• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 5 – No. 2, year (2021), page 1020-1026

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Vol. 5 – No. 2, year (2021), page 1020-1026"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

| ISSN 2548-8201 (Print) | 2580-0469) (Online) |

Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Terbatas di Kabupaten Enrekang

Masnur1, Aminullah2*, Muh Idham Haliq3, Elihami4, Rahmat5

1,2,3,5(Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP/Universitas Muhammadiyah Enrekang, Indonesia)

4 (Pendidikan Nonformal, FKIP/Universitas Muhammadiyah Enrekang, Indonesia)

* Corresponding Author. E-mail: 1aminullahbiologi@gmail.com, 2masnur1985@gmail.com,

3muhidhamhalik@gmail.com

Receive: 01/07/2021 Accepted: 11/09/2021 Published: 01/10/2021 Abstrak

Virus corona atau covid 19 memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan manusia, baik segi ekonomi, sosial, kesehatan, bahkan pendidikan. Hampir seluruh negara terdampak pandemi mengambil kebijakan menutup sekolah, termasuk juga di Indonesia. Namun, anak harus tetap mendapatkan haknya memperoleh layanan pendidikan. Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan ketetapan melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020, yang salah satu isinya tentang Belajar Dari Rumah (BDR) selama Pandemi Covid-19 melalui pembelajaran jarak jauh. Untuk memberikan layanan pendidikan dengan tetap mengutamakan keselamatan dan keamanan warga satuan pendidikan serta mencegah penyebaran Covid-19 yang masif, Mendikbud menghimbau agar semua lembaga pendidikan tidak melakukan proses belajar mengajar secara langsung atau tatap muka, melainkan harus dilakukan secara tidak langsung atau jarak jauh. Dengan adanya surat edaran dari kemendikbud mengenai pembelajaran tatap muka terbatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas di masa pandemic. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan model CIPP.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap penilaian pelaksanaan PTM terbatas pada aspek context diperoleh nilai rata-rata sebesar 5,23 termasuk dalam kategori “Baik”, pada aspek input sebesar 6,73, termasuk dalam kategori “Sedang”, pada aspek process sebesar 3,10 termasuk dalam kategori “Baik” dan pada aspek product sebesar 3,08, termasuk dalam kategori “Sedang”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas pada satuan Pendidikan sekolah dasar di kabupaten enrekang tergolong “baik”, Disarankan dalam pembelajaran tatap muka terbatas, guru dituntut mampu merancang kegiatan pembelajaran dari perencanaan hingga evaluasi dengan cara yang lebih sederhana, lebih kreatif dan efektif dengan tetap mamatuhi protocol Kesehatan.

Kata Kunci: Evaluasi, Pembelajaran tatap muka terbatas

Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Terbatas Di Kabupaten Enrekang Abstract

The corona virus or covid 19 has an impact on all aspects of human life, both in terms of economy, social, health, and even education.

Almost all countries affected by the pandemic have adopted a policy of closing schools, including in Indonesia. However, children must still have their right to education services. Therefore, the Government issued a decree through the Circular Letter of the Minister of Education and Culture Number 4 of 2020, one of the contents of which was about Learning From Home (BDR) during the Covid-19 Pandemic through distance learning. In order to provide educational services while still prioritizing the safety and security of the citizens of the education unit and preventing the massive spread of Covid-19, the Minister of Education and Culture urged all educational institutions not to carry out the teaching and learning process directly or face-to-face, but must do so indirectly or remotely. With a circular from the Ministry of Education and Culture regarding limited face-to-face learning, this study aims to determine or evaluate the implementation of limited face-to-face learning during a pandemic. This study uses a survey method with the CIPP model. Based on the results of research that has been carried out on the assessment of the implementation of PTM limited to the context aspect, an average value of 5.23 is included in the "Good"

category, the input aspect is 6.73, is included in the "Medium" category, and the process aspect is 3 .10 is included in the "Good" category and 3.08 in the product aspect, is included in the "Medium" category. So it can be concluded that the implementation of face-to-face learning is limited to elementary school education units in Enrekang district classified as "good", It is recommended that in limited face-to-face learning, teachers are required to be able to design learning activities from planning to evaluation in a simpler, more creative and effective way with keep following the health protocol

Keywords: Evaluation, Limited face-to-face learning

(2)

Pendahuluan

Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19 salah satu alternatif yang paling efektif diterapkan.

