251
Peran Perbankan Syariah dalam Mengembangkan UMKM di Masa Pandemi Covid-19
The Role of Islamic Banks in Developing SMEs during the Covid-19 Pandemic
Muhammad Rafiuddin*), Asyari Hasan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Indonesia
*e-mail korespondensi: [email protected]
Info Artikel Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis peran perbankan syariah dalam upaya mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 ditinjau dari pembiayaan yang diberikan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menyajikan informasi mengenai perkembangan pembiayaan perbankan syariah dari tahun 2017-2020. Aset yang dimiliki oleh perbankan syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tiga tahun berurut-urut sebelum masuknya pandemi Covid-19 ke Indonesia. Aset perbankan syariah terus meningkat bahkan pada tahun 2020 dimana pandemi sudah mulai masuk ke Indonesia, terlihat bahwa aset perbankan syariah tetap meningkat mendekati nilai Rp. 70 triliun dari tahun sebelumnya. Perputaran dana di berbagai sektor usaha yang dilakukan oleh bank syariah semakin meningkat dari tahun ke tahun, namun juga selalu diiringi dengan peningkatan pembiayaan bermasalah.
Kata Kunci: Bank Syariah, Covid-19, Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Riwayat Artikel :
Diterima: 28 Desember 2021 Disetujui: 13 Maret 2023 Dipublikasikan: Mei 2023
Nomor DOI :
10.33059/jseb.v14i2.4703 Cara Mensitasi :
Rafiuddin, M., & Hasan, A.
(2023). Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, 14(2), 251-261. doi: 10.33059/jseb.
v14i2.4703.
Article Info Abstract
The study aims to analyze the role of Islamic banking in efforts to develop MSMEs during the Covid-19 pandemic in terms of the financing provided. The method used is quantitative descriptive by presenting information about the development of Islamic banking financing from 2017-2020. Assets owned by Islamic banking continue to increase from year to year, three years in a row before the entry of the Covid-19 pandemic to Indonesia. Islamic banking assets continue to increase even in 2020 where the pandemic has started to enter Indonesia, it can be seen that Islamic banking assets continue to increase to close to Rp. 70 trillion from the previous year. Turnover of funds in various business sectors carried out by Islamic banks is increasing from year to year, but is also always accompanied by an increase in non-performing financing.
Keywords: Islamic Banks, Covid-19, Micro Small and Medium Enterprises.
Article History :
Received: 28 December 2021 Accepted: 13 March 2023 Published: May 2023
DOI Number :
10.33059/jseb.v14i2.4703 How to Cite :
Rafiuddin, M., & Hasan, A.
(2023). Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis, 14(2), 251-261. doi: 10.33059/jseb.
v14i2.4703.
2614-1523/©2023 The Authors. Published by Fakultas Ekonomi Universitas Samudra.
This is an open access article under the CC BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
Volume 14, Nomor 2, Mei 2023
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 252 PENDAHULUAN
Wabah virus Covid-19 yang secara serentak menyebar ke seluruh pelosok dunia pada akhir tahun 2019 telah berhasil memicu sentimen negatif di berbagai sektor ekonomi khususnya pada sektor bisnis UMKM di Indonesia. Dampak negatif dari wabah ini cukup menghambat terhadap pertumbuhan bisnis UMKM, karena pergerakan bisnis usaha yang masih kebergantungan dengan ruang promosi akhirnya terhalang dengan adanya kebijakan physical distancing dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tidak hanya itu, pandemi ini juga berdampak terhadap perekonomian dunia, salah satunya yaitu terciptanya ketidakpastian ekonomi yang sangat sigfinikan dan memberikan konsekuensi yang cukup besar pada banyak aspek di seluruh dunia (Assous & Al- Najjar, 2021; Raghavan et al., 2021). Wabah virus Covid-19 telah mempengaruhi model operasional sektor ekonomi dunia dan membuat perubahan baru pada sistem kerja seperti telework (kerja jarak jauh) yang mungkin masih bisa bertahan pada saat pandemi sudah hilang.
