• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Alat Bukti Dalam Pemeriksaan Perkara Pidana

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Urgensi Alat Bukti Dalam Pemeriksaan Perkara Pidana"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2023 eISSN 2657- 0998

253

Urgensi Alat Bukti Dalam Pemeriksaan Perkara Pidana

Cut Megawati1, Dewi Astini2, Riki Musriandi3

1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama KM 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar, e-mail: [email protected]

2 Dosen Fakultas Hukum Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama KM 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar, e-mail: [email protected]

3 Dosen FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama KM 8,5 Lampoh Keude Aceh Besar, e-mail:

[email protected]

ABSTRAK

Dalam KUHAP Pasal 184 ayat (10), yang termasuk dalam alat bukti adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode kepustakaan atau Lebrary Receach, tujuan penelitian ini untuk mengetahui betapa pentingya keberadaan alat bukti dalam pemeriksaan suatu kasus pidana. Hakim dalam memutuskan suatu perkara selalu berpedoman pada alat alat bukti yang di sampaikan pada saat pemeriksaan dan berdasarkan keyakinan hakim. Hakim bersifat aktif, dimana hakim akan mencari bukti- bukti yang bisa memperkuat dugaan bahwa seorang tersangka telah melakukan tindak pidana. Dari hasil inilah hakim akan memutuskan suatu perkara, apakah tersangka atau terdakwa itu bersalah atau harus di bebaskan dari segala tuduhan.

Kata Kunci : Alat Bukti, Perkara Pidana.

ABSTRACT

In the Criminal Procedure Code (KUHAP) Article 184 paragraph (10), which are included in the evidence are witness statements, expert statements, letters, instructions and statements of the defendant. This research is a research using the library method or Lebrary Receach, the purpose of this study is to find out how important the existence of evidence in examining a criminal case is. Judges in deciding a case are always guided by the evidence presented at the time of examination and based on the judge's conviction. Judges are active, where judges will look for evidence that can strengthen the allegation that a suspect has committed a crime. From this result, the judge will decide a case, whether the suspect or defendant is guilty or must be acquitted of all charges.

Key Word : Evidence, Criminal Cases

PENDAHULUAN

Negara kita merupakan negara hukum, dimana segala sesuatunya harus berdasarkan hukum yang berlaku sekarang, hukum yang berlaku sekarang juga dikenal dengan istilah hukum Positif. Setiap kasus pidana yang terjadi akan diselesaikan dipengadilan, andai kata

(2)

254

tidak bisa diselesaikan secara damai. Proses pemeriksaan dipengadilan harus dilalui dengan berbagai Langkah, mulai dari penyelidikan, penyidikan,penuntutan dan akhirnya sampai ke pengadilan dan hakim harus memutuskan perkaranya. Untuk memutuskan suatu perkara hakim harus berdasarkan alat-alat bukti dan barang bukti yang diperoleh secara sah. Dalam hal ini hakim hanya boleh mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh Undang-Undang saja.

Alat bukti adalah alat-alat yang ada hubunganya dengan suatu tindak pidana, dimana alat alat bukti tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pembuktian, guna menimbulkan keyakinan dari hakim, atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa. Alat-alat bukti yang di dapatkan dalam suatu kasus pidana sangat penting sebagai bahan pertimbangan hakim dalam menyelesaikan setiap kasus. Hakim tidak dapat memutuskan suatu perkara tanpa didukung oleh bukti-bukti yang sah. Pembuktian dalam perkara pidana berbeda dengan pembuktian dalam perkara perdata, sebab didalam pembuktian perkara pidana (hukum acara Pidana) adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiel, yaitu kebenaran sejati atau sesungguhnya, sedangkan pembuktian dalam perkara perdata ( Hukum acara perdata) adalah bertujuan untuk mencari kebenaran formil, artinya hakim tidak boleh melampaui batas batas yang di ajukan oleh para pihak yang berperkara, (Prof. Andi soyan, hal 229).

Dalam suatu perkara pidana hakim bersifat aktif, artinya hakim berkewajiban untuk mendapatkan bukti yang cukup untuk membuktikan tuduhan kepada tertuduh, sedangkan dalam perkara perdata, hakim bersifat pasif, artinya hakim tidak menentukan luas dari pokok sengketa dan tidak menambah dan mengurangi selain apa yang disengketakan oleh para pihak. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali dengan sekurang- kurangnya terdapat dua alat bukti yang sah dan ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar telah terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukanya.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan adalah : pentingnya alat bukti dalam setiap kasus pidana.Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pentingnya alat bukti dalam setiap kasus pidana

TINJAUAN PUSTAKA

Setiap kasus yang masuk kepengadilan hakim tidak boleh menolaknya, hakim harus memutuskan setiap perkara dengan pembuktian melalui alat alat bukti yang telah didapatkan dari kasus tersebut. Dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, bahwa yang termasuk alat bukti yang sah adalah :

a. Keterangan saksi b. Keterangan ahli c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan terdakwa.

(3)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2023 eISSN 2657- 0998

255 Perbedaan alat bukti dengan Barang Bukti

Alat Bukti

Alat bukti adalah sesuatu yang dapat menjelaskan sendiri peristiwa pidana/ tindak pidana dengan kata lain Sesuatu yang dapat menjelaskan tentang peristiwa pidana yang telah terjadi.

Barang Bukti

Barang bukti adalah benda baik yang bergerak atau tidak bergerak, yang berwujud atau tidak berwujud yang mempunyai hubungan dengan tindak pidana yang terjadi. Barang bukti ini merupakan benda yang ada sangkut pautnya dengan kejadian peristiwa pidana tersebut. Antara barang bukti dan alat bukti saling berhubungan satu sama lain. Alat bukti Merupakan alat untuk menerangkan keterikatan suatu barang bukti dalam suatu perkara pidana, dengan demikian barang bukti merupakan alat pembuktian yang tidak dapat berdiri sendiri, melainkan perlu diterangkan mengenai keterkaitanya dengan suatu perkara pidana oleh suatu alat bukti. Fungsi dari barang bukti itu sendiri untuk menguatkan kedudukan alat bukti yang sah (Pasal 184 ayat (1) KUHAP, mencari dan menemukan kebenaran materiel atas perkara yang disidangkan. Dari barang bukti tersebut hakim dapat memperkuatkan keyakinannya atas semua kesalahan ataupun sebaliknya, kebenaran tentang apa yang sudah dilakukan oleh seseorang.

KETERANGAN SAKSI

Menurut Pasal 1 angka 27 KUHAP, yang di maksud dengan keterangan saksi adalah : salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri,ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuanya itu. Pada dasarnya semua orang dapat menjadi saksi, kekecualian menjadi seorang saksi tercantum dalam ( Pasal 186 KUHAP) adalah :

A. Keluarga sedara/ semenda dalam garis lurus keatas/ kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa/ yang Bersama-sama sebagai terdakwa.

B. Saudara dari terdakwa/ yang Bersama-sama sebagai terdakwa sampai derajat ketiga C. Suami /istri terdakwa meskipun sudah bercerai/ yang Bersama-sama sebagai terdakwa,

(Prof. Dr Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana, hal 260).

Disamping karena hubungan kekeluargaan (sedarah/ semenda), menurut Pasal 170 KUHAP bahwa mereka yang karena pekerjaan, harkat dan martabat atau jabatanya diwajibkan menyimpan rahasia, dapat minta di bebaskan dari kewajiban memberi keterangan sebagai saksi.

Hak Hak saksi

Undang-undang telah memberikan hak-hak bagi saksi dalam memberikan kesaksianya/

keterangan dalam suatu perkara pidana :

1. Hak untuk diperiksa tanpa hadirnya terdakwa pada saat saksi diperiksa (Pasal 173 KUHAP).

(4)

256

2. Hak untuk mendapatkan penerjemah atas saksi yang tidak paham Bahasa Indonesia (Pasal 177 KUHAP).

3. Hak saksi yang bisu atau tuli dan tidak bisa menulis untuk mendapatkan penerjemah (pasal 178 KUHAP).

4. Hak untuk mendapatkan pemberitahuan sebelumnya, selambat-lambatnya 3 hari sebelummenghadiri siding

5. Hak untuk mendapatkan biaya penganti atas kehadiran di siding pengadilan.

KETERANGAN AHLI

Menurut Pasal 1 angka 28 KUHAP, keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Keterangan ahli ini merupakan apa yang seorang ahli nyatakan di siding pengadilan.

KETERANGAN BUKTI SURAT

Menurut Sudikno Mertokusumo, alat bukti tertulis atau surat adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang di maksudkan untuk mencurahkan isi hati/ untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan digunakan sebagai pembuktian.

ALAT BUKTI PETUNJUK

Menurut Pasal 188 KUHAP, bahwa yang di maksud dengan alat bukti petunjuk adalah :

1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, keadaan yang karena persesuainya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

2. Petunjuk sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari : - Keterangan saksi

- Surat

- Keterangan terdakwa

3. Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentudilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatandan kesamaan hati nuraninya.

ALAT BUKTI KETERANGAN TERDAKWA

Berdasarkan Pasal 189 KUHAP bahwa, yang di maksud dengan alat bukti keterangan terdakwa adalah :

1. Keterangan terdakwa adalah : apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.

2. Keterangan terdakwa yang diberikan diluar siding dapat digunakanuntuk membantu menemukan bukti disidang, asalkan keterangan itu di dukung oleh sebuah alat bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang di dakwakan kepadanya.

(5)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2023 eISSN 2657- 0998

257 3. Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri.

4. Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang di dakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.

BARANG BUKTI

KUHAP hanya menjelaskan tentang alat-alat bukti, namun pengertian tentang barang bukti tidak dijelaskan. Namun dalam HIR Pasal 63 sampai 67 disebutkan : “ barang barang yang dapat digunakan sebagi bukti, dapatlah di bagi :

1. Barang yang merupakan objek peristiwa pidana 2. Barang yang merupakan pruduk peristiwa pidana

3. Barang yang digunakan sebagai alat pelaksana peristiwaperistiwa pidana 4. Barang -barang yang terkait di dalam peritiwa pidana.

Barang yang merupakan objek misalnya, dalam perkara pencurian uang, maka uang tersebut digunakan sebagai barang bukti,selain itu dibedakan antara objek mati dan yang bernjawa. Barang yang merupakan pruduk perkara pidana misalnya uang palsu atau obat- obatan, sedangkan barang yang di gunakan sebagai alat pelaksana peristiwa pidana, misalnya senjata api, parang yang digunakan dalam peristiwa pidana tersebut serta barang yang terkait di dalam peristiwa pidana misalnya, bekas-bekas darah pada pakaian, sidik jari dan lain sebagainya,( Andi Sofyan, hal : 266).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan bahan -bahan hukum dengan menggunakan metode Library Recearch, melalui kajian buku-buku teks yang ada kaitanya dengan judul penelitian, media cetak, koran,tabloid, dan media sosial dengan mengakses internet. Bahan yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan kemudian dituangkan kedalam tulisan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadaan alat-alat bukti dalam pemeriksaan perkara sangat berpengaruh dalam pertimbangan setiap putusan hakim. Pembuktian merupakan hal yang sangat penting dalam memeriksa, mengadili dan memutuskan suatu perkara. Minimal harus ada dua alat bukti disertai oleh keyakinan hakim. Dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP ada beberapa alat bukti yang sah yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa.

Setiap alat bukti ini harus di dapatkan secara sah. Untuk dapat di gunakan “keterangan Saksi”

sebagai alat bukti yang sah maka harus memenuhi dua syarat yaitu : 1. Syarat Formil

Bahwa keterangan saksi hanya dapat dianggap sah, apabila diberikan memenuhi syarat formil, yaitu saksi memberikan keterangan di bawah sumpah, sehingga keterangan saksi

(6)

258

yang tidak di sumpah hanya boleh digunakan sebagai penambahan penyaksian yang sah lainya.