Perlu ketahui bahwa proses belajar merupakan kondisi yang penting untuk pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga perlu diterapkan sistem dan cara yang berbeda untuk memberikan hasil yang lebih baik (Saab et al., 2012). Salah satunya dengan menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh sehingga kegiatan proses belajar peserta didik dapat dilakukan dari rumah masing-masing. Hal ini tentunya dengan maksud memutus rantai penyebaran virus corona-19 yang semakin massif. Kondisi tersebut tentu menjadi tantangan bagi para guru dalam memantau perkembangan belajar peserta didiknya baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.

Namun setelah berjalan 2 tahun penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi covid-19 ini menimbulkan banyak hambatan dan kendala bagi guru, peserta didik maupun orangtua. Menteri pendidikan pada kegiatan Webinar Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom dan disiarkan langsung dari kanal YouTube Kemendikbud RI menyatakan terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru, orang tua, dan siswa selama PJJ setidaknya meliputi: (1) Guru mengalami hambatan dalam PJJ dan cenderung fokus kepada penuntasan kurikulum, (2) Waktu pembelajaran menjadi berkurang sehingga guru tidak dapat memenuhi beban jam mengajarnya, (3) Guru mengalami kesulitan komunikasi dengan orang tua sebagai pembimbing peserta didik di rumah, (4) Belum semua orang tua bersedia dan mampu mendampingi anak belajar di rumah karena ada tanggung jawab yang lain seperti urusan kerja, urusan rumah, dan sebagainya, (5) Orang tua mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran anak saat mendampingi belajar di rumah, (6) Peserta didik mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar dari rumah dan mengeluhkan banyaknya penugasan soal dari

guru, (7) Meningkatnya rasa stress dan jenuh akibat isolasi di rumah secara berkelanjutan berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak (Mendikbud, 2020). Hal tersebut mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sesuai dengan protokol kesehatan yang mengacu kepada SKB 4 Menteri. Namun, penyelenggaraan masing- masing satuan Pendidikan tetap harus menyesuaikan kondisi daerah masing-masing dengan melakukan protokol kesehatan ketat dan tetap dengan izin orang tua/wali murid.

Pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah peserta didik dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah peserta didik pada normalnya, persetujuan orang tua peserta didik, penerapan protokol Kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana dan prasaran pendukung pelaksanaan protocol Kesehatan tersedia. Selain itu PTM terbatas berlangsung selama 3 jam pelajaran untuk 1 shift, dan mengombinasikan dengan PJJ, sehingga PTM terbatas dilaksanakan 2 sampai 3 kali dalam 1 minggu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nissa and Haryanto (2020) bahwa Guru menghadapi beberapa masalah yang dialaminya diantaranya keterbatasan waktu pembelajaran, dan teknis pelaksanaan pembelajaran yang masih rancu. Menyikapi permasalahan tersebut, dianggap perlu kiranya dilakukan evaluasi untuk mengetahui lebih dalam aspek-aspek apa saja yang PTM terbatas selama pandemi COVID- 19 pada satuan pendidikan Sekolah Dasar di kabupaten Enrekang.

Penelitian ini menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, and Product) dengan metode deskriptif kuantitatif. Model evaluasi CIPP bertujuan membantu evaluator dalam mengevaluasi program, proyek, atau institusi. Model ini banyak digunakan untuk mengevaluasi program pendidikan yang berskala internasional, nasional, dan lokal. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan untuk mengevaluasi PTM terbatas selama pandemi

(3)

COVID-19 pada satuan pendidikan Sekolah Dasar di kabupaten Enrekang ditinjau dari Context, Input, Process, dan Product.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pelaksanaan PTM terbatas pada satuan pendidikan Sekolah Dasar di kabupaten Enrekang.

