• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI SIMBOL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI MASYARAKAT SUKU SASAK DI KECAMATAN JONGGAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "URGENSI SIMBOL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI MASYARAKAT SUKU SASAK DI KECAMATAN JONGGAT "

Copied!
85
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fakta yang tergambar dalam kehidupan sosial mereka terlihat dari kebiasaan mereka sehari-hari, khususnya dalam bidang muamala atau pola transaksi dan komunikasi antara sesama suku Sasaki maupun dengan masyarakat dari kalangan non-Sasaki. Dan kata ini terkadang digunakan dalam komunikasi dengan orang yang lebih muda selain kata “kamu”.

Rumusan Masalah

Kata ini berarti "di dalam" dan kata ini juga menunjukkan kedudukan yang setara antara kedua sisi. Hanya saja kata kamu jarang digunakan karena kata tersebut dianggap mengkategorikan orang lain sangat timpang.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui persepsi masyarakat Sasak kecamatan Jonggat Lombok Tengah tentang makna simbol yang digunakan sebagai media komunikasi. Untuk mengetahui alasan masyarakat suku Sasak kecamatan Jonggat Lombok Tengah dalam memberikan makna simbol sebagai media komunikasinya.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan referensi bagi instansi terkait, setidaknya di kalangan pemerintah daerah setempat. Hal ini dipandang perlu, khususnya dalam rangka upaya pengembangan kajian dan upaya pelestarian budaya Sasak di kalangan masyarakat Kecamatan Jonggat Lombok Tengah pada umumnya, dan generasi muda di wilayah tersebut pada khususnya.

Penelitian Terdahulu

Sebab, domisili masyarakat Sasak di Lombok selain merupakan wilayah biasa, juga merupakan wilayah netral, juga merupakan wilayah keagamaan yang memiliki ciri dan ciri tersendiri. Buku-buku di atas juga banyak mengungkap tentang praktek menyelesaikan beberapa prosesi ritual adat menurut adat istiadat yang berlaku pada masyarakat Sasak, namun tidak satupun dari buku tersebut yang menyinggung persoalan pentingnya simbol sebagai alat komunikasi bagi masyarakat Sasak, Jonggat Sub- Kabupaten Lombok Tengah yang justru menjadi kajian utama dalam rencana penelitian ini.

Kerangka Teori

Ruang lingkup pengertian tradisi adalah segala sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu sesuai dengan norma dan adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun. Apa yang ada di permukaan merupakan cerminan dari struktur dalam yang merupakan struktur dari struktur permukaan.

Metodologi Penelitian

Unit analisis penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Kecamatan Jonggat Lombok Tengah. Data yang diperoleh melalui metode ini berkaitan dengan keadaan masyarakat dan praktik penggunaan simbol sebagai media komunikasi di setiap desa tempat penelitian ini dilakukan.

Sistematika Laporan Penelitian

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITAN

Kecamatan Jonggat dalam Peta Geografis

Sebab masyarakat yang menggunakan kopya dan sorban adalah mereka yang telah menerapkan rukun Islam yang kelima dan terdiri dari orang-orang yang mampu secara ekonomi. Hal ini juga menjadi salah satu tolok ukur masyarakat dapat menyatakan bahwa orang yang memakai kopiah dan sorban putih adalah orang yang mampu secara ekonomi. Akibat tidak langsung dari pengendalian tersebut, orang yang sudah menunaikan ibadah haji memiliki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan orang yang belum menunaikan haji.

Memberikan kedudukan yang lebih tinggi dalam status sosial kepada orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji, sebagai bentuk penghargaan masyarakat terhadap keberadaan orang-orang yang dianggap mampu secara ekonomi dan juga telah menjalankan rukun Islam secara sempurna. Akan ada sorotan negatif ketika ekspresi perilaku yang ditampilkan tidak menggambarkan status sosial yang disandangnya sebagai orang yang menunaikan ibadah haji. Yang dimaksud dengan sorban, kegunaannya bukan untuk menutup aurat, melainkan tambahan pada kopiah putih yang biasa digunakan oleh orang yang telah menunaikan ibadah haji.

Tengkorak berwarna hitam biasanya digunakan oleh mereka yang belum pernah menunaikan ibadah haji, sedangkan tengkorak berwarna putih selalu digunakan oleh orang yang telah sempurna menjalankan rukun Islam. Yang memakai tengkorak dan sorban putih itu bukan sembarang orang, melainkan dipakai oleh orang-orang yang sudah menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Bagaimana jika orang yang sudah menunaikan ibadah haji memakai jilbab dan sorban sebagai identitas ibadah hajinya sehari-hari?

Simbol budaya sebagai media komunikasi pada

Salah satu bentuk simbol yang dikaitkan dengan peristiwa kematian adalah batu nisan yang ditempelkan pada kuburan. Bentuk batu nisan ada dua, yang pertama berbentuk persegi panjang dengan tinggi yang menyesuaikan dengan ukuran. Bentuk batu nisan pun tidak sama, persegi panjang untuk jenazah laki-laki, dan tipis serta setengah persegi panjang untuk jenazah perempuan.

Bentuk sebutan yang berbeda ini memberikan informasi bahwa jenazah yang dikubur dapat dilihat dari batu nisan yang berada di atas kuburan, berdasarkan penjelasan informan H. Perbedaan mendasar antara batu nisan pria dan wanita tidak hanya terletak pada bentuk dan ukurannya saja, melainkan juga pada bentuk dan ukurannya. dalam hal ukiran. Dari segi bentuk, ukuran nisan bagi laki-laki dua kali lebih tebal dari ketebalan nisan bagi perempuan.

Selanjutnya, Bpk. Muhlim juga menjelaskan, ukiran pada batu nisan laki-laki dibuat dalam bentuk identitas laki-laki, seperti topi. Identitas laki-laki dilambangkan dengan kopiah, sehingga nisan laki-laki dibuat berbentuk peci berbentuk bulat di atasnya. Media berupa batu nisan inilah yang memberikan penjelasan apakah orang yang dikuburkan di dalam kubur itu berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

Bahasa tubuh sebagai media komunikasi pada

Sederhananya, dalam kehidupan sehari-hari, terkadang antara komunikator dan komunikator yang seumuran, bahasa tubuh tidak dibarengi dengan bahasa lisan. Bahasa tubuh biasanya digunakan oleh orang-orang yang strata sosialnya berada pada kedudukan lebih rendah dibandingkan komunikator yang berada di atas strata sosial komunikator tersebut. Selain itu bahasa tubuh juga sebaiknya digunakan pada saat acara adat tertentu, misalnya pada acara serah sorong.

Salah satu bentuk bahasa tubuh yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah membungkukkan badan atau membungkukkan badan saat berkomunikasi langsung dengan orang lain. Jika kita berangkat dari penjelasan informan di atas, bahasa tubuh merupakan salah satu indikator yang melekat pada diri komunikator dan komunikator sebagai wujud kesantunan. Kesamaan pernyataan verbal dengan bahasa tubuh merupakan indikasi tidak tertulis bahwa seseorang seharusnya bersikap sopan atau tidak sopan.

Bahasa tubuh berfungsi sebagai pembeda antar komunikator jika mereka berada pada strata sosial yang lebih rendah dibandingkan komunikan. Ciri ini tidak terlalu penting karena bahasa tubuh tidak selalu digunakan dalam komunikasi antar lapisan sosial. Fungsi lain dari bahasa tubuh adalah untuk menjelaskan makna bahasa lisan.

URGENSI SIMBOL DALAM KESEHARIAN

Analisis bentuk simbol sebagai media Komunikasi

  • Simbol kegamaan
  • Simbol budaya
  • Bahasa tubuh sebagai simbol

Masyarakat yang tinggal di Kecamatan Jonggat dikenal sebagai masyarakat yang kuat menjunjung adat atau tradisi setempat. Sebagai masyarakat yang menganut ajaran agama di satu sisi dan teguh menjalankan adat atau tradisi di sisi lain, masyarakat Kecamatan Jonggat telah menjadi masyarakat yang religius dan beradab. Tak lengkap rasanya jika acara tersebut bernuansa religi dalam pelaksanaannya tanpa menghiraukan nilai-nilai budaya, sebuah ungkapan yang lumrah di kalangan warga Kecamatan Jonggat.

