• Tidak ada hasil yang ditemukan

Al-Qur’an dalam Upacara Tradisi Belamin (Studi Haidh Pertama pada Keluarga Kerajaan Matan Ketapang Kalimantan Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Al-Qur’an dalam Upacara Tradisi Belamin (Studi Haidh Pertama pada Keluarga Kerajaan Matan Ketapang Kalimantan Barat)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

AL-QUR’AN DALAM UPACARA TRADISI BELAMIN (Studi Haidh Pertama Pada Keluarga Kerajaan Matan Ketapang

Kalimantan Barat)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag.)

Oleh:

Siti Faizah NIM. 221411061

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

Tahun 1444 H./2022 M.

(2)

AL-QUR’AN DALAM UPACARA TRADISI BELAMIN (Studi Haidh Pertama Pada Keluarga Kerajaan Matan Ketapang

Kalimantan Barat)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag.)

Oleh:

Siti Faizah NIM. 221411061

Pembimbing:

Prof. Dr. KH. Artani Hasbi, MA.

H. M. Ziyadul Haq, SQ., S.H.I., MA., Ph.D.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

Tahun 1444 H./2022 M.

(3)
(4)
(5)

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Faizah

NIM : 221411061

Tempat/Tgl. Lahir : 17 Januari 1977

Program Studi : Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

menyatakan bahwa tesis ini dengan judul “AL-QUR’AN DALAM UPACARA TRADISI BELAMIN (Studi Haidh Pertama Pada Keluarga Kerajaan Matan Ketapang Kalimantan Barat)” adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 03 Juni 2023 Yang membuat pernyataan,

Siti Faizah

(6)

iv ABSTRAK

AL-QUR’AN DALAM UPACARA TRADISI BELAMIN (Studi Haidh Pertama Pada Keluarga Kerajaan Matan Ketapang Kalimantan Barat) Siti Faizah, 221411061

Tesis ini bertajuk living Qur’an mengenai Tradisi Belamin yang terdapat pada keluarga Kerajaan Matan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama diperkirakan sejak abad ke 16, yang dilakukan seorang gadis ketika haidh pertama oleh masyarakat yang masih memiliki garis keturunan Kerajaan Tanjungpura.

Tujuan dari penelitian ini untuk menelusuri pelaksanaan Tradisi Belamin dan relevansinya dengan pengamalan Al-Qur’an terhadap keluarga Kerajaan Matan Ketapang, Kalimantan Barat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analitis bersifat kualitatif yang menggunakan model living Qur’an melalui pendekatan sosiologis, fenomenologis dan psikologis. Sumber penulisan dalam penelitian ini yaitu berupa data primer yang didapat dari lapangan melalui proses observasi, interview, dan dokumentasi. Selain itu juga terdapat data sekunder yang berasal dari berbagai referensi ilmiah yang terkait dengan pembahasan.

Adapun dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa pelaksanaan tradisi ini, terdapat nilai-nilai pendidikan ketuhanan, pendidikan sosial kemasyarakatan dan pendidikan budi pekerti. Selain itu penulis juga menemukan bahwa dalam perlaksanaan tradisi tersebut terdapat pergeseran- pergeseran dengan menyesuaikan perkembangan zaman.

Kata kunci: Al-Qur’an, Tradisi Belamin, Haidh, Matan, Ketapang.

(7)

v

لا صخلم

لفحلا يف نآرقلا يحلا ةسارد( نيمالبل يديلقتلا

ض ةكلاملا ةلئاعلا يف ىلوألا

ناباتيك ناتامل ج

)ةيبرغلا ناتناميلاك ،

ةزئاف يتيس ،

221411061

نيماليب ديلقتب قلعتي وهو يحلا نآرقلا لوح ثحبلا عوضوم لوانتي ةلئاعلا يف

ناباتيك ناتامل ةكلاملا ج

ناتناميلاك ،

تارتف ذنم ديلقتلا اذه ىرج دقو .ةيبرغلا

لوأ لوزن لالخ ةاتف هب موقت ثيح رشع سداسلا نرقلا ذنم أدب امبرف ةليوط اروبجنوجنات ةكلمم ةلالس نم ردحنتو اهل ةيرهش ةرود .

عم هتنراقمو هتقالعو نيماليب ديلقت قيبطت فاشكتسا ىلإ ثحبلا اذه فدهي نآرقلا اتامل ةكلاملا ةلئاعلا يف

ناباتيك ن ج

ناتناميلاك ، ةيبرغلا

.

يحلا نآرقلا جذومنب يعون يفصو ِّ يليلحت ٍثحب بولسأ ةثحابلا تمدختسا دقو دقف ثحبلا رداصم امأ .يسفنلاو يرهاظلاو يعامتجالا جهنملا لالخ نم تالباقملاو ةبقارملا ةيلمع لالخ نم ناديملا يف ةثحابلا اهيلع تلصح صملا ىلإ ةفاضإلاب .قيثوتلاو ةيملع عجارم نم اهيلع دمتعت يتلا ةيوناثلا ردا

.ثحبلاب قلعتت ةفلتخم

(8)

vi

هل ديلقتلا قيبطت نأ ىلإ تراشأ ةجيتن اهتسارد لالخ نم ةثحابلا تفشك دقو قيبطت ءانثأ يف تفشك امك .ةيقالخألاو ةيعامتجالاو ةيهلإلا ةيوبربلا ميقلا .نمزلا روطت عم بسانتتو فيكتت تالوحت ديلقتلا كلا :ةيحاتفملا ةمل نآرقلا

،نيماليب ديلقت ، ضيحلا

ناتام ،

.جناباتيك ،

(9)

vii ABSTRACT

AL-QUR’AN IN THE BELAMIN TRADITION CEREMONY (First Haidh Study in the Royal Family of Matan Ketapang, West Kalimantan).

Siti Faizah, 221411061

This thesis is entitled “A Living Qur’an Study on the Belamin Tradition in Royal Family of Matan Ketapang, West Kalimantan”. This tradition, believed to have originated in the 16th century, is a ritual performed by girls with a royal lineage from the Tanjungpura Kingdom during their first menstruation.

The study aims to explore the implementation of the Belamin tradition and its relevance to the practice of the Qur’an in the Royal Family of Matan Ketapang, West Kalimantan.

This study employed the qualitative descriptive-analytical method, utilizing the living Qur’an model through sociological, phenomenological, and psychological approaches. This study involved primary data collected through field observations, interviews, and documentation, complemented by secondary data obtained from relevant scientific references.

The findings reveal that this tradition encompasses the values of religious education, social education, and character development.

Furthermore, this study also identifies adaptations made to the tradition to align with contemporary contexts.

Keywords: Al-Qur’an, Belamin Tradition, Menstruation, Matan, Ketapang.

(10)

viii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا للها مسب هتاكربو للها ةمحرو مكيلع مالسلا

Alhamdulillah, seluruh pujian dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan kemudahan, kelancaran dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada manusia yang mulia yaitu Rasululllah saw., begitu juga shalawat dan salam terlimpah kepada keluarga serta sahabat- sahabat beliau.

Dalam penelitian ini tentunya tidak terlepas dari hambatan dan kesulitan. Selain itu penelitian ini juga tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Hj. Nadjmatul Faizah, SH., M.Hum., Rektor Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dalam rangka menambah khazanah keilmuan tentang Al-Qur’an.

2. Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA., Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang selalu memotivasi, membimbing dan mengarahkan dalam studi hingga penulisan tesis ini.

3. Dr. H. Ahmad Syukron, MA., Ketua Program Studi Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang selalu mengingatkan seluruh mahasiswa agar dapat menyelesaikan studi.

4. Prof. Dr. KH. Artani Hasbi, MA. dan H. M. Ziyadul Haq, SQ., S.H.I., MA., Ph.D. sebagai pembimbing dalam penulisan ini, yang telah

(11)

ix

banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, pengarahan, inspirasi dalam penulisan tesis ini.

5. Seluruh Dosen Program Pascasarjana S2, Program Studi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan berbagai disiplin ilmu dan bimbingan yang sangat berharga kepada penulis selama menempuh studi pada Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

6. Seluruh Civitas Akademika Program Pascasarjana Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta, yang telah memberikan pelayanan, bantuan, dan kemudahan kepada penulis.

7. Bapak Asmu dan Umak Bainiyah tercinta yang penuh kasih sayang telah membesarkan dan selalu mendo’akan penulis. Tidak lupa juga kedua orang tua dari suami, abang, nah dan adik tercinta.

8. Teruntuk suami tercinta Mujiono yang selalu memotivasi, menjadi teman diskusi, bersama-sama ketika studi di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Program Pascasarjana Magister, Program Studi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir, begitu juga ketika proses penulisan, yang selalu sabar, perhatian, penuh kasih, sama-sama memberikan dukungan untuk menyelesaikan tesis ini.

9. Untuk anak-anakku tercinta mas Wafi Rahman Ar-Rufi, dan dede Durroh Ma’az Ar-Rof’at yang selalu ikut mendampingi pada saat bimbingan dengan pembimbing, terutama mas Wafi yang ikut membantu dalam pendokumentasian dalam penelitian dan dede Durroh yang pada saat penelitian dalam keadaan terbaring sakit di rumah datuknya serta terkhusus untuk ananda terkasih dan tersayang dede Hayyan Az-Zuhair (alm) semoga Allah Swt. selalu merahmatimu.

(12)

x

10. Seluruh para narasumber yang telah bersedia memberikan informasi terkait dengan penelitian penulis pada saat di lapangan, khususnya Uti Mawardi, Uti Assaji, H. M. Syafi’ie Huddin, Uti Wiliam, Agus Kurniawan, Uti Nailul Auhar dan Utin Rena serta seluruh staff Kelurahan Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

11. Seluruh sahabat-sahabatku seangkatan seperjuangan Program Pascasarjana Magister, Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta angkatan 2021. Saya ucapkan terima kasih banyak yang tak terhingga atas persahabatan, kekeluargaan dan ukhuwah yang penuh kehangatan serta motivasi dari semuanya.

12. Dan seluruh pihak yang telah berpartisipasi membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih atas kebaikan-kebaikannya.

Dengan mengharap ridha Allah Swt., dan syukur kepada-Nya, mudahan-mudahan kebaikan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi pada penyelesaian tesis ini dibalas oleh Allah Swt dengan balasan yang terbaik.

Penelitian ini tentu bukanlah penelitian yang sempurna dan juga tidak lepas dari kekurangan serta kesalahan, oleh karena itu masukan dan saran dari pembaca akan sangat berharga untuk perbaikan penelitian ini ke depan.

هتاكربو للها ةمحرو مكيلع مالسلاو

Jakarta, 26 Dzulqa’dah 1444 H.

15 Juni 2023 M

Siti Faizah

(13)

xi DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ... i

Pengesahan Pengesahan Tesis ... ii

Pernyataan Penulis ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Gambar ... xviii

Pedoman Transliterasi ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 6

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Pembatasan Masalah ... 7

3. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Kajian Pustaka ... 8

F. Metodologi Penelitian ... 17

1. Jenis Penelitian ... 17

2. Objek Penelitian ... 18

3. Sumber Data ... 18

4. Tehnik Pengumpulan Data ... 19

5. Metode Analisis Data ... 20

G. Sistematika Penulisan ... 21 BAB II. PEMAHAMAN TENTANG HAIDH DALAM LINTAS

(14)

xii

SEJARAH ... 23

A. Definisi Haidh ... 23

B. Warna dan Sifat Darah Haidh ... 27

C. Usia Haidh ... 30

1. Minimal Usia Haidh ... 30

2. Maksimal Usia Haidh ... 33

D. Proses Terjadinya Jangka Waktu Haidh ... 35

1. Jangka Waktu Haidh ... 35

2. Jangka Waktu Bersih (suci) ... 37

E. Hukum Mengenai Haidh dan Perkara Yang Diharamkan Ketika Haidh ... 40

1. Perkara yang Diharamkan Ketika Haidh ... 40

a. Shalat ... 41

b. Puasa, Tetapi Wajib Mengqadha’nya ... 43

c. Thawaf ... 46

d. Jima’ ... 47

e. Talak ... 52

2. Permasalahan-permasalahan Terkait Haidh ... 55

a. Berinteraksi Dengan Al-Qur’an ... 55

1) Menyentuh Al-Qur’an ... 55

2) Membaca Al-Qur’an ... 58

b. Wanita Haidh Masuk Masjid ... 60

c. Darah Yang Keluar Terputus-putus ... 62

d. Cairan Kuning dan Keruh Apakah Dianggap Haidh ... 64

F. Pemahaman Haidh Dalam Lintas Sejarah ... 66

1. Lintas Tradisi Zaman Yahudi ... 66

2. Lintas Tradisi Zaman Jahiliyyah ... 68

3. Lintas Tradisi di Indonesia ... 70

(15)

xiii

a. Mome'ati di Gorontalo ... 70

b. Upacara Tarapan di Yogyakarta ... 73

BAB III. TRADISI BELAMIN DAN PROFIL MASYARAKAT MULIA KERTA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT ... 78

A. Sejarah Kerajaan Tanjung Pura ... 78

Sekilas Tentang Kerajaan Tanjungpura ... 78

B. Gambaran Umum Masyarakat Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ... 88

1. Sekilas Tentang Kabupaten Ketapang ... 88

2. Sekilas Tentang Kecamatan Benua Kayong ... 94

3. Profil Desa Mulia Kerta ... 96

C. Definisi dan Sejarah Tradisi Belamin ... 101

D. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Tradisi Belamin ... 106

E. Pengaruh Adanya Tradisi Belamin ... 108

1. Dampak Negatif ... 108

2. Dampak Positif ... 110

BAB IV. ANALISIS PENAFSIRAN QS. AL-BAQARAH [2]:222 DALAM MENJAWAB TRADISI BELAMIN ... 112

A. Analisis dan Penafsiran QS. Al-Baqarah [2]:222 ... 112

1. Kupasan kata-kata ... 113

2. Aspek Balaghah ... 114

3. Munasabah ... 115

4. Asbab al-Nuzul ... 116

5. Analisa Penafsiran ... 118

6. Petunjuk yang didapat dalam kandungan ayat ini ... 141

7. Hikmah disyari’atkannya ayat ini ... 142

B. Hasil Observasi Pada Masyarakat Mulia Kerta yang Melestarikan Tradisi Belamin ... 143

(16)

xiv

1. Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Belamin ... 143

2. Pandangan Masyarakat Mulia Kerta terhadap Tradisi Belamin ... 151

3. Respon Masyarakat Mulia Kerta Terhadap QS. Al-Baqarah [2]:222 ... 155

C. Relevansi Pelaksanaan Tradisi Belamin Kaitannya Dengan Penafsiran Ayat Al-Qur’an Tentang Haidh ... 157

1. Pelaksanaan Tradisi Belamin Kaitannya Dengan Pengamalan Al-Qur’an ... 159

2. Pelaksanaan Tradisi Belamin Kaitannya Dengan Penafsiran Ayat Al-Qur’an Tentang Haidh ... 164

3. Kajian Living Qur’an Merupakan Kebutuhan Masyarakat .... 167

D. Upaya Istinbath Hukum Terhadap Tradisi Belamin... 169

BAB V. PENUTUP ... 175

A. Kesimpulan ... 175

B. Saran ... 175

DAFTAR PUSTAKA ... 177

Lampiran-lampiran ... 190

Lampiran 1. Surat Permohonan Data dan Informasi Untuk Lurah Mulia Kerta ... 190

Lampiran 2. Surat Permohonan Data dan Informasi untuk Kepala KUA Kecamatan Benua Kayong ... 191

Lampiran 3.Surat Permohonan Data dan Informasi Untuk Juru Kunci Keraton Mulia Kerta ... 192

Lampiran 4.Surat Keterangan Melakukan Wawancara Dari Lurah Mulia Kerta ... 193

Lampiran 5. Surat Keterangan Melakukan Wawancara Dari Kepala KUA Kecamatan Benua Kayong ... 194

(17)

xv

Lampiran 6.Surat Keterangan Melakukan Wawancara Dari Juru Kunci

Keraton Mulia Kerta ... 195

Lampiran 7. Dokumentasi Wawancara Dengan Uti Mawardi dan Biografi ... 196

Lampiran 8. Dokumentasi Wawancara Dengan Uti Assaji dan Biografi .... 197

Lampiran 9.Dokumentasi Wawancara Dengan Kepala KUA Kecamatan Benua Kayong ... 198