Metode (15%)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menghasilkan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic. Metode yang digunakan adalah metode survey. Penelitian difokuskan untuk mengevaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada Satuan Pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Enrekang yang ditinjau dari Context, Input, Process, dan Product (CIPP).Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten enrekang yang terdiri dari 12 kecamatan yang telah melaksanakan PTM terbatas pada satuan Pendidikan sekolah dasar.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 20.Populasi dalam penelitian ini adalah semua sekolah dasar (SD) yang melaksanakan PTM terbatas di Kabupaten Enrekang yang terdiri dari 12 Kecamatan yang berjumlah 60. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling atau sampling jenuh. Sampel yang digunakan yaitu seluruh sekolah dasar yang melaksanakan PTM terbatas.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1) Angket (kuisioner) yang berisi beberapa pertanyaan atau pernyataan untuk mengetahui pelaksanaan PTM terbatas pada satuan Pendidikan sekolah dasar di Kabupaten Enrekang, dan 2) Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan dokumentasi seperti ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan PTM terbatas di sekolah dasar.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan penggunakan persentase.

Hasil analisis ditarnpilkan dalam bentuk tabel dan gambar atau grafik.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitiian yang dilakukan untuk menilai sistem pelaksanaan PTM terbatas pada satuan pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Enrekang dengan menggunakan model evaluasi CIPP yang telah diambil oleh peneliti dibantu oleh mahasiswa PGSD menggunakan metode evaluasi CIPP, yaitu aspek context, aspek input, aspek process, dan aspek product. Selain itu dalam deskripsi data ini penulis juga menyajikan data ketersediaan sarana dan prasarana yang terdapat di Sekolah dasar yang memenuhi standar prosedur pelaksanaan PTM terbatas.

Berikut ini data hasil analisis deskriptif evaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada satuan Pendidikan Sekolah Dasar di Kabupaten Enrekang.

1. Pada Aspek Context

Table 1. Descriptive Statistics pada aspek Context

N Min Max Sum m SDi Context 60 4 6 314 5.23 .621 Valid N

(listwise) 60

Dari hasil analisis deskriptif terhadap pelaksanaan PTM terbatas yang dilakukan di SD dari aspek context diketahui bahwa skor yang tertinggi yang diperoleh adalah 6, skor terendahnya 4, sedangkan rata-rata (mean) 5,23 dan standar deviasinya (SDi) sebesar 0,621. Berikut ini dapat disajikan dalam bentuk tabel pada asepk context.

Tabel 2. Skor interval dari aspek Context

Interval Kat. f %

M + 1,5 SD < X SB 20 33,3 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD B 34 56,7 M + 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD S 5 10 M + 1,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD K

X ≤ M - 1,5 SD SK

60 100%

(4)

Berdasarkan tabel 2. pada aspek context dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.

Gambar 1. Evaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada aspek Context

Berdasarkan analisis data tersebut menunjukkan bahwa penilaian pelaksanaan PTM terbatas pada aspek context diperoleh nilai rata-rata sebesar 5,23, hal ini berarti bahwa sekolah dasar di kabupaten Enrekang termasuk dalam kategori “Baik” dalam melaksanakan PTM terbatas.

2. Pada aspek Input

Table 3. Descriptive Statistics pada aspek Input

N Min Max Sum m SDi Context 60 4 9 404 6.73 1.376 Valid N

(listwise) 60

Dari hasil analisis deskriptif terhadap pelaksanaan PTM terbatas yang dilakukan di SD dari aspek Input diketahui bahwa skor yang tertinggi yang diperoleh adalah 9, skor terendahnya 4, sedangkan rata-rata (mean) 6,73 dan standar deviasinya (SDi) sebesar 1,376. Berikut ini dapat disajikan dalam bentuk tabel pada aspek input.

Tabel 4. Skor interval dari aspek Input

Interval Kat. f %

M + 1,5 SD < X SB 5 8,3 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD B 17 28,3 M + 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD S 12 30 M + 1,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD K 10 16,7

X ≤ M - 1,5 SD SK 16 26,7 60 100%

Berdasarkan tabel 4 pada aspek Input dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.

Gambar 2 Evaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada aspek Input

Berdasarkan analisis data tersebut menunjukkan bahwa evaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada aspek input diperoleh nilai rata-rata sebesar 6,73, hal ini berarti bahwa sekolah dasar di kabupaten Enrekang termasuk dalam kategori “sedang” dalam melaksanakan PTM terbatas.

