) juga
signifikan d n dengan p salah yang aruh Pelatih bungan an
ngan antara ungan anta ikasi manaj n pelatihan?
enelitian ini ngaruh pelat
1 Kali 1
29,2 26,0
peningkatan jumlah pela i apakah pe
iabel peran Andria dan T anisasi dip r 0.62, yang etahuan, m anajemen p
BTPN, ya ran, penerap
penerapan a menyebut dan positif t pencapaian t akan dianal han terhadap ntara vari a variabel Pe
ara variabe erial untuk
?
Tujuan p i adalah seb tihan terhad
2 Kali 21,124,327,4
Mikro Sm
rata-rata ni atihan yang latihan berp ntara (variab Trisyulianti pengaruhi o
g berarti ba maka sema pada penelit aitu penerap
pan manaje manajem tkan bahwa terhadap kin
target opera lisis pada p p Kinerja Us
iabel Pela enerapan M el Kinerja k meningkat
penelitian bagai beriku dap kinerja u
3 Kali 34,1
23,52 mall Medium
ilai omzet p g diikuti
pengaruh la bel interve (2011) men oleh adany ahwa semak akin tingg tian ini sesu
pan manaje emen penju men sumber a kesuksesa nerja perusa asional, pem penelitian in
saha?
atihan den Manajemen d Usaha de tkan kinerja
ut : usaha
> 3 kali 22,622,9 21,8
m
per skala usa
angsung terh ning) pener nyebutkan b ya impleme kin tinggi tin
i pula ki uai dengan emen keua ualan, pener
rdaya man an impleme ahaan yang masaran ma ni adalah se
ngan indi dengan indi engan indi a usaha nas
24,9
aha
hadap rapan bahwa entasi ngkat inerja jenis angan, rapan nusia.
entasi salah aupun ebagai
ikator ikator ikator sabah
2. Menganalisis hubungan antara variabel pelatihan dengan indikator pembentuknya
3. Menganalisis hubungan antara variabel penerapan manajemen dengan indikator pembentuknya
4. Menganalisis hubungan antara variabel kinerja usaha dengan indikator pembentuknya
5. Merumuskan implikasi manajerial untuk meningkatkan kinerja usaha nasabah melalui perbaikan pelatihan
Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan kepada BTPN dalam menciptakan strategi yang lebih tepat sasaran untuk meningkatkan kinerja program pelatihan sehingga pelatihan yang dilakukan dapat meningkatkan kinerja usaha UMKM nasabah BTPN.
Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang memiliki usaha
mikro, kecil dan menengah dimana kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sesuai dengan definisi UU No. 20 Tahun 2008.
2. Nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang mengikuti Program Daya Tubuh Usaha (DTU) dalam waktu dua (2) tahun terakhir.
3. Nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) dari berbagai wilayah Indonesia (terwakili)
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka Teoritis
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi (Tambunan 2012). Definisi UMKM memiliki perbedaan ditiap negaranya, tergantung pada pentingnya UMKM di negara tersebut. Di Indonesia, sudah terdapat kebijakan pemerintah mengenai keberadaan UMKM.
Hal ini dapat dilihat dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam UU tersebut, penjelasan UMKM adalah sebagai berikut :
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau