• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PENCURIAN ASSET NEGARA (Studi Di Polisi Ressort Tanah Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PENCURIAN ASSET NEGARA (Studi Di Polisi Ressort Tanah Karo)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1960 hanya mengatur kekayaan negara dalam arti sempit, yaitu tanah milik negara yang dialihkan kepada pihak ketiga, sehingga tidak melibatkan kekayaan negara dalam bentuk lain. Kekayaan negara dalam arti hukum normatif adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja negara atau yang berasal dari perolehan lain yang sah, seperti hibah/hibah. Saat melewati bagian belakang PT Bibit Unggul Karobiotek (BUK) yang berlokasi di Puncak 2000, Siosar, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumut, Polres Tanah Karo melihat beberapa komplotan mencurigakan berjaga, diduga dibayar. preman yang ditugaskan oleh PT Bibit Unggul Karobiotek (BUK) dan ketika polisi menghampiri komplotan tersebut, komplotan tersebut langsung kabur menggunakan sepeda motor dan saat itu Polsek Tanah Karo kehilangan jejak komplotan yang diduga merupakan preman bayaran dari PT Bibit Unggul Karobiotek (BUK) ).

Namun ketiga warga tersebut langsung dihadang komplotan yang diduga preman bayaran dari PT Bibit Unggul Karobiotek (BUK), dua di antaranya memegang senjata tajam berupa pisau dan parang. Berdasarkan fakta dan uraian diatas, maka pada kesempatan kali ini penulis tertarik untuk membahas dan mengangkat judul : “Upaya Kepolisian Dalam Mengatasi Pencurian Barang Milik Negara (Studi Pada Polres Tanah Karo)”. menanggulangi pencurian aset negara (studi pada Polres Tanah Karo).

Kendala apa saja yang dihadapi polisi dalam menangani pencurian aset negara (kajian Polres Tanah Karo). Ruang lingkup penelitian yang ditentukan adalah: Bagaimana upaya kepolisian dalam menangani pencurian aset negara (Studi di Polres Tanah Karo)?, dan kendala apa saja yang dihadapi polisi dalam menangani pencurian aset negara (Studi di Polres Tanah Karo)? Resor Karo) polisi).

Tujuan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tentang Penanggulangan

Pencegahan kejahatan mencakup mencegah kegiatan sebelum terjadi dan mengoreksi pelaku yang telah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman penjara atau lembaga masyarakat. 19 Namun menurut Pery, efektivitas kejahatan hanya dapat dicapai melalui partisipasi masyarakat secara luas, termasuk kesadaran dan ketertiban yang nyata. 20 Dalam menanggulangi tindak pidana tersebut ada upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya, antara lain dengan menggunakan cara-cara yang represif (punitif) maupun preventif (non-punitif), penjelasannya sebagai berikut. Tindakan punitif merupakan tindakan pencegahan kejahatan yang bersifat represif terhadap pelanggar atau penjahat. Selain itu, ada juga cara langsung dan tidak langsung untuk mencegah, memperbaiki lingkungan dan perilaku: 24.

Kegiatan preventif yang dilakukan sebelum terjadinya kejahatan antara lain dirasakan dan diamati oleh orang yang terlibat. Upaya peradilan non-pidana merupakan upaya pencegahan kejahatan, yaitu upaya untuk mencegah terjadinya potensi kejahatan sebelum terjadinya kejahatan. Namun jika pencegahan dimaknai secara luas, maka dapat dimasukkan tindakan represif berupa pemberian hukuman kepada pelaku kejahatan agar yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan tindak pidana.26.

Upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur 'non-kriminal' lebih terfokus pada 'preventif' (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum suatu kejahatan terjadi. Menurut Lambroso, kejahatan merupakan bakat manusia yang dibawa sejak lahir.28 Berdasarkan pandangan ini, sifat-sifat buruk seseorang dapat diwariskan, sehingga kejahatan melekat pada diri seseorang karena hukum waris yang seringkali menyebabkan seseorang melakukan kejahatan. kejahatan yang tidak manusiawi. Suatu hal yang sangat ironis adalah dengan mudahnya mereka beralih pada tindak pidana yang bersifat konvensional atau tradisional seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, dan lain-lain.