Pada dasarnya, bagian paling penting dari wabah ini adalah ancaman bagi kehidupan manusia, dimana dapat menghentikan implikasi ekonomi yang signifikan dengan memberikan pengaruh terhadap perdagangan internasional (Delivorias & Scholz, 2020). Dalam lingkup domestik, tentu hal ini juga akan mempengaruhi kondisi perekonomian di Indonesia dimana sektor usaha mikro kecil dan menengah memiliki kontribusi yag sangat besar khususnya di Indonesia. Sekitar 60 persen lebih dari jumlah investasi di Indonesia berasal dari UMKM, dengan 61 persen dari product domestic bruto (PDB) di Indonesia berasal dari sektor UMKM; kemudian 99 persen dari seluruh jenis usaha yang ada di Indonesia dikategorikan usaha mikro kecil dan menengah, termasuk jumlah sumber daya manusia yang terserap di sektor ini mencapai 61 persen (Thaha, 2020).
Di lain sisi, dampak dari pandemi Covid-19 juga tidak semuanya negatif, namun juga ada sisi positifnya untuk Indonesia. Salah satu dampak positif yang diakibatkan pandemi ini adalah peluang ekspor ke negara-negara selain China semakin terbuka luas, termasuk juga pemerintah memiliki kesempatan untuk lebih fokus mengembangkan dan memperkuat ekonomi nasional dengan cara memprioritaskan daya beli di dalam negeri (Hanoatobun, 2020). Kondisi yang demikian ini bisa digunakan untuk bahan koreksi agar investasi dalam negeri kembali stabil di saat kondisi perekonomian internasinal saat ini sedang terguncang.
Perkembangan UMKM dipercaya akan semakin meningkat (Fatimah, 2011). Dalam rangka mendukung pertumbuhan dan perkembangan UMKM, maka lembaga keuangan sebagaimana bank syariah tentu memiliki peran penting dalam menjembatani kebutuhan modal kerja UMKM di masa pandemi ini. Pada kenyataannya, sektor UMKM merupakan usaha yang mendapati kesulitan untuk mengakses pendanaan, Padahal para pelaku usaha sangat membutuhkan dana sebagai modal agar usahanya berkembang (Muheramtohadi, 2017). Kehadiran bank syariah bisa dijadikan sebagai alternatif yang mampu menangani persoalan pelaku UMKM dalam pemenuhan kebutuhan modal usaha dengan sistem bagi hasil yang terus menjadi salah satu isu utama dalam sistem perbankan syariah (Purnamasari & Darmawan, 2017; Purnamasari, 2014). Dengan demikian, sektor bank syariah memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan UMKM di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Ilham & Hariyani (2020) menyatakan bahwa fintech bisa dijadikan sebagai alternatif transaksi keuangan pada masa pandemi Covid-19, namun masih terkendala oleh peraturan OJK berkaitan dengan layanan transaksi online berbasis teknologi dan informasi. Peraturan tersebut dipandang belum bisa mengakomodir Fintech Syariah sebagai pilihan pada saat pandemi Covid-19, padahal sektor ekonomi di Indonesia masih didominasi oleh para pelaku UMKM. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya jumlah pelaku sektor ini yang hingga
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 253 saat ini mencapai 99 persen dari jumlah secara keseluruhan pelaku usaha di Indonesia (Suci, 2017).
Kondisi ini semestinya menjadikan perbankan syariah dapat memberikan dampak positif pada perkembangan usaha di Indonesia khususnya di sektor UMKM.
Pentingnya penelitian ini yaitu untuk para pelaku UMKM yang belum mengetahui peran BPRS sebagai lembaga intermediasi keuangan, khususnya bagi pelaku yang terdampak wabah Covid-19 yang ingin meningkatkan usahanya dengan penambahan modal usaha yang dapat diakses pada fasilitas pembiayaan bank syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana bank syariah memiliki peran dalam upaya mengembangkan UMKM pada saat situasi pandemi Covid-19 di Indonesia berlangsung dengan mengacu pada laporan pembiayaan yang diberikan dan jumlah kredit bermasalah (NPF) yang disalurkan oleh pihak bank syariah kepada penerima kredit berdasarkan kategori usaha dan jenis penggunaannya baik pada Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS). Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui skema dan prosedur pembiayaan pada bank syariah yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
TELAAH LITERATUR Bank Syariah
Bank Islam atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan Bank Syariah merupakan bank yang sistem pengoperasiannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam (Suretno & Bustam, 2020; Arifin, 2005). Secara khusus, pengertian bank syariah telah diatur dalam dalam UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank syariah dinyatakan merupakan bank yang kegiatan usahanya dijalankan atas dasar prinsip syariah maupun hukum Islam sebagaimana telah diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), seperti prinsip ‘adl (keadilan), tawazun (keseimbangan), maslahah (kemaslahatan), serta tidak mengandung unsur-unsur riba, maysir (gambling), gharar (spekulasi), dzalim dan perkara lainnya yang diharamkan.
Bank syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang kegiatannya melayani produk usaha perbankan, keuangan, dan investasi dalam banyak sektor berdasarkan prinsip dan kaidah syariat Islam yang bertujuan untuk merealisasikan peningkatan sosial dan ekonomi umat Islam (Husein, 2009). Berdasarkan jenisnya, bank syariah terdiri dalam tiga kategori, yaitu bank umum syariah, unit usaha syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah (Najib, 2017). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, bank syariah merupakan lembaga keuangan yang seluruh aturan dan proses transaksinya harus mengikuti prinsip-prinsip syariah Islam, sehingga dalam operasional bank syariah sangat ditentukan oleh prinsip-prinsip syariah, dan tidak boleh sedikitpun ada produknya yang bertentangan dengan syariah.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
UMKM dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan skala usahanya, yaitu usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah (Muheramtohadi, 2017). UMKM merupakan jenis usaha produktif yang berdiri sendiri, baik dikelola oleh perorangan maupun badan usaha di semua jenis sektor ekonomi; dimana kegiatannya tidak lepas dari produksi baik barang maupun jasa dengan penggunaan bahan baku utama yang berbasis pada pemberdayaan sumber daya alam, karya seni tradisional ataupun bakat (Abdul, 2020; Tambunan, 2012; Nayla, 2014). UMKM merupakan kelompok terbesar dari sektor usaha yang beroperasi di Indonesia.
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 254 Definisi UMKM di Indonesia juga diatur berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi yang disebutkan dalam undang-undang itu menekankan pada tiga pembedaan kategori. Kategori pertama bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif yang kepemilikannya hanya oleh perorangan atau badan usaha yang asset maksimal telah memenuhi kriteria yaitu Rp. 50 juta, dan kriteria omzet maksimalnya adalah Rp. 300 juta. Kategori kedua yaitu Usaha Kecil yang merupakan jenis sektor usaha produktif yang berdiri sendiri, dikelola oleh perorangan maupun badan usaha, dan tidak berstatus sebagai anak perusahaan maupun cabang yang dimiliki, atau menjadi bagian dari usaha dengan skala menengah atau besar yang telah memenuhi kriteria usaha kecil baik secara langsung maupun tidak langsung;
dengan kriteria asset antara Rp. 50 juta sampai Rp. 500 juta, serta kriteria omzetnya berkisar antara Rp. 300 juta sampai Rp. 2,5 miliar. Kategori ketiga adalah Usaha Menengah yaitu bidang usaha produktif yang berdiri sendiri, dikelola baik secara individu maupun dikelola oleh badan usaha yang bukan merupakan anak dari perusahaan atau cabang dari perusahaan milik sendiri, atau menjadi bagian dari usaha kecil atau usaha yang sudah berskala besar baik secara langsung maupun tidak langsung; dengan total kekayaan tahunan pada kriteria asset antara Rp. 500 juta sampai Rp. 10 miliar, dan kriteria omzet antara Rp. 2,5 miliar hingga Rp. 50 miliar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dimana menggunakan data berupa angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran atas data tersebut, serta penampilan dari hasil akhirnya (Arikunto, 2013). Objek penelitian adalah bank syariah di Indonesia dengan sumber data diperoleh dari website Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2021). Data sekunder yang digunakan berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun rapi dalam arsip dengan menggunakan teknik studi literatur sebagai pedoman untuk memecahkan masalah interpretasi teks dan lainnya berdasarkan bukti empiris yang kuat (Ramberg & Gjesdal, 2014).
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif, dimana peneliti mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Sudjana &
Ibrahim, 2004). Berdasarkan data yang didapatkan tersebut, dilakukan analisis sehingga dihasilkan penjelasan yang bersifat deskriptif berupa kata-kata maupun tabel. Proses dilanjutkan dengan membuat gambaran yang menyeluruh dan kompleks yang dapat disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari sumber informan, serta dilakukan dalam latar setting yang alamiah (Walidin et al., 2015). Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan untuk mengidentifikasi alternatif solusi yang sesuai bagi permasalahan penelitian.
HASIL ANALISIS
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi terjadinya perubahan jumlah kantor dalam jaringan perbankan syariah sepanjang periode 2017 sampai 2020. Tabel tersebut menunjukkan adanya peningkatan jumlah kantor dari Bank Umum Syariah (BUS) yang semula sebanyak 13 buah di tahun 2017 menjadi sebanyak 14 buah di tahun 2020. Sementara itu, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) mengalami penurunan jumlah dari 21 buah pada tahun 2017 menjadi sebanyak 20 buah pada tahun 2020, dimana hal ini dikarenakan ada satu UUS yang telah berkonversi menjadi BUS.
Sedangkan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) mengalami penurunan jumlah kantor cukup banyak dimana sebelumnya tercatat pada tahun 2017 berjumlah 167 buah namun menurun menjadi sebanyak 163 buah pada tahun 2020.
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 255 Tabel 1. Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah Periode 2017-2020
Jenis Tahun (dalam buah)
2017 2018 2019 2020
Bank Umum Syariah 13 14 14 14
Unit Usaha Syariah 21 20 20 20
BPRS 167 167 164 163
TOTAL 201 201 198 197
Sumber: Data sekunder (diolah), 2022.
Tabel 2. Perkembangan.Aset.Perbankan Syariah Periode 2017-2020 Tahun Jumlah Aset (dalam Rupiah)
2017 424,18 triliun
2018 477,32 triliun
2019 524,56 triliun
2020 593,94 triliun
Sumber: Data sekunder (diolah), 2022.
Tabel 3. Perkembangan Nilai Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Sektor Ekonomi Periode 2017-2020
Sektor Ekonomi Tahun (dalam Rp. miliar)
2017 2018 2019 2020
Pertanian, Perburuan, Kehutanan 10,419 11,497 11,717 15,275
Perikanan 1,462 1,204 1,307 1,896
Pertambangan dan penggalian 6,864 5,410 5,086 5,583
Industri Pengolahan 21,463 24,363 26,488 28,723
Listrik, Gas dan Air 11,044 16,600 14,055 11,581
Konstruksi 22,198 24,648 31,167 37,986
Perdagangan besar dan eceran 32,839 33,166 36,752 39,936
Akomodasi dan PMM 3,613 4,728 4,988 4,902
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 10,087 9,374 9,925 11,659
Perantara keuangan 19,583 19,569 19,388 14,608
Real Estate, Persewaan dan Jasa perusahaan 12,326 13,315 13,404 12,187 Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial 7 4 18 62
Jasa Pendidikan 4,905 5,460 6,640 6,563
Jasa Kesehatan dan Kesos 4,021 4,788 7,269 5,662
Kemasyarakatan dan Sosbud lainnya 4,973 5,353 6,036 3,628
Jasa Perorangan 331 369 885 635
Badan Internasional dan lainnya 0 0 0 0
Kegiatan yang belum jelas 538 938 434 1,206
Rumah Tangga 116,186 133,610 151,957 174,712
Bukan Lapangan Usaha lainnya 2,835 5,797 5,665 7,138
Total Pembiayaan 285,694 320,193 353,181 383,942 Sumber: Data sekunder (diolah), 2022.
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 256 Perkembangan aset perbankan syariah selama periode 2017-2020, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2, bahwa asset yang dimiliki oleh perbankan syariah terus mengalami peningkatan secara terus-menerus sejak sebelum masuknya pandemi Covid-19 ke Indonesia sampai pada tahun 2020. Nilai total asset yang dimiliki perbankan syariah pada tahun 2017 sebesar Rp. 424,18 triliun telah meningkat menjadi Rp. 593,94 triliun pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah memiliki ketahanan yang kuat menghadapi situasi pandemi yang sudah mulai masuk ke Indonesia sejak tahun 2020 tersebut, dimana terlihat bahwa asset miliknya masih tetap meningkat mendekati Rp. 70 triliun selama periode 2017 sampai 2020.
Berikutnya, berdasarkan perkembangan nilai pembiayaan perbankan syariah berdasarkan sektor ekonomi selama periode 2017-2020 yang ditunjukkan dalam Tabel 3, teridentifikasi dua entitas sektor ekonomi yang mendapatkan pembiayaan terbanyak oleh dari bank syariah, yaitu rumah tangga serta perdagangan besar dan eceran, dengan jumlah masing-masing sebesar Rp.
116,186 miliar dan Rp. 32,839 miliar pada tahun 2017; dan kondisi inipun berlanjut sama pada tahun-tahun berikutnya. Dilihat dari sisi peruntukan usahanya tersebut, situasi ini dipandang telah memenuhi porsi minimal pembiayaan pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Bank Indonesia yang berjumlah 15 persen dari seluruh jumlah pembiayaan yang diberikan.
Tabel 4 tentang perkembangan jumlah pembiayaan bank syariah berdasarkan jenis akad selama periode Tahun 2017 sampai 2020 menunjukkan telah terjadi penurunan manfaat pada perbankan syariah melalui pembiayaan yang telah diberikan di setiap tahunnya. Pada jeis akad pembiayaan bagi hasil berupa mudharabah dan musyarakah cenderung terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tabel tersebut terlihat bahwa di tahun 2018 terjadi penurunan sekitar 18 persen dari tahun sebelumnya, kemudian terjadi penurunan lagi pada tahun 2020 sebesar 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian juga pada jenis akad pembiayaan sewa (ijarah) terjadi kecenderungan menurun pada tahun 2020 sebesar 18 persen dibandingkan dari yang dicapai pada tahun 2018.
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Pembiayaan Perbankan Syariah berdasarkan Jenis Akad Periode 2017-2020
Jenis Akad Tahun (dalam Rp. miliar)
2017 2018 2019 2020
1. Pembiayaan Bagi Hasil 118,651 145,507 171,270 186,773
a. Mudharabah 17,090 15,866 13,779 11,854
b. Musyarakah 101,561 129,641 157,491 174,919
2. Piutang 157,814 164,088 173,323 188,536
a. Murabahah 150,276 154,805 160,654 174,301
b. Qardh 6,349 7,674 10,572 11,872
c. Istishna' 1,189 1,609 2,097 2,364
3. Pembiayaan Sewa (Ijarah) 9,230 10,597 10,589 8,635
a. Sindikasi 0 0 0 0
b. Secara Channeling 0 165 72 16
c. Secara Executing 29 25 18 17
d. Sewa Lainnya 9,201 10,407 10,489 8,601
4. Salam 0 0 0 0
Total Pembiayaan 285,694 320,193 353,181 383,942
Sumber: Data sekunder (diolah), 2022.
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 257 Tabel 5. Perkembangan Nilai Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Penggunaan
dan Kategori Usaha Periode 2017-2020
Jenis Penggunaan dan Kategori Usaha Tahun (dalam Rp. miliar)
2017 2018 2019 2020
1. Modal Kerja 99,825 105,055 110,586 114,908
a. UMKM 37,868 37,583 41,626 42,879
NPF 2,196 2,068 2,732 2,977
b. Bukan UMKM 61,957 67,472 68,960 72,029
NPF 2,916 1,621 2,902 2,805
2. Investasi 66,848 75,730 86,972 87,186
a. UMKM 21,111 24,646 24,710 26,656
NPF 1,140 1,014 1,137 1,179
b. Bukan UMKM 45,737 z 62,263 60,530
NPF 2,593 2,222 1,626 1,619
3. Konsumsi 119,021 139,408 157,624 181,851
NPF 2,208 2,206 2,632 3,263
Total Pembiayaan 285,695 320,193 355,182 383,944
Total NPF 11,054 9,132 11,029 11,844
Sumber: Data sekunder (diolah), 2022.
Perkembangan nilai pembiayaan perbankan syariah berdasarkan penggunaan dan kategori usaha periode 2017-2020 yang dirangkum dalam Tabel 5 memperlihatkan bahwa modal kerja untuk UMKM pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 11 persen dari tahun sebelumnya. Namun kemudian terjadi penurunan sebesar 3 persen di tahun berikutnya sebagai akibat pada awal tahun 2000 dimana periode ini terjadi siatusi pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia. Namun demikian, penurunan jumlah pembiayaan modal kerja terhadap UMKM pada tahun 2020 ini diikuti oleh penurunan pembiayaan bermasalah dari kisaran 32 persen di tahun 2019 menjadi hanya sebesar 9 persen pada tahun 2020. Kondisi ini menunjukan bahwa kinerja bank dari sisi pembiayaan bermasalah di masa pandemi covid-19 justru membaik ditandai dengan berkurangnya persentase pembiayaan bermasalah pada akhir tahun 2020.
Kondisi yang terjadi pada skim pembiayaan terhadap UMKM tersebut, juga terjadi pada skim pembiayaan investasi bagi UMKM. Berdasarkan Tabel 5, dalam jangka waktu empat tahun berturut-turut tersebut juga terjadi penurunan, dimana pada tahun 2018 terjadi penurunan sekitar 17 persen, selanjutnya pasca Covid-19 di akhir tahun 2020 juga terjadi penurunan sebesar 8 persen.