Lampiran 10. Biodata Kepala KUA Kecamatan Benua Kayong ... 199

Lampiran 11.Dokumentasi Wawancara Dengan Agus Kurniawan Kepala KUA Kecamatan Sandai dan Tayap ... 200

Lampiran 12. Biodata Kepala KUA Kecamatan Sandai dan Tayap ... 201

Lampiran 13. Dokumentasi Wawancara Dengan Uti Ersadussari (Uti Wiliam) dan Biografi ... 202

Lampiran 14. Dokumentasi Wawancara Dengan Juru Kunci Keraton Kerajaan Tanjungpura dan Biografi ... 203

Lampiran 15. Dokumentasi Wawancara Dengan Uti Nailul Auhar dan Biografi ... 204

Lampiran 16. Dokumentasi Foto Bersama Dengan staff Kelurahan Mulia Kerta ... 205

Lampiran 17. Dokumentasi Foto Saat Uti Silva Putri Aulia Sedang Proses Mandi dan Betitik ... 206

Lampiran 18. Dokumentasi foto Bersama Uti Silva Putri Aulia Setelah Proses Mandi dan Betitik ... 207

Lampiran 19. Dokumentasi Keraton Kerajaan Tanjungpura - Matan ... 208

Lampiran 20. Dokumentasi silsilah Raja-raja Tanjungpura dan Matan ... 209

Lampiran 21. Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Mulia Kerta Per RT ... 210

Lampiran 22. Dokumentasi Batas Wilayah Desa Negeri Baru dan Kelurahan Mulia Kerta ... 211

(18)

xvi

Lampiran 23. Sketsa Peta Kelurahan Mulia Kerta ... 213

Lampiran 24. Pedoman Wawancara ... 215

Glosarium ... 216

Biografi Penulis ... 218

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Warna darah haidh menurut ulama fiqih empat madzhab ... 27

Tabel 2.2. Batasan usia haidh menurut ulama fikih empat madzhab ... 33

Tabel 2.3. An-naqa’ antara dua masa dianggap haidh atau tidak ... 63

Tabel 3.1. Silsilah Raja-raja Kerajaan Tanjungpura ... 84

Tabel 3.2. Silsilah Raja-raja Kerajaan Matan ... 85

Tabel 3.3. Onder Afdeling Kabupaten Ketapang Pada masa pemerintahan Hindia Belanda ... 89

Tabel 3.4. Afdeling Ketapang dibagi menjadi tiga kerajaan yang dipimpin oleh seorang Panembahan ... 90

Tabel 3.5. Batas Wilayah Kabupaten Ketapang ... 92

Tabel 3.6. Nama-nama Kecamatan di Kabupaten Ketapang ... 93

Tabel 3.7. Nama-nama Kepala Daerah Kabupaten Ketapang dari tahun 1947 ... 94

Tabel 3.8. Rekapitulasi Penduduk kelurahan Mulia Kerta Per RT Periode 09-05-22 ... 98

Tabel 3.9. keyakinan masyarakat Desa Mulia Kerta Per 30 Juni 2021 ... 100

Tabel 4.1. Pandangan Masyarakat Mulia Kerta terhadap Tradisi Belamin ... 152

Tabel Diagram 4.2. Pandangan Masyarakat Mulia Kerta terhadap Tradisi Belamin ... 154

Tabel 4.3. Respon Masyarakat Mulia Kerta terhadap QS. Al-Baqarah [2]:222 ... 155

Tabel Diagram 4.4. Pemahaman Masyarakat Mulia Kerta terhadap QS. Al-Baqarah [2]:222 ... 157

Tabel Diagram 4.5. Tingkat Pendidikan responden ... 157

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Siraman (Mome'ati) ... 72

Gambar 2.2. Mopohuta’a pingge ... 72

Gambar 2.3. Persiapan ... 76

Gambar 2.4. Dalam Pingitan ... 76

Gambar 2.5. Siraman (Tarapan) ... 77

Gambar 2.6. Dalam Tumpengan ... 77

Gambar 3.1. Keraton Kerajaan Matan ... 79

Gambar 3.2. Keraton Kerajaan Matan nampak dari atas ... 87

Gambar 3.3. Kantor Kabupaten Ketapang ... 91

Gambar 3.4. Kantor Kecamatan Benua Kayong ... 95

Gambar 3.5. Kantor Kelurahan Mulia Kerta ... 97

Gambar 3.6. Peta Kelurahan Mulia Kerta ... 101

Gambar 4.1. Proses di dalam lamin ... 146

Gambar 4.2. Proses keluar kamar dan persiapan mandi ... 148

Gambar 4.3. Proses mandi ... 149

Gambar 4.4. Khataman Al-Qur’an ... 151

(21)

xix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi kata-kata Arab-Latin yang digunakan dalam penulisan tesis ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Proposal, Tesis, dan Disertasi Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta edisi revisi tahun 2021

1. Konsonan tunggal Huruf

Arab

Nama Haruf Latin Keterangan

أ

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

Bâ’ b -

ت

Tâ’ t -

ث

Ṡâ’ ś s (dengan titik di atas)

ج

Jim j -

ح

Hâ’ ḥa’ h (dengan titik di bawah)

خ

Khâ’ kh -

د

Dal d -

ذ

Źal ź z (dengan titik di atas)

ر

Râ’ r -

ز

Zai z -

س

Sȋn s -

ش

Syȋn sy -

ص

Şâd s (dengan titik di bawah)

ض

Ḍâd d (dengan titik di bawah)

(22)

xx

ط

Tâ’ t (dengan titik di bawah)

ظ

Ẓâ’ z (dengan titik di bawah)

ع

‘Ayn Koma terbalik ke atas

غ

Gain g -

ف

f -

ق

Qâf q -

ك

Kâf k -

ل

Lâm l -

م

Mȋm m -

ن

Nȗn n -

و

Waw w -

ـه

Hâ’ h -

ء

Hamzah Apostrof

ي

y -

2. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap

ةددعتم

ditulis Muta’addidah

ةدع

ditulis ‘iddah

3. Ta’ marbutah di akhir kata a. Bila dimatikan, ditulis h:

ةمكح

ditulis hikmah

ةيزج

ditulis jizyah

(23)

xxi

(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

b. Bila Ta’ marbutah diikuti dengan kata sandang “al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h

ءايلولأا ةمارك

ditulis karâmah al-auliyâ’

c. Bila Ta’ marbuṭah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dhammah ditulis t

يرطفلا ةاكز

ditulis Zakât al-fitr

4. Vokal pendek

َ

fathah ditulis A

َ

kasrah ditulis I

َ

ḍammah ditulis U

5. Vokal Panjang

1 Fatḥah + alif ditulis Â

ةيلهاج

ditulis Jâhiliyyah

2 Faţḥah + ya’ mati ditulis Â

يسنت

ditulis Tansâ

3 Kasrah + ya’ mati ditulis Î

يمرك

ditulis Karīm

4 ḍammah + wawu mati ditulis Û

ضورف

ditulis Furȗḍ

6. Vocal rangkap

1 Faţḥah + ya’ mati ditulis Ai

(24)

xxii

مكنيب

ditulis bainakum

2 Faţḥah + wawu mati ditulis Au

لوق

ditulis qaul

7. Vocal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof

متناا

ditulis a'antum

تدعا

ditulis u'iddat

تمركش نئل

ditulis la'in syakartum

8. Kata sandang Alif + Lâm

a. Bila diikuti huruf Qamariyah

نارقلا

ditulis Al-Qur'ân

سايقلا

ditulis al-Qiyâs

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah, ditulis dengan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l (el)-nya

لا

ءامس

ditulis as-samâ'

لا

سمش

ditulis asy-syams

9. Penulisan kata-kata dalam rangkaian

ضورفلا ىوذ

ditulis źawȋ al-furȗḍ

ةنسلا لها

ditulis ahl al-sunnah

(25)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Kajian Al-Qur'an sebagai suatu ketertarikan sistematis terhadap hal-hal yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengannya pada dasarnya dimulai pada masa Nabi Muhammad saw., semua cabang ilmu Al- Qur'an baru dimulai pada tahap awal yang dilakukan oleh generasi sebelumnya terhadap Al-Qur'an sebagai bentuk rasa syukur dan ketaatan pengabdian.1

Kehadiran Al-Qur'an dalam kehidupan masyarakat, umumnya mempunyai tujuan yang terpadu dan menyeluruh yang tidak semata-mata menekankan pendekatan religi2 yang bersifat ritualistik atau mistik,3 yang dapat mengarah pada formalitas dan kekeringan. Al-Qur'an adalah hidayah- Nya untuk membantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman untuk memecahkan berbagai persoalan hidup. Ketika dihayati dan dipraktikkan, pikiran, perasaan, dan niat kita mengarah pada realitas iman yang diperlukan untuk stabilitas dan kedamaian dalam kehidupan pribadi dan sosial.4

1 M. Mansyur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:

Teras, 2007), Cet. ke-1, h. 5.

