• Tidak ada hasil yang ditemukan

upaya kepolisian dalam penanggulangan - UNISMA Repository

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "upaya kepolisian dalam penanggulangan - UNISMA Repository"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TERHADAP BALAP LIAR

DI WILAYAH HUKUM POLRESTA MOJOKERTO

Skripsi

Oleh:

Irfandy Budiman 21601021255

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM

MALANG 2020

(2)

i

DI WILAYAH HUKUM POLRESTA MOJOKERTO

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh Gelar Kesarjanaan dalam Ilmu Hukum

Oleh:

Irfandy Budiman 21601021255

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS HUKUM

MALANG 2020

(3)

ix

PERJUDIAN TERHADAP BALAP LIAR DI WILAYAH HUKUM POLRESTA MOJOKERTO

Irfandy Budiman

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Penelitian tentang Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Perjudian Terhadap Balap Liar Di Wilayah Hukum Polresta Mojokerto, berangkat dari rumusan masalah,

“Bagaimana upaya kepolisian dalam Penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto? Apa yang menjadi kendala pihak kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto?”.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui upaya kepolisian dalam Penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto serta untuk mengetahui faktor yang menghambat pihak kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis terhadap data dan fakta, berkesimpulan bahwa Upaya penanggulangan perjudian terhadap balap liar di Wilayah Hukum Polresta Mojokerto dengan menggunakan Upaya preventif, yang merupakan suatu upaya untuk mencegah timbulnya atau berkembangnya suatu kejahatan atau gangguan kamtibmas sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan kondisi yang lebih baik, dalam kaitannya dengan perjudian terhadap balap liar. Salah satu cara yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan melakukan sosialisasi. Melakukan operasi dan pengawasan secara rutin di tempat-tempat yang biasanya dijadikan balap liar serta melakukan pengintaian. Sedangkan upaya represif, Upaya represif ini merupakan upaya dengan menggunakan kekerasan dan tindakan, upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perjudian terhadap balap liar dan membuat jera pelaku perjudian balap liar. Salah satu cara penanggulangan perjudian terhadap balap liar ini adalah dengan langsung melakukan penggrebekan dan penangkapan langsung dilokasi terjadinya aksi perjudian terhadap balap liar yang sudah di laporkan dari masyarakat setempat. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Polresta Mojokerto dalam mengungkap tindak pidana perjudian terhadap balap liar antara lain adalah minimnya jumlah personil/anggota kepolisian serta backing oknum-oknum tertentu sehingga kinerja kepolisian tidak maksimal. Selain itu faktor lain adalah sulitnya menemukan barang bukti perjudian, dimana dalam melakukan perjudian terhadap balap liar uang taruhan ditransfer melalui SMS banking atau E-banking. Selain itu, tempat terjadinya balap liar pun berpindah- pindah tidak menentu.

Saran penulis adalah Perlu diadakan secara intensif oleh aparat penegak hukum terkait penyuluhan hukum agar masyarakat memahami arti pentingnya mematuhi hukum. Diharapkan lebih rutin lagi mengadakan penggrebekan dan razia di tempat-tempat yang berpotensi untuk melakukan tindak pidana perjudian terhadap balap liar. Seperti di jalan-jalan yang sepi dan lurus yang sebagai trek terjadinya balap liar. Penjadwalan yang tidak tentu atau secara mendadak akan membuat para pelaku kejahatan tersebut tidak akan tahu kapan saja aparat penegak hukum beroperasi.

Kata Kunci: Perjudian, Balap Liar, Tindak Pidana

(4)

x

ILLEGAL RACING IN THE JURISDICTION OF POLRESTA MOJOKERTO Irfandy Budiman

Faculty of Law Islamic University of Malang

The research about efforts of police of criminal crime towards illegal racing in the jurisdiction of Polresta Mojokerto. Based on problem statement “How is the effort of police in treatment of criminal crime towards illegal racing in the jurisdiction of Polresta Mojokerto?”,

“What are the obstacles that impede in treatment of criminal crime towards illegal racing in the jurisdiction of Polresta Mojokerto?

The objectives of this research are “to know the effort of police in treatment of criminal crime towards illegal racing, and to find out about the factor that impede the police in treatment of criminal crime towards illegal racing in the jurisdiction of Polresta Mojokerto.

The result that have been observed conclude that the effort of police in treatment of criminal crime towards illegal racing in the jurisdiction of Polresta Mojokerto can be done with Preventive and Repressive programs. The preventive program is an effort to prevent the emergence or development of a crime or disorder Kamtibmas, so that it can eventually lead to better conditions that related to gambling towards illegal racing. One of the ways is providing counseling to the community by conducting socialization. Conduct regular operations and supervision in places that are usually used as illegal racing and reconnaissance. The repressive program is the program which using violence and action, this program is carried out aiming to reduce the amount of gambling towards illegal racing and make a deterrent. The one of the ways in handling of gambling towards illegal racing is by directly conducting raids and arrests directly at the location of the occurrence of gambling actions toward illegal racing that have been reported from the local community. The obstacles that the police obtain in treatment of criminal crime towards illegal racing are “the minimum number of members, backed-up by other elements which affect police performance, on the other hand the difficulty of finding evidence of gambling where the perpetrators mostly used SMS Banking or E-banking to transfer the betting money, moreover the location of illegal racing always move regularly.

The proposition of the writer is need to do counseling intensively by the law enforcement officers, so that people understand about the importance of obeying the law. It is hoped to do raids in the certain places to carry out gambling crimes toward illegal racing such as in the quiet and straight streets that always used to be a track by the racer. The random of raids schedule can affect the perpetrators.

Keywords : Gambling, Illegal Racing, Criminal offense

(5)

1 A. Latar Belakang

Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia, maka untuk membicarakan hukum kita tidak dapat lepas membicarakanya dari kehidupan manusia.1 Manusia merupakan makhluk yang dinamis dan tidak bisa berdiam diri dalam waktu yang cukup lama. manusia selalu ingin bergerak, berpindah serta melakukan aktivitas.

Diera modern, aktivitas manusia sangat terbantu dengan teknologi yang memudahkan pergerakan setiap individu.

Filsafat hukum serta ilmu hukum merupakan dua hal besar yang mempengaruhi lahirnya sosiologi hukum. sedangkan yang menjadi dasar intelektual dari sosiologi hukum adalah hukum alam. “Hal tersebut terjadi karena teori ini menjadi dasar dari hukum modern dan menjadi bangunan yang artificial dan teknologis”. “Teori hukum alam selalu menuntut semua wacana dan institusi hukum kembali kepada basisnya yang asli, yakni dunia manusia dan masyarakat.

Teori hukum alam lebih memilih pencarian keadilan secara asli dari pada terlibat ke dalam wacana hukum positif yang berkonsentrasi kepada bentuk prosedur serta proses formal dari hukum. Kebenaran hukum tak dapat dimonopoli atas nama otoritas para pembuatnya (seperti pada aliran positivism), melainkan kepada asalnya yang otentik. Kapanpun hukum tetap dilihat sebagai asosiasi manusia yang asli, bukan yang lain. Asosiasi yang otentik itu tidak akan mati, melainkan

1 Sudikno Mertokusumo, 1996, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Yogyakarta: Liberty. hl. 1

(6)

akan selalu mengikuti perkembangan dan perubahan hukum sehingga hukum tetap akan dimiliki oleh dimensi-dimensi manusia dan masyarakat”.2

Didalam pergaulan masyarakat, setiap hari terjadi hubungan antara anggota atau kelompok masyarakat yang satu dengan lainnya, pergaulan tersebut menimbulkan berbagai peristiwa maupun kejadian yang dapat menggerakkan peristiwa hukum.3 “Dampak dari peristiwa hukum yang banyak terjadi di masyarakat akan menyebabkan banyaknya tindak kejahatan”. Dari banyaknya motif kejahatan dan tindak kriminal, salah satu hal yang menarik adalah tindak pidana perjudian terhadap balap liar.

Balapan Liar merupakan “Kegiatan adu kecepatan menggunakan kendaraan bermotor yang biasanya dilakukan dimalam hari sampai menjelang pagi di jalan raya maupun jalan umum. Balapan liar sendiri dilakukan diluar perlombaan resmi seperti drag bike atau yang lainnya. Balapan liar ini menjadi ajang adu gengsi diantara kelompok remaja, ajang adu cepat ini juga sebagai ajang perjudian, dimana setiap dilakukan balap liar selalu ada uang taruhannya dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah”.

Kebut-kebutan atau balap liar di jalanan yang mengganggu keamanan lalulintas dan membahayakan jiwa sendiri serta orang lain merupakan “salah satu wujud atau bentuk perilaku delinkuen atau nakal. Pada umumnya mereka tidak memiliki kesadaran sosial dan kesadaran moral. Tidak ada pembentukan ego dan super-ego, karena hidupnya didasarkan pada basis instingtif yang primitif. Mental dan kemauannya jadi lemah, hingga impuls-impuls, dorongan-dorongan dan emosinya tidak terkendali lagi seperti tingkah lakunya liar berlebih-lebihan.

2 Satjipto Rahardjo, 2004, Sosiologi Hukum, Surakarta: Muhammadiyah University Press, hl. 12.

3Chainur Arasjid, 2000, Dasar - Dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika. hl. 133

(7)

Tingkah laku remaja tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan harga diri dan untuk membeli status sosial demi mendapatkan perhatian lebih dan penghargaan dari lingkungan”.4

Biasanya kendaraan yang digunakan tidak dilengkapi dengan surat-surat kendaraan bermotor seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), standar keselamatan dan kelayakan jalan sepeda motor antara lain tidak memasang badan motor, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, ban tidak berukuran standar, knalpot bersuara keras, tidak memakai helm dan jaket serta tidak membawa atau memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Tindakan-tindakan tersebut merupakan tindakan melanggar hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dampak yang ditimbulkan dari balap liar banyak pelanggaran yang dilakukan diantara lain memodifikasi motor tanpa izin dan melakukan uji tipe atas kendaraan bermotor yang dimodifikasinya tersebut dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan PP Nomor 55 Tahun 2012, mengancam keselamatan orang lain, dan khususnya perjudian (KUHP Pasal 303 ayat 3).

Mengacu pada Pasal 303 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang dikatakan main judi yaitu tiap-tiap permainan, yang mengharapkan menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga karena kepintaran dan kebiasaan pemain.

Pada hakekatnya perjudian merupakan perbuatan yang bertentangan dengan moralitas kesusilaan, norma agama, maupun norma hukum. Secara umum

4 Kartini Kartono, 1997, Patologi Sosial 3 (Gangguan-Gangguan Kejiwaan), Jakarta:

PT.RajaGrafindo Persada. hl. 209.

(8)

perjudian merupakan permainan dengan cara para pemain bertaruh dengan sejumlah uang atau barang yang mempunyai nilai untuk memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan hanya satu yang menjadi pemenang. Pemain yang kalah dalam taruhan akan memberikan taruhannya kepada pemenang. Aturan main dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai.

Perjudian (gambling) dalam kamus Webster didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang melibatkan elemen resiko. Dan resiko didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu kerugian. sementara itu, menurut Robert Carson dan James Butcher (1992) dalam buku Abnormal Pscyhology and Modern Life, mendefinisikan perjudian sebagai perbuatan dengan memasang taruhan atas suatu permainan atau kejadian tertentu dengan harapan memperoleh suatu hasil dan keuntungan yang besar.

Dali Mutiara dalam menafsirkan KUHP menyatakan bahwa Permainan judi harus diartikan dengan arti yang luas, juga termasuk segala peraturan tentang kalah menangnya suatu pacuan kuda atau lain-lain pertandingan, atau segala peraturan dalam perlombaan-perlombaan yang diadakan antara dua orang yang tidak ikut sendiri dalam perlombaan itu, misalnya totalisator, dan lain-lain.5

Adapun yang dimaksud dengan perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja: yaitu mempertaruhkan atau nilai yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya.6

5 Kartini Kartono, 1981, Pantalogi Sosial, Jakarta: Rajawali Pers. hl. 52.

6 Ibid. hl. 51-52.

(9)

Dari beberapa pengertian perjudian diatas, dapat diperluas pada dua jenis pertaruhan, yaitu:

1. Segala bentuk pertaruhan tentang keputusan perlombaan lainnya yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain.

2. Segala bentuk pertaruhan lainnya yang tidak ditentukan. Dengan kalimat yang tidak menentukan bentuk pertaruhan secara limitatif, maka segala bentuk pertaruhan dengan cara bagaimana pun dalam segala hal manapun adalah termasuk perjudian. Seperti beberapa permainan kuis untuk mendapatkan hadiah yang ditayangkan di televisi termasuk juga perjudian dalam Pasal 303 KUHP. Tetapi permainan kuis itu tidak termasuk permainan judi yang dilarang karena bersifat hiburan dan telah mendapat izin dari pihak yang berwenang.7

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, tidak ditemukan penjelasan yang detail terkait definisi dari perjudian.

Kemudian yang dimaksud dengan perjudian dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal 303 bis KUHP Jo. UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian adalah semua bentuk perjudian merupakan kejahatan dan pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya PP No. 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan UU No. 7 Tahun 1974 yang ditujukan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar melarang atau mencabut izin perjudian dalam bentuk dan tujuan apapun.

Peraturan-peraturan tersebut dianggap sebagai perangkat hukum yang jelas untuk melarang kegiatan perjudian. Untuk itu, Polisi sebagai aparatur negara dan

7 Adami Charzawi, 2005, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hl. 166.

(10)

penegak hukum serta untuk memelihara ketertiban masyarakat berperan dalam menanggulangi tindak pidana perjudian tersebut.

Dalam menjalankan tugasnya, kepolisian merupakan aparat penegak hukum yang berwenang untuk melakukan dan melaksanakan ketertiban dalam masyarakat, dari sini upaya kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana perjudian balap liar sangat di butuhkan guna mengetahui upaya dan penghambat kepolisian untuk menanggulangi tindak pidana perjudian terhadap balap liar. Dari pemaparan di atas merupakan dasar lahirnya penelitian empiris yang akan ditulis oleh penulis dengan judul “UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERJUDIAN TERHADAP BALAP LIAR DI WILAYAH HUKUM POLRESTA MOJOKERTO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di muka, maka pada pembahasan dalam penelitian ini yang berbentuk skripsi, penulis akan membatasi pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya kepolisian dalam Penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto?

2. Apa yang menjadi kendala pihak kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

(11)

a. Untuk mengetahui upaya kepolisian dalam Penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto.

b. Untuk mengetahui faktor yang menghambat pihak kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto.

2. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis, Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pengajaran menambah materi perkuliahan khususnya dalam mata kuliah hukum acara pidana. Serta dapat bermanfaat pada pengembangan teori dalam hukum acara pidana khususnya mengenai upaya kepolisian dalam Penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar.

b. Kegunaan Praktis, diharapkan dapat memberikan jawaban dan masukan bagi penulis mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian ini dengan menerapkan hukum acara pidana. serta dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bagi mereka yang berminat dibidang hukum.

D. Originalitas Penelitian

Originalitas penelitian ini berdasarkan atas penelitian terdahulu yang mempunyai karekteristik yang relatif sama dalam hal tema kajian, bahwa dalam membuat karya ilmiah kita harus menjaga originalitas dari karya kita, terutama pada karya akademik. Originalitas merupakan kriteria utama dan kata kunci dari hasil karya akademik. Karya akademik, khususnya skripsi, tesis, dan disertasi,

(12)

harus memperlihatkan bahwa karya itu original. Untuk lebih memudahkan maka dari itu penulis mengambil sampel tiga penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan masalah dengan penelitian yang akan dilakukan penulis untuk dijadikan perbandingan agar terlihat keoriginalitasan dari penulis.

Yang pertama, penelitian yang dilakukan oleh Herzegovianto Hutomo Putra, dengan judul “UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN BALAPAN LIAR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI DI WILAYAH POLRES METRO JAKARTA TIMUR)”. pembahasan dalam penelitian ini tentang upaya kepolisian dalam penanggulangan balapan liar yang dilakukan oleh anak yakni melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan sosialisasi keselamatan berlalu lintas serta upaya penindakan tersebut berupa tilang dan penyitaan. sedangkan faktor penghambat kepolisisan dalam penanggulangan balapan liar yang dilakukan oleh anak yakni minimnya personel kepolisian dalam melakukan penangkapan. Sumber daya yang diperlukan kurang dalam upaya Traffic Law Enforcement terhadap pelanggaran balapan liar. Batasan hak asasi manusia pada penanganan kasus balapan liar yang membuat lebih kompleks. Kesadaran dan efek jera yang rendah.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nuril Hidayah dengan judul UPAYA PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP BALAP LIAR DI KABUPATEN MAGELANG”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui penegakan hukum pidana oleh Kepolisian terhadap balap liar di Kabupaten Magelang dan untuk mengetahui penegakan hukum pidana oleh Kejaksaan terhadap balap liar di Kabupaten Magelang serta untuk mengetahui

(13)

penegakan hukum pidana oleh Pengadilan terhadap balap liar di Kabupaten Magelang.

Ketiga, penelitian yang dilakukan Dennis Candra P. Dengan judul UPAYA PENYIDIK DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PERJUDIAN TERHADAP BALAP LIAR (Study Di Kepolisian Resort Tulungagung )”. Penelitian ini membahas tentang kajian kriminalistik upaya penyidik dalam mengungkap tindak pidana perjudian terhadap balap liar,dalam hal ini penulis mengambil permasalahan, apa hambatan yang dialami oleh keepolisian dalam mengungkap, serta upaya untuk mengatasi hambatan dalam mengungkap tindak pidana perjudian balap liar.

E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.8

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian hukum yuridis empiris yang merupakan penggabungan antara pendekatan yuridis normatif dengan penambahan unsur-unsur empiris/lapangan.

Pendekatan yuridis normatif merupakan pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi, pandangan, doktrin

8 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra aditya bakti.

hl.112.

(14)

hukum, peraturan perundang-undangan dan sistem hukum yang berkaitan.

Jenis pendekatan ini menekankan pada diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

Sedangkan pendekatan yuridis empiris adalah tata cara yang digunakan sebagai pemecahan masalah penelitian yang didahuli dengan meneliti data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan.9

Penelitian yuridis empiris ini dilakukan untuk mengetahui aturan-aturan hukum serta implementasinya, yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Peraturan Pemerintah Republik Inonesia Nomor 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian.

Sedangkan sifat yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah

“penelitian deskriptif”. Pengertian penelitian deskriptif menurut Sumadi Suryabrata merupakan “suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.10

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum ini, “jenis data yang digunakan dapat dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan bahan-bahan

9 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif SuatuTinjauan Singkat.

Jakarta: Rajawali Pers. hl. 52.

10 Sumadi Suryabrata, 2004, Metode Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hl. 75.

(15)

kepustakaan. Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer (data dasar). Sedangkan yang diperoleh dari bahan- bahan pustaka dinamakan data sekunder”.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yuridis empiris/lapangan, “maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer dan data sekunder”.

Data primer dalam penelitian ini didapat melalui wawancara dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumen atau studi kepustakaan.

“Data sekunder didapat dari sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui studi kepustakaan yang terdiri dari dokumen-dokumen, buku-buku literatur, hasil penelitian terdahulu dan sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti”.

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, yaitu tempat dimana diperoleh data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini” yang meliputi :

a) Bahan Hukum Primer

“Bahan hukum primer yaitu semua bahan atau materi hukum yang mempunyai kedudukan mengikat secara yuridis, yaitu bisa berupa norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan, dan lain-lain”.

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan “bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder ini meliputi: jurnal, literatur, buku, koran, laporan penelitian dan lain sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti”.

(16)

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah “bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum, Kamus Politik, dan Ensiklopedi”.11

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian “merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut”:

a) Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. “Di dalam penelitian skripsi ini untuk memperoleh data- data, Penulis menggunakan teknik salah satunya dengan wawancara (interview) yang dilakukan dengan percakapan atau tatap muka dengan nara sumber yang berkompeten. Penulis berusaha memperoleh data-data atau sejumlah keterangan yang diperlukan secara langsung. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondennya sedikit/kecil”.12

b) Studi kepustakaan, yaitu “suatu bentuk pengumpulan data lewat membaca buku literatur, mengumpulkan, membaca dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian, dan mengutip dari data-data sekunder yang

11Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, hl. 13

12 Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, hl. 4.

(17)

meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen, dan bahan-bahan kepustakaan lain dari beberapa buku-buku referensi, artikel-artikel dari beberapa jurnal, arsip, hasil penelitian ilmiah, peraturan perundang- undangan, laporan, teori-teori, media massa seperti koran, internet dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti”.

4. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategorisasi, dan satuan uraian dasar. Mengingat data yang terkumpul adalah data kualitatif, maka dalam mengolah data dan menganalisisnya”. “Peneliti menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data interaktif”. Menurut Soerjono Soekanto, “yang dimaksud dengan analisis data kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan juga perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh”.13

F. Sistematika Pembahasan

Dalam memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh tentang sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan dalam penulisan hukum dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman alur maka penulis menggunakan sistematika penulisan hukum sebagai berikut:

13 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta: CV.

Rajawali, hl. 250.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang:

A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian D. Metode Penelitian

E. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan tentang:

G. Kepolisian

1. Pengertian Kepolisian

2. Tugas dan Wewenang Kepolisian H. Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana 2. Unsur-Unsur Tindak Pidana 3. Jenis-Jenis Tindak Pidana I. Tindak Pidana Perjudian

1. Pengertian Tindak Pidana Perjudian 2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perjudian J. Pengertian Balap Liar

K. Upaya Penaggulangan Tindak Pidana

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan pembahasan tentang:

(19)

A. upaya kepolisian dalam Penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto

B. Hambatan pihak kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana perjudian terhadap balap liar di wilayah hukum Polresta Mojokerto BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran

(20)

80 A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dibahas pada Bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Upaya penanggulangan perjudian terhadap balap liar di Wilayah Hukum Polresta Mojokerto adalah:

a. Dengan menggunakan Upaya preventif, yang merupakan suatu upaya untuk mencegah timbulnya atau berkembangnya suatu kejahatan atau gangguan kamtibmas sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan kondisi yang lebih baik, dalam kaitannya dengan perjudian terhadap balap liar. Salah satu cara yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan melakukan sosialisasi.

Melakukan operasi dan pengawasan secara rutin di tempat-tempat yang biasanya dijadikan balap liar serta melakukan pengintaian.

b. Upaya represif, Upaya represif ini merupakan upaya dengan menggunakan kekerasan dan tindakan, upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah perjudian terhadap balap liar dan membuat jera pelaku perjudian balap liar. Salah satu cara penanggulangan perjudian terhadap balap liar ini adalah dengan langsung melakukan penggrebekan dan penangkapan langsung dilokasi terjadinya aksi perjudian terhadap balap liar yang sudah di laporkan dari masyarakat setempat.

(21)

2. Hambatan-hambatan yang dialami oleh Polresta Mojokerto dalam mengungkap tindak pidana perjudian terhadap balap liar antara lain adalah minimnya jumlah personil/anggota kepolisian serta backing oknum-oknum tertentu sehingga kinerja kepolisian tidak maksimal. Selain itu faktor lain adalah sulitnya menemukan barang bukti perjudian, dimana dalam melakukan perjudian terhadap balap liar uang taruhan ditransfer melalui SMS banking atau E-banking. Selain itu, tempat terjadinya balap liar pun berpindah-pindah tidak menentu.

B. Saran

Bertolak dari kesimpulan diatas, Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Perjudian Terhadap Balap Liar Di Wilayah Hukum Polresta Mojokerto, yang perlu diperhatikan adalah:

1. Perlu diadakan secara intensif oleh aparat penegak hukum terkait penyuluhan hukum agar masyarakat memahami arti pentingnya mematuhi hukum.

2. Diharapkan lebih rutin lagi mengadakan penggrebekan dan razia di tempat-tempat yang berpotensi untuk melakukan tindak pidana perjudian terhadap balap liar. Seperti di jalan-jalan yang sepi dan lurus yang sebagai trek terjadinya balap liar. Penjadwalan yang tidak tentu atau secara mendadak akan membuat para pelaku kejahatan tersebut tidak akan tahu kapan saja aparat penegak hukum beroperasi.

3. Dukungan pemerintah dalam melakukan peningkatan kesadaran masyarakat terkait dengan perjudian terhadap balap liar ini harus lebih

(22)

ditingkatkan dalam bentuk sosialisasi. Selain itu, perlu dilakukan penyadaran terhadap tokoh masyarakat agar bertindak sepenuh hati dalam membantu kepolisian mengupayakan penanggulangan pada perkara tindak pidana perjudian balap liar.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Adami Charzawi. 2005. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

______________. 2012. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Amir Ilyas. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, Rangkang Education Yogyakarta & PuKAP- Indonesia.

