Sedangkan penelitian penulis tentang amalan sholat lima waktu pada anak di desa Gunung Sugih Kecil, Jabung, Lampung Timur. Penelitian yang dilakukan penulis berfokus pada peran orang tua dalam melaksanakan shalat lima waktu bagi anak di Desa Gunung Sugih Kecil, Jabung, Lampung Timur.
Pertanyaan Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Bagi orang tua, diharapkan dapat memberikan masukan kepada orang tua akan pentingnya tanggung jawab dalam membesarkan dan membimbing anak, khususnya dalam melaksanakan shalat lima waktu. Bagi anak-anak dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru bahwa shalat lima waktu itu sangat penting, serta perbandingan antara teori dan praktek di lapangan.
Penelitian Relevan
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa semua umat Islam yang telah mencapai pubertas diwajibkan untuk shalat lima waktu sehari semalam. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa orang tua adalah orang atau orang yang lahir terlebih dahulu. Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab orang tua adalah sejak lahirnya seorang anak hingga ia dewasa.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa baik buruknya seorang anak dapat dilihat dari pola asuh orang tuanya.
Ibadah Shalat Lima Waktu
- Pengertian Ibadah Shalat Lima Waktu
- Pentingnya Pembiasaan oleh Orangtua dalam Shalat Anak
- Fungsi Ibadah Shalat Lima Waktu Bagi Anak
4Ernaya Amor Bhakti, Peran Orang Tua Dalam Mengenalkan Ibadah Shalat Pada Anak Usia Dini Di Desa Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2017” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017). 5Dewi Asih, “Peran Orang Tua Dalam Mendorong Pelaksanaan Ibadah Sholat Siswa Kelas VIII SMA Islam Ruhama Tahun Pelajaran 2011” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011).
Peran Orangtua
- Pengertian Orangtua
- Tugas dan Tanggung Jawab Orangtua
- Peran Orangtua dalam Pengamalan Ibadah Shalat Lima Waktu Anak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena peran orang tua dalam praktik shalat lima waktu pada anak di Desa Gunung Sugih Kecil Kecamatan Jabung Kabupaten Lampung Timur. Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa narasumber utama dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak di Desa Gunung Sugih Kecil, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. Wawancara dilakukan dengan sumber data primer yaitu orang tua dan anak di Desa Gunung Sugih Kecil Kecamatan Jabung Lampung Timur.
Peran orang tua dalam amalan sholat lima waktu untuk anak di desa Gunung Sugih Kecil Gunung Sugih Kecil. Mengenai peran orang tua dalam pelaksanaan sholat lima waktu bagi anak di desa Gunung Sugih Kecil, penulis melakukan wawancara dengan M. Tentang peran orang tua dalam praktik sholat lima waktu bagi anak di desa Gunung Sugih. Kecil, Kecamatan Jabung, Lampung Timur .
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, para orang tua di desa Gunung Sugih Kecil menganjurkan anaknya untuk shalat. Para orang tua di Desa Gunung Sugih Kecil, Kecamatan Jabung, biasanya menitipkan belajar salat kepada anaknya. Faktor yang mendukung peran orang tua dalam melaksanakan shalat lima waktu bagi anak di desa Gunung Sugih Kecil adalah keberadaan Lembaga Pendidikan Al-Quran (TPA) dan pesantren tempatnya berada.
Jenis dan Sifat Penelitian
- Metode Wawancara (interview)
- Metode Observasi
- Dokumentasi
Konsekuensi lebih lanjut dari posisi sumber data tersebut dalam penelitian kualitatif adalah ketepatan pemilihan dan penentuan jenis sumber data akan menentukan kekayaan data yang diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Klasifikasi sumber data berguna sebagai acuan untuk mengklasifikasikan data yang harus diprioritaskan dalam penelitian.
Penentuan informan sebagai sumber primer, dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu: “teknik sumber data. Dari sumber primer tersebut dikumpulkan data peran orang tua dalam praktik shalat lima waktu bagi anak, dengan mengacu pada keterangan lisan dari sumber primer itu sendiri. Sumber data sekunder adalah “data yang pertama kali dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti itu sendiri.
Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah: tokoh agama, tokoh masyarakat dan tetangga dari sumber primer. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Observasi adalah “alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki”.
Tekhnik Analisis Data
Pemaparan peran orang tua dalam melaksanakan shalat lima waktu bagi anak di Desa Gunung Sugih Kecil Kecamatan Jabung Lampung Timur merupakan temuan hasil penelitian di daerah ini yang diperoleh dari wawancara dengan orang tua, tokoh agama dan anak. Berdasarkan hasil wawancara di atas, umumnya orang tua di desa Gunung Sugih Kecil menyerahkan pembelajaran sholat kepada anaknya di TPA. Peneliti juga mewawancarai Farel (anak laki-laki) di desa Gunung Sugih Kecil yang mengatakan, “Ayah atau ibu sering memerintahkan sholat di rumah.
Menurut Sintia (anak) di Desa Gunung Sugih Kecil, “Ayah mengajak saya salat di TPA dan bersama teman-teman salat di mesjid. Yang saya lihat kebanyakan orang tua di Desa Gunung Sugih Kecil cukup peduli dengan anaknya, ketika mereka Sholat Peran orang tua dalam mengamalkan sholat lima waktu untuk anak di Desa Gunung Sugih Kecil Kecamatan Jabung Lampung Timur dilakukan dengan cara mengajarkan anak sholat lima waktu, menyuruh anak sholat lima waktu, membiasakan dan melatih anak-anak untuk shalat lima kali sehari.
Anak-anak di Desa Gunung Sugih Kecil bisa belajar agama di TPA dan di Bimbing untuk belajar praktik keagamaan. Para orang tua di desa Gunung Sugih Kecil, Kecamatan Jabung, Lampung Timur, harus lebih memantapkan peran mereka dalam mensosialisasikan shalat lima waktu kepada anaknya dengan sering mengajak anaknya shalat berjamaah di rumah atau di masjid. Anak-anak di Desa Gunung Sugih Kecil, Kecamatan Jabung, Lampung Timur hendaknya tidak meninggalkan shalat lima waktu dan lebih rajin belajar tata cara shalat yang benar, seperti membaca dan gerakan shalat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi Penelitian
- Sejarah Singkat Desa gunung Sugih Kecil
- Visi, Misi dan Strategi Pembangunan
- Meningkatkan aktivitas perekonomian berbasis agribisnis
- Keadaan Penduduk Desa Gunung Sugih Kecil
Asal usul Desa Gunung Sugih Kecil adalah pada zaman dahulu ketika Desa Gunung Sugih Kecil masih berupa hutan belantara. Konon menurut cerita masyarakat desa Gunung Sugih Kecil dan masyarakat desa Asahan adalah sekelompok orang yang berasal dari Seputih Rimbih yaitu Buai Mega Putih dan Buti Unyi. Pada tahun 1924 didirikan Pesirah Marga Sekampung Ilir, sehingga Pesirah harus menuliskan nama-nama desa menurut asal penduduknya dan para akuntan menyebutnya Desa Gunung Sugih Kecil.
Sejak zaman penjajahan Belanda, penduduk asli Desa Gunung Sugih Kecil selalu terpuruk karena ada yang merasa mampu pindah dari Desa Gunung Sugih Kecil. Desa Gunung Sugih Kecil memiliki visi “Terwujudnya Desa Gunung Sugih Kecil sebagai lumbung pangan yang aman, maju, sejahtera, mandiri dan bermasyarakat serta tertib administrasi dengan suasana kerukunan umat beragama di masyarakat”. Warga merupakan salah satu sumber daya manusia yang mendukung perkembangan Desa Gunung Sugih Kecil untuk mewujudkan visi dan misi Desa.
Peran Orangtua Dalam Pengamalan Ibadah Shalat Lima Waktua Anak Desa
Menurut Redi (orang tua) di desa Gunung Sugih Kecil, ia biasa mengajarkan anak-anaknya tentang bacaan salat dan gerakan salat jika ada kesempatan. Informasi juga disampaikan oleh Herman (orang tua) di Desa Gunung Sugih Kecil yang mengatakan meskipun anaknya belajar salat di TPA, mereka tetap mengajari anaknya salat di rumah. Menurut Muhammad Ridho (anak) di Desa Gunung Sugih Kecil yang mengatakan “di rumah orang tua sering diajari salat, salat dan sholat 5 waktu”.64 “Informasi senada juga disampaikan oleh Intan Puspita Sari (anak) di Gunung Desa Sugih Kecil, orang tua bertanya tentang bacaan dan jumlah rakaat sholat serta mengajarkan gerakan sholat”65.