3. Pada aspek Process

Table 5. Descriptive Statistics pada aspek Process

N Min Max Sum m SDi Context 60 1 4 186 3.10 1.085 Valid N

(listwise) 60

Dari hasil analisis deskriptif terhadap pelaksanaan PTM terbatas yang dilakukan di SD dari aspek process diketahui bahwa skor yang tertinggi yang diperoleh adalah 4, skor terendahnya 1, sedangkan rata-rata (mean) 3,10 dan standar deviasinya (SDi) sebesar 1,085. Berikut ini dapat disajikan dalam bentuk tabel pada aspek process.

Tabel 6. Skor interval dari aspek Process

Interval Kat. f %

M + 1,5 SD < X SB 5 8,3 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD B 17 28,3 M + 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD S 12 30 M + 1,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD K 10 16,7

X ≤ M - 1,5 SD SK 16 26,7 60 100%

0 10 20 30 40

Sangat

Baik Baik Sedang Kurang Sangat Kurang

0 5 10 15 20 25

Sangat

Baik Baik Sedang Kurang Sangat Kurang

(5)

Berdasarkan tabel 6 pada aspek Process dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.

Gambar 3. Evaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada aspek Process

Berdasarkan analisis data tersebut menunjukkan bahwa evaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada aspek process diperoleh nilai rata- rata sebesar 3,10 hal ini berarti bahwa sekolah dasar di kabupaten Enrekang termasuk dalam kategori “Baik” dalam melaksanakan PTM terbatas

4. Pada aspek Product

Table 7. Descriptive Statistics pada aspek Product

N Min Max Sum m SDi Context 60 0 5 191 3.18 1.255 Valid N

(listwise) 60

Dari hasil analisis deskriptif terhadap pelaksanaan PTM terbatas yang dilakukan di SD dari aspek product diketahui bahwa skor yang tertinggi yang diperoleh adalah 5, skor terendahnya 0, sedangkan rata-rata (mean) 3,18 dan standar deviasinya (SDi) sebesar 1,255.

Berikut ini dapat disajikan dalam bentuk tabel pada aspek product

Tabel 4.8 Skor interval dari aspek Product

Interval Kat. f %

M + 1,5 SD < X SB 15 25 M + 0,5 SD < X ≤ M + 1,5 SD B 3 5 M + 0,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD S 24 40 M + 1,5 SD < X ≤ M + 0,5 SD K 15 25

X ≤ M - 1,5 SD SK 3 5

60 100%

Berdasarkan tabel 8 pada aspek Product dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.

Gambar 4. Evaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada aspek Product

Berdasarkan analisis data tersebut menunjukkan bahwa evaluasi pelaksanaan PTM terbatas pada aspek product diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,08, hal ini berarti bahwa sekolah dasar di kabupaten Enrekang termasuk dalam kategori “Sedang” dalam melaksanakan PTM terbatas.

5. Aspek sarana dan prasaran, SOP dan Juknis pelaksanakan PTM terbatas

Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti di satuan Pendidikan Sekolah dasar di Kabupaten Enrekang, ketersediaan sarana dan prasarana sudah lengkap dan dalam keadaan masih layak untuk digunakan. Mulai dari ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan serta ketersediaan fasilitas Kesehatan. Selain itu sosialisasi mengenai pencegahan Covid 19 dilakukan dengan memasang poster di beberapa tempat khususnya di bagian depan sekolah.

Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada satuan pendidikan sekolah dasar di kabupaten Enrekang telah berjalan dengan baik, namun seiring pelaksanaanya beberapa sekolah dasar belum memenuhi target yang harapkan hal ini berdasarkan hasil temuan di lapangan. Dari aspek context diketahui bahwa skor yang tertinggi yang diperoleh adalah 6, skor

0 10 20 30 40

Sangat

Baik Baik Sedang Kurang Sangat Kurang

05 1015 2025 30

Sangat

Baik Baik Sedang Kurang Sangat Kurang

(6)

terendahnya 4, sedangkan rata-rata (mean) 5,23 dan standar deviasinya (SDi) sebesar 0,621. Skor ini menunjukkan bahwa aspek context yaitu aspek yang persiapan dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas oleh pihak sekolah termasuk dalam kategori “Baik”. Hal tersebut akan lebih baik jika satuan pendidikan memiliki peta kesehatan warga sekolah terkait warga sekolah yang memiliki komorbid tidak terkontrol, tidak memiliki akses transportasi yang aman, dan riwayat perjalanan.

