DOKTRINA: Journal of Law
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/doktrina
Urgensi Penerapan Konsep Green Banking di Indonesia The Urgency of the Green Banking Concept Implementation in
Indonesia
Barran Hamzah Nasution*, Rosa Agustina**, Affila***
Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara, Indonesia
*Coresponding Email: [email protected], [email protected], [email protected] Diterima: Januari 2023; Disetujui: April 2023; Dipublish: April 2023
Abstrak
Era globalisasi, pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup menjadi hal penting untuk diperhatikan. Persoalan lingkungan hidup kini bukan hanya menjadi persoalan lokal atau translokal, tetapi juga persoalan regional, nasional, transnasional dan global. Atas hal tersebut, perbankan di Indonesia melakukan transformasi pada kegiatan bisnisnya yaitu dengan menerapkan konsep green banking, dimana perbankan nasional kini mempertimbangkan aspek pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup dalam kegiatan bisnisnya. Namun demikian, ketiadaan ketentuan peraturan perundangan-undangan di Indonesia yang secara tegas mengatur kewajiban bagi suatu bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup menuntut adanya pembaharuan hukum dalam penerapan konsep green banking pada pengelolaan perbankan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengulas pengertian dan sejarah dari konsep green banking serta urgensi penerapan konsep green banking di Indonesia. Adapun penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dimana metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan perundang-undangan (statute approach). Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berasal dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, serta teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teknik penelusuran kepustakaan (library research). Data yang bersumber dari bahan-bahan hukum tersebut dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif.
Kata Kunci : Bank Hijau, Implementasi Bank Hijau Abstract
Era globalization, environmental management and protection become important matters. Environmental issues nowadays have become not only local or trans-local issues but also regional, national, transnational, and global issues. On that matter, banks in Indonesia transform their business activities by implementing the green banking concept, in which national banks nowadays consider environmental management and protection aspects in their operational activities. However, the absence of statutory regulations in Indonesia which explicitly stipulate obligations for a bank to include provisions for environmental management and protection requires legal renewal in the application of the green banking concept to banking management in Indonesia. This research aims to review the definition and history of green banking and the urgency of the green banking concept implementation in Indonesia. This research is normative legal research in which using a statute approach. The legal materials used in this research are derived from primary and secondary legal materials. The legal material collection technique used in this research is a library research technique. The data in which sourced from legal materials in this study were analyzed using a qualitative approach.
Keywords: Green Banking, Green Banking Implementation
How to Cite: Nasution. B. H., Agustina. R, Affila (2023). Urgensi Penerapan Konsep Green Banking di Indonesia.
Doktrina: Journal of Law. 6 (1): 73-81
74 PENDAHULUAN
Isu lingkungan hidup kini telah menjadi isu global yang sangat penting mendampingi agenda klasik dalam politik internasional, yakni isu keamanan dan ekonomi. Dalam perkembangannya, kepedulian terhadap isu lingkungan hidup semakin meningkat dan meluas, dan kemudian menjadi isu global disebabkan oleh: Pertama, beberapa masalah lingkungan hidup secara inheren bersifat global. CFCs (chlorofluorocarbons) yang terlepas ke atmosfer menyumbang masalah penipisan ozon stratospheric secara global dimana pun CFCs dipancarkan, seperti halnya dengan emisi carbon dioxide menyumbang terhadap perubahan iklim.
Oleh karena efeknya bersifat global, maka masalah ini hanya bisa ditanggulangi melalui kerja sama global. Kedua, beberapa masalah dikaitkan dengan eksploitasi the global commons, yaitu: sumber-sumber yang menjadi milik bersama dari seluruh anggota masyarakat internasional, seperti samudera/laut, atmosfer, dasar laut dan ruang angkasa. Banyak yang berpendapat bahwa sumber-sumber genetik dunia merupakan sebuah sumber global yang harus dipelihara dan dipertahankan untuk kepentingan bersama. (Winarno, Budi:
2014).
Ketiga, banyak masalah lingkungan hidup yang secara intrinsik transnasional,
dalam arti melewati batas-batas negara, bahkan sekalipun masalah-masalah tersebut tidak seluruhnya bersifat global. Keempat, banyak proses eksploitasi yang berlebihan atau degradasi lingkungan hidup yang secara relatif dalam skala lokal atau nasional, dan ini terjadi di sejumlah besar tempat di seluruh dunia, yang kemudian dipandang sebagai masalah global. Sebagai contoh, masalah-masalah yang mencakup praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, deforestasi, polusi sungai dan banyak masalah lingkungan hidup yang dikaitkan dengan urbanisasi dan praktik-praktik industri. (Winarno, Budi: 2014).
Di era globalisasi, kelestarian lingkungan hidup menjadi hal penting untuk diperhatikan. (Tristy, Marsatana Tartila, dan Aminah Aminah: 2020). Persoalan lingkungan hidup bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional, nasional, transnasional dan juga global. Dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya berkaitan pada satu atau dari dua segi saja, namun juga saling terkait sesuai dengan sifat lingkungan yang mempunyai multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Apabila satu aspek dari lingkungan bermasalah, akibatnya berbagai aspek lainnya juga akan mengalami dampak atau akibat. (Arliman, Laurensius: 2018).
75 Dengan menguatnya perhatian dunia terhadap persoalan lingkungan hidup, maka perbankan melakukan transformasi pada perilaku dan kegiatannya. Konsep green economy yang pada hakikatnya mendorong agar setiap kegiatan ekonomi harus meminimalkan dampaknya bagi lingkungan.
(Awatara, I Gusti Putu Diva, dan Fatonah, Siti: 2017). Pada sektor perbankan pun terdapat istilah bank hijau (green banking).
(Anggraini, Diah, Aryani, Dwi Nita, dan Prasetyo, Irawan Budi : 2020). Green banking itu sendiri adalah “kegiatan operasional dari suatu bank yang ramah lingkungan, mempunyai tanggung jawab dan kinerja pada lingkungan serta mempertimbangkan aspek perlindungan lingkungan dalam menjalankan bisnisnya”.
(Handajani, Lilik, Rifai, Ahmad, dan Husnan
Hamdani: 2019). Dengan
mempertimbangkan aspek perlindungan lingkungan dalam pembuatan keputusan bisnisnya, maka bank dapat mengurangi dampak negatif dari aktivitas operasinya sehingga dapat membantu bank dalam mengupayakan tanggung jawab sosial perusahaan dan mencapai keberlanjutan.
(Handajani, Lilik, Rifai, Ahmad, dan Husnan Hamdani: 2019).
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, rumusan permasalahan akan diuraikan
menjadi 2 (dua) bagian. Pertama, mengenai pengertian dan sejarah dari green banking.
selanjutnya, rumusan masalah kedua yaitu mengenai urgensi dari penerapan konsep green banking di Indonesia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, dimana penelitian ini berbasis pada analisis terhadap kaedah- kaedah atau norma-norma hukum positif.
Menurut Bismar Nasution, penelitian hukum normatif merupakan penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan dan putusan pengadilan. (Bismar Nasution: 2003). Pendekatan (approach) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan perundang- undangan atau statute approach. Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berasal dari bahan hukum primer yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum (peraturan perundang- undangan) serta bahan hukum primer yang mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak- pihak yang berkepentingan (kontrak, konvensi, dokumen hukum, dan putusan hakim). Selain bahan hukum primer, bahan hukum sekunder juga digunakan dalam penelitian ini yaitu seperti buku ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum, dan media
76 cetak atau media elektronik. (Bachtiar: 2018).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik penelusuran kepustakaan (library research). Hal tersebut dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang merupakan penelitian hukum kepustakaan. (Soekanto, Soerjono, dan Mamudji, Sri: 1994). Dan untuk metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk penelitian hukum yang bersifat normatif dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk memecahkan isu hukum yang diajukan.
Hasil yang ingin dicapai adalah memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogianya.
Maka dari itu, sifat analisis penelitian ini adalah preskriptif, karena yang diteliti adalah kondisi hukum secara intrinsik, yaitu hukum sebagai sistem nilai dan hukum sebagai norma sosial. (Bachtiar: 2018).
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Konsep Green Banking
Bank mempunyai peranan yang sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara, dimana bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Kemajuan suatu bank di dalam suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan.
Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan dalam mengendalikan negara
tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya. (Regar, Rifka, Areros, William A., dan Rogahang, Joula J: 2016).
Bank pada intinya didefinisikan sebagai “suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat kembali dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
(Ikatan Bankir Indonesia: 2012). Fungsi utama bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dan secara tepat serta cepat menyalurkan dana tersebut kepada penggunaan atau investasi yang efektif dan efisien. Fungsi seperti itu dapat dikatakan sebagai “aliran darah” bagi perkembangan perekonomian dan peningkatan standar taraf hidup. (Zulkarnain Sitompul: 2007).
Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 4 UUP yang menjelaskan bahwa bank bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan pemerataan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
(Fahrial: 2018).
