• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potret Lingkungan Hidup di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potret Lingkungan Hidup di Indonesia"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum Pembangunan

Berkelanjutan

Kuliah I Hukum Lingkungan

Mas Achmad Santosa

(2)

Potret Lingkungan Hidup di Indonesia

Sustainable Development

(Pembangunan Berkelanjutan)

Mengapa Sustainable Development?

Prinsip-prinsip atau elemen

Sustainable

Development

Keterkaitan

Sustainable Development

dan Hukum Lingkungan

Sumber-sumber Hukum Lingkungan

(3)

Tantangan Lingkungan Hidup dan

SDA

PERSPEKTIF GEOGRAFIS

• Letak geograf Indonesia menyebabkan Indonesia menjadi salah satu Negara yang sangat berpotensi sebagai negara yang rawan bencana: gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan letusan gunung api.

 

• Gempa dan Tsunami merupakan bencana alam yang sangat potensial terjadi di Indonesia karena kepulauan Indonesia merupakan salah satu wilayah tektonik paling kompleks dengan tiga lempeng, yaitu lempeng Eurasia, Pasifk, dan Filipina dan Indo-Australia yang paling aktif pergerakannya (SLHI, KLH, 2007).

 

• Indonesia memiliki 129 Gunung Berapi yang aktif dan 271 titik letusan sebagai konsekuensi dari interaksi dan tumbukan antara lempeng-lempeng tersebut diatas (Topinka, USGS, 2001).

PERSPEKTIF DEMOGRAFIS

• Secara demografs meski wilayah Indonesia sangat luas dan terdiri atas ratusan pulau besar dan ribuan pulau kecil serta secara administratif terdiri dari 33 provinsi dan 434 kabupaten/kota.

• Sebagian besar penduduk Indonesia bertempat tinggal di Pulau Jawa. Selama periode 1961 hingga 2005, pulau Jawa yang luasnya kurang dari 7% luas daratan Indonesia dihuni oleh sekitar 60% penduduk, sehingga pulau Jawa merupakan pulau yang terpadat dengan kepadatan penduduk 1.001 orang /km2. Kondisi demografs ini menimbulkan persoalan daya dukung ekosistem pulau Jawa.

PERSPEKTIF PEMBANGUNAN

• Laju deforestasi dan degradasi hutan dengan angka yang cukup fuktuatif (1,8 juta ha per tahun pada periode 1985 dan 1997, 2,8 juta ha pada periode 1997 – 2000, dan kemudian turun lagi 1,08 juta ha pada periode 2000 – 2005).

• Pencemaran air, udara dan tanah terutama di kota-kota besar

(4)

Peluang Lingkungan Hidup dan SDA

Lahan hutan Indonesia yang luas 48,8% dari luas

daratan Indonesia (United Nations, 2007);

Laju deforestasi dapat ditekan menjadi 350,000

ha/tahun (Pidato Presiden SBY pada Rio+20;

Pemilik hutan hujan tropis dengan

keanekaragaman hayati;

Pengembangan jasa fungsi ekosistem hutan dan

jasa lingkungan hutan memiliki nilai jauh lebih

besar daripada perolehan ekonomis hasil kayu;

(5)

Sustainable Development

(6)

Istilah pembangunan berkelanjutan pertama kali diperkenalkan oleh

World Commission on Environment and Development

(WCED) dalam

Our Common Future,

didefnisikan sebagai berikut:

“Development that meets the needs of the present without

compromising the ability of the future generation to meet their own

needs”

atau: “pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang

tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk

memenuhi kebutuhannya”).

(7)

SD: Prinsip-prinsip

Keadilan Antar Generasi (

Inter-Generational

Equity

)

Keadilan Dalam Satu Generasi Yang Sama (

Intra

Generational Equity

);

Prinsip Pencegahan Dini dan Kehtrai-Hatian

(

Precautionary & Preventative Principles

)

Internalisasi Ekternalitas – Prinsip Pencemar

Membayar (

Internalize Externalities-Polluter Pays

Principle

);

Perlindungan Keanekaragaman Hayati

(8)

MDGs (2000)

Tujuan Pertama : Mengurangi dan menghapuskan kemiskinan ekstrim dan

kelaparan;

Tujuan Kedua : Mencapai pendidikan dasar yang berlaku universal;

Tujuan Ketiga : Mempromosikan kesetaraan jender dan pemberdayaan

perempuan;

Tujuan Keempat : Mengurangi kematian bayi;

Tujuan Kelima : Memperbaiki kesehatan Ibu melahirkan;

Tujuan Keenam : Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya;

Tujuan Ketujuh : Menjamin keberlanjutan lingkungan hidup;

(9)

Kesepakatan Global

(10)

Kesepakatan Global terkait Lingkungan

Hidup

Dari Stockholm ke Rio

Stockholm Conference on Human Environment

, 1972, yang melahirkan dua instrumen

lunak hukum internasional, yaitu (1) Deklarasi Stockholm yang berisi 24 prinsip-prinsip

lingkungan dan pembangunan; (2) Seratus sembilan langkah atau rencana aksi

Rio Declaration

, UNCED, 1992, yang mengasilkan dokumen-dokumen utama sebagai

berikut:

Rio Declaration on Environment and Development

Agenda 21

(Agenda tentang Rencana Aksi untuk melaksanakan Prinsip-prinsip Rio)

the Convention on Biological Diversity

the Framework Convention on Climate Change; dan

the Statement of Principles for a Global Consensus on the Management, Coservation,

and Sustainable Deveopment of All Types of Forests (the Statement of Forest

Principles)

(11)

Kesepakatan Global terkait Lingkungan

Hidup (cont’d)

Dari Rio ke Johannesburg

The World Summit on Sustainable Development (WSSD), 2002

Hasil penting pada WSSD, Johannesburg adalah Political Declaration yang diadopsi

dalam Plenary Meeting WSSD tertanggal 4 September 2002 dan Johannesburg Plan of

Implementation (JPOI) atau Rencana Aksi Johannesburg yang terdiri dari 170 paragraf

Secara umum JPOI (2002) menegaskan bahwa pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan yang efektif harus mempertimbangkan dan melaksanakan program

secara terintegrasi:

mengurangi angka kemiskinan;

mengubah pola konsumsi dan produksi yang tidak berkelanjutan;

melindungi dan mengelola sumber daya alam sebagai basis pembangunan ekonomi

dan sosial;

Pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik efektif (good governance);

concerted eforts di tingkat global termasuk antara pemain-pemaian utama seperti

negara-negara , wilayah, badan-badan PBB, multinational development banks dan civil

society organizations (CSOs); dan

(12)

Kesepakatan Global terkait Lingkungan

Hidup (cont’d)

Rio+20 (Rio de Janeiro, 2012)

JPOI (2002) menegaskan pentingnya good governance dalam pencapaian SD. Sedangkian Rio+20 menggarisbawahi perangkat (tools) green economy untuk pencapaian SD.

Ekonomi Hijau diyakini dapat mengurangi kemiskinan, mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, memperkuat pelibatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Prasyarat Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan:

Konsisten dengan hukum internasional;

Menghargai kedaulatan nasional dari suatu negara atas sumber daya alam

Kelembagaan di setiap tingkatan pemerintahan berfungsi baik dengan pelibatan dari semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat

Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan bersifat inklusif, serta mendorong inovasi dan menyediakan kesempatan melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, dengan menghormati HAM

Mempertimbangkan kepentingan negara berkembang;

Meningkatkan kerjasama internasional termasuk kerjasama di bidang Sumber Daya Keuangan, Peningkatan Kapasitas, dan alih teknologi pada negara berkembang;

Menghindari kondisionalitas yang tidak relevan dan berdasar dalam bantuan pembangunan dari negara-negara lain (ODA)

Dihindari berbagai restriksi dalam perdagangan internasional dan memastikan berbagai prasarat lingkungan hidup dalam konteks persoalan lingkungan hidup global dan lintas batas.

Mengurangi kesenjangan teknologi antara negara maju dan berkembang

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat, komunitas adat, masyarakat lokal dan etnis minoritas

Meningkatan kesejahteraan perempuan, anak, pemuda, dan anggota masyarakat dengan keterbatasan

Memobilisasi dan menjamin adanya kontribusi yang sepadan antara laki-laki dan perempuan

Mempromosikan aktiftas-aktiftas produktif di negara berkembang yang memberi kontribusi pada pengurangan angka kemiskinan

Mempromosikan keterlibatan masyarakat dan ketidaksetaraan

Mempromosikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan

(13)

Integrasi Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

(PBL) ke Dalam Peraturan Perundangan dan Putusan

Pengadilan

Langkah awal bagi implementasi prinsip-prinsip PBL di

tingkat nasional;

Deklarasi Rio yang merupakan perangkat hukum lunak (soft

law) tidak dapat secara langsung mengikat secara hukum

terhadap negara-negara yang ikut menandatanganinya,

kecuali apabila telah diadopsi dengan norma yang telah

berlaku

Memudahkan saat memberikan panduan bagi pengambil

keputusan administratif dan pengadilan saat mengambil

putusan

(14)

Perkembangan Hak-Hak

Konstitutional Dibidang Perlindungan

Lingkungan Hidup

(15)

Perkembangan Hak-Hak Konstitutional Dibidang Perlindungan

Lingkungan Hidup di Tingkat Global

Pasca Stockholm Conference (1972),

beberapa negara telah mengakui

perlindungan lingkungan hidup secara

konstitusional, dengan menuangkannya ke

dalam konstitusi negaranya.