Dalam hal ini, anak terlebih dahulu menerima pengetahuan tentang tata cara memaafkan dari orang tua. Informasi juga didapat dari hasil wawancara dengan Miswanto (orang tua) yang mengatakan “Selain mengajak anak saya sholat, biasanya saya memotivasi mereka dengan menceritakan tentang pahala dan manfaat sholat. Peneliti juga melakukan wawancara dengan Kasanah (orang tua) yang mengatakan bahwa mereka sebisa mungkin memberikan contoh yang baik kepada anaknya, terutama mengenai masalah shalat.
Hal ini terlihat dari para orang tua yang mengajak anaknya sholat atau menyuruh anaknya belajar sholat di TPA, meskipun tidak bisa dipungkiri masih ada orang tua yang tidak rajin sholat atau berkumpul di masjid. Selain itu, berdasarkan hasil observasi langsung peneliti di desa Gunung Sugih Kecil, pada saat salat berjamaah di mesjid atau mushola, “beberapa anak juga hadir, meski hanya duduk di samping orang tua atau mereka terlihat bermain di teras masjid bersama orang tuanya. teman”. Seputar peran orang tua dalam mengajarkan anak shalat lima waktu di desa Gunung Sugih Kecil, penulis mewawancarai Nur Jailani (orang tua) yang mengatakan bahwa “sebisa mungkin beliau mengajarkan anak shalat lima waktu. hari, ketika mereka shalat, mereka mengajak anak-anaknya untuk ikut shalat." 77.
Faktor Pendukung Dan Penghambat Peran Orang Tua Dalam Pengamalan
Sesibuk apapun orang tua, tetap harus mencari waktu untuk anaknya, orang tua bertanggung jawab terhadap anaknya. Keterlibatan orang tua, sehingga anak sering bermain sendiri, dan kurangnya perhatian/teladan orang tua. Cara keteladanan juga digunakan oleh para orang tua untuk mengajak anaknya shalat berjamaah, karena shalatnya.
Orang tua perlu mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh anak dan teman-temannya. Berteman atau sering-seringlah berkomunikasi dengan orang tua teman anaknya, agar dapat memantau situasi dan interaksi sosial anak. Jika kegiatan anak dan temannya positif, orang tua harus mendukung atau membantu kegiatan mereka.
Orang tua mengajak anaknya untuk sholat berjamaah di masjid, padahal anaknya seringkali hanya melihat atau meniru gerakan sholat. Faktor penghambat peran orang tua dalam mengamalkan sholat lima waktu untuk anak adalah kebiasaan anak bermain handphone atau game yang menyebabkan lupa waktu sholat. Ernaya Amor Bhakti, peran orang tua untuk mendirikan ibadah sholat PAUD di Desa Gedong Tataan Pesawaran Tahun Pelajaran 2017.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Selain itu, kesibukan ibu bapa yang menyara hidup dan biasanya bekerja di sawah sering mengakibatkan kurangnya kawalan dan perhatian ibu bapa terhadap anak-anak.
SARAN
Abdullah bin Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin, Fikih Ibadah Fatwa Ibadah Fadhilatus Syekh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Solo: Media Zikir, 2010. Dewi Asih, “Peran Orang Tua Dalam Mendorong Pelaksanaan Shalat Bagi Siswa Sekolah Kelas VIII SMP Islam Ruhama, Tahun Pelajaran 2011” Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi dan Focus Group sebagai Instrumen Ekstraksi Data Kualitatif Jakarta: Rajawali Press, 2013.
Institut Agama Islam Negeri Metro (IAIN), Institut Agama Islam Negeri Metro (IAIN) Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa, 2018. Aat Syafaat dan Sohari, Peran Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fannani, Terjemahan Fathul Mu'in, Jilid 1, Bandung: Cahaya Baru Algensind, 2012.