2 Religi adalah kepercayaan akan adanya Tuhan, sedangkan religius yaitu taat kepada agama, dan shaleh. Lihat: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), Cet. ke-26, h. 1190.

3 Mistik adalah penyerapan yang berasal dari kata Yunani yaitu mystikos, yang berarti rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld). Mengambil arti dasar dari kata mistik inilah yang menjadi alasan mengapa banyak kalangan intelektual di Barat menggunakan istilah mistik untuk menunjukkan segala macam kejadian di dunia ini yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia. Lihat: Heri Kurniawan Tadjid, Mistik dan makrifat Nabi Khidir as. Menyingkap Rahasia Tersembunyi Sang Nabi Misterius, (Yogyakarta: Araska, 2019), Cet. ke-1, h. 79.

4 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhû’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. ke-9, h. 13.

(26)

2

Islam sebagai agama universal5 yang melampaui ruang dan waktu terkadang dihadapkan pada tradisi daerah yang berbeda. Ketika Islam bertemu dengan tradisi lokal, wajah Islam berubah dari satu tempat ke tempat lain.

Ajaran Islam tentang tauhid bersifat universal dan dapat melintasi batas-batas geografis dan budaya yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Di sisi lain, ekspresi budaya dalam bentuk tradisi memiliki muatan lokal yang tidak selalu sama.

Dalam Tradisi Belamin, pada keluarga Kerajaan Matan, Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat memiliki peran dan fungsi untuk berinteraksi dengan Al-Quran. Artinya keberadaan tradisi tersebut mendorong manusia untuk menghayati ayat-ayat Al-Qur'an dan dikaitkan dengan unsur- unsur budaya masyarakat yang perlu diamalkan.

Ia juga memiliki peran dan fungsi berdampingan dengan Al-Qur'an. Al- Qur'an juga dapat dihidupkan melalui tradisi. Tradisi suatu masyarakat menjadi budaya, adat dan kebiasaan yang dialami dengan mengedepankan nuansa religi. Itu selalu ditafsirkan dalam hal kebiasaan praktis yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, karena menjadi perlu. Selain itu, tradisi merupakan ritual keagamaan yang menekankan kebersamaan.

Dengan demikian, Al-Qur'an memiliki peran penting sebagai wahyu yang digunakan sebagai pedoman hidup bagi umat Islam agar mereka dapat lebih memahami dan mendalami Al-Qur'an. Al-Qur'an sering hadir dalam semua fenomena yang berkaitan dengan tradisi dan kehidupan sehari-hari.

Mulia Kerta merupakan salah satu desa di Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.6 Kabupaten Ketapang yang di kenal saat ini bermula dari Kerajaan Tanjungpura. Kerajaan Tanjungpura merupakan kerajaan tertua di Kalimantan Barat, khususnya terletak di Desa Mulia Kerta,

5 Universal artinya sifat umum yang berlaku untuk semua orang atau seluruh dunia.

Lihat: Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1592.

6. https://id.wikipedia.org/wiki/Mulia_Kerta,_Benua_Kayong,_Ketapang, diakses tanggal 02 Januari 2023 pukul 20.24.

(27)

3

Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang. Kerajaan Tanjungpura sendiri mempunyai adat istiadat atau tradisi yang berbeda dari kerajaan lain khusus untuk keturunannya. Salah satu tradisi atau adat istiadat yang masih tetap dilakukan dan sudah mendarah daging serta menjadi identitas bagi suatu masyarakat yang masih keturunan kerajaan adalah Tradisi Belamin.7 Tradisi Belamin masih dilakukan oleh gadis-gadis yang memiliki garis keturunan Kerajaan Tanjungpura. Bagi seorang gadis remaja yang akan mengalami menstruasi pertama dalam hidupnya. Ketika hal ini terjadi, maka proses belamin dilakukan untuk anak tersebut, karena semua keturunan kerajaan harus melalui proses belamin selama beberapa waktu hingga menstruasi pertama mereka selesai.

Tradisi Belamin ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16. yang diadopsi dari kebudayaan hindu. Namun karena kesultanan sudah masuk Islam maka semua adat istiadatnya dibuat secara syar’i, misalnya dalam tradisi ini ada pembacaan doa selamat atau bisa disebut dengan penyucian diri dalam tradisi belamin tersebut. Menurut cerita yang berkembang hingga saat ini, Tradisi belamin di lakukan oleh keturunan kerajaan yang mempunyai anak perempuan, ritual ini dikhususkan bagi mereka yang hendak mengalami haidh pertama. Kegiatan tradisi ini dilakukan dengan cara mengurung anak perempuan di dalam lamin (kamar) khusus selama satu pekan, enam bulan sampai satu tahun. Selama dalam kurungan tidak hanya mengurung diri dan diam saja. Akan tetapi, anak perempuan tersebut didatangkan guru khusus untuk belajar seperti, belajar mengaji, belajar menyulam, belajar membersihkan diri dan lain sebagainya. Selama dalam kurungan (pingitan) anak perempuan dilarang keras atau tidak boleh untuk keluar rumah bahkan melihat atau terkena sinar matahari. Karena menurut kepercayaan yang ada

7 Karpina, Artikel: Makna Simbolik Tradisi Belamin, Pada Masyarakat di Desa Mulia Kerta Kabupaten Ketapang, (Universitas TanjungPura Kalimantan Barat, 2020) h. 2.

(28)

4

bahkan dipercayai melalui cerita turun temurun, jika anak tersebut keluar atau kabur selama masa kurungan, mereka akan mengalami sakit kulit seperti gatal- gatal, bahkan kulit bersisik menyerupai naga.8 Dan Dalam pelaksanaan Tradisi Belamin ini, memiliki beberapa tata cara yang terkait dengan proses dilakukannya tradisi tersebut.

Haidh menempati ruang yang signifikan dalam literatur fikih karena terkait erat dengan larangan ritual keagamaan bagi wanita. Sebagai sunnatullah, haidh selalu dialami oleh wanita yang sehat dan tidak hamil pada siklus tertentu. Maka perlu adanya pemahaman masyarakat terkait dengan pelaksanaan Tradisi Belamin yang berkaitan dengan kontek fiqih, seperti definisi haidh, masa usia haidh, jangka waktu haidh dan jangka waktu bersih, memahami warna dan sifat darah haidh, serta hukum-hukum tentang haidh dan perbuatan-perbuatan apa saja yang diharamkan ketika wanita sedang haidh.

Di dalam Al-Qur’an perihal yang terkait dengan haidh disebutkan dalam firman Allah Swt. QS. Al-Baqarah [2]:222 yaitu

ا َ

ل َو ۙ ِّضْي ِّح َم ْ

لا ىِّف َءۤا َسِّ نلا او ُ

ل ِّز َتْعاَف ۙىًذَا َو ُه ْلُق ۗ ِّضْي ِّحَم ْ

لا ِّن َع َكَنْوُلَٔـ ْسَيَو ِّا ف ۚ َ ن ْر ُه ْطَي ىّٰت َح َّنُه ْوُب َر َ قَت ْ َّ

ن ِّا ۗ ُ للها ُم ّٰ ُ كَر َم َ

ا ُ

ثْي َح ْن ِّم َّن ُهْوُت ْ

أ ف َ ن ْر َّه َطَت ا َذ َ

َنْي ِّر ِّ ه َطَتُمْلا ُّبِّح ُيَو َنْيِّباَّوَّتلا ُّبِّح ُي َ ّٰللها ٢٢٢

“Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid.

Katakanlah, “Itu adalah suatu kotoran.” Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim) pada waktu haid dan jangan kamu dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim) hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci (setelah mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah [2]:222).

8 Karpina, Makna Simbolik Tradisi Belamin, h. 4.

(29)

5

Bahwa dijelaskan tentang haidh dan sikap terhadap wanita haidh.

Darah haidh merupakan sel-sel telur yang lemah akibat tidak dibuahi yang keluar dari rahim perempuan setiap bulan, paling cepat sehari semalam lamanya, dan biasanya enam atau tujuh hari, dan paling lama adalah limabelas hari.9

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat ditemui resepsi sosial terhadap Al- Qur'an, seperti tradisi pembacaan surat atau ayat tertentu pada acara atau upacara sosial keagamaan tertentu. Teks Al-Qur'an yang hidup di masyarakat itulah disebut The Living Qur’an.10 Model kajian yang menjadikan fenomena yang hidup dalam masyarakat muslim sebagai objek penelitian Al-Qur'an pada hakekatnya tidak lain adalah keragaman sosial. Hanya karena fenomena sosial ini muncul melalui kehadiran Al-Qur'an, maka selanjutnya diinisiasikan ke dalam wilayah penelitian Al-Qur'an. Dalam perkembangannya, kajian ini dikenal dengan istilah studi living Qur'an.11

Dadan Rusmana merujuk dari Hamam Faizin, menyebutkan bahwa kajian living Qur’an dapat dipetakkan melalui empat wilayah garapan yaitu:12

1. Aspek Oral (pembacaan) Al-Qur’an

Dalam kaitannya aspek ini banyak melahirkan hal-hal yang dapat diteliti seperti, pertama, pembacaan Al-Qur’an yang sudah menjadi tradisi dan memiliki lembaga tersendiri. Kedua, pembacaan surat, ayat, atau kata yang terdapat dalam Al-Qur'an, yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari (baik dalam ibadah maupun tidak). Ketiga, pembacaan dalam rangka healing

9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Edisi yang Disempurnakan), (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), Jilid 1, h. 330.

10 Sahiron Syamsuddin, Ranah-ranah Penelitian dalam Studi Al-Qur’an dan Hadis, dalam Metodologi Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2007), h. xiv

11 M. Mansyur, dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, h. 7.

12 Dadan Rusmana, Metode Penelitian Al-Qur'an dan Tafsir, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet. ke-1, h. 295.

(30)

6

(pengobatan). Dan keempat, seni pembacaan Al-Qur’an telah menjadi disiplin ilmu tersendiri dalam tradisi Islam.

2. Aspek Aural

Al-Qur'an yang dikenal dunia sebagai dokumen tertulis yang dapat dibaca dan dipelajari sebagai sebuah teks, juga memanifestasikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari melalui saluran aurality dan orality.

Mengimplikasikan aurality tidak hanya dengan “mendengar” bacaan Al- Qur'an, tetapi juga memasukkannya ke dalam hati.

3. Tulisan

Wahyu Allah Swt. yang verbal dan yang dituangkan dalam bentuk nyata tulisan menjadi perdebatan panjang dan mempengaruhi peradaban.

4. Perilaku

Ketika sebuah wahyu ditulis dan dijadikan buku, itu menjadi sesuatu yang berharga, dan apalagi yang tertulis adalah wahyu Allah Swt., yang diyakini suci.

Berangkat dari penjelasan-penjelasan yang telah penulis sampaikan di atas, dalam penelitian ini penulis hendak melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan Tradisi Belamin terhadap keluarga Kerajaan Matan Ketapang, Kalimantan Barat, sejauh mana pemahaman masyarakat tentang haidh dan eksistensinya yang dapat dilihat dari tinjauan analisis penafsiran QS. Al- Baqarah [2]:222, untuk itu sebuah judul tesis yang penulis angkat dengan tema

“AL-QUR’AN DALAM UPACARA TRADISI BELAMIN (Studi Haidh Pertama Pada Keluarga Kerajaan Matan Ketapang Kalimantan Barat).”

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan menemukan beberapa permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini, yaitu:

(31)

7

a. Tradisi Belamin telah menjadi warisan turun-temurun bagi keturunan Kerajaan Tanjungpura di Desa Mulia Kerta, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

b. Adanya tahapan dalam proses pelaksanaan Tradisi Belamin.

c. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Tradisi Belamin.

d. Pemahaman masyarakat dalam Tradisi Belamin kaitannya dengan kontek fiqih.

e. Relevansi pelaksanaan Tradisi Belamin kaitannya dengan penafsiran ayat tentang haidh QS. Al-Baqarah [2]:222.

2. Pembatasan Masalah.

Berdasarkan hasil identifikasi beberapa permasalahan di atas, peneliti membatasi penelitian ini, perihal penafsiran ayat Al-Qur’an tentang haidh dan tata cara pelaksanaan Tradisi Belamin pada Keluarga Kerajaan Matan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

3. Perumusan Masalah.

Guna memfokuskan dan mewujudkan penelitian ini, penulis memetakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Tradisi Belamin itu dilakukan keluarga Kerajaan Matan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat?

b. Bagaimana relevansi pelaksanaan Tradisi Belamin kaitannya dengan penafsiran ayat Al-Qur’an tentang haidh?

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan Tradisi Belamin pada keluarga Kerajaan Matan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

b. Guna mengetahui relevansi Tradisi Belamin dengan penafsiran ayat Al-Qur’an tentang haidh.

D. Kegunaan Penelitian.

(32)

8

Setidaknya penelitian ini memiliki kegunaan secara teoritis dan praktis:

a. Secara Teoritis.

Penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk memberikan informasi kepada keluarga Kerajaan Matan Ketapang, Kalimantan Barat terhadap ayat haidh, yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dan semoga penelitian ini bisa menambah kajian living Qur’an di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, sebagai salah satu bentuk penelitian lapangan.

b. Secara Praktik

Kegunaannya secara praktis dalam penelitian ini, penulis berharap dapat menambah pengetahuan mengenai Tradisi Belamin yang terdapat pada keluarga Kerajaan Matan Ketapang, Kalimantan Barat. Dan penulis berharap penelitian ini bisa digunakan oleh peneliti berikutnya.

E. Kajian Pustaka.

Dalam penelusuran penulisan tesis ini, penulis mendapatkan beberapa tulisan terkait dengan Tradisi Belamin, akan tetapi sejauh ini penulis belum menemukan pembahasan secara khusus yang terkait dengan “AL-QUR’AN DALAM UPACARA TRADISI BELAMIN (Studi Haidh Pertama Pada Keluarga Kerajaan Matan Ketapang Kalimantan Barat).”

Beberapa karya ilmiah yang terkait dengan penelitian ini adalah:

1. Buku, karya Muzdalifah Muhammadun,13 Living Qur’an: (Menelusuri Tafsir Semiotika Versi Arkoun). Muzdalifah dalam bukunya menyebutkan bahwa semiotika sebagai perangkat teori dan metodologi, kemudian menjelaskan tentang semiotik, yaitu ilmu tentang tanda: istilah ini berasal dari kata “Yunani Semeion" yang berarti "tanda". Ada tanda di mana-

13 Muzdalifah Muhammadun, Living Qur’an (Menelusuri Tafsir Semiotika Versi Arkoun), (Sulawesi Selatan: Katanos Multi Karya, 2021), Cet. ke-1.

(33)

9

mana: kata-kata adalah tanda, isyarat, lampu lalu lintas, bendera, dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan atau lagu: apa pun yang "dibaca" dapat dianggap sebagai tanda. Selain itu, dalam kaitannya dengan semiotika dan teori tafsir modern, dinyatakan bahwa penafsiran Al-Qur'an idealnya didasarkan pada konteks historis. Konteks historis (situasi sejarah sebelum Al-Qur'an dan periode Al-Qur'an secara kronologis) dan konteks sastra (konteks tema atau ungkapan Al-Qur'an yang dilihat secara kronologis) memiliki arti penting. Tujuannya adalah untuk: (1) membedakan konsep makna pra-Al-Qur'an dengan yang ada dalam Al-Qur'an, (2) memahami term atau istilah sistem bahasa Al- Qur'an, (3) pemisahan makna atau pengertian menurut Al-Qur'an dari makna pada saat Al-Qur'an diturunkan, dan (4) memahami tujuan Al- Qur'an dan pandangan dunia kitab suci tersebut. Dalam buku tersebut terdapat persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji living Qur’an. Perbedaannya dalam penelitian ini membahas analisis tafsir ayat haidh sedangkan dalam buku tersebut mengkaji tentang Tafsir Semiotika Versi Arkoun.