Spanyol dan Portugal dianggap sebagai

negara-negara pertama yang mengadopsi

pengakuan lingkungan hidup dalam

(16)

Portugal

Pasal 66

: Lingkungan Hidup dan Kualitas Hidup

Ayat 1.

Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang sehat dan lingkungan hidup

manusia (

human environment

) yang seimbang secara ekologis (

ecologicaly balanced

)

dan berkewajiban untuk menjaganya (

the duty to defend it

).

Ayat 2.

Kewajiban negara yang diperankan oleh badan-badan yang ditugaskan untuk

itu dengan dukungan prakarsa rakyat adalah:

a.Mencegah dan mengendalikan pencemaran beserta dampaknya;

b.Memerintahkan dan mempromosikan perencanaan regional yang bertujuan

menempatkan lokasiaktiftas yang tepat (

proper location of activities

), pembangunan

ekonomi dan sosial secaraseimbang, dan menghasilkan

bioligically balanced

landscapes

;

c.Menciptakan dan mengembangkan cagar alam, taman nasional, wilayah rekreasi,

mengklasifkasikanserta melindungi tataguna tanah (

landscapes

) dan situs sehingga

menjaminpelestarian sumber daya alam aset budaya dan sejarah serta kepentingan

artistik;

d.Mempromosikan penggunaan secara rasional sumber alam dan menjaga kapasitas

dan kemampuannya untuk memperbaharui (

renewal

) dan stabilitas ekologis

(17)

Argentina

Pasal 41

Ayat 1

: Setiap penduduk menikmati hak untuk sehat, lingkungan hidup yang

seimbang serta layak untuk pembangunan manusia, oleh karenanya kegiatan

produktif memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan sekarang tanpa

mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang, dan mempunyai kewajiban

untuk menjaga lingkungan hidup.

 

Pemerintah wajib memberikan perlindungan atas hak ini, untuk pemanfaatan secara

rasional sumber daya alam, untuk pelestarian warisan budaya dan alam serta

keanekaragaman hayati, dan informasi serta pendidikan lingkungan hidup.

 

Kewajiban bangsa untuk membentuk hukum yang mengatur tentang anggaran

minimun untuk perlindungan lingkungan hidup dan pemerintahan propinsi memiliki

perundang-undangan yang serupa untuk melengkapi per-undang-undangan tingkat

nasional tanpa harus merubah yurisdiksi atau kewenangan pemerintah lokal.

(18)

Spanyol

Pasal 45:

Setiap orang memiliki hak untuk menikmati lingkungan yang

layak untuk pengembangan manusia, sekaligus memiliki

kewajiban untuk menjaganya.

Pemerintah wajib mengawasi penggunaan secara rasional

sumber daya alam untuk melindungi dan meningkatkan

kualitas hidup serta melestarikan dan memperbaiki lingkungan

hidup, dengan mendayagunakan solidaritas bersama.

Siapapun yang melanggar ketentuan di atas dapat dikenakan

hukuman pidana maupun administrasi sesuai dengan

(19)

Afrika Selatan

Pasal 24:

Setiap orang memiliki hak untuk lingkungan hidup yang tidak

berbahaya bagi kesehatan dan kesejahteraan.

Memiliki lingkungan hidup yang terlindungi untuk kemanfaatan

generasi saat ini dan yang akan datang melalui

perundang-undangan dan upaya lainnya guna mencegah pencemaran dan

degradasi lingkungan; mempromosikan konservasi.

Menjamin pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan dan penggunaan sumber daya alam, pada saat

(20)

Switzerland

Dalam konstitusi

Switzerland

bab IV mengatur secara khusus tentang lingkungan hidup dan

zonasi. Bab IV ini memiliki 8 pasal, yaitu:

Pasal 74 tentang perlindunga lingkungan;

Pasal 75 tentang zonasi;

Pasal 76 tentang air;

Pasal 77 tentang hutan;

Pasal 78 tentang cagar alam dan cagar budaya;

Pasal 79 tentang perikanan dan perburuan;

Pasal 80 tentang perlindungan binatang.

 

Pasal 73 dengan judul pembangunan berkelanjutan mengatur

:

Pemerintah federal dan negara bagian wajib memperjuangkan, membentuk serta

mengembangkan keseimbangan antara alam – khususnya terkait dengan kapasitasnya untuk

memperbarui sendiri – dengan penggunaannya oleh manusia.

 

Sedangkan Pasal 77 tentang kehutanan konstitusi mengakui:

Pemerintah menjamin bahwa hutan mampu memenuhi fungsi-fungsi perlindungan ekonomi dan

sosial.

Pemerintah menetapkan prinsip-prinsip perlindungan hutan.

(21)

Prancis

Charter lingkungan hidup ini merupakan realisasi dari komitmen Presiden Chirac untuk

menegaskan komitmennya melindungi hak-hak fundamental warga Prancis di bidang lingkungan

hidup dan menjadi pemimpin dunia di lingkungan hidup. Adapun pasal-pasal Charter Lingkungan

Hidup tersebut sebagai berikut:

Pasal 1: “

Setiap orang berhak untuk hidup dalam lingkungan yang seimbang dan menghormati

kesehatan

Pasal 2: “

Setiap orang wajib untuk berpartisipasi dalam pemeliharaan dan perbaikan lingkungan

Pasal 3: “

Setiap orang wajib sesuai dengan kondisi yang diatur oleh undang-undang, mencegah

kerusakan yang dapat mereka lakukan pada lingkungan hidup

” 

Pasal 4: “

Setiap orang wajib berkontribusi dalam perbaikan dampak lingkungan yang mereka

lakukan sesuai dengan kondisi yang diatur dalam UU

Pasal 5: “

Apabila kerusakan lingkungan hidup muncul walaupun secara keilmuan belum dapat

dipastikan, namun mengancam secara serius lingkungan hidup dan tidak dapat dikembalikan

pada keadaan semula

(irreversible)

maka diterapkan prinsip pencegahan

dini (precautionary

principle),

risk assessment dan pengadopsian upaya-upaya yang tepat guna untuk mencegah

kerusakan yang berlanjut

”.

(22)

Prancis (cont’d)

Pasal 6: “

Kebijakan publik harus mempromosikan bpembangunan

berkelanjutan yang melindungi lingkungan

 

Pasal 7: “

Setiap orang berhak, mengakses informasi terkait lingkungan

hidup yang disediakan oleh pejabat publik dan berpartisipasi dalam

pengambilan keputusan publik yang dapat berdampak terhadap

lingkungan hidup

Pasal 8: “

Pendidikan dan pelatihan lingkungan harus berkontrubisi untuk

menguji hak dan kewajiban dalam charter ini

Pasal 9: “

Penelitian dan inovasi harus berkontribusi pada pencegahan

kerusakan dan perlindungan lingkungan hidup

Pasal 10: “

Charter ini akan menjadi dasar inspirasi dalam aktiftas

(23)

Ekuador

Hak alam (rights for nature) dari Konstitusi Equador terdiri dari lima pasal yaitu :

1)Alam atau pacha mama, dimana kehidupan berasal, berlangsung/bertahan dan berada memiliki hak untuk tetap berlangsung (bertahan), memelihara dan melakukan regenerasi siklus vitalnya, struktur, fungsi dan berhak untuk

melakukan proses evolusinya. Setiap orang maupun warga negara dapat menuntut (rights for nature) kepada badan publik yang berwenang untuk menegakkan hak alam.

Negara wajib memberikan insentif (dorongan) kepada badan hukum dan orang (natural person) serta kelompok

masyarakat untuk melindungi sumber alam dan meningkatkan kepedulian terhadap seluruh elemen yang membentuk ekosistem.

2)Alam memiliki hak untuk dipulihkan secara penuh. Kewajiban pemulihan ini harus dipisahkan dari kewajiban badan hukum atau orang atau negara untuk memberikan ganti kerugian kepada rakyat maupun kelompok masyarakat yang

kehidupannya bergantung kepada sistem alam (ekosistem) yang terkena dampak.

Dalam kasus dampak lingkungan yang serius dan tidak dapat lagi dipulihkan termasuk eksploitasi sumber daya alam yang tidak terbarukan (non renewable), Negara mengembangkan mekanisme pemulihan yang seefsien mungkin dan

mengadopsi upaya-upaya yang tepat untuk mengeleminasi dan mitigasi terhadap dampak lingkungan yang negatif.

