ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2011-2020
Riko Rahim1, Masrida Zasriati2
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sakti Alam Kerinci
e-mail :
1)[email protected],
2)[email protected]
ABSTRAK
This study aims to determine how big the level of inequality is in the Riau Islands Province and to find out how Klassen's Typology is in the Riau Islands Province. The data used is secondary data obtained from the official website of the Central Statistics Agency (BPS), then analyzed using the Theil Index and Typology Klassen formula, with the following research results: 1.
Inequality of development in the Riau Islands Province during the research period in 2011- 2020 classified as relatively low inequality with an average number of 0.13. 2. Klassen typology of the Riau Archipelago Province during the 2011-2020 research period, which was included in the fast-growing and fast-growing areas (Quadrant I), namely Karimun, Tanjungpinang, Bintan and Lingga regencies/cities, fast developing areas (Quadrant III) Regency /Batam City, relatively underdeveloped areas (Quadrant IV) namely Natuna Regency/City and Anambas Islands, while there are no developed but depressed areas (Quadrant II) in the Archipelago Province
.
Keywords: Development Inequality, Theil Index, Klassen Typology.
PENDAHULUAN
Di Indonesia mempunyai 34 provinsi dan memiliki 5 pulau terbesar yang salah satunya adalah Pulau Sumatera. Pulau Sumatera sendiri memiliki 10 provinsi didalamnya dengan potensi alam dan penggunaan teknologi yang berbeda-beda (Putri, 2022).
Perbedaan ini berupa perbedaan karakteristik alam, sosial, ekonomi, dan sumber daya alam yang penyebarannya berbeda pada setiap daerah. Perbedaan seperti ini dapat menjadi penghambat dalam pemerataan pembangunan karena terkonsentrasinya kegiatan perekonomian di beberapa provinsi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Kekayaan alam seperti ini seharusnya dapat menjadi nilai tambah dalam pembangunan ekonomi dan dapat memberikan efek menyebar (spread effect). Namun pada kenyataannya kekayaan alam ini tidak dimiliki setiap provinsi secara merata.
Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Karimun, Kabupaten Bintan, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, Kebupaten Kepulauan
Anambas, Kota Batam, Kabupaten Tanjungpinang. Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu Provinsi atau Daerah yang cukup kaya baik dengan hasil bumi berupa minyak bumi, gas alam maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir dan kuarsa dan hasil perkebunan berupa bayam, jagung, ubi kayu, kelapa sawit, karet dan lainnya. Akan tetapi tentu saja masyarakat masih belum puas dengan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap masing- masing daerah. Kekayaan yang dimiliki seharusnya dapat menjadi nilai tambah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi.
Ketertinggalan antara daerah satu dengan daerah lain dikarenakan tidak semua rencana pemerintah (alokasi investasi) dapat direalisasikan.
Di dala
m Provinsi Kepulauan Riau sendiri terlihat adanya wilayah yang maju dan yang kurang maju sebagai akibat dari perbedaan tersebut. Maka disinilah peran pemerintah diperlukan dalam penyelesaian pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pembangunan wilayah sehingga ketikapertumbuhan ekonomi meningkat maka pemerataan wilayah akan meningkat pula (Perdana, 2022).
Menurut Sjafrizal dalam (Zasriati, 2022) Ketimpangan pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini kemampuan suatu daerah dalam proses pembangunan juga menjadi berbeda, oleh karena itu tidaklah mengherankan bilamana pada suatu daerah biasanya terdapat wilayah maju (developed region) dan wilayah terbelakang (underdeveloped region).
Ketimpangan pembangunan juga dapat dilihat secara vertikal yakni perbedaan pada distribusi pendapatan serta secara horizontal yakni perbedaan antara daerah maju dan terbelakang (Putri & Pitri, 2021)
.
Ketimpangan pembangunan seringkali menjadi permasalahan serius dan jika tidak dapat diatasi secara hati-hati akan menimbulkan krisis yang lebih kompleks seperti masalah kependudukan, ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan juga dalam konteks makro dapat merugikan proses pembangunan yang ingin dicapai suatu wilayah. Wilayah maju terus meninggalkan wilayah terbelakang serta adanya sektor non unggulan yang membebani (Rahayu, 2022).
Ketimpangan pembangunan disetiap daerah diukur dari pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan hal ini dikarenakan tidak memperhatikan apakah pertumbuhan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk (Ernita, 2021a).
Adapun indikator pertumbuhan ekonomi dapat ditunjukkan dari PDRB, berikut merupakan kondisi Produk Domestik Ragional Bruto Per kapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau.
Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari jumlah penduduk suatu daerah, Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi serta usaha membangun suatu perekonomian karena penduduk menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, banyaknya jumlah penduduk disuatu daerah dapat mencerimkan
pengalokasian anggaran dari pemerintah pusat untuk setiap daerah dalam rangka memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing.
Dari fenomena yang diatas, Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2011-2020”.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat ketimpangan Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Kepulauan Riau dari
tahun 2011-2020
2.
Bagaimana Tipologi Klassen antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2011-2020
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2011- 2020
2. Untuk mengetahui bagaiamana Topologi Klassen antar Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2011-2020
METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat penelitian deskriptif Kuantitatif yaitu dengan memberikan gambaran secara umum, bahasan yang diteliti dalam data atau angka yang kemudian dianalisa, diklarifikasi dan dipresentasikan dalam bentuk uraian. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kepulauan Riau dalam kurun waktu lebih kurang 1 bulan. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder Adapun ruang lingkup penelitian ini meliputi PDRB ADHK per kapita dan jumlah penduduk di Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun waktu 2011-2020.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. yang dimaksud data sekunder yaitu data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahannya (Yelnim, Sukarta Kartawijaya, 2021). Atau juga dapat didefiniskan sebagai sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.
Data sekunder antara lain disajikan dalam
bentuk data-data, dokumen, tabel-tabel mengenai topik penelitian (Yelnim, Sukarta Kartawijaya, 2021).
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Website Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau.
2. Literatur-literatur serta informasi- informasi tertulis baik yang berasal dari instansi terkait maupun internet, yang berhubungan dengan topik penelitian untuk memperoleh data sekunder.
3. Jurnal Terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (Library Research). Peneltian Library Research atau Penelitian Perpustakaan merupakan metode pengumpulan data berdasarkan buku-buku yang berkaitan dengan judul Tugas Akhir ini dan sumber data tertulis lainnya yang ada di perusahaan, yang berhubungan dengan pokok bahasan tugas akhir ini dan dijadikan sebagai dasar perbandingan antara data yang penulis dapatkan (Putri, 2023).
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Syofya, 2022). Untuk memberikan pemahaman terhadap variabel dependen maupun independen dalam penelitian ketimpangan pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau, maka diperlukan definisi operasional yakni:
Ketimpangan Pembangunan Wilayah Ketimpangan pembangunan ekonomi di Kepulauan Riau yang diukur dengan menggunakan PDRB ADHK Per kapita antar Kabupaten/Kota dengan rumus Indeks Theil pada tahun 2011-2020 dengan skala 0<Td<1
PDRB Per kapita ADHK
Produk Domestik Regional Bruto Per kapita Atas Dasar Harga Konstan merupakan
gambaran dan rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk di Kepulauan Riau pada kurun waktu 2011-2020 dengan satuan Rupiah.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk merupakan jumlah seluruh penduduk yang menetap di Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun waktu 2011-2020 (satuan jiwa).
Analisis Deskriptif Kuantitatif
Metode analisis deskriptif kuantitatif merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya (Rosi, 2022)
.
Analisis Deskriptif Kualitatif
Metode analisis deskriptif kualitatif adalah menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan (Ernita, 2021b).
Alat Analisis 1. Theil Index
Menurut Sjafrizal (2008 : 109) dalam (Putri & Pitri, 2021) Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang perkembangan masing-masing daerah dari segi pemerataan pembangunan, dapat diamati dengan menggunakan Indeks Theil pembangunan antar daerah. Perhitungan Indeks Theil didasarkan pada data PDRB masing- masing daerah digunakan rumus sebagai berikut :
n n
Td = ∑ ∑ {y
ij/Y} log [{y
ij/Y}/ {n
ij/N}]
i=j j=i
Dimana :
yij = PDRB perkapita Provinsi wilayah Jawa Y =Jumlah PDRB perkapita seluruh
wilayah Jawa
nij = Jumlah penduduk Provinsi wilayah Jawa N = Jumlah penduduk seluruh wilayah Jawa Hasil pengukuran dari nilai Indeks Theil ditunjukkan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0 < Td < 1.