Dari aspek Input diketahui bahwa skor yang tertinggi yang diperoleh adalah 6, skor terendahnya 4, sedangkan rata-rata (mean) 6,73 dan standar deviasinya (SDi) sebesar 1,376. Skor ini menunjukkan aspek input yaitu aspek kompetensi penunjang penyelenggaraan PTM terbatas dan pemahaman tentang PTM terbatas sudah baik. Nilai yang didapat untuk aspek input sudah termasuk dalam kategori “sedang”, namun akan lebih baik apabila untuk indikator ini dilakukan peningkatan baik oleh pihak pendidik maupun pihak sekolah.

Penyebab adalah beberapa pihak sekolah belum menetapkan kurikulum yang diberlakukan dalam pembelajaran di masa pandemic COVID 19, selain itu pelibatan orang tua peserta didik belum maksimal, belum dilaksanakannya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PTM terbatas sehingga pihak sekolah belum melakukan refleksi pembelajaran dalam rangkan perbaikan/ penyempurnaan.

Dari aspek process diketahui bahwa skor yang tertinggi yang diperoleh adalah 4, skor terendahnya 1, sedangkan rata-rata (mean) 3,10 dan standar deviasinya (SDi) sebesar 1,376. Skor ini menunjukkan aspek process termasuk dalam kategori “baik” yang artinya skor yang diperoleh untuk aspek keahlian pihak sekolah dalam hal ini guru tentang pelaksanaan PTM terbatas dan mempersiapkan peserta didik pada PTM terbatas ini cukup baik namun sangat perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan. Hal ini disebabkan kemampuan guru dalam mempersiapkan peserta didik membiasakan

kebiasaan baru di proses pembelajaran masih kurang maksimal, hal ini terlihat dari masih banyak di temukan beberapa peserta didik melepaskan masker, selain itu pada waktu istirahat terkadang peserta didik tidak menjaga jarak, hal ini yang membuat guru kewalahan menanganinya.

Disisi lain Pihak sekolah telah memfasilitas guru dalam menyusun RPP, meskipun beberapa guru ada secara mandiri telah membuat RPP yang sederhana mulai dari materi serta kegiatan dalam proses belajara mengajar. Hal ini menicu proses materi pembelajaran yang disampikan dipadatkan dan hanya menyampaikan poin- poin pentingnya saja dan mempertegas pada penyelesaian latihan soal, hal ini membuat peserta didik dipacu oleh waktu dengan memaksimalkan waktu yang tersedia. Belum lagi ada beberapa kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan seperti kegiatan praktek yang kurang memungkinkan dilaksanakan mengingat terbatasnya waktu dan adanya protokol kesehatan yang mengharuskan untuk menjaga jarak antar peserta didik.

Selain itu Guru kurang menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran daring, meskipun beberapa telah menerapkan model blended learnig, namun kurang efektif mengingat interaksi secara langsung dapat meminimalisasi kesalahpahaman antara guru dan peserta didik. Dengan demikian perlu adanya pelaksanakan supervisi yang harus dilakukan oleh pihak sekolah terhadap pelaksanaan PTM terbatas mengingat demi memenuhi tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Pada aspek product diketahui bahwa skor yang tertinggi yang diperoleh adalah 5, skor terendahnya 0, sedangkan rata-rata (mean) 3,18 dan standar deviasinya (SDi) sebesar 1,255. Skor ini menunjukkan aspek product termasuk dalam kategori “sedang”

termasuk dalam kategori sedang yang artinya skor yang diperoleh pihak sekolah untuk aspek kompetensi tentang PTM terbatas dan pengaruhnya terhadap peserta didik cukup baik tetapi belum bejalan secara maksimal.

Terlihat dari hasil belajar peserta didik masih

(7)

terdapat beberapa sekolah dasar yang belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Hal disebabkan ketika peserta didik yang dapat sift pembelajaran daring, orang tua peserta didik terkadang tidak mendampingi anaknya pada saat pembelajaran daring berlangsung.

Tentunya disebabkan karena beberapa orang tua peserta didik memiliki pekerjaan dan pendidikan yang berbeda. Oleh karena itu pihak sekolah sebaiknya melibatkan orang tua dalam perencanaan pelaksanaan PTM terbatas.

Namun, beberapa sekolah terbantukan dengan adanya program MBKM pada kegiatan asisten mengajar di sekolah yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Enrekang. Beberapa program yang telah dilaksanakan diantanya telah membantu guru dalam membuat RPP, media pembelajaran berbasis online, bahkan terkadang mereka langsung membimbing peserta didik dirumahnya masing masih.

Oleh karena itu demi menjamin efektifitas pelaksanaan PTM terbatas adakalanya pihak sekolah menyusun dan mensosialisasikan panduan pendampingan PTM terbatas, mengingat beberapa sekolah hanya sebatas sosialisasi yang memungkinkan beberapa pihak terkadang tidak menghadiri dan bahkan tidak memahami apa yang disampaikan pada waktu sosialisasi. Selain itu pihak sekolah sebaiknya melakukan refleksi dan evaluasi PTM terbatas yang tentunya akan berdampak pada rencana tindak lanjut pihak sekolah dalam melakukan perbaikan pelaksanaan PTM terbatas.

Simpulan (5%)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap penilaian pelaksanaan PTM terbatas pada aspek context diperoleh nilai rata-rata sebesar 5,23 termasuk dalam kategori “Baik”, pada aspek input sebesar 6,73, termasuk dalam kategori “Sedang”, pada aspek process sebesar 3,10 termasuk dalam kategori “Baik” dan pada aspek product sebesar 3,08, termasuk dalam kategori “Sedang”. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan PTM terbatas yakni; 1) pihak sekolah belum menetapkan

kurikulum yang diberlakukan dalam pembelajaran di masa pandemic Covid 19, 2) selain itu pelibatan orang tua peserta didik belum maksimal, 3) belum dilaksanakannya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PTM terbatas, 4) masih banyak di temukan peserta didik melepaskan masker pada waktu istirahat dengan tidak menjaga jarak, hal ini yang membuat guru kewalahan menanganinya, 5) membuat RPP yang materi pembelajaran dipadatkan dan pada waktu proses mengajar hanya menyampaikan poin- poin pentingnya, 6) kegiatan praktek yang kurang memungkinkan dilaksanakan mengingat terbatasnya waktu dan adanya protokol Kesehatan, 7) Guru kurang menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran daring, 8) kurangnya pendampingan orang tua peserta didik pada saat pembelajaran daring berlangsung, 9) pihak sekolah belum melakukan refleksi dan evaluasi pelaksanaan PTM terbatas.

Untuk menghadapi kendala pelaksanaan PTM terbatas pada satuan Pendidikan SD di Kabupaten Enrekang hal yang perlu dilakukan yaitu 1) pihak sekolah melibatkan orang tua dan komunitas merencakan kurikulum yang diberlakukan dalam pembelajaran di masa pandemic Covid 19, 2) sebaiknya melibatkan orang tua peserta dengan mengatur jadwal pertemuan sehingga bagi orang tua yang memiliki kendala dapat mendampingi anaknya, 3) melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan PTM terbatas oleh tim yang telah dibentuk oleh kepala sekolah, 4) membuat aturan yang melanggar protocol Kesehatan akan diberi Sanksi, 5) RPP sebaiknya di susun yang materi pembelajaran dipadatkan dan pada waktu proses mengajar hanya menyampaikan poin-poin pentingnya, 6) kegiatan praktek yang kurang memungkinkan dilaksanakan mengingat terbatasnya waktu dan adanya protokol Kesehatan, 7) sebaiknya guru menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran daring, 8) sebaiknya pihak sekolah Menyusun panduan pendampingan orang tua peserta didik pada

(8)

saat pembelajaran daring berlangsung dirumah.