(24)

Ekuador (cont’d)

3) Setiap orang, masyarakat, komunitas dan warga negara memiliki

hak untuk mendapatkan mafaat dari lingkungan dan kekayaan

alam untuk kesejahteraan dan kemaslahatan mereka.

Negara menerapkan upaya-upaya pencegahan dini (precaution)

dan pembatasan setiap aktivitas yang mengarah kepada

pemusnahan spesies, kerusakan ekosistem atau perubahan

secara permanen siklus alam.

Pengenalan organisme baik yang bersifat organik dan inorganik

yang dapat mengubah secara signifkan aset genetika secara

nasional dilarang.

(25)

Pembelajaran Dari “Penghijauan”

Konstitusi

1. Pada umumnya pendekatan konstusi di berbagai negara kecuali Ecuador menganut

pendekatan antroposentrime (people based)

2. Pada umumnya konstitusi-konstitusi tersebut mengakui subjective rights sebagaimana

dijelaskan oleh Heinhard Steiger dkk yang berfungsi mempertahankan hak-hak subyektif

dimaksud, dan menuntut kinerja negara dalam melindungi ekosistem.

3. Tidak semua konstitusi mengkombinasikan hak subyektif tersebut dengan kewajiban

negara untuk melindungi daya dukung ekosistem. Namun secara umum subjective rights

dikombinasikan dengan keberadaan pasal tentang kewajiban negara.

4. Beberapa konstitusi memberikan arahan tentang paradigma dan kosep pembangunan

(

sustainable development)

seperti Prancis, Ecuador Afrika Selatan,…

5. Tentu saja efektiftas environmental charter atau pasal-pasal lingkungan ini tidak dapat

dilepaskan dari peran penting dari pasal-pasal lainnya yang terkait dengan hak-hak sipil

politik dan sosial, ekonomi dan budaya (intereleatedness)

6. Konstitusi Ecuador tidak hanya memperkenalkan orientasi baru yaitu ecosentrime dalam

konstitusi tetapi juga secara komprehensif memberikan arahan tentang paradigma

pembangunan, menjamin hak-hak subyektif, serta mengakui kewajiban negara untuk

melakukan langkah-langkah secara dini (precaution) dan tepat.

(26)

Peranan Hukum dalam

(27)

Peranan Hukum dan Pembangunan

Berkelanjutan

Mengadopsi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke

dalam hukum (

legislating

)

Memberikan dasar hukum bagi pendirian kelembagaan untu

mendukung PB

Memberikan jaminan hukum terhadap hak-hak atas

lingkungan hidup yang sehat dan baik (antroposentrisme) dan

hak-hak atas alam / lingkungan hidup (

rights for the nature

)

Memberikan basis hukum bagi pengembangan berbagai

perangkat manajemen lingkungan (misalnya KLHS, Tata

Ruang, AMDAL, Perizinan)

(28)

Sumber-sumber Hukum Lingkungan

1. Konstitusi

2. General Environmental Law (GEL)

3. Provincial Eenvironmental Law (PEL)

4. Sectoral Environmental Law (SEL)

5. Local Environmental Law (LEL)

6. Hukum Materiil dan Formil yang bersifat

umum

7. Konvensi/Protokol yang telah diratifkasi

8. Soft (international) Laws

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji F menunjukkan bahwa kesadaran merek, asosiasi merek dan kesan kualitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sepatu merek

Model Pemenuhan Nafkah Keluarga Para Pengajar Di Lingkungan Pondok Modern (Studi Kasus di Pondok Modern Ar-Risalah Program Internasional Desa Gundik Kecamatan Slahung

Pengembangan Buku Suplemen Aktivitas Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ‘HOTS’ Untuk Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar di Kabupaten Buleleng. Penelitian Pengembangan

Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut

Penurunan logam berat timbal (Pb) pada kontrol lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan dengan penambahan campuran bakteri ( Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas

Berdasarkan hasil pengujian UAT 2 didapatkan hasil presentase 100% bahwa pengguna merasa sistem yang telah dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan serta sistem teruji dapat

ketika pemerintah memberi kesempatan kepada perguruan tinggi di Indonesia untuk mengubah statusnya menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN),

pre-cooler ) dan chilling time yang diinginkan 16 jam, maka kompresor yang akan beroperasi sebanyak 2 buah selama 16 jam, sedangkan bila beban pendinginan