Kriteria :
1. Jika indeks Theil semakin mendekati angka 0 maka semakin kecil ketimpangan pembangunan ekomoni.
2. Jika indeks Theil semakin mendekati angka 1 maka semakin melebar ketimpangan pembangunan ekonomi.
2. Klassen Tipologi
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan kesenjangan klasifikasi tiap Provinsi di wilayah Jawa. Menurut Sjafrizal dalam (Putri & Pitri, 2021) Analisis ini didasarkan pada dua indikator utama yaitu rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pendapatan per kapita di suatu daerah. Analisis ini membagi empat klasifikasi daerah yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yaitu:
1. Kuadran I yaitu daerah maju dan cepat tumbuh merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi.
2. Kuadran II yaitu daerah maju tapi tertekan merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah tapi pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding rata-rata provinsi.
3. Kuadran III yaitu daerah berkembang cepat merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata provinsi.
4. Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan per kapitanya lebih rendah disbanding
Tabel 1 Klasifikasi Kabupaten/Kota menurut Klassen Tipologi
(y) (r)
(yi > y) (yi < y)
(ri > r)
Kuadran I Daerah maju dan tumbuh cepat
Kuadran III Daerah berkembang cepat
(ri < r)
Kuadran II Daerah maju tapi tertekan
Kuadran IV Daerah tertinggal
Dimana :
r = Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau
y = PDRB per kapita Kepulauan Riau ri = Pertumbuhan ekononomi Wilayah Pembangunan yang diamati
yi = PDRB per kapita Wilayah Pembangunan yang diamati tipologi daerah, dilakukan tiap tahun untuk melihat perkembangan dari masing- masing wilayah pengembangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis
1. Hasil Theil Indek
Indeks ini menggunkan indikator PDRB per kapita ADHK di Kabupaten/Kota pada Provinsi Kepulauan Riau dan jumlah penduduk Kabupaten/Kota pada Provinsi Kepulauan Riau sebagai data dasar dalam perhitungannya, serta jumlah PDRB Kepulauan Riau dan Jumlah penduduk Kepulauan Riau sebagai pembaginya. Berikut merupakan tabel hasil perhitungan dari Theil index dari Tahun 2011- 2020.
Tabel 2 Hasil Perhitungan Theil Indeks
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Karimun 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07 0,06
2 Bintan 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07 0,08
3 Natuna 0,11 0,11 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
4 Lingga 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
5 Kepulauan Anambas 0,10 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09
6 Batam 0,41 0,42 0,43 0,44 0,45 0,45 0,46 0,48 0,49 0,51 0,45
7 TanjungPinang 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09
0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,14 0,14 0,14 0,13
Jumlah Rata-Rata Kepulauan Riau (Provinsi)
Rata-Rata
NO Kabupaten/Kota Theil Indeks
Sumber : data diolah, 2021
Berdasarkan table 2 diatas, menunjukan bahwa rata-rata ketimpangan di Provinsi Kepulauan Riau senilai 0,13 termasuk di katagorikan relatif rendah, dalam hal ini ketimpangan Provinsi Kepulauan Riau mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dimana Kabupaten/Kota Batam pada tahun 2011 merupakan Kabuapten/Kota yang memiliki ketimpangan yang relatif sedang yaitu 0,42 kemudian pada tahun yang sama 2011 Kabupaten/Kota Natuna memiliki ketimpangan
yang relatif rendah yaitu 0,11 selain itu di Kabuapten/Kota Lingga memiliki tingkat ketimpangan relatif rendah yang selalu merata dari tahun 2011-2020 dengan nilai yaitu sebesar 0,04.
2. Tipologi Klassen
Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi suatu daerah.(Syofya & P, 2022). Data yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Rata- rata pertumbuhan ekonomi ditentukan sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu : Kuadran I daerah maju dan tumbuh cepat, Kuadran II daearh maju tapi tertekan, Kuadran III daerah berkembang cepat, Kuadran IV daerah tertinggal.
Berikut merupakan data dari rata-rata pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Ragional Bruto Atas Dasar Harga Konstan dan rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Ragional Bruto per kapita Atas Dasar Harga Konstan per Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2020.