Daftar Pustaka

Penyusunan Daftar Pustaka yang mengikuti teknik yang standar harus dilakukan secara baku dan konsisten. Untuk menjaga konsistensi cara pengacuan, pengutipan dan daftar pustaka sebaiknya menggunakan aplikasi Reference Manager, seperti Zotero, Mendeley, atau aplikasi berbayar yang lain. Ditulis dalam spasi tunggal, antardaftar pustaka diberi jarak 1 spasi. Sebagian contoh cara penulisan referensi/ acuan di dalam Daftar Pustaka, diberikan berikut.

[1] Azwar, S. (2014). Tes prestasi: fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar (edisi II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[2] Basar, Afip Miftahul Et Al. 2021.

“Problematika Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Di SMPIT Nurul Fajri – Cikarang Barat – Bekasi) A.

Pendahuluan Kemampuan, Sikap, dan Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Yang Bernilai Positif. Hal Itu Untuk Pencipta. Pendidikan S.” 2(1): 208–18.

[3] Budiarjo, R & Hidayatullah, R.S. 2021.

Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. JPTM.

Volume 11 Nomor 01 Tahun 2021, 11 – 18.

[4] Kemendikbu. 2021. Pembelajaran Tatap Muka (Ptm) Pada Masa Pandemi Covid-19 di SMA. Jakarta. Direktorat Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Dan Pendidikan Menengah-Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

[5] Kemendikbud. 2021. Panduan Aman

“Pembelajaran Tatap Muka Terbatas”.

Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

[6] Kemendikbud. 2021. Pedoman Pembelajaran Tatap Muka Terbatas sekolah dasar. Jakarta. Direktorat Jenderal PAUD, Dikdas.

[7] Mardapi, D. (2012). Pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan.

Yogyakarta: Nuha Medika.

[8] Masnur, M., & Ismail, I. (2021).

Efektivitas E-Learning Edmodo dan Google Classroom Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Enrekang. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1), 163-169.

[9] Nissa, S, F, & Haryanto, A. 2020.

“Implementasi Pembelajaran Tatap Muka Di Masa Pandemi Covid-19.”

Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni PGSD) UNARS 8(2): 402.

[10] Saab, N., van Joolingen, W., & van Hout-Wolters, B. (2012). Support of the collaborative inquiry learning process:

Influence of support on task and team regulation. Metacognition and Learning, 7(1), 7–23.

https://doi.org/10.1007/s11409-011- 9068-6.

[11] Stufflebeam, D. L. & Shinkfield, A. J.

(1985). Systematic evaluation. Boston:

Kluwer Nijhof Publishing.

[12] Weiss, C.H. (1972). Evaluation research: methods of assessing program effectiveness. Englewood Cliffs, NJ, NJ: Prentice Hall, Inc.

[13] Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengujian SPSS dengan independent sample t test didapatkan hasil p- value 0,038 yang artinya terdapat perbedaan prestasi belajar pada mahasiswa PSPD FKK

Sedangkan pada data yang diperoleh dari pengamatan kegiatan siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning dalam siklus II tergolong kedalam tingkatan baik sekali

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Problem Solving (CPS) di di dukung dengan

Menurut Wina Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu teknik agar pembelajaran yang dikelola guru selalu mengalami peningkatan melalui perbaikan secara terus menerus

Cessie melibatkan 3 pihak, dimana penulis contohkan kasus utang piutang antara A dan B, A selaku si berutang meminjam uang 2 juta rupiah kepada B selaku wajib

Sehingga dari uji kelayakan Buku Saku dinyatakan media yang dikembangkan sudah layak digunakan oleh siswa kelas IV SD Annysa Tanjung Gusta untuk meningkatkan keterampilan proses

Hasil komparasi model Doscivery Learning dan Problem Based Learning dapat dilihat sebagai berikut: 4.2 presentase peningkatan model Discovery Learning terhadap berpikir kritis peserta

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana penggunaan youtube sebagai media pembelajaran untuk persiapan siswa menghadapi dunia kerja METODOLOGI Penelitian ini merupakan