2. Syarat Materiel

Bahwa keterangan seorang atau satu saksi saja tidak dapat dianggap sebagai alat bukti (unus testis nulus testis) karena tidak memenuhi syarat materiel, akan tetapi keterangan seorang atau satu saksi, adalah cukup untuk alat pembuktian salah satu unsur kejahatan yang dituduhkan, (Prof. Andi Hamzah, hal : 239).

Menurut pasal 185 KUHAP, bahwa :

1. Keterangan saksi sebagai alat bukti adalah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan

2. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang di dakwakan kepadanya.

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainya.

4. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubunganya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian/ keadaan tertentu.

5. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sunggu- sungguh memerhatikan:

- Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain - Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain

- Alasan yang mungkin digunakan oleh saksi untuk memberikan keterangan tertentu - Cara hidup dan kesusialaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat

memengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

6. Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lainya, tidak merupakan alat bukti,namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan saksi yang di sumpah dapat digunakan sebagai tambahan alat buti sah yang lain.

Pada umumnya semua orang dapat didengar sebagai saksi, namun ada beberap saksi yang tidak dapat didengar keteranganya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi yaitu :

a. keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas/kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa.

b. Saudara dari terdakwa, ayah ,ibu dan anak serta yang mempuyai hubungan perkawinan sampai derajat ketiga

c. Suami atau istri terdakwa maupun sudah bercerai atau yang Bersama-sama sebagai terdakwa.

Jadi orang orang tersebut mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari kesaksian,namun dapat memberikan kesaksian apabila saksi itu menghendakinya sendiri dan penuntut umum dan terdakwa tegas tegas menyetujuinya,Pasal 169 ayat (1) KUHAP, maka

(7)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora April 2023 eISSN 2657- 0998

259 dapat memberikan keterangan dengan sumpah, tetapi sebaliknya apabila penuntut umum dan terdakwa tidak menyetujuinya, maka menurut Pasal 169 ayat (2) KUHAP tetap diperbolehkan memberi keterangan tanpa sumpah. Menurut sifatnya saksi itu ada dua jenis yaitu saksi yang memberatkan terdakwa (saksi A Charge) dan saksi yang meringankan atau menguntungkan (saksi A De Charge), ( Prof. Dr Andi Sofyan , hal 242).

Dalam perkara- perkara tertentu Hakim juga memerlukan seorang saksi ahli untuk menjelaskan tentang proses terjadinya suatu tindak pidana, keterangan dari ahli ini merupakan pendapat seorang ahli yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya, tentang sesuatu apa yang dimintai pertimbanganya. Pada dasarnya keterangan ahli dalam proses peradilan acara pidana dibedakan jenisnya antara lain :

1. Keterangan ahli dalam bentuk pendapat atau laporan atas permintaan penyidik

2. Keterangan ahli yang diberikan secara lisan di sidang pengadilan (atas permintaan hakim)

3. Keterangan ahli dalam bentuk laporan atas permintaan penyidik atau penuntut umum ( DR. Fence M. Wantu , SH.,MH , Hukum acara pidana hal :186).

Selain keterangan saksi baik saksi biasa maupun saksi ahli, alat bukti Surat juga sangat berpengaruh bagi hakim dalam memutuskan perkaranya. Dalam ketentuan Pasal 187 KUHAP berbunyi Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah :

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau yang di buat dihadapanya yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang di alami sendiri, disertai dengan penjelasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu.

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang -undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan.

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahlianya.