Pembangunan itu sendiri menyebabkan perubahan, yaitu dalam hal perubahan pada lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Atas hal tersebut, maka perlu menjadi perhatian untuk
77 mengusahakan agar perubahan lingkungan tidak sampai mengganggu keseimbangan hubungan antara lingkungan dengan manusia. Menyadari perlunya dilakukan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup demi pelestarian lingkungan hidup yang seimbang dan serasi untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan, maka seyogianya Indonesia mengembangkan dan melestarikan lingkungan hidup guna untuk tetap dapat menjadi sumber penunjang bagi bangsa dan rakyat Indonesia serta makhluk hidup lainnya. (Maramis, Nicholas: 2016).
Demi menjaga kelestarian lingkungan hidup, konsep green economy terus digaungkan. Pada sektor perbankan pun terdapat istilah bank hijau (green banking).
(Anggraini, Diah, Aryani, Dwi Nita, dan Prasetyo, Irawan Budi: 2019). Tidak ada definisi dari green banking yang diterima secara universal, dimana definisi dari green banking sangat bervariasi antar negara.
Namun, beberapa peneliti dan organisasi telah mencoba untuk mendefinisikan green banking.( Park, Hyoungkun, dan Kim, Jong Dae: 2020). Secara umum, green banking merupakan bank yang kegiatan operasionalnya ramah lingkungan, memiliki tanggung jawab dan kinerja lingkungan serta mempertimbangkan aspek
perlindungan lingkungan dalam menjalankan bisnisnya.
World Bank memberikan definisi dari bank hijau (green banking) yaitu “suatu institusi keuangan yang memberikan prioritas pada sustainability dalam praktek bisnisnya dimana bank yang menerapkan bank hijau (green banking) akan menghasilkan output perusahaan, competitive advantage, identitas perusahaan yang baik, dan branding image yang kuat dalam pencapaian target perusahaan yang telah ditetapkan”.
(Anggraini, Diah, Aryani, Dwi Nita, dan Prasetyo, Irawan Budi: 2019). Selanjutnya, Masukujjaman dan Aktar mendefinisikan green banking sebagai “bank yang eco- friendly atau ramah lingkungan, yang menghindari kerusakan lingkungan hidup sehingga bumi menjadi tempat tinggal yang habitable atau layak huni dengan melalui penyediaan green product yang inovatif untuk mendukung inisiasi green banking”.
(Andarsari, Pipit Rosita, dan Firdiansyah, Yovhan : 2020).
Perbankan hijau (green banking) didasari pada prinsip yaitu untuk memperkuat kemampuan manajemen risiko bank khususnya yang berkaitan pada lingkungan hidup dan mendorong perbankan untuk meningkatkan portofolio pembiayaan yang ramah lingkungan.
78 (Anggraini, Diah, Aryani, Dwi Nita, dan Prasetyo, Irawan Budi: 2019). Choudhury mengemukakan bahwa “bank seyogianya menerapkan praktik go green dan memainkan peran proaktif menjaga lingkungan untuk perbaikan fungsional dan mengubah kebiasaan nasabah bank dalam bertransaksi”. Penggunaan teknologi lingkungan yang tepat serta penerapan sistem manajemen bisnis yang baik, tidak hanya akan berguna bagi lingkungan hidup, namun juga akan bermanfaat bagi efisiensi bank itu sendiri.( Yuniarti Sari: 2013).
Dalam hal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa inti dari green banking system adalah upaya untuk memperkuat kapabilitas manajemen risiko bank, khususnya yang terkait dengan lingkungan, dan mendorong perbankan untuk meningkatkan sustainability bisnis yang berpedoman pada energi yang terbarukan, efisiensi energi, pertanian dan pariwisata, lingkungan hidup serta berbagai produk yang merupakan kategori eco-label. Langkah ini merupakan wujud pemahaman bank terhadap potensi risiko kerusakan lingkungan dalam aktivitas keuangannya yang dapat berdampak negatif terhadap penurunan nilai keuangan dan reputasi bank yang terkena dampak.
(Adhitya, Fajar, Farida, Dessy Noor, dan Andestri, Fitria: 2021)
Konsep bank hijau (green banking) pertama kali dikembangkan di negara-
negara barat. bank hijau (green banking) secara resmi dimulai pada tahun 2003 dengan tujuan untuk melindungi lingkungan hidup. Pada bulan Maret 2009, anggota kongres Amerika Serikat Chris Van Hollen memperkenalkan Green Bank Act dengan tujuan mendirikan suatu bank hijau di bawah kepemilikan pemerintah Amerika Serikat. Setelah memperkenalkan bank hijau (green banking), gagasan awal penerapan bank hijau (green banking) adalah untuk meminimalkan penggunaan kertas pada kegiatan bisnis perbankan dikarenakan untuk membuat kertas-kertas tersebut diperlukan penebangan pohon-pohon sebagai bahan mentah dalam pembuatan kertas-kertas tersebut (hal tersebut mengurangi hutan hijau) dan karena alasan tersebut secara alami mengurangi oksigen dan meningkatkan karbon dioksida di udara.
Green banking sendiri melakukan langkah- langkah proaktif untuk melindungi lingkungan dan mengatasi tantangan perubahan iklim.( Lalon, Raad Mozib: 2015).
Urgensi Penerapan Konsep Green Banking di Indonesia
Indonesia belum terdapat peraturan yang memadai terkait dengan penerapan green banking. (Safitri, Ria, Hartiwiningsih, dan Purwadi, Hari : 2019). Di samping itu, belum ada ketentuan peraturan perundangan-undangan di Indonesia yang
79 secara tegas mengatur kewajiban bagi suatu bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Namun, terdapat beberapa ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) yang secara implisit dapat dijadikan landasan bagi bank dalam pelaksanaan konsep green banking khususnya terkait pada hukum perkreditan di Indonesia, yakni Pasal 22 UUPPLH, Pasal 36 UUPPLH, Pasal 65 UUPPLH, Pasal 66 UUPPLH, Pasal 67 UUPPLH dan Pasal 68 UUPPLH. (Maramis, Nicholas: 2016).
Selain UUPPLH, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (UUP) secara implisit juga mencantumkan kewajiban pelaksanaan green banking pada perbankan nasional dalam penjelasan angka 5 dalam Pasal 8 ayat (1) UUP. (Maramis, Nicholas: 2016).
Selanjutnya, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum (PBI 14/2012). Melalui PBI 14/2012, Bank Indonesia mendorong perbankan di Indonesia untuk mempertimbangkan faktor kelayakan lingkungan dalam melakukan penilaian suatu prospek usaha. PBI 14/2012 merupakan tindak lanjut atas penetapan
UUPPLH serta Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Ketiadaan ketentuan peraturan perundangan-undangan di Indonesia yang secara tegas mengatur kewajiban bagi suatu bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup menuntut adanya pembaharuan hukum dalam penerapan konsep green banking pada pengelolaan perbankan di Indonesia. Lahirnya peraturan perundang- undangan yang baru di Indonesia yang secara tegas mengatur kewajiban bagi bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup merupakan proses dari pembaharuan hukum.
Sejalan dengan teori pembaharuan hukum, pembaharuan hukum itu sendiri pada hakikatnya merupakan pembaharuan terhadap pokok-pokok pemikiran – sering juga dimaknai sebagai pembaharuan konsep atau ide dasar – bukan sekedar mengganti perumusan pasal secara tekstual. Meski paparan tekstualnya tak bisa diabaikan, nilai dasar dibalik yang tekstual itu adalah kepentingan prioritasnya. Artinya, dalam pembaharuan hukum, pembaharuan
80 terhadap nilai-nilai itulah yang menjadi kebutuhan mendasarnya. Sebab substansi hukum adalah nilai. Hukum sejatinya merupakan gambaran atas sebuah tata nilai.
Hukum bukanlah rangkaian kata-kata mati dan kosong. Karena itu, seindah dan sebaik apapun paparan tekstualnya, hukum tidak dapat diberi kualitas sebagai hukum, manakala tidak berisi dan tidak menjelmakan sebuah tata nilai. (Tongat, Prasetyo, Said Noor, Aunuh, Nu’man, dan Fajrin, Yaris Adhial Fajrin: 2020). Dalam hal ini, maka hukum yang diciptakan nantinya dari hasil proses pembaharuan hukum dapat dijadikan pedoman (standard) dalam bertindak bagi masyarakat. (Rahman, Abdul, dan Heriyanto: 2021).
Dengan lahirnya peraturan perundang- undangan yang baru di Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, diharapkan nantinya peraturan tersebut akan menjadi pedoman bagi perbankan di Indonesia dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dengan mempertimbangkan aspek pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup.
SIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hingga kini belum terdapat peraturan yang memadai terkait
dengan penerapan green banking di Indonesia. Di samping itu, belum ada ketentuan peraturan perundangan- undangan di Indonesia yang secara tegas mengatur kewajiban bagi suatu bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Bank Hijau (green banking) itu sendiri secara umum merupakan bank yang kegiatan operasionalnya ramah lingkungan, memiliki tanggung jawab dan kinerja lingkungan serta mempertimbangkan aspek perlindungan lingkungan dalam menjalankan bisnisnya. Ketiadaan ketentuan peraturan perundangan- undangan di Indonesia yang secara tegas mengatur kewajiban bagi suatu bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup menuntut adanya pembaharuan hukum dalam penerapan konsep green banking pada pengelolaan perbankan di Indonesia.
Lahirnya peraturan perundang-undangan yang baru di Indonesia yang secara tegas mengatur kewajiban bagi bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup merupakan proses dari pembaharuan hukum. Dengan lahirnya peraturan perundang-undangan yang baru di Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban bank untuk mencantumkan ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, diharapkan
81 nantinya peraturan tersebut akan menjadi pedoman bagi perbankan di Indonesia dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dengan mempertimbangkan aspek pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Adhitya, F. Farida, D.N., dan Andestri, F. (2021).
Green Banking Trend Menjaga Sustainabilitas Bisnis Berwawasan Lingkungan. Jawa Timur:
CV. Penerbit Qiara Media.
Andarsari, P. R. dan Firdiansyah, Y. (2020).
Penerapan Praktik Green Banking pada Bank BUMN di Indonesia”, Jurnal Eksekutif, Vol. 17, No. 2.
Anggraini, D., Aryani, D. N. dan Prasetyo, I. B. (2020).
Analisis Implementasi Green Banking dan Kinerja Keuangan terhadap Profitabilitas Bank di Indonesia (2016-2019)", JBMI (Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Informatika), Vol. 17, No. 2.
Arliman, L. (2018). ksistensi Hukum Lingkungan dalam Membangun Lingkungan Sehat di Indonesia", Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 5, No. 1.
Awatara, I. G. P. D., dan Fatonah, S. (2017). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Green Banking", Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Bisnis (SENATIB), 4 November.
Bachtiar. (2018). Metode Penelitian Hukum.
Tanggerang Selatan: Unpam Press.
Fahrial. (2018). Peranan Bank dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Ensiklopedia of Journal, Vol. 1, No. 1..
Handajani, L. R. A. dan Hamdani, H. (2019). Kajian tentang Inisiasi Praktik Green Banking pada Bank BUMN di Indonesia", Jurnal Economia Review of Business and Economics, Vol. 15, No.
1.
Ikatan Bankir Indonesia. (2012). Memahami Bisnis Bank. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lalon, R. M. (2015). Green Banking: Going Green”, International Journal of Economics, Finance and Management Sciences,Vol. 3, No. 1, Januari.
Maramis, N. (2016). Tanggung Jawab Perbankan dalam Penegakan Green Banking Mengenai Kebijakan Kredit", Lex Et Societatis, Vol. 4, No.
6, Juni.
Nasution, B. (2003). Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, makalah,
Dialog Interaktif tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penulisan Penelitian Hukum pada Majalah Akreditasi, Medan.
Park, H. dan Kim, J. D. (2020). Transition Towards Green Banking: Role of Financial Regulators and Financial Institutions", Asian Journal of Sustainability and Social Responsibility, Vol. 5, No. 1.
Rahman, A. dan Heriyanto. (2021). Memasyarakatkan Hukum: Pembaharuan Hukum yang Dinamis Guna Mewujudkan Efektivitas Penegakan Hukum yang Berkeadilan”, HUKMY: Jurnal Hukum, Vol. 1, No. 1.
Regar, R. A. William A., dan Rogahang, J. J. (2016).
Analisis Pemberian Kredit Mikro terhadap Peningkatan Nasabah Studi Pada PT Bank Sulutgo Cabang Manado", Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 4, No. 4.
Safitri, Ria, Hartiwiningsih, dan Purwadi, Hari, "The Role of Law on the Implementation of Green Banking in Indonesia", Jurnal Cita Hukum, Vol. 7, No. 1, 2019.
Soekanto, S. dan Mamudji, S. (1994). Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Tongat, P. , Said, N. A. N., dan Fajrin, Y. A. F. (2020).
Hukum yang Hidup dalam Masyarakat dalam Pembaharuan Hukum Pidana Nasional, Jurnal Konstitusi, Vol. 17, No. 1, Maret.
Tristy, M. T. dan Aminah, A. (2020). Efektivitas Kebijakan Pengurangan Sampah Plastik bagi Kelestarian Lingkungan Hidup di Era Globalisasi”, Lex Librum: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 7, No. 1.
Winarno, B. (2014). Dinamika Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service).
Yuniarti, S. (2013). Peran Perbankan dalam Implementasi Bisnis Hijau dan Pembangunan Berkelanjutan", Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 17, No. 3, September..
Sitompul, Z. (2007). Lembaga Penjamin Simpanan Substansi Dan Permasalahan. Bandung: Books Terrace & Library.