Jika kita bandingkan dengan pembiayaan konsumsi, maka jumlah dana yang dialokasikan untuk pembiayaan pada sektor UMKM sangatlah besar, baik dalam bentuk pembiayaan investasi maupun dalam bentuk modal kerja. Dari tahun ke tahun, perputaran dana yang dilakukan oleh perbankan syariah di berbagai sektor usaha diidentifikasi semakin meningkat, meskipun juga selalu diiringi dengan pembiayaan bermasalah.
Pembahasan
Perbankan syariah memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Karena itu sudah sepatutnya perbankan syariah harus segera beradaptasi dengan menciptakan strategi baru yang kreatif dan inovatif agar mampu bertahan pada masa pandemi Covid-19 ini. Tantangan yang
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 258 sedang dihadapi perlu diubah menjadi sebuah kesempatan menjadi lebih baik, karena masa pandemi belum bisa dipastikan kapan akan berakhir (Hafizd, 2020; Arifin, 2005).
Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya tidak lepas dari fungsi intermediasi, sehingga bank memiliki peran yang sigfinikan terhadap kegiatan ekonomi pada sektor riil baik jangka pendek maupun jangka panjang, khususnya pada sektor UMKM (Iswanaji, 2018;
Laksmana, 2009). International Monetary Fund (IMF) menjelaskan bahwa lembaga keuangan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pertumbuhan UMKM, misalnya pada produk pembiayaan yang dimiliki Bank Islam dengan konsep pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharing) yang juga dapat memberikan dukungan untuk UMKM (Al Balushi et al., 2019;
Kammer et al., 2015). Hasil penelitian milik Yusof & Bahlous (2013) lebih jauh mengungkapkan bahwa perbankan Islam telah berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek untuk kedua negara GCC dan negara-negara yang dipilih Asia Timur. Pada jangka pendek, perbankan syariah juga mampu memberikan kontribusi lebih terhadap pertumbuhan ekonomi di Malaysia dan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara GCC (Kassim, 2016).
Hasil empiris dari penelitin ini menemukan bahwa bank syariah memiliki peran yang penting dalam mengembangkan UMKM di Indonesia, khususnya peranannya dalam aspek pembiayaan. Hal ini serupa dengan hasil empiris yang ditemukan oleh Fathurrahman & Fadilla (2019) bahwa bank syariah memiliki peran yang positif terhadap perkembangan UMKM pada masa pandemi Covid-19.
Bank syariah juga memberikan peran yang penting bagi sektor UMKM yaitu segi pembiayaan yang diberikan. Pada lingkup Indonesia, beberapa hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa bank syariah berperan penting dalam mempertahankan UMKM di masa pandemi Covid-19 dengan cara menyalurkan program pemerintah yaitu KUR (Kredit Usaha Rakyat) merupakan program dari pemerintah yang bekerjasama dengan Perbankan Syariah Indonesia (Hafidz et al., 2021;
Muheramtohadi, 2017). Pemberian pembiayaan kepada UMKM tersebut juga dipandang lebih efektif, karena benar-benar dialokasikan pada kebutuhan usaha kecil secara langsung. Dengan demikian dapat dinilai bahwa bank syariah memiliki peran penting dalam mengembangkan UMKM melalui skim pembiayaan yang diberikan.
Hasil empiris berikutnya dalam penelitian ini juga menemukan bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap fungsi intermediasi dari bank syariah di Indonesia.
Meskipun aset bank syariah terus mengalami peningkatan, namun pembiayaan modal kerja cenderung menurun. Kondisi ini disayangkan karena kehadiran bank syariah bisa dijadikan sebagai alternatif yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan modal kerja bagi para pengusaha kecil dengan sistem bagi hasilnya (Nugroho & Tamala, 2018). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Ningsih & Mahfudz (2020) pada Bank Syariah Mandiri, Bank Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Mega Syariah serta Bank BJB Syariah diidentifikasi bahwa pandemi Covid-19 memang memberikan dampak besar terhadap fungsi intermediasi perbankan syariah, khususnya pada pembiayaan dan DPK dimana ditemukan kondisi gejolak pada semua bank. Dari sisi pembiayaan yang diberikan, beberapa bank syariah pada awal tahun 2020 cenderung mengalami peningkatan; tetapi beberapa bank syariah lainnya menunjukan kondisi yang fluktuatif.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, disimpulkan secara umum bank syariah berperan penting untuk mengembangkan UMKM pada masa pandemi Covid-19 melalui
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 259 penyaluran pembiayaan modal usaha. Fakta ini dapat dilihat dari pembiayaan bank syariah didominasi untuk tujuan piutang dan pengembangan usaha dengan akad murabahah dan musyarakah, meskipun pembiayaan piutang pada akad murabahah merupakan produk pembiayaan dengan porsi terbesar dibandingkan pembiayaan dengan akad lainnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa hingga saat ini masyarakat Indonesia masih cenderung lebih banyak memanfaatkan dana perbankan syariah untuk hal-hal yang bersifat konsumtif.
Perputaran dana pada Bank Syariah di banyak sektor usaha juga diidentifikasi semakin meningkat dari tahun ke tahun, namun juga selalu diiringi dengan adanya peningkatan pembiayaan bermasalah. Dengan kondisi ini, bagi bank syariah direkomendasikan untuk hendaknya dapat melakukan rekonstruksi ulang terkait regulasi pada produk pembiayaan UMKM. Selain itu, bank syariah juga sebaiknya berupaya mencari solusi terbaik untuk meningkatkan perannya dalam mengembangkan UMKM dengan meminimalisir jumlah pembiayaan bermasalah.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah hanya terbatas berfokus pada apakah bank syariah memiliki peran penting dalam mengembangkan UMKM, namun tidak membahas faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena peningkatan dan penurunan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah. Karenanya disarankan untuk peneliti selanjutnya agar dapat berfokus menganalisis faktor- faktor yang menjadi penyebab terjadinya peningkatan dan penurunan pembiayaan tersebut, yang mana belum tersampaikan dalam penelitian ini.
REFERENSI
Al Balushi, Y., Locke, S., & Boulanouar, Z. (2019). Omani SME perceptions towards Islamic financing systems. Qualitative Research in Financial Markets, 11(4), 369-386.
https://doi.org/10.1108/QRFM-06-2018-0078.
Arifin, Z. (2005). Dasar-dasar manajemen bank syariah. Alvabet.
Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. PT. Rineka Cipta.
Assous, H. F., & Al-Najjar, D. (2021). Consequences of COVID-19 on banking sector index:
Artificial neural network model. International Journal of Financial Studies, 9(4). 67.
https://doi.org/10.3390/ijfs9040067.
Delivorias, A., Scholz, N. (2020), Economic impact of epidemics and pandemics. European Parliamentary Research Service. PE 646.195 – February. https://www.europarl.europa.eu/
RegData/etudes/BRIE/2020/646195/EPRS_BRI(2020)646195_EN.pdf.
Fathurrahman, A., & Fadilla, J. (2019). Peranan perbankan syariah terhadap pengembangan modal usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Al-Tijary Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, 5(1), 49–58. http://dx.doi.org/10.21093/at.v5i1.1783.
Fatimah, T. (2011). Strategi pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam menghadapi globalisasi. Jurnal Ilmiah Econosains, 9(1), 49-61. https://doi.org/10.21009/
econosains.0091.06.
Hafizd, J. Z. (2020). Peran Bank Syariah Mandiri (BSM) bagi perekonomian Indonesia di masa pandemi COVID-19. Al-Mustashfa, 5(2), 138-148. http://doi.org/10.24235/jm.v5i2.7402.
Halim, A. (2020). Pengaruh pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju. GROWTH, 1(2), 157-172. https://stiemmamuju.e-journal.id/
GJIEP/article/view/39.
Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid – 19 terhadap perekonomian Indonesia. EduPsyCouns:
Journal of Education, Psychology and Counseling, 2(1), 146-153. https://ummaspul.e- journal.id/Edupsycouns/article/view/423.
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 260 Ilham, M., & Hariyani, I. (2020). Memahami peran lembaga pembiayaan syari’ah dalam
meningkatkan aksesibilitas keuangan UMKM pada masa pandemi Covid19. Widya Yuridika:
Jurnal Hukum, 3(2), 257-270. http://doi.org/10.31328/wy.v3i2.1658.
Iswanaji, C. (2018). Challenges inhibiting Islamic banking growth in Indonesia using the analytical hierachy process. Journal of Islamic Economics Lariba, 4(2), 97-107. http://doi.org/
10.20885/jielariba.vol4.iss2.art4.