Dalam hukum pidana surat ada dua bentuk : yaitu surat authentic/ surat resmi dan surat biasa/ surat dibawah tangan. Hakim dalam mengambil suatu keputusan juga tidak terlepas dari alat bukti petunjuk, dimana alat bukti ini juga sangat mempengaruhi penilaian hakim dalam mengambil suatu keputusan. Menurut Pasal 188 ayat (1) KUHAP, petunjuk didefinisikan sebagai berikut : petunjuk adalah perbuatan,kejadian atau keadaan, yang karena persesuainya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana. Hakim dalam pemeriksaan alat bukti petunjuk dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya,( Prof.

DR Andi Hamzah. Hal 277). Disini jelas tercermin pada akhirnya persoalannya diserahkan kepada hakim. Alat bukti yang terakhir yang dapat di lakukan yaitu alat bukti keterangan

(8)

260

terdakwa. Alat bukti ini tidak perlu sama atau berbentuk pengakuan, semua keterangan terdakwa hendaknya didengar. Apakah itu berupa penyangkalan, pengakuan sebagian dari perbuatan atau keadaan. Pembuktian Ini pada dasarnya merupakan masalah yang memegang peranan yang sangat penting dalam proses pemeriksan sidang pengadilan. Dengan pembuktian inilah nasib seorang terdakwa dapat ditentukan, jika hasil pembuktian dengan menggunakan alat-alat bukkti yang ditentukan oleh Undang-undang tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka terdakwa harus dibebaskan dan jika sebaliknya apabila kesalahan terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebutkan dalam Pasal 184 KUHAP, Maka terdakwa harus dinyatkan bersalah dan kepadanya akan dijatuhi hukuman.

KESIMPULAN

Alat bukti mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam suatu proses pemeriksaan di pengadilan, tanpa alat bukti yang mendukung suatu kasus telah terjadi bisa saja pelakunya akan bebas dari semua tuntutan pidana. Alat bukti ini terdiri dari : keterangan terdakwa, keterangan saksi, keterangan saksi ahli, surat dan petujuk. Alat bukti yang disampaikan dalam sidang pengadilan harus alat bukti yang di dapatkan secara sah. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila terdapat sekurang kurangnya dua alat bukti yang sah dan ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar- benar telah terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukanya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana ( Suatu Pengantar), Kencana Prenadamedia Group, Jakarta. 2014.

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014.

Fence M. Wantu, Hukum Acara Pidana (Dalam Teori dan Praktek), Reviva Cendekia, Yogyakarta, 2011.

M. Taufik Makarao,Dkk Hukum Acara Pidana ( Dalam Teori dan Praktek), Ghalia Indonesia, Bogor, 2010.

Marzuki Peter Mahmud, Penelitian Hukum Edisi revisi,Prenada Media group, Jakarta 2011.

Kitab Hukum Acara Pidana.

Undang Undang no : 8 Tahun 1981 tentang Hukum acara Pidana.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan mengenai alat bukti dalam ketentuan KUHAP diatur secara limitative, yaitu pada Pasal 184 KUHAP. Menurut Pasal 184 KUHAP, alat bukti yang sah ialah: 7

elektronik sebagai alat bukti yang sah dalam perkara pidana umum... pembuktian dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

Menurut penulis bahwa apabila akta notaris dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara pidana hakim tetap mempercayai kebenaran isi akta tersebut selama tidak ada bukti

Kedudukan surat elektronik dalam bentuk informasi elektronik dan atau dokumen elektronik sebagai salah satu jenis alat bukti dalam pembuktian perkara pidana

Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan saksi mahkota sebagai alat bukti dalam perkara pidana perlu ditinjau ulang kembali karena bertentangan dan

Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan saksi mahkota sebagai alat bukti dalam perkara pidana perlu ditinjau ulang kembali karena bertentangan dan

Ditegaskan dalam Pasal 1 Angka 27 KUHAP yang pada dasarnya menyatakan bahwa keterangan saksi adalah keterangan yang bersumber dari semua hal yang dilihat sendiri, dengar sendiri

•· Selanjutn__ya Pasal I butir 27 KUHAP dijelaskan ketcrani8Jl saksi adalah salah satu bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu perisliwa pidana