2. Buku, karya Nonon Saribanon, dkk.,14 Haidh dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam. Dalam buku ini, pada bab ketiga terdapat pembahasan mengenai tema “Haidh dan Kesehatan.” Penjelasan pada bab ini yaitu haidh dan hikmahnya, siklus dalam haidh, warna darah haidh, masa haidh dan masa suci. Ketika menjelaskan tentang siklus dalam haidh, disebutkan bahwa menurut ahli medis, awal haidh (menarche) berbeda pada setiap wanita dan juga dipengaruhi oleh suku, kesehatan lingkungan, ras, iklim dan wilayah. Misalnya di Indonesia, karena pengaruh iklim tropis, permulaan haid antara usia 13-15 tahun. Tentu berbeda dengan wilayah

14 Nonon Saribanon, dkk., Haid dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam, (Jakarta:

Sekolah Pascasarjana Universitas Nasional, 2016).

(34)

10

Arab atau padang pasir lainnya yang rata-rata usia adalah antara 11-12 tahun. Namun saat ini di Indonesia siklus haidh mengalami pergeseran yaitu antara masa 9-10 tahun. Selanjutnya dalam mambahas warna darah haidh, disebutkan bahwa sebagaimana disepakati oleh semua ahli fiqih, darah haidh yang keluar setiap bulan pada hari biasa terkadang berwarna hitam, merah, kuning atau keruh (antara hitam dan putih). Darah yang berwarna kuning dan keruh ketika keluar setelah masa normal dianggap haidh. Akhir haidh dapat dikenali dengan adanya warna putih, yaitu dengan cara perempuan berkenaan dengan memasukkan kain yang bersih atau kapas kedalam kemaluannya, untuk melihat apakah masih ada sisa darah atau tidak. Persamaannya dengan penelitian ini, sama-sama mengkaji tentang haidh, perbedaannya dalam buku tersebut tidak membahas living Qur’an sedangkan dalam penelitian ini membahas living Qur’an.

3. Buku, karya Alfa Syahriar,15 Fiqih Darah Wanita, Menurut Empat Madzhab. Dalam buku ini, Syahriar menegaskan bahwa bagi seorang wanita, memahami hakikat haidh, istihadhah dan nifas merupakan sarana untuk mencapai ibadah yang sempurna. Karena seringkali wanita masih memiliki tanda tanya besar tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan darah kebiasaan wanita ini dan kaitannya dengan ibadah yang tengah ia lakukan. Penekanan dalam buku ini disebutkan, yaitu terfokus pada perbandingan empat mazhab. Setiap pendapat yang berkaitan dengan madzhab tertentu disertai dengan dalil-dalil yang mendasarinya. Ada juga tabel siklus darah kebiasaan wanita menurut pendapat para ulama empat madzhab untuk membantu dalam memahami pokok bahasan tersebut.

Adapun persamaan dengan penelitian ini sama-sama membahas tentang

15 Alfa Syahriar, Fiqih Darah Wanita, Menurut Empat Madzhab, (Solo: Zam-zam, 2017), Cet. ke-1.

(35)

11

darah haidh, perbedaannya dalam buku ini terpokus mengkaji tentang darah haidh terhadap perbandingan empat madzhab, sedangkan penelitian ini membatasi hanya terkait tafsir ayat haidh.

4. Buku, karya Wardah Nuroniyah,16 Fiqih Menstruasi (Menghapus Mitos- mitos dalam Menstrual Taboo). Dalam buku ini pada bab ketiga, pembahasannya yaitu “menstruasi dalam fiqih mazhab.” Penekanan pada bab ini terkait kriteria-kriteria darah haidh, yang berisi warna darah haidh, usia wanita haidh dan masa haidh. Sifat darah dapat dibedakan menjadi empat tingkatan dari yang terkuat sampai yang terlemah, yaitu darah sangat kental dan pekat serta darah sangat encer. Perbedaan warna darah adalah untuk membedakan warna darah haidh dengan warna darah istihadhah karena keduanya memiliki hukum yang berbeda. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas menstruasi, sedangkan perbedaannya, dalam penelitian ini mengkaji terkait dengan analisis tafsir ayat haidh.

5. Tesis, Muyassaroh Zaini,17 The Living Qur’an: Upaya Penanaman Nilai- nilai Al-Qur’an dalam Kehidupan Santri (Studi Kasus di Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin Nahdlatul Wathan (Yanmu NW) Praya Lombok Tengah NTB). Dalam tesis ini terdapat pembahasan terkait dengan upaya penanaman nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan yang berisi dua pembahasan yaitu nilai-nilai Al-Qur’an dan penanaman nilai-nilai Al- Qur’an. Ketika membahas nilai-nilai Al-Qur’an, dijelaskan mulai dari pengertian nilai-nilai Al-Qur’an, Al-Qur’an sebagai sumber nilai, dan macam-macan nilai Al-Qur’an. Selanjutnya pada bahasan penanaman

16 Wardah Nuroniyah, Fiqih Menstruasi (Menghapus Mitos-mitos dalam Menstrual Taboo), (Depok: PT Rajawali Buana Pusaka, 2019), cet. ke-1

17 Muyassaroh Zaini, The Living Qur’an: Upaya Penanaman Nilai-nilai Al-Qur’an Dalam Kehidupan Santri (Studi Kasus di Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin Nahdlatul Wathan (Yanmu NW) Praya Lombok Tengah NTB), (Tesis: Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 2019)

(36)

12

nilai-nilai Al-Qur’an, diuraikan mulai pengertian penanaman nilai-nilai Al-Qur’an, tujuan penanaman nilai-nilai Al-Qur’an, pendekatan penanaman nilai-nilai Al-Qur’an, dan metode penanaman nilai-nilai Al- Qur’an. Kemudian terhadap analisis upaya penanaman nilai-nilai Al- Qur’an dalam kehidupan santri (studi kasus di Yayasan Pondok Pesantren Munirul Arifin Nahdlatul Wathan (Yanmu NW) Praya Lombok Tengah NTB), terdapat penekanan terhadap nilai-nilai Al-Qur’an yang ditanamkan dalam kehidupan santri, seperti nilai ibadah, akhlakul karimah, mu’amalah, ilmu pengetahuan, dan kedisiplinan. nilai-nilai Al- Qur’an yang ditanamkan dalam kehidupan santri adalah nilai ibadah yang lebih spesifik kewajiban shalat, puasa dan thahâroh (bersuci). Nilai akhlakul karimah berupa akhlak kepada orang tua yaitu dengan berbakti dan menghormati orang tua, akhlak kepada guru yaitu salah satunya mengucap salam dan bermusafahah saat bertemu dengan guru. Jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan, sikap kasih sayang kepada manusia yaitu menghormati yang lebih besar dan menyayangi yang lebih kecil.

Tawadhu’ (rendah hati), tolong menolong, hidup sederhana dan menutup aurat. Kemudian nilai mu’amalah, nilai ilmu pengetahuan dan nilai kedisiplinan. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang living Qur’an, sedangkan perbedaannya dalam penelitian tesis tersebut yaitu terdapat penanaman nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan santri seperti nilai-nilai ibadah, akhlakul karimah, mu’amalah, ilmu pengetahuan, dan kedisiplinan, sedangkan dalam penelitian ini membahas tentang analisis tafsir ayat haidh.

6. Tesis, yang ditulis oleh Devi Nirmayuni.18 "Resepsi Ayat-ayat Mahar, dalam Tradisi Uang Panai.” (Studi Living Qur’an pada Masyarakat Bugis

18 Devi Nirmayuni, Resepsi Ayat-ayat Mahar dalam Tradisi Uang Panai (Studi Living Qur’an pada Masyarakat Bugis Tanjung Batu Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun

(37)

13

Tanjung Batu Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau). Dalam tesisnya, Devi Nirmayuni menjelaskan tentang sejarah tradisi Uang Panai, faktor-faktor yang mempengaruhi kebesaran Uang Panai, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Uang Panai, dan dampak dari tradisi Uang Panai. Selanjutnya, menganalisis penerimaan masyarakat Bugis terhadap ayat-ayat mahar Al-Qur’an. Dan dalam kesimpulan penelitiannya tersebut Devi Nirmayuni memberikan kesimpulan yaitu:

a. Tradisi memberikan uang panai, merupakan tradisi turun temurun masyarakat Bugis.

b. Hasil resepsi masyarakat Bugis yang terdapat di Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, terhadap ayat-ayat mahar dalam Al-Qur'an yaitu pada QS. Al-Baqarah [2]:236, QS. An- Nisa [4]:4, 24 dan QS. Al-Qashash [28]:23, masih kurang. Hal ini disebabkan oleh keragaman masyarakat itu sendiri.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang living Qur’an, sedangkan perbedaannya dalam tesis Devi Nirmayuni ini mengkaji tentang Tradisi Uang Panai, sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang Tradisi Belamin.

7. Tesis, yang ditulis oleh Ranowan Putra,19 Tradisi Pembacaan Lima Surat Pilihan dalam Ritual Kasambu dada Masyarakat Muna (Studi Living Qur’an di Kelurahan Waimhorock Kecamatan Abepura Kota Jayapura).

Dalam tesis tersebut disebutkan tentang Tradisi Katoba, bahwa Tradisi Katoba berasal dari kata toba yang artinya tobat, insaf. Katoba adalah

Provinsi Kepulauan Riau), (Tesis: Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta, 2021).

19 Ranowan Putra, Tradisi Pembacaan Lima Surat Pilihan dalam Ritual Kasambu dada Masyarakat Muna (Studi Living Qur’an di Kelurahan Waimhorock Kecamatan Abepura Kota Jayapura), (Tesis: Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Institut PTIQ Jakarta, 2022)

(38)

14

ritual "tobat" keagamaan untuk anak usia 7-11 tahun; anak dinasihati tentang larangan-larangan yang harus dihindari dan amal-amal yang baik.

Nasihat tersebut diberikan oleh seorang imam (ustadz) dan disaksikan oleh keluarga dan tamu undangaan. Ritual Katoba dilakukan setelah seorang anak disunat. Secara tradisional, Katoba telah digunakan sebagai alat komunikasi tradisional masyarakat Muna dari dulu hingga sekarang.

Penekanan dalam tradisi pembacaan lima surat pilihan dalam ritual Kasambu pada masyarakat Muna adalah surah al-Fatihah, surah al-Qadr, surah al-Ikhlas, surah al-Falaq, dan surah al-Nas. Dari surat-surat tersebut terdapat pemaknaan masyarakat Muna dan juga pemaknaan Qur’anik.

Misalnya ketika pemaknaan sosial surah al-Ikhlas pada ritual Kasambu tersebut: pertama, mengenalkan Allah kepada bayi di dalam kandungan, dan kedua, memudahkan urusan ibu dan calon bayi. Selanjutnya dalam kaitannya dengan pemaknaan Qur’anik, pemaknaan surah al-Ikhlas ini melalui sumber tiga kitab tafsir yaitu Tafsir an-Nur karya TM. Hasbi Ash- Shiddieqy, Tafsir al-Munir karya Wahbah al-Zuhaili, dan Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama- sama mengkaji living Qur’an, sedangkan perbedaannya dalam tesis Ranowan Putra ini mengkaji tentang Tradisi Pembacaan Lima Surat Pilihan dalam Ritual Kasambu, sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang Tradisi Belamin.

8. Tesis, yang ditulis oleh Achmad Syauqi Alfanzari,20 Penggunaan Ayat- ayat Al-Qur’an sebagai Obat (Studi Living Qur’an di Ma’had Tahfidzul Qur’an Bahrusysyifa’ Bagusari Jogotrunan Lumajang Jawa Timur).

Dalam tesis ini terdapat penekanan yaitu penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an

20 Achmad Syauqi Alfanzari, Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an sebagai Obat (Studi Living Qur’an di Ma’had Tahfidzul Qur’an Bahrusysyifa’ Bagusari Jogotrunan Lumajang Jawa Timur), (Tesis: Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018).

(39)

15

sebagai ruqyah. Disebutkannya deskripsi pengobatan penyakit dengan ayat-ayat Al-Qur’an, antara lain: orang yang melakukan pengobatan (ruqyah), sejarah ruqyah di ma’had, media pembantu ruqyah (kurma, minyak zaitun, daun bidara, hulbah/fenugreek, celak, pacar, madu, buah dan minyak tin, air ruqyah dan air zam-zam), maksud dan tujuan melakukan ruqyah (yaitu tujuan dakwah, untuk jin, dan untuk hubungan sosial). Faktor pendukung dan penghambat kesembuhan ruqyah, teknik ruqyah, tempat khusus dilakukannya ruqyah, dan ayat-ayat ruqyah.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji living Qur’an, sedangkan perbedaannya dalam tesis Achmad Syauqi Alfanzari ini mengkaji tentang Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an sebagai Obat, sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang Tradisi Belamin.

9. Jurnal, yang ditulis oleh Riza Saputra,21Dialektika Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Batamat Al-Qur’an Urang Banjar.” Dijelaskan dalam jurnal ini, Batamat Al-Qur'an sama dengan khataman Al-Qur'an, yaitu sebuah perayaan atas pencapaian mereka yang telah menyelesaikan 30 (tiga puluh) juz Al-Qur'an. Selama perayaan Batamat Al-Qur’an ini, hanya bagian terakhir dari seluruh Al-Qur'an yang dibaca sebagai simbol selesainya seluruh bagian Al-Qur'an. Dan umumnya dilakukan untuk anak-anak atau remaja yang baru pertama menyelesaikan bacaannya 30 (tiga puluh) juz atau seluruh bagian Al-Qur'an. Tradisi ini telah lama dipertahankan warga Banjar, yang biasa dikenal menjadi penduduk asli, Kalimantan Selatan yang masuk Islam. Dalam pelaksanaannya, tradisi Batamat Al-Qur’an meliputi Batamat Al-Qur’an manyurangan (sendiri), Batamat Al-Qur’an masal (dilakukan bersama-sama dengan teman sekolah, teman mengaji). Batamat Al-Qur'an pengantin (diadakan saat

21 Riza Saputra “Dialektika Islam dan Budaya Lokal dalam Tradisi Batamat Al- Qur’an Urang Banjar.” ditulis oleh Riza Saputra, (Mashdar: Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis, Vol. 3, No.1, 2021).

(40)

16

orang akan menjadi pengantin), Batamat Al-Qur'an menyeratus (diadakan untuk memperingati 100 (seratus) hari meninggalnya salah satu anggota keluarga), Batamat Al-Qur'an muludan, diadakan bulan Rabiul Awal yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad saw., Batamat Tadarusan bulan Ramadhan (dilakukan akhir bulan Ramadhan, sehari sebelum Idul Fitri).

Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji living Qur’an, sedangkan perbedaannya dalam jurnal tersebut mengkaji tentang Tradisi Batamat Al-Qur’an Urang Banjar, sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang Tradisi Belamin.

10. Jurnal, yang ditulis oleh Naila Sa’adah dan Ashif Az-Zafi,22Hukum Seputar Darah Perempuan dalam Islam.” Di dalam jurnal ini membahas tentang hukum darah perempuan yaitu haidh, istihadhoh dan nifas. Ini merupakan persoalan penting bagi kaum hawa sebab hal itu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari para perempuan serta ibadah yang mereka lakukan, sehingga dapat mengimplementasikannya secara sempurna.

Selanjutnya disebutkan perbedaan pendapat tentang batasan selesainya haidh yang biasa disebut menopause. Hal tersebut terjadi perbedaan lantaran tidak adanya nash atau dalil yang menerangkan perihal seperti ini.

Maka dari itu, diambil kembali hukum dengan melihat realitas kehidupan yang sudah terjadi. Menurut madzhab Syafi'i, Hanafi dan Maliki memiliki pendapat yang berbeda tentang penetapan usia seseorang wanita yang telah menopause. Menurut madzhab Syafi'i seseorang wanita yang mengalami menopause yaitu dalam usia 62 (enam puluh dua) tahun.

Menurut madzhab Hanafi usia menopause yaitu antara usia 55 (lima puluh lima) tahun hingga 60 (enam puluh) tahun. Sedangkan madzhab Maliki memutuskan usia perempuan menopause yaitu umur 70 (tujuh puluh)

22 Naila Sa’adah dan Ashif Az-Zafi, “Hukum Seputar Darah Perempuan dalam Islam,” (Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak, Vol. 4, No. 1, 2020).