Anton Tabah. 1991. Menatap Dengan Mata Hati Polisi Indonesia. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

A. Qirom Samsudin dan M. Sumaryo E. 1985. Kejahatan Anak Suatu Tinjauan Dari Segi Psikologis dan Hukum, Yogyakarta: Liberti.

Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. 1983. KUHP, Cet I, Jakarta. Sinar Harapan.

Bambang Poernomo, 1997, Pertumbuhan Hukum Penyimpangan di luar Kodifikas Hukum Pidana, Jakarta. Bina Aksara.

Barda Nawawi Arief. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung:

Citra AdityaBakti.

______________. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Burhan Asofa. 2002. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chainur Arasjid. 2000. Dasar - Dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Pengertian Balap Liar dan Akibatnya

http://aguszubaduzzaman.blogspot.co.id /2015/01/ pengertian- balap-liar-dan-akibatnya.htmlterakhir diakses 04 april 2020.

(24)

DepdikbudKamus Besar Bahasa Indonesia, 1989, cet. ke-2 , Jakarta, Balai Pustaka.

Djoko Prakoso. 1987, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dalam Proses Hukum Acara Pidana. Jakarta. Bina Aksara.

Erdianto Effendi. 2011. Hukum Pidana Indonesia - Suatu Pengantar, Bandung:

PT. Rafika Aditama,

Hamza Baharuddin dan Masaluddin. 2010. Konstruktivisme Kepolisian, Makassar : Pustaka Refleksi.

H. R. Ridwan. 2009. Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers.

George Ritzer & Douglas J Goodman. 2005. Teori Sosiologi, Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ismu Gunadi, Jonaidi Efendi Dan Fifit Fitri Lutfianingsih, 2015, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kartini Kartono. 1981. Pantalogi Sosial, Jakarta: Rajawali Pers.

_____________. 1997. Patologi Sosial 3 (Gangguan-Gangguan Kejiwaan), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Ledeng Marpaung. 2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Sinar Grafika.

Muhammad Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung . Citra aditya bakti.

Muladi. 1998. Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Penerbit Alumni.

Moeljatno. 1993. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana, Jakarta. Bina Aksara.

(25)

Moeljatno. 1987. Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Bina Aksara.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Balai Pustaka.

P.A.F. Lamintang. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti.

RomliAtmasasmita. 1984. Bunga Rampai Kriminologi, Jakarta: Rajawali.

R. Soesilo. 1988. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar – Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia.

Roeslan Saleh.1983. Beberapa Asas Hukum Pidana dalam Perspektif. Jakarta:

Aksara Baru.

Sadjijono. 2009. Memahami Hukum Kepolisian, Surabaya: Laksbang.

Satjipto Rahardjo. 2004. Sosiologi Hukum, Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Soebroto Brotodiredjo dalam R. Abdussalam. 1997. Penegak Hukum Di Lapangan Oleh Polri, Jakarta: Dinas Hukum Polri.

Soejono D. 1976. Penanggulangan Kejahatan (Crime Prevention), Bandung:

Alumni.

Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia.

Jakarta: CV. Rajawali.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif SuatuTinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. 2003. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

(26)

Soenarto Soerodibroto. 2007. KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad, Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudikno Mertokusumo. 1996. Mengenal Hukum (suatu pengantar), Yogyakarta:

Liberty

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Sumadi Suryabrata. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sutarto. 2002. Menuju Profesionalisme Kinerja Kepolisian, Jakarta: PTIK

Tongat. 2009 Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia - Dalam Perspektif Pembaharuan, Malang: UMM Press.

Tri Andrisman. 2009, Hukum Pidana Asas-Asas Dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. Unila.

Undang-Undang R.I Nomor 2 Tahun 2002 & Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2010 tentang Kepolisian. Jakarta Sinar Grafika.

Wirjono Prodjodikoro, 2003, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung : Refika Aditama.

Yosep Dwi Rahadyanto. 2014. Upaya dan Kendala Polisi Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian Balap Motor Liar di Kabupaten Sleman, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian kualitatif berusaha untuk mengungkap gejala yang ada secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks holistik kontekstual melalui pengumpulan data yang

They were 3 types of direct strategies (memory, cognitive and compensation) and 3 types of indirect strategies (metacognitive, affective and social). The second, the most