Course : LAWS6176028 – Tax Law Year : 2021
Regional Taxes and Regional Retribution
Session 12
By 2035, to be an internationally acknowledged business law study program in the fields of ICT law and international trade and commerce law
with the objectives to fostering and empowering society
Vision
Missi on
To contribute to society through the provision of world-class education by:
1. educating students with fundamental knowledge, skills, and professionalism in the area of business law by providing them with excellent course materials based on IT that are enriched with experiences from legal practice in dealing with global challenges.
2. conducting IT-based legal research that seeks to develop legal theory and legal practice.
3. providing legal aid and consultancies to empowering society and serving the needs of the business community.
4. creating outstanding future leaders by taking advantage of every opportunity to broaden their perspectives in applying the legal theories and practices.
5. improve the quality of Indonesian society through collaborative partnerships with various national and international institutions.
Learning Outcomes:
LO 1 : Explain the principals of tax law in Indonesia
LO 2 : Analyze the implementation of theories of tax collection and tax rate in Indonesia
LO 3 : Examine the settlement of tax disputes in the
tax court
• Tujuan UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
• Pajak Daerah
• Retribusi Daerah
Tujuan dari UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan Pemerintahan Daerah. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mencabut dan tidak memberlakukan lagi Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Tujuan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, antara lain :
1. Menyederhanakan berbagai pungutan daerah dalam rangka mengurangi ekonomi biaya tinggi
2. Menyederhanakan sistem dan administrasi
perpajakan dan retribusi daerah untuk
memperkuat fondasi penerimaan daerah,
khususnya kabupaten/kota, dengan
mengefektifkan jenis pajak dan retribusi tertentu
yang potensial.
Pajak Daerah
Pemungutan pajak daerah berdasarkan pada UU 28/2009 menganut close list system. Artinya, pemerintah daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak yang telah disebutkan dan ditentukan dalam Pasal 2 ayat (3) UU 28/2009.
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
Jenis Pajak Daerah
Pajak Propinsi meliputi :
1. Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
4. Pajak Air Permukaan.
5. Pajak Rokok.
Pajak Mobil Tahunan
• Dalam menghitung pajak mobil tahunan, ada
beberapa biaya yang harus dimasukkan di
dalamnya, yaitu biaya administrasi Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor (TNKB), Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBN KB), pengesahan
sekaligus penerbitan Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK), Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB), dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan
Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 16/PMK.010/2017
Tentang: Besarnya Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
1. Bebas SWDKLLJ
1. Sepeda motor di bawah 50 cc, mobil ambulans, mobil jenazah, dan mobil pemadam kebakaran dibebaskan dari kewajiban SWDKLLJ.
2. Kendaraan dengan Biaya SWDKLLJ
Rp 20.000: Traktor, buldozer, forklift, dan alat berat lainnya.
Rp 32.000: Sepeda motor 50–250 cc dan kendaraan bermotor roda tiga.
Rp 80.000: Sepeda motor di atas 250 cc.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 16/PMK.010/2017
Tentang: Besarnya Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
2. Kendaraan dengan Biaya SWDKLLJ
Rp 140.000: Pick-up, mobil barang ≤ 2400 cc, sedan, jeep, dan mobil penumpang bukan angkutan umum.
Rp 70.000: Mobil penumpang angkutan umum ≤ 1600 cc.
Rp 150.000: Bus dan mikro bus angkutan umum.
Rp 87.000: Bus, mikro bus, dan mobil angkutan umum > 1600 cc.
Rp 160.000: Truk, mobil tanki, mobil gandengan, mobil barang > 2400 cc, dan truk container.
• Biaya tersebut belum termasuk biaya penggantian kartu atau setifikat. Sesuai dengan pasal 5 Peraturan Menkeu tersebut, setiap jenis kendaraan akan dikenakan biaya penggantian pembuatan Kartu Dana/Sertifikat sebesar Rp 3.000.
Rincian Tahun Pertama
• PKB: 2% nilai jual mobil (NJKB)
• BBN KB: 10% harga jual mobil
• SWDKLLJ: Rp143.000
• Biaya administrasi TNKB: Rp100.000
• Biaya administrasi dan penerbitan STNK : Rp50.000 + Rp200.000
• Untuk tahun-tahun selanjutnya, biaya BBN KB, STNK, dan TNKB tidak perlu dimasukkan. Berarti hanya SWDKLLJ, PKB sebesar 2%, dan biaya administrasi.
• Jika Anda memiliki mobil Toyota Yaris dengan NJKB sebesar Rp150.000.000, maka perhitungan pajak mobil tersebut adalah sebagai berikut:
• Tahun Pertama
• BBN KB: 10% x Rp150.000.000 = Rp15.000.000
• PKB: 2% x Rp150.000.000 = Rp3.000.000
• Maka pajak mobil Toyota Yaris tahun pertama adalah BBN KB Rp15.000.000 + PKB Rp3.000.000 + SWDKLLJ Rp143.000 + TNKB Rp100.000 + terbit STNK Rp200.000 + biaya administrasi Rp50.000 = Rp18.493.000
• Setelah Tahun Pertama
• Anda hanya perlu membayar PKB Rp3.000.000 + SWDKLLJ Rp143.000 + biaya administrasi Rp50.000 = Rp3.193.000
Cara Menghitung Pajak Mobil Lima Tahunan
• Untuk menghitung pajak mobil lima tahunan sekaligus mengganti plat nomor kendaraan dan perpanjang STNK, berikut biaya yang harus dimasukkan:
SWDKLLJ: Rp143.000
PKB: 2% nilai jual mobil
Biaya administrasi: Rp50.000
Biaya pengesahan STNK: Rp50.000
Biaya penerbitan STNK: Rp200.000
Biaya administrasi TNKB: Rp100.000
Masih menggunakan contoh Toyota Yaris di atas, maka rincian perhitungannya sebagai berikut:
PKB Rp3.000.000 + SWDKLLJ Rp143.000 + Biaya pengesahan STNK Rp50.000 + Biaya penerbitan STNK Rp200.000 + Biaya administrasi TNKB Rp 100.000 + Biaya administrasi Rp50.000=
Rp3.543.000
Pajak Kabupaten/Kota meluputi : 1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Pajak Hotel
Tarif Pajak Hotel juga ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah, namun umumnya sebesar 10%.
• Perhitungan Pajak Hotel
• Besaran Pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak hotel.
• Contoh:
• PT AAA mempunyai omzet usaha hotel dalam bulan April 2023 sebesar Rp500.000.000.
• Maka, pajak hotel terutang sebesar:
• = Dasar Pengenaan Pokok Pajak Hotel Rp 500.000.000
• = Tarif 10% x DPP (= Rp50.000.000)
Contoh Soal
• Bella menyewa satu buah kamar untuk 2 malam
dengan total harga sewa kamar per malam adalah Rp.
150.000. Hotel tersebut menerapkan Biaya Pelayanan atau Service Charge sebesar 5% dan Pajak Hotel
sebesar 10%. Maka pajak hotel dan total biaya transaksi yang harus dibayarkan Bella adalah…
Pajak Restoran
• Tarif Pajak Restoran
• PB1 dikenakan kepada restoran akan diterapkan setelah biaya pelayanan yang juga dibebankan kepada konsumen.
• Dalam Pasal 40 ayat (1) UU PDRD ditegaskan bahwa tarif Pajak Restoran paling tinggi 10% dari DPP.
• DKI Jakarta menetapkan bagi restoran yang memiliki pendapatan tidak lebih dari Rp200.000.000 per tahun tidak termasuk objek PB1.
• Rumus Pajak Restoran (PB1) = DPP x Tarif Pajak Restoran
Soal
• Tuan A membeli Nasi Goreng satu porsi seharga Rp50.000 dengan segelas Es Teh Manis seharga Rp15.000 serta Tahu Goreng dan Telur Dadar masing-masing Rp5.000 dan Rp10.000 di Restoran BBB.
• Restoran BBB memberlakukan biaya layanan (service charge) sebesar 5%. Restoran ini berada di Jakarta dengan tarif PB1 yang ditetapkan Pemda adalah 10%.
Tarif Pajak Hiburan
1. Tarif pajak untuk pertunjukan film di bioskop ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);
2. Tarif pajak untuk pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana yang berkelas lokal/ tradisional sebesar 0% (nol persen);
3. Tarif pajak untuk pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana yang berkelas nasional sebesar 5% (lima persen);
4. Tarif pajak untuk pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana yang berkelas internasional
sebesar 15% (lima belas persen);
5. Tarif pajak untuk kontes kecantikan yang berkelas lokal/ tradisional sebesar 0% (nol persen);
Tarif Pajak Hiburan
6. Tarif pajak untuk kontes kecantikan yang berkelas nasional sebesar 5% (lima persen);
7. Tarif pajak untuk kontes kecantikan yang
berkelas internasional sebesar 15% (lima belas persen);
8. Tarif pajak untuk pameran yang bersifat non komersial sebesar 0% (nol persen);
9. Tarif pajak untuk pameran yang bersifat komersial sebesar 10% (sepuluh persen);
10. Tarif pajak untuk diskotik, karaoke, klab malam, pub, bar, musik hidup (live music), musik
dengan disck jockey (DJ) dan sejenisnya sebesar 25% (dua puluh lima persen);
11. Tarif pajak untuk sirkus, akrobat, dan sulap yang berkelas lokal/ tradisional sebesar 0 (nol
persen);
Tarif Pajak Hiburan
12. Tarif pajak untuk sirkus, akrobat, dan sulap yang berkelas nasional dan internasional sebesar 10 (sepuluh persen);
13. Tarif pajak untuk permainan bilyar, bowling sebesar 10%(sepuluh persen);
14. Tarif pajak untuk pacuan kuda yang berkelas lokal/ tradisional sebesar 5% (lima persen);
15. Tarif pajak untuk pacuan kuda yang berkelas nasional dan internasional sebesar 15% (lima belas persen);
16. Tarif pajak untuk pacuan kendaraan bermotor sebesar 15% (lima belas persen);
17. Tarif pajak untuk permainan ketangkasan sebesar 10% (sepuluh persen);
Tarif Pajak Hiburan
18. Tarif pajak untuk panti pijat, mandi uap, dan spa sebesar 35% (tiga puluh lima persen);
19. Tarif pajak untuk refleksi dan pusat
kebugaran/fitness center sebesar 10% (sepuluh persen);
20. Tarif pajak untuk pertandingan olah raga yang berkelas lokal/ tradisional sebesar 0% (nol
persen);
21. Tarif pajak untuk pertandingan olah raga yang berkelas nasional sebesar 5% (lima persen);
22. Tarif pajak untuk pertandingan olah raga yang berkelas internasional sebesar 15% (lima belas persen).
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.07/2007 Tentang Penetapan Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Bumi Dan Bangunan Dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan Bagian Daerah Tahun Anggaran 2007 :
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :
1. Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
2. Pajak Bumi dan Bangunan, selanjutnya disebut PBB adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan.
3. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan, selanjutnya disebut BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Pembagian Hasil Pajak Pemerintah Pusat dan Daerah :
• Penerimaan negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10%
(sepuluh persen) untuk Pemerintah Pusat dan 90%
(sembilan puluh persen) untuk daerah.
• Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah Pusat dan 80%
(delapan puluh persen) untuk daerah.
Pembagian Hasil Pajak Provinsi dan Kabupaten/Kota
1. Dana Bagi Hasil PBB sebesar 90% (sembilan puluh persen) dibagi dengan rincian:
a. 16,2% (enam belas dua persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk kabupaten/kota yang bersangkutan;
c. 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.
2. Dana Bagi Hasil BPHTB sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagi dengan rincian:
d. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan;
e. 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.
Retribusi Daerah
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.
Atau secara sederhana, retribusi daerah merupakan pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
• Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.
• Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
• Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
• Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
• Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
• Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
Objek Retribusi adalah:
a. Jasa Umum
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
b. Jasa Usaha
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
a.pelayanan dengan menggunakan/ memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau b. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
c. Perizinan Tertentu
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Literatur
• Erly Suandy, Hukum Pajak, Salemba empat, Jakarta, 2017
• Siti Resmi, Perpajakan, Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2011
• Dewi Kania Sugiharti, et. Al., Hukum Pajak, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2021.
• https://djpk.kemenkeu.go.id//wp-content/uploads/2019/03/
BOOK-PEDOMAN-UMUM-PAJAK-DAERAH-DAN-RETRIBUSI-D AERAH-Tambahan-2018-setelah-masukan-PKPAD-1.pdf