Tabel 3 Klasifikasi Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Menuru
Tipologi Klassen (y)
(r)
(yi > y) (yi < y)
(ri > r)
Kuadran I - Karimun - TanjungPinang - Bintan - Lingga
Kuadran III -Batam
(ri < r)
Kuadran II Kuadran IV - Natuna - Kepulauan Anambas Berdasarkan table 3 diatas menunjunkan bahwa Klasifikasi dapat diketahui Kabupaten/Kota Karimun, Bintan, Lingga dan Tanjungpinagn termasuk kuadran I yaitu daerah cepat maju, Kabupaten/Kota Batam masuk dalam kuadran III yaitu daerah berkembang cepat, Kabupaten/Kota Natuna
dan Kepulauan Anambas termasuk kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal, Sedangkan daerah maju tapi tertekan atau kuadran II tidak ada.
Pembahasan
1. Ketimpangan Di Provinsi Kepulauan Riau Dari hasil penelitian Theil Indek Ketimpangan pembangunan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dari tahun 2011-2020 terlihat pada tabel 2 menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan mencapai rata-rata 0,13 termasuk dalam katagori relatif rendah. Kabupaten/Kota Batam termasuk dalam katagori relatif sedang kemudian Kabupaten/Kota Lingga termasuk katagori relative rendah.
Hal ini sesuai dengan kriteria ketimpangan pembangunan menurut Sjafrizal (2008 : 109) dimana Theil indek ketimpangan pembangunan wilayah ditunjukkan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0<Td<1. Dimana dari 7 Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten./Kota Karimun memiliki ketimpangan dengan nilai rata-rata 0,06 hal ini termasuk ketimpangan rendah kemudian Kabupaten/Kota Bintan memiliki ketimpangan dengan nilai rata-rata 0,10 hal ini termasuk ketimpangan relatif rendah kemudian Kabupaten/Kota Natuna memiliki ketimpangan dengan nilai rata-rata 0,11 hal ini termasuk ketimpangan relatif rendah selanjutnya Kabupaten/Kota Lingga memiliki ketimpangan dengan nilai rata-rata 0,04 hal ini termasuk ketimpangan yang relatif rendah kemudian Kabupaten/Kota Kepulauan Anambas memiliki ketimpangan dengan nilai rata-rata 0,09 hal ini termasuk ketimpangan yang relatif rendah seterusnya Kabupaten/Kota Tanjungpinang termasuk katagori relatif rendah dengan nilai rata-rata nya 0,10 kemudian hanya Kabupaten/Kota Batam
yang memiliki ketimpangan yg relatif sedang di Provinsi Kepulauan Riau dengan nilai rata-rata nya 0,46. Hal ini menunjukan bahwa hanya satu yang berada pada tingkat ketimpangan yang relatif sedang yaitu Kabupaten/Kota Batam yang memiliki nilai rata-rata 0,46.
2. Analisis Tipologi Klassen
Klassifikasi wilayah merupakan suatu landasan yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan
pada wilayah yang berkaitan guna untuk mengetahui variasi karakteristik dalam wilayah tertentu. Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah dengan membagi daerah berdasarkan indikator laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita.
Dengan menentukan laju pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu horizontal vertikal dan PDRB per kapita sebagai sumbu horizontal. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan klasifikasi wilayah Tipologi Klassen yang membagi wilayah menjadi empat kuadran yaitu daerah cepat maju dam cepat tumbuh, daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang pesat, dan daerah relatif tertinggal. Pada tebel 4 diketahui bahwa
dari 7 Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau dapat dikatagorikan
kedalam 4 Kuadran yaitu :1. Kuadran I atau daerah maju dan cepat tumbuh kembang yaitu Kabupaten/Kota Karimun, Kabupaten/Kota Bintan, Kabupaten/Kota Lingga dan Kabupaten/Kota Tanjungpinang karena memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang tinggi dibandingkan rata-rata provinsi.
2. Sedangkan dalam Kuadran II atau daerah maju tapi tertekan, karena pertumbuhan ekonominya lebih rendah tapi pendapatan per kapitanya lebih tinggi dibangdingkan rata-rata provinsi tidak ada.
3. Kuadran III atau daerah berkembang cepat yaitu Kabupaten/Kota Batam saja, karena pertumbuhan ekonominya tinggi tapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dibandingkan rata-rata provinsi.
4. Kuadran IV atau daerah relatif tertinggal yaitu Kabupaten/Kota Natuna dan Kabupaten/Kota Kepulauan Anambas karena pertumbuhan ekonominya rendah dan pendapatan per kapitanya juga rendah dibandingkan rata-rata provinsi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:
1. Ketimpangan Pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau terlihat relatif rendahdengan jumlah nilai rata-rata sebesar 0,13.
2. Berdasarkan Tipologi Klassen pada Provinsi Kepulauan Riau, Dimana dalam daerah cepat maju dan cepat tumbuh kembang pada Kabupaten/Kota Karimun, Bintan, Lingga dan Tanjungpinang, Kemudian daerah berkembang cepat terlihat pada Kabupaten/Kota Batam, Kemudian Kabupaten/Kota Natuna dan Kepulauan Anambas termasuk daerah relative tertinggal kemudian tidak ada daerah maju tapi tertekan.
Saran
Untuk menurunkan tingkat ketimpangan sebaiknya pemerintah membuat strategi kebijakan pembangunan yang lebih tepat sasaran dan efektif dalam pemecahan masalah ketimpangan, tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun hanya dapat dinikmati oleh golongan masyarakat yang berpendapatan tinggi saja.
DAFTAR PUSTAKA
Ernita, D. (2021a). Analisis Pengaruh Inflasi Dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kerinci. Bussman Journal : Indonesian Journal of Business and Management, 1(1), 63–73.
https://doi.org/10.53363/buss.v1i1.23 Ernita, D. (2021b). Analisis Pengaruh Pajak
Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Penerangan Jalan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kerinci 2010- 2020. Bussman Journal : Indonesia Journal of Businness and Management, 1(1), 74–84.
Perdana, A. C. (2022). Pengaruh PDRB Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB ADHK Kota Sungai Penuh. Agregate, 5(April), 1–15.
Putri, O. H. (2022). Analisis Pendapatan Perkapita dan Kesejahteraan Masyarakat terhadap perekonomian Daerah. Jan Maha, 4(8), 68–79.
Putri, O. H. (2023). Peta Perbandingan Kemampuan Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten Kerinci dan
Kota Sungai Penuh. Jurnal EMT KITA, 7(1), 191–197.
https://doi.org/10.35870/emt.v7i1.834 Putri, O. H., & Pitri, N. E. (2021). Analisis
Ketimpangan Pembangunan Di Wilayah Jawa Tahun 2010-2020. Agregate, 4(2), 83–90.
Rahayu, S. (2022). Potensi Ekonomi Sektor Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan Kabupaten Merangin. Bussman Journal : Indonesian Journal of Business and Management, 2(1), 147–163.
https://doi.org/10.53363/buss.v2i1.45 Rosi, A. I. (2022). Pengaruh Pajak Daerah,
Retribusi Daerah dan Laba BUMD Terhadap pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kerinci. Agregate, 5(8.5.2017), 63–71.
Syofya, H. (2022). Model Persamaan Simultan Ekspor dan Inflasi Negara Malaysia.
Journal on Education, 05(01), 547–554.
Syofya, H., & P, A. C. (2022). The Influence of Traceability of Kerinci Coffee Agricultural Products on Agricultural Value Added in Jambi Province. IJEBD (International Journal of
Entrepreneurship and Business Development), 5(2), 246–252.
https://doi.org/10.29138/ijebd.v5i2.1746 Yelnim, Sukarta Kartawijaya, I. S. (2021).
The Ability of the Second Years Stuudents of SMAN 2 Sungai Penuh in Using Question Tags. Syntax Imperatif : Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 2(1), 66–72.
Zasriati, M. (2022). Analisis Ketimpangan Pembangunan Di Indonesia Tahun 2010- 2020. Al-Dzahab, Journal of Economic, Management, Business, and Accounting, 3(2), 119–131.
https://doi.org/10.32939/dhb.v3i2.1494 Andhiani, K. D., Erfit. & Bhakti, A. Analisis
Pertumbuhan Ekonomi Dan Ketimpangan Pembangunan Di Wilayah Sumatera (2018).
Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2020
Badan Pusat Statistik, PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2020
Hartono, B. Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008.
Http://Eprints.Undip.Ac.Id/46873/4, 76 (2008).
Tipka, J. Analisis Ketimpangan Pembangunan antara Kecamatan di Kota Ambon. Barekeng J. Ilmu Mat. dan Terap. 8, 41–45 (2014).
Riyanto, A. Pengaruh Sektor Pertanian, Industri dan Perdagangan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto ( Pdrb ) Kota Semarang. (2015).
Mopangga, H. Analisis Ketimpangan Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi