Diantaranya karena Allah SWT tidak hanya menciptakan laki-laki tetapi juga menciptakan perempuan dan disebutkan secara terpisah-pisah. Juga karena Allah SWT menciptakan wanita berbeda dengan pria baik secara fisik maupun psikis. Dan pada akhirnya, hukum yang diturunkan Allah SWT juga sangat berbeda antara perempuan dan laki-laki.
Oleh itu, elakkan wanita semasa haid; dan janganlah kamu mendekati mereka sehingga mereka bersih. Dan jika kamu ingin bayi kamu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu membayar mengikut keperluan kamu. Orang-orang yang mati di antara kamu meninggalkan isteri-isteri (jika isteri-isteri itu) menangguhkan (beriddah) selama empat bulan sepuluh hari.
Allah mengetahui bahawa kamu akan menyebut-nyebut mereka, maka janganlah kamu berjanji untuk mengahwini mereka secara sembunyi-sembunyi melainkan mengucapkan kata-kata yang baik (kepada mereka). Orang kaya menurut kemampuannya dan orang miskin menurut kemampuannya (tertib), iaitu memberi mengikut apa yang patut. Jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum bercampur dengan mereka, padahal kamu telah menetapkan mahar, maka tunaikanlah setengah dari mahar yang telah kamu tetapkan, kecuali jika isteri-isteri kamu dimaafkan atau dimaafkan oleh orang yang mempunyai ikatan perkahwinan dan pengampunan kamu itu lebih dekat kepada takwa. .
Bagi wanita yang diceraikan (harus diberikan oleh suaminya) mut´ah mengikut ma´ruf, sebagai kewajipan bagi orang yang soleh.
Surat Ali Imran
Salah satunya adalah dalam hal menjadi saksi, kesaksian seorang perempuan harus dikuatkan oleh perempuan lain, jadi minimal ada dua perempuan. Jika tidak ada dua laki-laki, maka (mungkin) satu laki-laki dan dua perempuan sebagai saksi yang kamu sukai, sehingga jika yang satu lupa, yang lain mengingatkannya. Sejak kelahirannya pertama kali di dunia ini, bahkan sejak masih dalam kandungan ibu, Allah SWT telah menciptakan janin bayi yang secara biologis berbeda antara janin laki-laki dan janin perempuan.
Semua ini diciptakan Tuhan secara biologis dan fisiologis, meskipun hanya akan berfungsi dalam waktu. Dengan perbedaan biologis sejak sebelum lahirnya wanita di dunia, sudah pasti seorang wanita pasti berbeda dengan pria. Wanita pada usianya secara alami akan mengalami darah haid yang keluar setiap bulannya, dimana pria tidak akan pernah mengalaminya.
Surat An-Nisa'
Kami mendapatkan penekanan yang berbeda dari ayat ini tentang keberadaan, identitas dan keberadaan perempuan. Allah SWT secara khusus menyebutkan keberadaan wanita dengan menyebutkan banyak pria dan wanita. Meskipun pada mulanya Allah hanya menciptakan satu pribadi, yang dalam hal ini berarti Nabi Adam alaihissalam, yang menurut kitab suci adalah laki-laki, namun Allah menciptakan dari satu laki-laki ini begitu banyak laki-laki dan perempuan.
Maka sebutan khusus wanita pada awal penciptaan ini telah memberikan isyarat yang kuat untuk kewujudan wanita, yang mereka miliki secara konkrit. Ramalan seseorang lelaki boleh mengahwini empat isteri sekali gus ada dalam surat ini iaitu pada ayat ketiga. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim (apabila kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat.
Maka jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) satu orang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Kewajiban suami untuk memberikan mas kawin atau mas kawin juga disebutkan dalam surat ini, yakni pada ayat keempat.
للَِّبِ
اًبيِسَح
فْصِ نلا
- Surat Al-Maidah
- Surat Maryam
- Surat An-Nur
- Surat Al-Hujurat
- Surat Al-Mujadalah
- Surat Al-Mumtahanah
- At-Thalaq
- At-Thahrim
Siapakah wanita yang dilarang untuk dinikahi juga ada di dalam surat ini, yaitu di ayat 22 dan 23. Dan janganlah kamu menikah dengan wanita yang dinikahi ayahmu, kecuali di masa lalu. Jika laki-laki tidak mampu menikah dengan perempuan yang maharnya tinggi, Al-Quran sama sekali tidak menyuruh perempuan untuk menurunkan maharnya, bahkan laki-laki disuruh menurunkan standarnya dengan menikahi perempuan yang maharnya lebih rendah.
Dan barangsiapa di antara kamu (orang merdeka) tidak cukup nafkah untuk mengawini wanita merdeka lagi beragama, bolehlah dia mengahwini wanita yang soleh dari hamba sahaya yang kamu miliki. Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita kerana Allah melebihkan sebahagian (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan kerana mereka (lelaki) menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Maka isteri yang solehah ialah yang taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada, kerana Allah telah memelihara (nya).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkan mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi kitab itu halal bagi kamu, dan makanan kamu adalah halal. Dan dihalalkan mengawini) perempuan-perempuan yang baik-baik di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang baik-baik di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelum kamu, jika kamu membayar mahar mereka dengan maksud mengahwininya, bukan dengan maksud berzina, maka janganlah kamu berbuat dan tidak (dalam giliran) ) menjadikannya gundik. Kewajipan wanita menutup aurat kepada lelaki yang bukan mahram, dan sesiapa sahaja (ayat 31).
Inti dari surat ini menceritakan tentang seorang wanita yang berdebat atau berdialog dengan Rasulullah SAW terkait hak-haknya yang diambil oleh suaminya melalui dsiihar. Surat ini juga menjelaskan ketentuan bagi wanita yang melakukan masa iddah setelah terjadi perceraian atau kematian suaminya. Apa yang wajib bagi wanita belum tentu wajib bagi pria dan sebaliknya.
Sejak semula Allah SWT telah membuat batasan yang berbeda, dimana aurat seorang wanita di hadapan laki-laki yang tidak halal baginya adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan. Sedangkan batas aurat laki-laki tidak seperti perempuan, hanya antara pusar dan lutut, sebagaimana hadits berikut ini. Jadi intinya tidak bisa dipungkiri bahwa ketentuan syariat yang ditetapkan Allah SWT bagi perempuan tidak selalu sama dengan laki-laki.
Artinya, jika seorang ayah menikah dengan seorang wanita, kemudian ayah tersebut meninggal, maka wanita yang dinikahinya dapat diwariskan kepada anaknya. Kebiasaan ini juga umum di kalangan pria non-Arab, di mana raja atau kaisar memiliki banyak selir yang posisinya hampir sama dengan wanita.