Kammer, M. A., Norat, M. M., Pinon, M. M,. Prasad, A., Towe, M. C. M., & Zeidane, M. Z.
(2015). Islamic finance: Opportunities, challenges, and policy options. IMF Staff Discussion Note. www.imf.org/external/pubs/ ft/sdn/2015/sdn1505.pdf.
Kassim, S. (2016). Islamic finance and economic growth: The Malaysian experience. Global Finance Journal, 30, 66-76. http://doi.org/10.1016/j.gfj.2015.11.007.
Laksmana, Y. (2009). Tanya jawab cara mudah mendapatkan pembiayaan di bank syariah. Elex Media Komputindo.
Muheramtohadi, S. (2017). Peran lembaga keuangan syariah dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia. Muqtashid, 8(1), 65-77. http://doi.org/10.18326/muqtasid.v8i1.65-77.
Najib, M. (2017). Penguatan prinsip syariah pada produk bank syariah. Jurnal Jurisprudence, 7(1), 15-28. https://doi.org/10.23917/jurisprudence.v7i1.4351.
Nayla, A. P. (2014). Komplet akuntansi untuk UKM dan waralaba. Laksana.
Ningsih, M. R., & Mahfudz, M. S. (2020). Dampak pandemi Covid-19 terhadap manajemen industri perbankan syariah: Analisis komparatif. POINT, 2(1), 1-10. http://doi.org/10.46918/
point.v2i1.576.
Nugroho, L., & Tamala, D. (2018). Persepsi pengusaha UMKM terhadap peran bank syariah.
SIKAP, 3(1), 49-62. http://doi.org/10.32897/jsikap.v3i1.115.
OJK. (2021). https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-danstatistik/statistik-perbankan-syariah/
Default.aspx.
Purnamasari, I. (2014). Analisis perbandingan revenue and profit sharing pada sistem mudharabah pada PT. BPRS Hijrah Rahmah Samarinda (Kesesuaian dengan fatwa DSN No. 15/DSN- MUI/IX/2000 tentang prinsip bagi hasil usaha dalam lembaga keuangan/perbankan syariah.
Mazahib, 13(1) 101–114. http://doi.org/10.21093/mj.v13i1.87.
Purnamasari, F., & Darmawan, A., (2017). Islamic Banking and Empowerment of Small Medium Enterprise. Etikonomi, 16(2), 221-230. http://doi.org/10.15408/etk.v16i2.5355.
Raghavan, A., Demircioglu, M., & Orazgaliyev, S. (2021). COVID-19 and the new normal of organisations and employees: An overview. Sustainability, 13(21), 1-19. http://doi.org/
10.3390/su132111942.
Ramberg, B. T., & Gjesdal, K. (2014). Hermeneutics. Stanford Encyclopedia of Philosophy (Summer Eds.). https://plato.stanford.edu/archives/win2014/entries/hermeneutics/.
Suci, Y. R. (2017). Perkembangan UMKM (Usaha mikro kecil dan menengah) di Indonesia. Cano Ekonomos, 6(1), 51-58. https://e-journal.upp.ac.id/index.php/Cano/article/view/627.
Sudjana, N., & Ibrahim. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Sinar Baru Algesindo.
Suretno, S., & Bustam, B. (2020), Peran bank syariah dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui pembiayaan modal kerja pada UMKM. Ad-Deenar, 4(1), 1-19. http://doi.org/
10.30868/ad.v4i01.752.
Syahatah, H. (2009). Al-masharif al-Islamiyah baina al-fikr wa at-tathbiq. Dar al-nasr Lil jami’at.
Thaha, A. F. (2020). Dampak Covid-19 terhadap UMKM di Indonesia. Jurnal Brand, 2(1), 147- 153. https://ejournals.umma.ac.id/index.php/brand/article/view/607.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Rafiuddin, M., & Hasan, A.: Peran perbankan syariah dalam mengembangkan UMKM di masa pandemi Covid-19 261 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Walidin, W., Saifullah, & Tabrani. (2015). Metodologi penelitian kualitatif & grounded theory.
FTK Ar-Raniry Press.
Yusof, R. M., & Bahlous, M. (2013). Islamic banking and economic growth in GCC & East Asia Countries: A panel cointegration analysis. Journal of Islamic Accounting and Business Research, 4(2), 151-172. http://doi.org/10.1108/JIABR-07-2012-0044.