Fasilitas ini sekilas tidak terlalu berfungsi, namun bagi masyarakat Kecamatan Jonggat, fasilitas budaya ini mempunyai arti yang sangat penting. Catech sebagai salah satu produk budaya lokal masyarakat Kecamatan Jonggat mempunyai makna yang sangat mendalam dan ternyata memiliki nuansa religi disamping nilai budaya. Sebagai bagian dari masyarakat yang religius, masyarakat yang tinggal di Kecamatan Jonggat sangat mengutamakan sopan santun, terutama dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Seperti tradisi yang berlaku di kalangan masyarakat Suku Sasak Kecamatan Jonggat Lombok Tengah dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik itu berkomunikasi dengan orang lain yang seumuran, lebih muda atau lebih muda. Anggapan yang berlaku umum ini merupakan bagian dari moralitas yang harus diterapkan pada masyarakat suku Sasak kecamatan Jonggat, yang mungkin tidak berlaku pada masyarakat di daerah lain. Dalam hal ini masyarakat Kecamatan Jonggat sebagai masyarakat yang taat beragama termasuk masyarakat yang beradab, dapat disimpulkan dari simbol-simbol bahasa tubuh yang ditunjukkan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Analisis urgensitas penggunaan simbol sebagai media

Penggunaan simbol-simbol tertentu bagi masyarakat Kecamatan Jonggat bukan sekedar simbol saja, namun penggunaannya didasari oleh nilai-nilai tertentu. Pesan moral tersebut antara lain mengajarkan seseorang tentang etika sosial yang baik dan fakta seperti ini dapat ditemukan dalam pergaulan sehari-hari masyarakat di Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah. Simbol-simbol lain yang dapat ditemukan dan masih menjadi tradisi di kalangan masyarakat Kecamatan Jonggat adalah penggunaan simbol-simbol tertentu pada saat prosesi kelahiran berlangsung.

Di antara tahapan prosesi tersebut terdapat sebuah panggung, walaupun tidak semua yang melaksanakannya, yaitu pembuatan sebuah lambang, yang dalam bahasa masyarakat Kecamatan Jonggat disebut katek. Terlepas dari kuat atau lemahnya hadis di atas, bagi masyarakat kecamatan Jonggat teks ini adalah. Memang menurut data yang peneliti peroleh, tidak seluruh masyarakat Kecamatan Jonggat Lombok Tengah memahami apakah hari Rabu adalah hari yang baik untuk memulai pekerjaan, termasuk apakah akan mulai membuat catechu pada hari Rabu terinspirasi dari hadis. disebutkan di atas.

Religiusitas perilaku masyarakat berupa simbol-simbol di Kecamatan Jonggat terlihat dari konsistensi mereka dalam menjunjung tinggi simbol-simbol, karena simbol-simbol tersebut selalu berkaitan dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. Oleh karena itu, konsistensi mereka dalam melestarikan simbol-simbol yang ada dan menjadi media pengenalan isi pesan dalam komunikasi menunjukkan bahwa simbol mempunyai kedudukan penting di hati masyarakat Kecamatan Jonggal, Lombok Tengah. Antara tradisi atau budaya yang muncul berupa perilaku masyarakat Kecamatan Jonggat dengan nilai-nilai Islam sangatlah erat kaitannya.

Kesimpulan

Ketiga: simbol-simbol yang diungkapkan dalam bentuk bahasa tubuh, salah satu fungsi utamanya adalah untuk memperjelas makna isi pesan yang disampaikan secara lisan oleh komunikator (pembicara) kepada komunikator (pembicara). Sebagai masyarakat yang mengamalkan agama (religius) di satu sisi, dan masyarakat yang konsisten menjaga adat atau tradisi setempat, di sisi lain masyarakat Suku Sasak Kecamatan Jonggat Lombok Tengah dalam kesehariannya keduanya sebagai hamba yang harus tunduk kepada sang pencipta, sebagai individu dan sebagai bagian dari masyarakat dalam berkomunikasi tidak dapat mengabaikan simbol-simbol yang sudah tertanam dalam benak masyarakat. Pelestarian kearifan lokal secara konsisten dalam bentuk penggunaan simbol-simbol tersebut berdampak positif terhadap status sosial dengan predikat terhormat.

Sebaliknya, pengabaian penggunaan simbol-simbol tersebut berimplikasi pada sanksi sosial yang berdampak pada berkurangnya status sosial yang diberikan kepada pemakainya. Selain itu simbol-simbol yang digunakan dapat menjadi media komunikasi interpersonal, sehingga penggunaan media membuat isi pesan yang disampaikan secara lisan lebih mudah ditangkap.

Saran-Saran

Referensi

Dokumen terkait

19590914198503 2 002 Padang, 14 September 1959 S2 Talon 2002 Pembina Tingkat I, IV/b I,ektor Kepala 569,50 kum, i September 2008 F`akultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas