Indra K Raj Suweda
BAGIAN 1 : PENGANTAR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN
BAGIAN 2 : ELEMEN STRUKTUR ABUTMEN DAN FONDASI PADA JEMBATAN BAGIAN 3 : PRINSIP PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN
BAGIAN 4 : PRINSIP PERENCANAAN FONDASI JEMBATAN BAGIAN 5 : PRINSIP PERENCANAAN PILAR JEMBATAN
BAGIAN 6 : CONTOH PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
OUTLINE PAPARAN
Pengantar Perencanaan Struktur Jembatan
Bagian 1
STRUKTUR JEMBATAN –PRINSIP DAN PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN Versi 1.0.0 - 28 Mei 2023
• Permen PU No. 19 PRT M 2011 Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
• Permen PUPR No. 41 PRT M 2015 Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
• SE Menteri PUPR No. 02-M-BM-2021 Tentang Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan
• SNI 1725 – 2016 Pembebanan untuk Jembatan
• SNI 2833 – 2016 Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa
• SNI 8460 – 2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik
• RSNI T-03-2005 Standar perencanaan struktur baja untuk jembatan
• RSNI T-12-2004 Standar perencanaan struktur beton untuk jembatan
• AASHTO LRFD Bridge Design Specifications (9 th Edition) 2020
ACUAN NORMATIF UNTUK PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN
UTAMA
PENDUKUNG UTAMA
Sumber: Perencanaan Teknik Jembatan, 2010.
PEDOMAN UMUM BENTANG EKONOMIS
Surat Edaran Bina Marga No 05/SE/Db/2017
PEDOMAN UMUM BENTANG EKONOMIS
1. Box culvert (single, double, triple) bentang 6 s/d 10 meter, 2. Corrugated steel plate bentang 6 s/d 12 meter,
3. Voided slab sampai dengan bentang 6 s/d 16 meter, 4. Gelagar beton bertulang tipe T bentang 6 s/d 20 meter,
5. Gelagar beton pratekan tipe I bentang 16 s/d 60 meter, tipe tee bentang 16 s/d 60 meter dan tipe boks bentang 30 s/d 60 meter, 6. Gelagar komposit tipe I bentang 20 s/d 60 meter dan tipe boks
bentang 20 s/d 60 meter,
7. Rangka baja bentang 40 s/d 100 meter.
Kepmen PUPR no 485/KPTS/M/2015 tentang Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
KRITERIA JEMBATAN KHUSUS
1. Jembatan dengan bentang paling sedikit 100 meter,
2. Jembatan pelengkung, jembatan gantung dan jembatan cable stayed, dengan bentang paling sedikit 60 meter,
3. Jembatan dengan total panjang paling sedikit 3000 meter, 4. Jembatan dengan ketinggian pilar di atas 40 meter,
5. Terowongan jalan dengan panjang bagian tertutup paling sedikit 200 meter, 6. Terowongan jalan yang menggunakan cara pengeboran atau jacking dalam
metode pelaksanaan,
7. Jembatan dan terowongan jalan yang memiliki kompleksitas struktur
(SHUTTERSTOCK)
Jembatan Suspensi – Golden Gate Bridge California, Amerika Serikat
Lokasi : California, Amerikat Serikat
Panjang : 2.737 m
Bentang utama : 1.280
Tahun pembangunan : 1933 - 1937
Anggaran : $35 Juta
(SHUTTERSTOCK/AKHMAD DODY FIRMANSYAH)
Jembatan Cable Stayed - Barelang Kepulauan Riau
Lokasi : Provinsi Kepulauan Riau
Panjang : 2.264 m
Tahun pembangunan : 1992 – 1998
Anggaran : Rp 400 Miliar
(www.djkn.kemenkeu.go.id)
Jembatan Cable Stayed – Sei Alalak Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan
Lokasi : Barito Kuala, Kalimantan Selatan
Panjang : 850 meter
Bentang utama : 130 meter
Tahun pembangunan : 2019 – 2021
Anggaran : Rp 278,4 Miliar
(www.kompas.com)
Jembatan PC I Girder
Material Utama : Beton bertulang & Tendon Prategang Panjang : 20 - 50 meter
Jenis struktur : Precast
Metode konstruksi : Crane, Launching Gantry
(www.wika-beton.co.id)
Jembatan Box Girder RC
Material utama : Beton bertulang & Tendon Prategang Panjang : 50 – 200 meter
Jenis struktur : Precast, Cast in Site
Metode konstruksi : Launching Gantry, Balanced
: Cantilever, Incremental Launching
(civildigital.com)
Jembatan Box Girder Steel
Material utama : Baja
Panjang : 50 – 200 meter Jenis struktur : Prefabrikasi
Metode konstruksi : Launching Gantry, Incremental
: Launching, Crane
PERENCANAAN BERDASARKAN KONDISI BATAS ULTIMIT (KBU) DAN KONDISI BATAS LAYAN (KBL)
KONDISI BATAS ULTIMIT (KBU)
Kondisi batas ultimit merujuk pada kondisi ketika
jembatan berada pada titik batas kekuatan struktur dan
stabilitasnya.
KONDISI BATAS LAYAN (KBL)
Kondisi batas layan berfokus pada kenyamanan
penggunaan jembatan dan kinerja struktur dalam
kondisi sehari-hari.
Keyword: Kestabilan Keyword: Kenyamanan
“Stabil belum tentu
nyaman, dan nyaman
juga belum tentu stabil”
PERENCANAAN BERDASARKAN KONDISI BATAS ULTIMIT (KBU) DAN KONDISI BATAS LAYAN (KBL)
KONDISI BATAS ULTIMIT (KBU)
Kekuatan struktural
Stabilitas horizontal &
vertika
Faktor keamanan
Kelelahan / fatik material
Kondisi lingkungan Faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam perencanaan
Kondisi Batas Ultimit (KBU)
PERENCANAAN BERDASARKAN KONDISI BATAS ULTIMIT (KBU) DAN KONDISI BATAS LAYAN (KBL)
KONDISI BATAS ULTIMIT (KBU)
Keadaan batas fatik dan fraktur
Keadaan batas kekuatan
Keadaan batas ekstrem
Struktur dapat bertahan dari fatik selama umur rencana
Memastikan struktur stabil dan memiliki kekuatan baik sifatnya secara lokal ataupun global
Struktur dapat bertahan pada
gempa besar.
PERENCANAAN BERDASARKAN KONDISI BATAS ULTIMIT (KBU) DAN KONDISI BATAS LAYAN (KBL)
KONDISI BATAS LAYAN (KBL)
Getaran
Deformasi
Kekakuan
Pemeliharaan Faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam perencanaan
Kondisi Batas Layan (KBL)
Umur rencana jembatan dibuat untuk masa layan selama 75 tahun, kecuali:
• Jembatan sementara atau jembatan yang dapat
dibongkar/pasang dibuat dengan umur rencana 20 tahun
• Jembatan khusus yang memiliki fungsi strategis yang
ditentukan oleh instansi yang berwenang, dibuat dengan umur rencana 100 tahun
• Terdapat peraturan dari instansi yang berwenang yang
UMUR RENCANA JEMBATAN
Pengaruh > 75 tahun Penentuan variabel gempa terkait lokasi proyek
Fatik pada material
Deformasi
Lebar Pedestarian (m)
Lebar Jalur Jembatan (m)
Lebar Pedestarian (m)
Kelas A 1,0 7,0 1,0
Kelas B 0,5 6,0 0,5
Kelas C 0,5 3,5 0,5
Lebar minimum untuk jembatan pada jalan nasional (SE DBM 21 Maret 2008)
Tipe Lajur Jembatan (1)
Lebar Bersih Jembatan (2) (mm)
Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana (n)
Satu Lajur 3000 ≤ w < 5250 1 Dua arah tanpa
median
5250 ≤ w < 7500 2 7500 ≤ w < 10.000 3 10.000 ≤ w < 12.500 4 12.500 ≤ w < 15.250 5
w ≥ 15.250 6
Dua arah
dengan median
5500 ≤ w < 8000 2 8250 ≤ w < 10.750 3 11.000 ≤ w < 13.500 4 13.750 ≤ w < 16.250 5
w ≥ 16.250 6
Cat. (1): Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu lintas rencana harus ditentukan oleh instansi yang berwenang.
Cat. (2): Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum antara kerb atau rintangan untuk satu arah atau jarak antara kerb/rintangan/median dan Penentuan kelas jembatan berdasarkan lebar lalu-lintas
Penentuan lebar jembatan berdasarkan tipe lajur
PENENTUAN LEBAR, KELAS, DAN MUATAN BEBAN PADA JEMBATAN
LHR Lebar Bersih Jembatan (mm) Jumlah Lajur Lalu Lintas Rencana (n)
LHR < 2.000 3.500 – 4.500 1
2.000 ≤ LHR < 3.000 4.500 – 6.000 2
3.000 ≤ LHR < 8.000 6.000 – 7.000 2
8.000 ≤ LHR < 20.000 7.000 – 14.000 4
LHR ≥ 20.000 > 14.000 > 4
Penentuan lebar jembatan berdasarkan LHR
Penentuan muatan / pembebanan berdasarkan kelas jalan
- BM 100% : Jalan Nasional & Provinsi
- BM 70% : Jalan Kabupaten & Daerah Transmigrasi
PENENTUAN LEBAR, KELAS, DAN MUATAN BEBAN PADA JEMBATAN
JENIS – JENIS PEMBEBANAN YANG ADA PADA STRUKTUR JEMBATAN
SNI 1725 – 2016 Pasal 5.8
KOMBINASI PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JEMBATAN
No. Kombinasi
Pembebanan Subbab Penting
1 Kuat I Memperhitungkan gaya-gaya yang timbul pada jembatan dalam keadaan normal.
2 Kuat II* Memikul beban kendaraan khusus yang ditentukan pemilik.
3 Kuat III Beban angin berkecepatan 90 km/jam hingga 126 km/jam
4 Kuat IV Kemungkinan adanya rasio beban mati dengan beban hidup yang besar.
5 Kuat V Operasional normal jembatan dengan memperhitungkan beban angin.
6 Ekstrem I Kombinasi pembebanan gempa.
7 Ekstrem II* kombinasi antara beban hidup terkurangi dengan beban yang timbul akibat tumbukan kapal, tumbukan kendaraan, banjir atau beban hidrolika
lainnya.
SNI 1725 – 2016 Pasal 6.1 Faktor beban dan kombinasi pembebanan
PENGGUNAAN KOMBINASI PEMBEBANAN
No. Kombinasi
Pembebanan Subbab Penting
8 Layan I Kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan operasional jembatan dengan semua beban mempunyai nilai nominal.
9 Layan II** Mencegah terjadinya pelelehan pada struktur baja dan selip pada sambungan.
10 Layan III** Menghitung tegangan tarik pada arah memanjang jembatan beton pratekan.
11 Layan IV** Menghitung tegangan tarik pada kolom beton pratekan dengan tujuan untuk mengontrol besarnya retak
12 Fatik Kombinasi beban fatik dan fraktur sehubungan dengan umur fatik akibat induksi beban yang waktunya tak terbatas
*Berlaku untuk kasus tertentu
**Berlaku untuk tipe jembatan tertentu
PENGGUNAAN KOMBINASI PEMBEBANAN (LANJUTAN)
PERSYARATAN ANALISIS MINIMUM UNTUK PENGARUH GEMPA
SNI 2833 – 2016 Tabel 8
PERSYARATAN JEMBATAN BERATURAN
ELEMEN STRUKTUR ABUTMEN DAN FONDASI
PADA JEMBATAN
Bagian 2
STRUKTUR JEMBATAN –PRINSIP DAN PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN Versi 1.0.0 - 28 Mei 2023
ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN BAWAH PADA JEMBATAN
Bangunan Bawah (Substruktur) Jembatan terdiri dari
• Abutment, Abutment
Fondasi
Pilar
PENGERTIAN ABUTMENT JEMBATAN
• Abutment atau kepala jembatan merupakan struktur bawah dari jembatan yang terletak pada ujung jembatan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga penahan tanah.
• Jenis-jenis abutment yang direncanakan yaitu
perencanaan abutment jenis gravitasi, abutment
jenis T, dan abutment jenis penopang (Counterfort).
Sumber gambar: mbakerintl.com
CONTOH – CONTOH ABUTMEN YANG SUDAH TERBANGUN
CONTOH – CONTOH ABUTMEN YANG SUDAH TERBANGUN
Sumber gambar: www.hpdconsult.com
Sumber gambar: engineeringdiscoveries.com
BAGIAN – BAGIAN DARI ABUTMENT
Breast Wall Back Wall
Korbel
Tidak tampak dalam gambar:
• Wings wall,
• Dudukan girder,
BAGIAN – BAGIAN DARI ABUTMENT (WINGS WALL)
Sumber gambar: beco-bermueller.de
Sumber gambar: archiexpo.com
BAGIAN – BAGIAN DARI ABUTMENT (SHEAR KEY DAN DUDUKAN GIRDER)
Shear key
Dudukan girder
TIPE – TIPE ABUTMENT (TIPE PENAHAN KANTILEVER ATAU JENIS T)
Sumber: Teknik pelaksanaan jembatan,2019
1. Abutment jenis T merupakan tembok penahan dengan gelagar kantilever yang terdiri dari tembok memanjang dan pelat kekuatan dari tembok.
2. Ketahanan abutment jenis T diperoleh dari berat sendiri dan berat tanah di atas pelat tumpuan.
3. Abutment jenis T juga dapat digunakan sebagai abutment tembok penahan kantilever dengan menambahkan tie back di belakang abutment.
4. Abutment tipe T terbalik lebih cocok digunakan pada konstruksi dengan tinggi abutment berkisar antara 6-12 meter.
5. Material yang digunakan untuk abutment jenis T adalah beton
bertulang.
TIPE – TIPE ABUTMENT (TIPE GRAVITASI)
Sumber: Teknik pelaksanaan jembatan,2019 1. Abutment jenis gravitasi memanfaatkan kekuatan dan ketahanan
terhadap gaya-gaya dengan menggunakan berat sendiri.
2. Abutment jenis gravitasi cocok digunakan pada struktur yang tidak terlalu tinggi dan kondisi tanah fondasinya yang baik.
3. Material yang umumnya digunakan untuk abutment jenis gravitasi adalah pasangan batu kali atau beton.
4. Abutment jenis gravitasi harus direncanakan secara cermat
terhadap tiga faktor penting, yaitu guling (overturning), geser
(sliding), dan tegangan tanah (soil stress) yang terjadi.
TIPE – TIPE ABUTMENT (TIPE COUNTERFORT)
Sumber: Teknik pelaksanaan jembatan, 2019 1. Abutment ini memiliki kesamaan dengan abutment tipe T terbalik.
2. Abutment ini menggunakan penopang pada sisi belakangnya yang disebut counterfort. Counterfort berfungsi untuk menjaga
stabilitas guling dan geseran abutment.
3. Penambahan counterfort pada abutment tipe penopang bertujuan untuk memperkecil gaya yang bekerja pada tembok memanjang dan tumpuannya.
4. Abutment tipe penopang umumnya digunakan pada struktur dengan tinggi abutment berkisar antara 9 hingga 20 meter.
5. Struktur abutment jenis penopang ini dibuat menggunakan
material beton bertulang.
Bridge Management System (BMS) 1992 memberikan gambaran terkait dengan tipe abutment yang dapat digunakan berdasarkan kebutuhan tingginya.
TIPE – TIPE ABUTMENT BERDASARKAN KETINGGIAN
PRELIMINARY DESIGN UNTUK ABUTMENT
TIPE – TIPE FONDASI (FONDASI DANGKAL)
Tipe fondasi dan tipikal penggunaannya
Tipe fondasi Penggunaan fondasi Kondisi tanah yang bisa digunakan Kondisi tanah yang tidak cocok digunakan
Fondasi telapak • Pilar tunggal (individu), dinding dan pilar
jembatan.
• Setiap kondisi dimana kapasitas daya dukung
memenuhi untuk menerima beban,
• Dapat digunakan pada satu lapisan tanah, lapisan medium di atas lapisan lunak, atau lapisan yang lebih lunak di atas lapisan yang lebih keras,
• Cek penurunan segera, penurunan parsial dan penurunan konsolidasi.
• Setiap kondisi dimana tanah di bawah fondasi berpotensi tergerus (scouring) atau likuifaksi,
• Lapisan daya dukung berada di bawah
Mat fondasi • Sama dengan fondasi
telapak, digunakan pada beban pilar yang sangat berat. Biasanya bertujuan untuk
• Pada umumnya nilai daya dukung tanah lebih rendah dibandingkan tanah fondasi telapak,
• Biasanya lebih dari setengah
TIPE – TIPE FONDASI (FONDASI DALAM)
Tipe fondasi dan tipikal penggunaannya
Tipe fondasi Penggunaan fondasi Kondisi tanah yang bisa digunakan Kondisi tanah yang tidak cocok digunakan
Fondasi tiang • Dalam fondasi group digunakan untuk menyalurkan beban pilar yang berat dan beban jembatan kelapisan tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup, juga untuk menahan terhadap uplift dan beban lateral.
• Tanah lunak dekat permukaan tanah,
• Kedalaman tanah dengan daya dukung yang cukup berada pada kedalaman 5 sampai 90 m di bawah permukaan tanah,
• Cek penurunan pada group pile.
• Lapisan tanah keras
• dekat dengan permukaan tanah,
• Areal konstruksi dimana getaran atau akan
berpengaruh pada fasilitas yang berdekatan,
• Jenis tanah didominasi oleh batuan besar.
Fondasi tiang bor • Beban pilar lebih besar dari pada beban yang digunakan untuk fondasi tiang pancang,
• Permukaan lunak dan dekat dengan permukaan tanah,
• Untuk menahan beban, tanah dan atau batuan terletak pada kedalaman 8 sampai 90 m di bawah permukaan tanah.
• Tanah lempung lunak dan pasir lepas yang mengandung air,
• Kondisi artesis,
• Jenis tanah berupa boulder.
Sumber: FHWA NHI-05-042 Design and Construction of Driven Pile Foundation dalam 02-M-BM-2021 Tabel 1.4
TIPE – TIPE FONDASI (FONDASI DALAM)
Tipe fondasi dan tipikal penggunaannya
Tipe fondasi Penggunaan fondasi Kondisi tanah yang bisa digunakan Kondisi tanah yang tidak cocok digunakan
Micropiles • Sering digunakan
untuk perkuatan seismic, perkuatan fondasi existing dan area kerja yang sempit.
• Pada semua jenis tanah atau kondisi timbunan, bebatuan dan lain lain.
• Rasio kelangsingan yang tinggi berpotensi menyebabkan tekuk pada tiang jika tahan lateral tanah hilang pada kondisi likuifaksi.
Sumber: FHWA NHI-05-042 Design and Construction of Driven Pile Foundation dalam 02-M-BM-2021 Tabel 1.4
TIPE – TIPE FONDASI (FONDASI DALAM)
Fondasi tiang
Fondasi bor
TIPE – TIPE FONDASI (FONDASI DALAM)
Sumber gambar: theconstructor.org
Beberapa contoh pengaplikasian micropiles
DIAGRAM PEMILIHAN TIPE FONDASI (DANGKAL ATAU DALAM)
DIAGRAM PEMILIHAN TIPE FONDASI DALAM (TIANG PANCANG ATAU TIANG BORE)
02-M-BM-2021 Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan
Volume 1 Subbab 2.4.4.1 Pemodelan dan analisis abutment sederhana Volume 1 Subbab 2.4.4.4 Permodelan analisis pile cap
Volume 2 Subbab 1.6.2 Tipe abutment jembatan
Volume 2 Gambar 3.31 Persyaratan detail tulangan sengkang pada tiang dan sambungan tiang-pile cap untuk fondasi tiang bor
Volume 3 Subbab 2.4 Perencanaan abutment
SNI 2833 – 2016 Perencanaan jembatan terhadap beban gempa Tabel 8 – Persyaratan analisis minimum untuk pengaruh gempa Tabel 9 – Persyaratan jembatan beraturan
PERATURAN – PERATURAN / PANDUAN TERKAIT DENGAN ABUTMENT
Sumber gambar: www.beco-bermueller.de
02-M-BM-2021 Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan
Volume 1 Subbab 2.4.5.2 Pemodelan dan analisis fondasi dangkal dan sumuran (68) Volume 1 Subbab 2.4.5.3 Pemodelan dan analisis fondasi tiang (69)
Volume 1 Subbab 2.4.6.2 Analisis pilar dan fondasi Volume 2 Subbab 1.7 Tipe fondasi (151)
Volume 2 Subbab 3.3.3.1.1 Penentuan kelas situs (235) Volume 2 Gambar 3.32 dan Gambar 3.33
Volume 3 Subbab 3.3 Perencanaan fondasi dangkal (682) Volume 3 Subbab 3.4 Perencanaan fondasi sumuran (713) Volume 3 Subbab 3.5 Perencanaan fondasi tiang (759)
Volume 3 Subbab 3.5.4 Kapasitas aksial fondasi tiang bor (776)
Volume 3 Subbab 3.5.5 kapasitas aksial tiang berdasarkan data CPT atau sondir (786) Volume 3 Subbab 3.5.6 Kapasitas tiang pada tanah berlapis (791)
Volume 3 Subbab 3.5.7 Perhitungan gesek dinding negatif (791) Volume 3 Subbab 3.5.8 Kapasitas gaya angkat aksial dari tiang (794)
Volume 3 Subbab 3.5.9 Reduksi kapasitas aksial untuk beban miring atau tiang miring (796)
Volume 3 Subbab 3.5.10 Kapasitas ultimit untuk pengaruh kelompok tiang (798) Volume 3 Subbab 3.5.11 Kapasitas lateral tiang (804)
Volume 3 Subbab 3.5.12 Perkiraan penurunan tiang (822)
SNI 2833 – 2016 Perencanaan jembatan terhadap beban gempa Pasal 10.1 Fondasi telapak (63)
Pasal 10.2 Fondasi tiang pancang
Pasal 10.3 Analisis gempa dan perencanaan fondasi SNI 8460 - 2017
Tabel 2 Jumlah minimum penyelidikan tanah (43) Pasal 9 Fondasi
PERATURAN – PERATURAN / PANDUAN TERKAIT DENGAN FONDASI JEMBATAN
PRINSIP PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN
Bagian 3
STRUKTUR JEMBATAN –PRINSIP DAN PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN Versi 1.0.0 - 28 Mei 2023
PRINSIP PERENCANAAN STRUKTUR ABUTMENT SECARA UMUM
1. Abutment dimodelkan sebagai elemen garis, berat sendiri abutment dimodelkan sebagai beban terpusat di ujung kantilever dengan arah beban ke bawah. Besar beban mati yang berasal dari berat sendiri abutment ditentukan berdasarkan perkalian antara volume
abutment (luas penampang abutment dikalikan dengan panjang abutment) dengan berat isi material abutment (berat isi beton), 2. Beban mati (MA dan MS) dan beban hidup kendaraan yang berasal
dari struktur atas ditentukan berdasarkan reaksi tumpuan (jumah total reaksi tumpuan) dan dimodelkan sebagai beban terpusat berarah ke bawah pada ujung kantilever,
3. Efek tekanan lateral ditimbulkan dari timbunan yang berada di
belakang abutment dan tekanan tanah lateral meningkat akibat
PRINSIP PERENCANAAN STRUKTUR ABUTMENT SECARA UMUM
4. Beban gempa EQ yang bekerja pada abutment ditentukan berdasarkan massa dari struktur atas yang dimodelkan sebagai beban terpusat horizontal di puncak abutment. Jika tumpuan gelagar yang digunakan di atas abutment adalah tipe move pada arah yang ditinjau, maka beban gempa pada arah tersebut tidak perlu diperhitungkan,
5. Pengaruh beban (momen) yang digunakan dalam perencanaan tulangan lentur diperoleh dari kombinasi pembebanan yang dibagi dengan panjang abutment sehingga diperoleh pengaruh beban (momen) persatuan panjang (kN.m/m).
02-M-BM-2021
PRINSIP PERENCANAAN STRUKTUR ABUTMENT SECARA UMUM
MULAI
Penentuan jenis fondasi yang akan digunakan
Penentuan dimensi abutment
Penentuan beban – beban pada abutment
Penentuan pengaruh gempa pada abutment
Penentuan kombinasi pembebanan yang akan
digunakan
Kontrol terhadap kestabilan
fondasi
Penentuan gaya momen yang bekerja dan penulangan pada
abutment
Kontrol terhadap kapasitas geser pada abutment
Penentuan gaya momen dan penulangan pada pilecap
Kontrol terhadap kapasitas geser
pada pilecap
A
ALUR PERENCANAAN STRUKTUR ABUTMENT SECARA UMUM
ALUR PERENCANAAN STRUKTUR ABUTMENT SECARA UMUM (LANJUTAN)
A
Kontrol stabilitas abutment
Kontrol
perpindahan dan deformasi abutment
SELESAI
*Alur perncanaan dapat
disesuaikan sesuai kondisi di
lapangan
ALUR ABUTMENT TIPE DINDING
Pada 02-M-BM-2021 Volume 3 Gambar 2.16, didetailkan kembali terkait perencanaan tulangan utama dan perencanaan tulangan geser untuk tipe abutment
dinding.
ALUR ABUTMENT TIPE COUNTERFORT
Pada 02-M-BM-2021 Volume 3 Gambar 2.17, jufa didetailkan kembali terkait perencanaan tulangan vertikal dan horizontal pada sirip yang ada untuk
abutment tipe counterfort.
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – BEBAN MATI KOMPONEN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL, MS
Berat sendiri adalah berat bagian tersebut dan elemen-elemen struktural lain yang dipikulnya, termasuk dalam hal ini adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen nonstruktural yang dianggap tetap.
SNI 1725 – 2016 Pasal 7.2 Berat sendiri (MS)
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – BEBAN MATI KOMPONEN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL, MS
h
1= 0,90 m b
1= 0,35 m
h
2= 2,63 m b
2= 0,55 m
h
3= 0,60 m b
3= 0,60 m
h
4= 2,10 m
h
5= 0,50 m b
5= 1,00 m
h
6= 0,75 m b
6= 3,00 m
b
7= 3,00 m
h
7= 2,50 m b
9= 0,60 m
h
8= 0,55 m
h
9= 0,80 m H = 7,48 m
h
10= 0,60 m B = 7,00
h
11= 1,78 m h
a= 2,00 m
h
b= 2,98 m H
W= 6,00 m
t
W= 0,50 m B
W= 4,00 m
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – BEBAN MATI KOMPONEN STRUKTURAL DAN NONSTRUKTURAL, MS
Berat jenis beton bertulang, Wc = 25,00 kN/m3
Berat volume tanah timbunan, Ws = 17,20 kN/m3
2 x Tebal Wings Wall, tw = 1,00 m
Panjang abutmen, L = 17,30 m
Berat Lengan Momen
b h shape Dir (kN) (m) (kN.m)
A 4,00 0,90 1 -1 90,000 2,900 -261,000
B 0,35 0,90 1 -1 5,450 0,725 -3,951
C 1,60 0,55 1 -1 15,224 1,350 -20,552
D 3,80 2,63 1 -1 249,850 3,000 -749,550
E 0,60 1,03 1 -1 10,691 0,800 -8,553
F 0,60 0,60 0,5 -1 3,114 0,700 -2,180
G 3,80 0,60 1 -1 57,000 3,000 -171,000
H 0,60 0,60 0,5 -1 4,500 0,900 -4,050
I 0,60 0,80 1 -1 8,304 0,800 -6,643
J 0,60 0,60 0,5 -1 3,114 0,700 -2,180
K 1,00 4,98 1 -1 86,154 0,000 0,000
L 4,40 2,10 1 -1 231,000 2,700 -623,700
M 1,40 0,50 0,5 -1 8,750 3,967 -34,708
N 3,00 0,50 0,5 -1 18,750 2,500 -46,875
O 3,00 0,50 0,5 -1 12,975 1,500 -19,463
P 3,00 0,50 0,5 1 12,975 1,500 19,463
Q 3,00 0,75 1 -1 38,925 2,000 -77,850
R 3,00 0,75 1 1 38,925 2,000 77,850
1 2,60 0,90 1 -1 656,042 2,200 -1443,293
2 2,40 2,63 1 -1 1769,632 2,300 -4070,154
3 2,40 0,60 1 -1 403,718 2,300 -928,552
4 0,60 0,60 0,50 -1 50,465 0,900 -45,418
5 3,00 2,10 1 -1 1766,268 2,000 -3532,536
6 3,00 0,50 0,50 -1 210,270 2,500 -525,675
PMS = 5752,097 MMS = -12480,572 Parameter Berat Bagian
No.
ABUTMEN & WINGSWALL
TANAH TIMBUNAN
TOTAL
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA HORIZONTAL AKIBAT TEKANAN TANAH, TA
4 Jenis tekanan tanah lateral pada struktur
abutment
Tekanan tanah kondisi diam
Tekanan tanah aktif
Tekanan tanah pasif
Tekanan tanah seismik
Tekanan yang dihasilkan akibat kondisi tanah yang seimbang
Tekanan tanah yang cendrung
menggeser/menggulingkan struktur
Tekanan tanah yang cendrung menstabilkan dari geser/guling pada struktur struktur
Tekanan tanah yang terjadi akibat dari pengaruh seismik
✓
✓
✓
Asumsi perencanaan abutment terhadap tekanan
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA HORIZONTAL AKIBAT TEKANAN TANAH AKTIF, TA
SNI 1725 – 2016 Pasal 7.4.4.7
0,7 * Ws
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA HORIZONTAL AKIBAT TEKANAN TANAH AKTIF, TA
“Tanah di belakang dinding penahan biasanya mendapatkan beban tambahan yang bekerja apabila beban lalu lintas bekerja pada bagian daerah keruntuhan aktif teoritis. Besarnya
beban tambahan ini adalah setara dengan tanah setebal 0,7 m yang bekerja secara merata
pada bagian tanah yang dilewati oleh beban lalu lintas tersebut.” SNI 1725 – 2016 Pasal 7.4
SNI 1725 – 2016 Tabel 8 dan Tabel 9
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA HORIZONTAL AKIBAT TEKANAN TANAH PASIF, TA
Pada perencanaan abutment bisa diasumsikan bawah tekanan tanah pasif tidak terjadi namun harus disesuaikan kembali terhadap kondisi di lapangan.
SNI 1725 – 2016 Pasal 7.4.4.8
Sumber: Hardiyatmo, 2003
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA HORIZONTAL AKIBAT TEKANAN TANAH PASIF, TA
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA HORIZONTAL AKIBAT TEKANAN TANAH AKTIF, TA
KOEFISIEN TEKANAN AKTIF DI BELAKANG ABUTMEN
Berat jenis tanah W
s= 17,20 kN/m
3Sudut gesek dalam,
φ =36,02
oKohesi, C = 2,42 kPa
faktor reduksi untuk φ', K
φR=
0,7
Sudut gesek dalam terkoreksi,
φ' = tan-1(K
φR* tan φ ) = 26,974
oKoefisien tekanan tanah aktif, K
a= tan
2( 45° - φ' / 2 ) = 0,376
NILAI MOMEN BIDANG 2 AKIBAT TEKANAN TANAH WS
Tinggi total abutmen, H = 7,48 m
Tekanan tanah pada dasar bidang 2, Q
P2= H * W
s* K
a= 48,363 kN/m/m
Besar gaya P2, P
2= 0,5 * H * Q
P2= 180,877 kN/m
Jarak P2 terhadap titik guling, Y
P2= 1/3 * H = 2,493 m
Momen guling akibat P2 , M
P2= P
2* Y
P2= 450,987 kN.m/m
REKAPITULASI GAYA AKIBAT TEKANAN TANAH AKTIF
Besar gaya geser pada titik X, P
KA= (P
1+ P
2) * (L - t
w) = 3421,283 kN Besar momen pada titik X, M
KA= (M
P1+ M
P2) * (L - t
w) = 9120,057 kN.m
NILAI MOMEN BIDANG 1 AKIBAT TIMBUNAN 0,7 * WSTinggi total abutmen, H = 7,48 m
Nilai beban timbunan, 0,7 * W
s= 12,04 kN/m
2Tekanan tanah pada dasar bidang 1, Q
P1= 0,6 * Ws * Ka = 4,526 kN/m/m
Besar gaya P1, P
1= H * Q
P1= 33,854 kN/m
Jarak P1 terhadap titik guling, Y
P1= H / 2 = 3,740 m
Momen guling akibat P1 , M
P1= P
1* Y
P1= 126,614 kN.m/m
0,7 * Ws
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA HORIZONTAL AKIBAT TEKANAN TANAH SEISMIK, TA
Percepatan puncak batuan dasar/PGA, PGA = 0,3 g
Faktor amplifikasi getaran periode 0 detik, F
PGA= 1,2
Percepatan puncak di permukaan A
s= F
PGA* PGA = 0,36 g Koefisien percepatan horizontal, K
h= 0,5 * A
s= 0,18 g ϴ = tan
-1(K
h) = 10,204
okoefisien tekanan aktif seismik,
K
AE= cos
2( φ - ϴ ) / cos
2( ϴ ) * { 1 + √ ( sin φ * sin (φ - ϴ) / cos ϴ )}
-2= 0,508 Selisih koef. K
AE& K
a, ΔK
AE= K
AE- K
a= 0,132
Tekanan tanah seismik di bagian atas struktur, Q
SEIS= W
s* H * ΔK
AE= 17,023 kN/m/m
Besar gaya geser pada titik X, P
KAE= 0,5 * H * Q
seis* (L - t
w) = 1037,729 kN
Besar momen pada titik X, M
KA= P
KAE* 2/3 * H = 5174,806 kN.m
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA GEMPA, EQ (SM)
Untuk jembatan dengan bentang lebih dari satu, maka perlu dilakukan analisis gempa sesuai dengan metode analisis
yang diuraikan pada Sub bab 6.5.2.1. Pemilihan metode analisis struktur yang digunakan didasarkan pada zona gempa,
jumlah bentang dan kategori keberaturan jembatan seperti yang dirangkum pada Tabel 3.9.
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA GEMPA, EQ (spektra moda tunggal (Single Mode Elastic))
Bangunan atas arah memanjang
Kuat tekan beton untuk abutmen, f
c' = 30,00 MPa
Modulus elastisitas beton, E
c= 4700 * √(f
c') = 25742,96 MPa Tinggi abutmen, h
abt= h
8+ h
9+ h
10+ h
11= 3730,00 mm
Panjang abutmen, L = 17,30 m
Momen inersia penampang, I
g= 1/12 * L * b
53= 1,44,E+12 m4 Momen inersia penampang efektif, I
e= 0,7 * Ig = 1,01E+12 mm4
Gaya satu satuan, P = 1
Perpindahan struktur akibat beban 1 satuan arah long,
δ
long= 1/3 * P * h
abt3/ (E
c* I
e) + 3 * P *h
abt/ (E
c* L * b
5) = 6,91E-07 m/kN Kekakuan struktur arah memanjang, K
long= 1 / δ
long= 1447204 kN/m
Gaya satu satuan beban merata, P
o= 1,00 kN/m
Perpindahan statis arah longitudinal, v
slong= P
o* L / K
long= 0,012 mm Berat total struktur atas per panjang abutmen, W
tot= (M
S+ M
A) / L = 271,725 kN/m
Nilai faktor α, α = V
slong* L = 0,0002 m2
Nilai faktor β, β = α * W
tot= 0,0562 kN.m
Nilai faktor γ, γ = β * V
slong= 0,0000007 kN.m
2Periode fundamental abutmen arah memanjang,
T = 2 * π * √[ γ / (P
o* g * α) ] = 0,114 s
Koefisien respon gempa elastis, C
smA1= 0,792 g
Gaya gempa statik ekivalen, P
elong= ( β * C
smA1/ γ )* W
tot* V
slong= 215,206 kN/m
Faktor modifikasi respon untuk abutmen, R = 1,500
Gaya gempa akibat struktur atas pada abutmen, H
long= P
elong* L / R = 2482,040 kN
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA GEMPA, EQ (spektra moda tunggal (Single Mode Elastic))
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA GEMPA, EQ (ABUTMENT)
Bangunan abutmen
Koefisien respon gempa elastik pada detik ke 0, A
s= F
PGA* PGA = 0,36 g
Faktor modifikasi gempa untuk pilecap, R = 1,5
Berat Seismik Lengan Momen
b h shape Dir (kN) (m) (kN.m)
A 4,00 0,90 1 1 16,200 5,980 96,876
B 0,35 0,90 1 1 1,418 5,980 8,477
C 1,60 0,55 1 1 3,960 5,255 20,810
D 3,80 2,63 1 1 44,973 5,265 236,783
E 0,60 1,03 1 1 2,781 4,465 12,417
F 0,60 0,60 0,5 1 0,810 3,750 3,038
G 3,80 0,60 1 1 10,260 3,650 37,449
H 0,60 0,60 0,5 1 0,810 3,550 2,876
I 0,60 0,80 1 1 2,160 4,430 9,569
J 0,60 0,60 0,5 1 0,810 3,430 2,778
K 1,00 4,98 1 1 22,410 2,490 55,801
L 4,40 2,10 1 1 41,580 2,300 95,634
M 1,40 0,50 0,5 1 1,575 1,083 1,706
N 3,00 0,50 0,5 1 3,375 1,083 3,656
O 3,00 0,50 0,5 1 3,375 0,917 3,094
No. Parameter Berat Bagian
ABUTMEN & WINGSWALL
PEMBEBANAN PADA ABUTMENT – GAYA FRIKSI, BF
Koefisien gesek elastomer, f = 0,180
Beban mati setengah bentang, W
friksi= 0,5 * (M
S+ M
A) = 2350,417 kN Gaya gesek pada perletakan, BF = f * W
friksi= 423,075 kN
Panjang lengan momen, L = 4,980 m
Momen akibat gaya gesek pada perletekan, M
BF= BF * L = 2106,91 kN.m
Jika jenis perletakan bukan elastomer maka koefisien gesek dapat ditemukan
pada spesifik material atau bisa
bertanya langsung ke vendor
PRINSIP PERENCANAAN FONDASI JEMBATAN
Bagian 4
STRUKTUR JEMBATAN –PRINSIP DAN PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
PRINSIP UMUM PERENCANAAN FONDASI
Dalam analisis struktur, struktur yang ada di dalam tanah, seperti fondasi, dinding penahan tanah, ataupun struktur geoteknik lainnya, ditentukan dengan menggunakan metode ASD (Allowable Stress Design).
Kecuali pada desain penulangan tetap
menggunakan kondisi batas
ulitimit
PERMODELAN DAN ANALISIS FONDASI DANGKAL DAN SUMURAN
Fondasi Dangkal dan Sumuran
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝐷
𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑 < 4
Adapun kriteria desain untuk fondasi dangkal dan sumuran yaitu:
1) Fondasi memiliki kestabilan terhadap geser,
2) Fondasi memiliki kestabilan terhadap guling (rotasi terangkat),
3) Tanah pendukung fondasi harus memberikan daya dukung yang memadai, 4) Penurunan pada fondasi tidak boleh lebih dari yang diizinkan.
PERMODELAN DAN ANALISIS FONDASI DANGKAL DAN SUMURAN
METODELOGI PERENCANAAN FONDASI DANGKAL DAN SUMURAN
Berdasarkan SNI 8460-2017- Persyaratan Perancangan Geoteknik, berikut faktor aman yang harus dipenuhi:
1. Dalam perhitungan daya dukung, umumnya faktor keamanan yang digunakan minimum 3,
2. Ketahanan terhadap geser, faktor keamanan yang digunakan minimum 1,5
(statik) dan 1,1 (seismik atau gempa),
METODELOGI PERENCANAAN FONDASI DANGKAL DAN SUMURAN
Fondasi dangkal, fondasi telapak atau fondasi langsung (dihindarkan untuk
daerah potensi scouring besar), bebas dari pengaruh scouring, kedalaman
maksimum 3 meter (Surat Edaran Ditjen Bina Marga Nomor 05/SE/Db/2017)
TAHAP PERENCANAAN FONDASI DANGKAL
1 Menentukan beban-beban yang akan bekerja pada fondasi dangkal, penentuan debit banjir, muka air banjir, muka air normal dan potensi gerusan di lokasi,
2 Periksa stabilitas terhadap geser dan guling,
3
Periksa stabilitas terhadap daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah, kemudian dihitung daya dukung izin per kedalaman, dan penurunan yang terjadi,
4
Menentukan kedalaman dan dimensi fondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya
dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap potensi gerusan,
Dengan diperolehnya nilai daya dukung izin, hitung besar penurunan total yang
terjadi, jika penurunannya terlalu besar, nilai daya dukung diizinkan harus dikurangi,
BAGAN ALIR PERENCANAAN FONDASI DANGKAL
Sumber: 02-M-BM-2021 Volume 3
BAGAN ALIR PERENCANAAN FONDASI DANGKAL
DAYA DUKUNG ULTIMIT FONDASI DANGKAL
DAYA DUKUNG ULTIMIT FONDASI DANGKAL
N c , N q , N γ merupakan fungsi dari besarnya
sudut geser dalam (φ) yang diberikan Terzaghi
yang nilainya dapat dilihat pada tabel berikut:
TAHAP PERENCANAAN FONDASI SUMURAN
1 Menentukan beban-beban yang akan bekerja pada fondasi dangkal, penentuan debit banjir, muka air banjir, muka air normal dan potensi gerusan di lokasi,
2 Periksa stabilitas terhadap geser dan guling,
3
Periksa stabilitas terhadap daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah, kemudian dihitung daya dukung izin per kedalaman, dan penurunan yang terjadi,
4 Periksa agar penurunan, perpindahan geser dan rotasi terangkatnya fondasi tidak mengurangi kelayakan jembatan,
Rencanakan fondasi untuk keawetan dan syarat struktural.
5
METODELOGI PERENCANAAN FONDASI SUMURAN
METODELOGI PERENCANAAN FONDASI SUMURAN
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Geser
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Geser
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Guling
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Guling
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Daya Dukung Ultimit
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Daya Dukung Ultimit
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Daya Dukung Ultimit
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Daya Dukung Ultimit
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Daya Dukung Ultimit
PEMERIKSAAN STABILITAS TERHADAP GESER, GULING, DAYA DUKUNG
Pemeriksaan Stabilitas Terhadap Daya Dukung Ultimit
Fondasi Tiang
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝐷
𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑑 ≥ 4
PERMODELAN DAN ANALISIS FONDASI TIANG
Kapasitas aksial tiang statik didapatkan dari penjumlahan tahanan tanah atau batuan di
sepanjang sisi tiang dan pada ujung tiang (Q u = R S + R t )
kapasitas lateral tiang, fondasi tiang
dipertimbangkan sebagai suatu
gelagar di atas fondasi elastis,
dimana metode yang digunakan
adalah metode pendekatan analitik
PERMODELAN DAN ANALISIS FONDASI TIANG
Kapasitas aksial tiang statik didapatkan dari penjumlahan tahanan tanah atau batuan di
sepanjang sisi tiang dan pada ujung
tiang (Q u = R S + R t )
PERMODELAN DAN ANALISIS FONDASI TIANG
TAHAPAN PERENCANAAN UNTUK FONDASI TIANG
1 Rencanakan panjang tiang dan penampang sehingga tanah memberikan kapasitas aksial ultimit.
2
Periksa apakah rencana kapasitas beban lateral ultimit melebihi rencana pembebanan
lateral ultimit.
3 Periksa apakah penurunan vertikal (dan perbedaan penurunan) tidak akan menyebabkan keruntuhan dalam struktur tipe monolitik bersatu
4 Periksa apakah lendutan lateral tidak menyebabkan keruntuhan dalam struktur tipe monolitik bersatu
Periksa stabilitas keseluruhan untuk fondasi tiang bila kelompok tiang berada pada lereng tinggi dan terjal.
5
Rencanakan tiang dan kepala tiang (pile cap) untuk keawetan dan syarat struktural.
6
BAGAN ALIR PERENCANAAN UNTUK FONDASI TIANG PANCANG
BAGAN ALIR PERENCANAAN UNTUK FONDASI TIANG PANCANG
BAGAN ALIR PERENCANAAN UNTUK FONDASI TIANG PANCANG
Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah nonkohesif (metode Meyerhof berdasarkan data SPT)
Tahanan gesek rata-rata
persatuan luas dari dinding
tiang, f s (kPa) Tiang dengan perpindahan Tiang tanpa perpindahan
Contoh: tiang baja H
Contoh: tiang pipa tertutup dan tiang beton pracetak 𝑓
𝑠= 2 ∗ 𝑁
′≤ 100 𝑘𝑃𝑎
𝑓
𝑠= 𝑁
′≤ 100 𝑘𝑃𝑎 Tahanan ujung persatuan luas dari tiang, q t (kPa)
Tanah nokohesif tak seragam
𝑞
𝑡= 400𝑁
𝑜′+ 40𝑁
𝐵′− 40𝑁
𝑜′∗ 𝐷
𝐵𝑏 ≤ 400𝑁
𝐵′Tanah nokohesif seragam
𝑞
𝑡= 40𝑁
𝐵′∗ 𝐷
𝐵𝑏 ≤ 400𝑁
𝐵′Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah nonkohesif (metode Meyerhof berdasarkan data SPT)
Tahanan ujung persatuan luas dari tiang, q
t(kPa)
Tanah nokohesif tak seragam
𝑞
𝑡= 400𝑁
𝑜′+ 40𝑁
𝐵′− 40𝑁
𝑜′∗ 𝐷
𝐵𝑏 ≤ 400𝑁
𝐵′Tanah nokohesif seragam
𝑞
𝑡= 40𝑁
𝐵′∗ 𝐷
𝐵𝑏 ≤ 400𝑁
𝐵′𝑝
0= 𝛾
′∗ 𝐷
𝐵− 𝑑
𝑤+ 𝛾
𝑠∗ 𝑑
𝑤Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah nonkohesif (metode Meyerhof berdasarkan data SPT)
Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah kohesif (metode Alpha)
Tahanan gesek rata-rata
persatuan luas dari dinding tiang, f s (kPa)
𝑓
𝑠= 𝑐
𝑎= 𝛼 ∗ 𝑐
𝑢Tahanan ujung persatuan luas dari tiang, q t (kPa)
𝑞
𝑡= 𝑐
𝑢∗ 𝑁
𝑐= 9 ∗ 𝑐
𝑢Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah kohesif (metode Alpha)
Kapasitas aksial tiang pancang dalam tanah kohesif (metode Alpha)
BAGAN ALIR PERENCANAAN UNTUK FONDASI TIANG BOR
BAGAN ALIR PERENCANAAN UNTUK FONDASI TIANG BOR
BAGAN ALIR PERENCANAAN UNTUK FONDASI TIANG BOR
Kapasitas aksial tiang bor pada tanah nonkohesif
Tahanan gesek rata-rata persatuan luas dari dinding tiang, f s (kPa)
𝑓
𝑠= 𝛽 ∗ 𝑝
0≤ 4 ∗ 47,88 𝑘𝑃𝑎 untuk 0,25 ≤ 𝛽 ≤ 1,2
Kapasitas aksial tiang bor pada tanah nonkohesif
Tahanan ujung tiang, q t (kPa)
𝑞
𝑡= 1,2 ∗ 𝑁
60≤ 60 ∗ 47,88 𝑘𝑃𝑎 𝑁
60≤ 50
𝑞
𝑡= 0,59 ∗ 𝑁
60∗ 𝑃
𝑎𝑝
00,8
≤ 100 𝑥 47,88 𝑘𝑃𝑎
𝑁
60> 50
Kapasitas aksial tiang bor pada tanah kohesif
Tahanan gesek rata-rata persatuan luas dari dinding tiang, f s (kPa)
𝑓
𝑠= 𝛼 ∗ 𝑐
𝑢𝛼 = 0,55 untuk
𝑐𝑃𝑢𝑎
≤ 1,5 𝛼 = 0,55 − 0,1 ∗ (
𝑐𝑢𝑃𝑎
− 1,5) untuk 1,5 <
𝑐𝑢𝑃𝑎
≤ 2,5
Kapasitas aksial tiang bor pada tanah kohesif
Tahanan ujung tiang, q t (kPa)
𝑞
𝑡= 𝑁
𝑐∗ 𝑐
𝑢≤ 80 ∗ 47,88 𝑘𝑃𝑎 𝑁
𝑐= 6 ∗ 1 + 0,2 ∗
𝐷𝑏
≤ 9
FAKTOR EFFISIEN TIANG GROUP
Faktor effisien tiang group, 𝐶 𝑒 = 1 − 𝜑
90 ∗ 𝑎−1 ∗𝑏+ 𝑏−1 ∗𝑎 𝑎∗𝑏
Keterangan:
φ = arc tan (D/s) D = diameter fondasi s = jarak antar tiang
a = jumlah tiang dalam satu baris
b = jumlah tiang dalam satu kolom
KERUNTUHAN BLOK DARI KELOMPOK TIANG
Keruntuhan blok dari kelompok tiang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan untuk kelompok tiang dalam tanah lempung lunak atau
tanah nonkohesif di atas lapisan lempung lunak.
DETAIL PENULANGAN FONDASI TIANG
DETAIL PENULANGAN FONDASI TIANG
PRINSIP PERENCANAAN PILAR JEMBATAN
Bagian 5
STRUKTUR JEMBATAN –PRINSIP DAN PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
BAGIAN PADA PILAR
Bagian utama pada pilar adalah:
1. Kepala pilar,
2. Kaki pilar.
TIPE – TIPE PILAR JEMBATAN SECARA UMUM
Tipe Dinding
Tipe Hammer Head
Tipe Portal
BENTUK TIPIKAL PENAMPANG MELINTANG PILAR
Penampang pilar pada aliran sungai
dibuat lebih pipih dan sejajar arah
aliran air untuk mengurangi efek
gerusan lokal
TIPE – TIPE PILAR JEMBATAN BERDASARKAN KEBUTUHAN TINGGI
PERMODELAN STRUKTUR KEPALA PILAR
Permodelan perletakan pada kepala pilar sederhana adalah
Sendi – Rol
Untuk bentuk lainnya adalah yang menghasilkan gaya dalam
terbesar
PERMODELAN STRUKTUR KAKI PILAR
Pada umunya pier head mempunyai tinggi penampang yang relatif besar, sehingga dalam pemodelan struktur ketebalan pier head tidak bisa
diabaikan
PERMODELAN ANALISIS PILE CAP
Analisa lentur pile cap
Analisa geser pile cap
Kondisi 1 d > w, pilecap dimodelkan sebagai gelagar kantilever
Kondisi 1 d > w, pilecap
dimodelkan dengan metode strut
and tie
PERMODELAN ANALISIS PILE CAP
Analisa lentur pile cap
Analisa geser pile cap Analisa Punching Shear yang
diperhitungkan adalah:
1. Fondasi tiang tunggal
2. Fondasi tiang kelompok
INTEGRITAS DAN SIMETRI STRUKTUR
Kesetimbangan Kekakuan – Satu portal
INTEGRITAS DAN SIMETRI STRUKTUR
Kesetimbangan Kekakuan – Antar portal
INTEGRITAS DAN SIMETRI STRUKTUR
Kesetimbangan Geometri
SENDI PLASTIS PADA PILAR JEMBATAN
Lokasi pembentukan sendi plastis
secara umum. Jika tidak umum,
FAKTOR MODIFIKASI RESPON GEMPA
FAKTOR MODIFIKASI RESPON GEMPA
Jembatan yang berada di daerah rawan
tsunami dianggap jembatan sangat
penting
DETAIL TULANGAN SENGKANG PADA PILAR
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR
Pilar Kepala pilar
Kaki pilar
Tulangan Tarik dan sengkang horizontal Punching shear Perencanaan tulangan hanger
Perencanaan kuat tumpu korbel Perencanaan pilar tunggal pendek
Perencanaan pilar tunggal langsing (610)
Perencanaan pilar portal pendek (616)
Perencanaan pilar portal langsing (630)
Perencanaan pilar tipe dinding (630)
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Tulangan tarik dan sengkang horizontal
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Tulangan tarik dan sengkang horizontal
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Punching shear
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Punching shear
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Punching shear
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Tulangan hanger
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Tulangan hanger
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Tulangan hanger
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Perencanaan kuat tumpu korbel
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Perencanaan kuat tumpu korbel
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KEPALA PILAR
Pilar Kepala pilar Perencanaan kuat tumpu korbel
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa lentur dan aksial
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa geser
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal pendek Analisa geser
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa lentur dan aksial
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa geser
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar tunggal dan portal langsing Analisa geser
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
Pilar Kaki pilar Perencanaan pilar dinding Analisa geser
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILAR – KAKI PILAR
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILECAP
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILECAP (KUAT LENTUR)
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILECAP (KUAT LENTUR)
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILECAP (KUAT LENTUR)
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILECAP (KUAT LENTUR)
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILECAP (KUAT GESER)
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILECAP (KUAT GESER)
TAHAPAN – TAHAPAN PERENCANAAN PADA PILECAP (KUAT GESER)
TERIMA KASIH
Akhir dari Paparan
STRUKTUR JEMBATAN –PRINSIP DAN PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH JEMBATAN Versi 1.0.0 - 28 Mei 2023