Kemiskinan bisa membuat seseorang bertindak sembrono, apalagi melihat beberapa anggota masyarakat yang sangat kaya di tengah kemiskinan yang memprihatinkan. Dalam keadaan demikian, seseorang bisa saja melakukan kejahatan apabila karena keterbatasannya tidak lagi mampu meraih peluang-peluang yang ada. Akibat situasi ini, masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar karena kenaikan harga kebutuhan pokok membuat kebutuhan mereka tidak terpenuhi.

Dalam kondisi seperti ini, seseorang lebih mudah melakukan kejahatan seperti pencurian karena putus asa dan putus asa. Satu hal yang menarik untuk dicermati di sini ketika mengkaji sebab-sebab terjadinya tindak pidana (kejahatan) adalah keadaan anomie di masyarakat. Beberapa penyebab terjadinya tindak pidana (tindak pidana) tidak hanya berasal dari diri tersangka atau keadaan internal tersangka saja, namun dapat juga berasal dari korban itu sendiri dan juga mempengaruhi faktor lingkungan.

Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pencurian 1. Pengertian Tentang Tindak Pidana Pencurian

Pelaku pencurian adalah orang pribadi, sekelompok orang dan/atau badan hukum (1) yang melakukan tindak pidana pencurian (penjahat, pencuri), (2) yang memerintahkan atau, (3) menggerakkan pelaku tindak pidana tersebut. pencurian, (4) yang turut serta dan/atau (5) yang turut serta dalam tindak pidana pencurian. Sengaja artinya pelaku mengetahui bahwa barang tersebut bukan miliknya, secara sadar ingin dan bermaksud memiliki dan/atau menguasai barang tersebut, dengan unsur (1) kesengajaan mengambil, (2) kesengajaan mengambil, (3) kesengajaan mengambil. mengambil dan (4) keadaan sadar, apabila penerima pengalihan mengambil barang milik orang lain, harus dibuktikan seluruhnya/seluruhnya (100%) sebagai alat bukti adanya tindak pidana di muka pengadilan sehubungan dengan Pasal 362 KUHP. Terdakwa dapat memberikan bukti-bukti yang bertentangan dengan masing-masing syarat di atas mengenai tindak pidana pencurian, misalnya membuktikan di hadapan hakim bahwa yang dipinjamkan itu adalah perbuatan mengambil barang milik sendiri, dan si peminjam menolak atau enggan mengembalikannya, dan /atau peminjam selanjutnya meminjamkan, menjual atau memberikan kepada orang lain.

Tindak pidana pencurian dapat berupa tindak pidana yang digabungkan dengan kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan, terkait dengan Pasal 363 ayat 1, angka 3 KUHP dan Pasal 285 KUHP. Adapun mengenai strafbaar feit, sebagian ahli hukum pidana di Indonesia menyamakan maknanya dengan “tindak pidana”. Oleh karena kesalahan merupakan unsur tindak pidana, maka berdasarkan asas tindak pidana tanpa kesalahan maka kesalahan juga merupakan unsur pertanggungjawaban pidana.

Kesalahan sebagai human rea harus dibedakan dengan tindak pidana, dimana tindak pidana merupakan actus reus. Membaca dan membahas batasan pengertian tindak pidana tanpa memahami dua pandangan tentang tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana, yaitu pandangan monistik dan pandangan praktis, akan membawa pembaca pada “kebingungan sistematis” dalam memahami tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana, yang i.a. gilirannya akan mengakibatkan pemahaman konstruksi pemikiran yang buruk, kesalahpahaman tentang tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana. Pentingnya pemahaman kedua teori tersebut menjadi landasan teori dalam menentukan pengertian tindak pidana, pengertian pertanggungjawaban pidana, serta rumusan tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana dalam konteks pertimbangan hakim dalam menentukan perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana. .

Penting untuk membahas konsep tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana dari dua pandangan yaitu teori monistik dan teori dualistik agar terdapat konsistensi pemikiran seorang ahli hukum pidana. Teori dualistik berpendapat perlunya memisahkan tindak pidana (punishable fact) dengan kesalahan (schuld), karena hanya kesalahan (schuld) yang merupakan unsur pertanggungjawaban pidana. Menurut teori dualis, tindak pidana hanya mencakup ciri-ciri perbuatan (actio reus), namun pertanggungjawaban pidana dan pemisahan hanya berkaitan dengan ciri-ciri orang yang melakukan tindak pidana tersebut.