(41)

17

tahun, menggunakan alasan lantaran wanita masih ingin bersetubuh atau berhubungan seksual dalam umur 50 (lima puluh) tahun hingga 70 (tujuh puluh) tahun. Persamaannya dengan penelitian ini, sama-sama mengkaji tentang seputar darah perempuan ketika haidh, perbedaannya dalam jurnal tersebut, tidak membahas living Qur’an sedangkan dalam penelitian ini membahas living Qur’an.

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan untuk menghasilkan data dan melakukan penelitian kualitatif23 deskriptif24. Karena objek penelitian kualitatif adalah objek alamiah, maka metode penelitian ini sering disebut metode naturalistik. Objek alamiah adalah objek yang belum dimanipulasi oleh peneliti sedemikian rupa sehingga kondisinya relatif tetap tidak berubah sejak peneliti memasuki objek penelitian dan setelah peneliti berada atau meninggalkan objek tersebut.

Di samping itu, penulis dalam meneliti pelaksanaan Tradisi Belamin ini, menggunakan kajian living Qur’an. Di mana kajian living Qur’an ini menekankan bagaimana pelaksanaan masyarakat berinteraksi, memperlakukan, dan menerapkan Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari secara praktis. Berinteraksi dengan Al-Qur’an seperti itu telah menjadi budaya di masyarakat tersebut, yang akhirnya menghasilkan perilaku tertentu.

23 Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filosofi postpositivisme, digunakan untuk mempelajari kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/ atau kualitatif. Dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pentingnya daripada generalisasi. Lihat: Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R &. D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. ke-19, h. 9.

24 Deskriptif adalah pemaparan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Lihat:

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 347.

(42)

18

Selanjutnya dalam penelitian ini, secara metodologi, juga menggunakan jenis penelitian kepustakaan, atau yang sering disebut library research.25 Yang terdiri dari tinjauan beberapa literatur yang relevan terkait dengan bahasan penelitian sehingga bahasan menjadi lebih sistematis dan tidak ke mana-mana.

2. Objek Penelitian

Adapun yang terkait dengan objek penelitian, maka objek atau lokasi penelitian ini berada di Desa Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Di mana karena keluarga Kerajaan Matan Ketapang, Kalimantan Barat di desa Mulia Kerta tersebut masih melestarikan Tradisi Belamin.

3. Sumber Data.

Mengenai sumber data dalam penelitian ini, penulis memanfaatkan berbagai sumber literatur dan data dalam menyusun tesis ini. Sumber dibagi menjadi dua bagian: primer dan sekunder.

Data primer adalah data yang berhubungan dengan variabel penelitian dan berasal dari observasi dan wawancara dengan responden, subjek penelitian. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai tokoh adat dan agama, keluarga Kerajaan Matan Ketapang, Kalimantan Barat. Peneliti juga memilih komunitas kompeten yang berpegang teguh pada dan menjunjung tinggi Tradisi Belamin.

Data sekunder mengacu pada literatur tafsir dan ilmu Al-Quran, yang menjadi rujukan utama semisal Jami’ al-Bayan fî Ta’wil al-Qur’an, al-Jami 'li Ahkam Al-Qur'an, Tafsir Al-Qur’an al-Azhim, Tafsir Fathul Qadir, Taisirul

25 Serangkaian penelitian atau kajian tentang metode pengumpulan data kepustakaan yang topik penelitiannya dikaji melalui berbagai informasi kepustakaan seperti buku, ensiklopedia, jurnal ilmiah, surat kabar, majalah, dan dokumen. (Lihat: Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.

ke-5, h. 52.

(43)

19

al-Karim fi Tafsiri kalam al-Manan, Tafsir Munir, Tafsir ayat al-Ahkam, Shafwah al-Tafasir, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an, Nail al-Authar, Subul al-Salam, al-Burhân, Manahil al-irfan, al- Itqân, al-Mufradat fî Gharib Al-Qur'an dan beberapa referensi tentang metodologi penulisan dan dokumen Tradisi Belamin yang terjadi pada masyarakat Mulia Kerta Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.

4. Tehnik Pengambilan Data.

Dalam teknik pengambilan data pada penelitian ini, maka penulis menggunakan tiga sistem, yaitu:

a. Observasi, merupakan metode pengumpulan data dengan mengamati kegiatan yang sedang berlangsung.26

b. Interview, pengumpulan data dengan metode wawancara dalam penelitian ini, artinya pengumpulan data dengan menggali data dari sumber-sumber yang dianggap berkompeten dan berpengaruh dibidangnya. Metode wawancara adalah metode untuk memperoleh informasi atau data dengan mengajukan serangkaian pertanyaan secara lisan dan dijawab dengan lisan juga oleh narasumber. Ciri utama wawancara adalah adanya kontak tatap muka langsung antara pencari informasi dengan narasumber.27

c. Dokumentasi, dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan data yang ada melalui peninggalan-peninggalan yang terdokumentasi seperti arsip, termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, argumentasi, undang-undang, dan lain-lain yang relevan dengan penelitian yang sedang berlangsun.28

26 Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, h. 220.

27 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Aneka Cipta, 2005), h.

165

28 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 181.

(44)

20 5. Metode Analisis Data.

Analisis data untuk penelitian ini melalui beberapa proses, antara lain:

a. Pengolahan data.

Pengolahan data yang dilakukan terdiri dari menuliskan, menganalisis, menyusun, mengklasifikasikan dan mengorganisasikan hasil wawancara.

Berbagai bentuk data, seperti data verbal dan dokumen, diolah secara ringkas dan sistematis. Data dikumpulkan dari berbagai sumber mulai dari sumber verbal dan lisan (wawancara) dari sumber terpercaya. Dalam proses pengolahan data, penulis memaparkan argumen-argumen yang muncul dari data yang terkumpul.

b. Verifikasi data.

Validasi data dalam penelitian ini, dilakukan dengan mengumpulkan data baru dan menekankan aspek integritas, validitas, dan obyektivitas.

c. Langkah-langkah Penelitian.

Langkah-langkah dalam penelitian ini, mencakup beberapa tahap yaitu:

1) Memilih lokasi mana yang akan digunakan sebagai penelitian. Dalam hal ini, peneliti memilih keluarga Kerajaan Matan di Desa Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat sebagai objek penelitian.

2) Memilih teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus penelitian ini, dengan melakukan wawancara dan mendokumentasikannya.

3) Melakukan analisis data secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas.

4) Mengadakan uji integritas, dengan cara memperluas pengamatan, ini berarti peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan pengamatan dan menelaah kembali sumber data yang ditemuinya, baik yang lama maupun yang baru.

(45)

21

5) Tahap akhir peneliti adalah menyusun hasil laporan penelitian yang sudah didapatkan selama melakukan observasi di lapangan.

G. Sistematika Penulisan.

Selanjutnya terkait dengan sistem dalam penulisan tesis ini, penulis membagi pembahasan menjadi beberapa bab di antaranya:

Bab pertama secara umum berisi pendahuluan tentang landasan penelitian, yang terdiri dari latar belakang, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metodologi penelitian. Jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis data, validitas data, dan metodologi penelitian.

Bab kedua, pemahaman tentang haidh dalam lintas sejarah, yang terdiri dari definisi haidh, usia haidh (minimal dan maksimal usia haidh), proses terjadinya haidh, (jangka waktu haidh dan waktu bersih), warna dan sifat darah haidh, hukum mengenai haidh dan perkara yang diharamkan ketika haidh, pemahaman haidh dalam lintas sejarah yang terdiri dari lintas tradisi zaman Yahudi, lintas tradisi zaman jahiliyyah dan lintas tradisi di Indonesia.

Bab ketiga, berisi tentang Tradisi Belamin dan profil masyarakat Mulia Kecamatan Benua Kayong, Kerta Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, yang terdiri dari sejarah kerajaan Tanjungpura, gambaran umum masyarakat Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, definisi dan sejarah Tradisi Belamin, nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Belamin, pengaruh adanya Tradisi Belamin (dampak negatif dan positif).

Bab keempat, berisi analisis penafsiran QS. Al-Baqarah [2]:222 dalam menjawab Tradisi Belamin terhadap masyarakat Mulia Kerta dan kedudukan hasil penelitian oleh peneliti dilapangan, seperti apa tradisi belamin, hasil observasi pada masyarakat di Desa Mulia Kerta Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, hasil tanya jawab atau wawancara,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian terhadap Komunitas Kajian Struktur Al-Qur`an ini menunjukan bahwa Kajian Struktur Al-Qur`an adalah sebuah metode pengobatan Al-Qur`an alternatif fisik nonfisik