Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan yang selanjutnya disebut Karantina adalah suatu sistem pencegahan masuk, keluar, dan penyebaran hama dan penyakit hewan di karantina, hama dan penyakit ikan di karantina, dan organisme berbahaya bagi tumbuhan di karantina; serta pengawasan dan/atau pengendalian keamanan dan mutu pangan, keamanan dan mutu pangan, Produk Rekayasa Genetik, Sumber Daya Genetik, Agen Hayati, Spesies Asing Invasif, Tumbuhan dan Satwa Liar, serta Tumbuhan dan Satwa Jarang diperkenalkan, diedarkan dari suatu daerah ke daerah lain, dan/atau. dikecualikan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum ada dan/atau hanya ada pada wilayah tertentu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dalam waktu relatif singkat. suatu penyakit dapat menjadi endemik dan menimbulkan kerugian sosial ekonomi atau membahayakan kesehatan masyarakat yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk mencegah masuk, menyebarnya ke dalam dan/atau keluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tumbuhan dan Satwa Langka adalah semua tumbuhan atau satwa yang hidup di alam liar dan/atau. dipelihara yang terancam punah, mempunyai laju perkembangbiakan yang lambat, penyebarannya terbatas, jumlah penduduknya sedikit dan dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Media Pembawa HPHK, HPIK atau OPTK yang selanjutnya disebut Pembawa adalah hewan, produk hewan, ikan, hasil ikan, tumbuhan, hasil tumbuhan, Pangan, Pangan, PRG, SDG, Agen Hayati, Spesies Asing Invasif, Tumbuhan dan Satwa Liar, Tumbuhan dan Satwa Langka dan/atau Alat Pengangkut lain yang dapat membawa HPHK, HPIK atau OPTK. Hewan adalah hewan atau makhluk yang seluruh atau sebagian daur hidupnya berada di darat, air, dan/atau udara, baik dipelihara maupun di habitatnya. Pemilik Media Pembawa yang selanjutnya disebut Pemilik adalah setiap Pihak yang memiliki Media Pembawa dan/atau bertanggung jawab atas akses, pengeluaran, atau transit Media Pembawa tersebut.
Pelepasan adalah kegiatan mengeluarkan media pembawa dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dari suatu area ke area lain dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ruang lingkup pelaksanaan karantina mengatur akses, ekspor, dan transit media pembawa. tingkat perlindungan negara berdasarkan analisis risiko; jenis HPHK, HPIK, OPTK dan Media Pembawa; pengawasan dan/atau pengendalian keamanan pangan dan mutu pangan, keamanan pakan dan mutu pakan, PRG, SDG, agens hayati, spesies asing invasif, tumbuhan dan satwa liar, serta tumbuhan dan satwa langka; fungsi intelijen, polisi khusus dan investigasi;
M &
Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliputi: tempat lain di luar instalasi karantina; dan C. 1) Untuk pelaksanaan tindakan Karantina, Pemerintah Pusat wajib membangun instalasi Karantina di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran dan/atau di luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran. Untuk memajukan kepentingan nasional, hewan, ikan, dan tumbuhan dari negara yang tidak bebas HPHK, HPIK, dan OPTK dapat dimasukkan dengan menerapkan tindakan karantina yang maksimal.
PENDANAAN
Pemilik yang tidak menanggung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp enam miliar rupiah. Setiap penanggung jawab alat angkut yang tidak melakukan pemusnahan Media Pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. enam miliar rupiah). Barang siapa tanpa izin membuka, mencabut, merusak, membuang, atau merusak Segel Karantina sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. lima miliar rupiah).
Dalam hal fasilitas karantina milik orang perseorangan atau badan hukum yang ditetapkan sebagai fasilitas karantina sebelum berlakunya undang-undang ini, fasilitas karantina tersebut tetap dapat digunakan sampai dengan berakhirnya jangka waktu atau dalam jangka waktu paling lama lima tahun. 2 (dua) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini. Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, undang-undang no. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482) dicabut. dan dinyatakan tidak sah. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
K INOO
PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Yang dimaksud dengan “asas kedaulatan” adalah bahwa dalam melaksanakan karantina, setiap negara mempunyai hak kedaulatan untuk melindungi kelestarian sumber daya alam hayati yang dimilikinya, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan internasional. Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah penyelenggaraan karantina harus memberikan kesempatan dan kesempatan yang sama. Yang dimaksud dengan 'asas perlindungan' adalah pelaksanaan karantina harus dapat menjamin perlindungan sumber daya alam hayati, lingkungan hidup, dan kesehatan manusia.
Yang dimaksud dengan “asas keamanan nasional” adalah penyelenggaraan karantina harus mampu mencegah masuknya dan menyebarnya HPHK, HPIK, dan OPTK, cemaran biologi, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan mengancam negara. minat. Yang dimaksud dengan “asas ilmiah” adalah bahwa pelaksanaan karantina harus berdasarkan ilmu pengetahuan (beralasan ilmiah) dan setiap tindakan yang dilakukan harus menggunakan metode ilmiah). Yang dimaksud dengan “asas dampak minimal” adalah penyelenggaraan karantina memilih dan menerapkan standar-standar yang dapat diterapkan sedemikian rupa sehingga berdampak mengurangi hambatan terhadap kelancaran arus perdagangan dan lalu lintas orang.
Yang dimaksud dengan “asas transparansi” adalah penyelenggara karantina harus memberikan informasi yang benar, jujur, dan mudah diakses. Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah penyelenggaraan Karantina harus menyelaraskan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektoral, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Yang dimaksud dengan “asas pengakuan” adalah penyelenggaraan karantina menggunakan standar tindakan berdasarkan kajian ilmiah, dan peraturan karantina yang diusulkan oleh negara mitra dapat diakui setara dengan peraturan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. .
Yang dimaksud dengan “asas non-diskriminasi” adalah pelaksanaan karantina dilakukan berdasarkan kajian ilmiah (secara ilmiah) dengan proses analisis risiko pada Media Pembawa yang diterapkan secara merata/equal kepada semua pihak. . Yang dimaksud dengan “fungsi intelijen” adalah segala upaya, pekerjaan, kegiatan dan tindakan dalam rangka penyidikan, perlindungan, dan mobilisasi. Yang dimaksud dengan “jabatan administratif” adalah sekelompok jabatan yang memuat fungsi dan tugas yang berkaitan dengan pelayanan publik, serta penyelenggaraan negara dan pembangunan.
Yang dimaksud dengan “alat pengangkut” adalah segala alat transportasi darat, air, atau udara yang digunakan untuk memindahkan media pembawa. Yang dimaksud dengan “kemasan” adalah bahan yang digunakan untuk menyimpan dan/atau membungkus media pembawa, baik yang bersentuhan langsung maupun tidak. Yang dimaksud dengan “tempat lain di luar fasilitas karantina beserta perlengkapannya” adalah bangunan beserta perlengkapannya yang diperlukan untuk penyelenggaraan di luar fasilitas karantina.
Yang dimaksud dengan “kategori risiko” adalah analisis risiko yang dilakukan untuk menentukan Media Pembawa mana yang termasuk dalam kategori risiko rendah, sedang, atau tinggi. Yang dimaksud dengan “penanggung jawab sarana pengangkut” adalah orang atau badan hukum, termasuk maskapai penerbangan dan agen pelayaran, yang bertanggung jawab atas kedatangan, pemberangkatan, atau transit sarana pengangkut.
I &