Rasa bersalah (schuld) merupakan faktor penentu pertanggungjawaban pidana dan dipisahkan dari tindak pidana (punishable act), sehingga unsur kesengajaan sebagai unsur utama rasa bersalah (schuld) harus dikeluarkan dari pengertian tindak pidana.35. Undang-undang perlindungan sosial mensyaratkan penghapusan tanggung jawab pidana (rasa bersalah) dan menggantikan pandangan mengenai perilaku anti-sosial. Berdasarkan teori-teori, asas-asas, konsep-konsep dan kaidah-kaidah yang telah dijelaskan di atas mengenai monistik dan dualistik dalam kaitannya dengan tulisan ini, menjadi dasar pertimbangan hukum, dalam perkara tindak pidana pencurian dan pemberatan hukum pidana materil serta kejengkelan terhadap pelaku tindak pidana pencurian. pencurian.

Bagaimana penerapan hukum yang tepat dalam menetapkan suatu perkara pidana pencurian, apa saja hal-hal yang meringankan dan memberatkan serta terdakwa melakukan perbuatan tercela dengan melakukan tindak pidana dengan mengambil dan merampas barang milik orang lain atau barang milik negara, dengan kata lain akan. untuk memiliki, mengendalikan, secara melawan hukum. Tindak pidana merupakan salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi di masyarakat dan mengganggu kepentingan orang lain.37 Dalam KUHP, tindak pidana pencurian dibedakan menjadi empat, yaitu: a.

Metode Pendekatan

Jenis penelitian yang dipilih dalam penulisan disertasi ini adalah penelitian hukum empiris atau yang bisa disebut penelitian lapangan, yaitu penyelidikan terhadap ketentuan hukum yang berlaku dan apa yang terjadi dalam kenyataan. Atau bisa juga disebut penelitian yang dilakukan pada situasi nyata dan umum dengan tujuan untuk menemukan dan mengetahui data dan fakta yang diperlukan. Setelah data dan fakta terkumpul, selanjutnya mengarah pada identifikasi masalah yang pada akhirnya mengarah pada pemecahan masalah. Penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada Polsek Ressot Tanah Karo, instansi yang bertugas menjaga keamanan di kawasan Tanah Karo.

Tujuan keseluruhan dari pendekatan metode campuran adalah menggabungkan komponen penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk memperluas dan memperkuat kesimpulan penelitian. Penggunaan pendekatan metode campuran harus berkontribusi dalam menjawab pertanyaan penelitian dan bagaimana pengetahuan dan validitas akurat.

Pendekatan Penelitian

Sumber Bahan Hukum

Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); D. Bahan hukum tersier merupakan bahan penunjang dalam penyusunan proposal disertasi ini yang meliputi kamus hukum, ensiklopedia, media cetak, dan literatur hukum.

Metode Analisis Bahan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kasus – kasus yang diangkat dalam penelitian pencurian dengan kekerasan pasal 362 – 365. Modus operandi tindak pidana yang dilakukan antara lain : Pasal 362

Kendala yang dihadapi anggota Kepolisian Polres Sleman dalam penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam

Upaya polisi dalam menangani kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Kabupaten Sleman yaitu dengan melakukan upaya secara Preventif dan Represif.. Upaya

Perbandingan pengaturan penggunaan frekuensi radio tanpa izin dengan tindak pidana pencurian Pasal 362 KUHP (barang siapa yang mengambil sebahagian atau seluruhnya

Tindak pidana pencurian merupakan tindak pidana yang diancam hukuman yaitu suatu perbuatan yang dalam hal ini adalah mengambil barang orang lain. Kasus pencurian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dasar hukum tindak pidana Begal merujuk pada pasal 362, 363, dan 365 KUHP, pasal 362 KUHP

Salah satu bentuk kejahatan yang dapat merugikan masyarakat adalah pencurian kendaraan bermotor. Tindak pidana curanmor adalah tindak pidana pencurian dengan obyek

Perbuatan tindak pidana pencurian diatur dalam KUHPidana buku kedua bab XXII tentang pencurian.4 Berdasarkan pasal 362 KUHPidana pencurian adalah: “Barang siapa mengambil barang