Bagaimana pelaksanaan asimilasi warga Lapas Kelas II A Yogyakarta dan Lapas Kelas II A Paledang Bogor. Apa saja kendala asimilasi warga binaan Lapas Kelas II A Yogyakarta dan Lapas Kelas II A Paledang Bogor. Studi lapangan ini dilakukan dengan mendatangi langsung Lapas Kelas II A di Yogyakarta dan Lapas Kelas II A di Paledang Bogor.
TAHAPAN PEMBINAAN DALAM LAPAS
Terkait dengan pembinaan terhadap narapidana disebutkan bahwa “Pembinaan yang paling baik bagi narapidana agar berhasil menjalani hukumannya dan mampu kembali ke masyarakat dan tidak mengulangi perbuatannya lagi adalah pembinaan yang berasal dari diri narapidana itu sendiri”. Konsep dasar pemajuan kemandirian tidak terlepas dari Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor M.02-PR.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Narapidana, yang secara umum menyatakan bahwa “Pembinaan Narapidana dan Narapidana”. pelajar adalah segala upaya yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan semangat pekerti) narapidana dan pelajar yang berada di Lembaga Pemasyarakatan/ RUTAN (Perawatan Intramural)”.
SYARAT WARGA BINAAN MELAKSANAKAN ASIMILASI
18 Pasal 3 Pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti pra-pelepasan, dan pembebasan bersyarat harus bermanfaat bagi individu dan keluarga narapidana dan pelajar lembaga pemasyarakatan serta tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan rasa keadilan dalam masyarakat. Jaminan tertulis dari orang perseorangan, badan atau lembaga diterbitkan dengan menggunakan contoh formulir APC.01.i Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.06-PK.04.10 Tahun 1992 tentang Pedoman Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Pembebasan Sebelum Cuti . Perlu diketahui, dalam menentukan besaran uang jaminan yang dimaksud, Tim Pengawasan Pemasyarakatan (TPP) hendaknya mempertimbangkannya sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan preemptif untuk mencegah kaburnya narapidana yang telah diberikan izin asimilasi. sedang dalam masa percobaan dibebaskan dan telah dibebaskan sebelum dibebaskan. .
Uang jaminan tersebut disimpan di Kas Umum Perbendaharaan rutin dan apabila terpidana melarikan diri yang telah diberikan izin asimilasi, pembebasan bersyarat dan telah keluar sebelum dibebaskan, maka uang jaminan tersebut disetorkan ke kas negara setempat. Bentuk yang digunakan adalah model APC.01.j Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan nomor E.06-PK.04.10 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Pra Pelepasan dengan surat jaminan lain apabila lampiran untuk penggantian deposit setelah diperiksa terlebih dahulu keabsahannya. Sedangkan jaminan-jaminan lainnya disimpan oleh bendahara rutin lembaga pemasyarakatan yang bersangkutan dan apabila ada narapidana yang diberi izin asimilasi, pembebasan bersyarat, dan cuti pra-pelepasan melarikan diri, maka jaminan itu dibayarkan menurut tata cara yang berlaku dan kemudian disetorkan ke kas daerah.
Selain itu, diatur dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor M.2.Pk.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Sebelum pembebasan dan cuti bersyarat. Hal ini selanjutnya diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Nomor: E.06-Pk.04.10 Tahun 1992 tentang Pedoman Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Sebelum Pembebasan. 27 diatur dalam Pasal 34 Bab VII. Ketentuan Lain Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.Pk.04-10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Sebelum Dibebaskan, yang mengatur bahwa setiap petugas LAPAS yang melakukan penyimpangan atau tidak menaati ketentuan sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri ini, dikenakan sanksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor. 30 Tahun 1980 tentang peraturan disiplin pegawai negeri sipil.
29 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.Pk.04-10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Sebelum Pembebasan bagi Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Pejabat Daerah dan Tokoh Masyarakat setempat.
BENTUK ASIMILASI YANG BISA DILAKUKAN
Contoh asimilasi budaya pada masa ini misalnya saja dengan adanya musik angkung pada zaman dahulu yang menggunakan alat musik tradisional dan improvisasi. Yang dimaksud dengan asimilasi struktural adalah proses pencampuran berbagai komponen dalam pranata sosial dengan memperhatikan unsur-unsur yang berkaitan dengan masyarakat. Misalnya saja contoh peranannya dalam asimilasi struktural adalah adanya sistem pemerintahan Indonesia yang saat ini menggunakan sistem presidensial, padahal politik pemerintahan di Indonesia dilihat dari warisan budayanya adalah raja dengan kepemimpinan absolut.
Contoh yang dapat disebutkan dalam asimilasi perkawinan ini misalnya masyarakat Padang yang tinggal di Papua dan membangun restoran. Ada berbagai contoh asimilasi keagamaan, seperti peran Islam di Indonesia yang menyelenggarakan acara 3, 7, dan 40 hari dalam upaya merayakan syukuran atau belasungkawa terhadap almarhum. Pengertian asimilasi bahasa adalah proses percampuran antar komponen bahasa yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh pelaksanaan asimilasi linguistik ini misalnya adanya peran-peran dalam kehidupan masyarakat yang bercampur dalam suatu kelompok sosial. Adapun contoh asimilasi arsitektur misalnya terdapat bangunan masjid di wilayah Indonesia yang mirip dengan vihara.
PELAKSANAAN ASIMILASI DI LAPAS YOGYAKARTA DAN PALEDANG BOGOR
Sementara di wilayah Bogor belum memiliki lembaga pemasyarakatan khusus perempuan, sehingga pembinaan terhadap narapidana perempuan dan laki-laki dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan. Oleh karena itu, dalam perawatan narapidana perempuan di Lapas Klas IIA Paledang Bogor tidak ada perlakuan khusus, namun karena alasan keamanan dan psikologis maka penempatan narapidana perempuan dan laki-laki dipisah yaitu ditempatkan hanya di dalam ruangan saja yaitu di ruang khusus perempuan. memblokir. . Terkait pembinaan di Lapas Klas IIA Paledang Bogor, narapidana perempuan tidak ada bedanya dengan narapidana laki-laki, hanya saja kekhususannya pihak Lapas memberikan cuti haid kepada warga binaan yang sedang menstruasi.
Dalam pelaksanaan pembinaan warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Paledang Bogor mengacu pada peraturan umum yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan peraturan lembaga khusus, namun tidak ada perlakuan khusus terhadap warga binaan perempuan di Lembaga Pemasyarakatan Paledang Bogor. IIA. Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Paledang Bogor, pelatihan terhadap narapidana laki-laki dan perempuan dilakukan dalam satu lembaga pemasyarakatan. Tahapan ini merupakan salah satu tahap awal kegiatan pelatihan atau pemeliharaan dalam proses pemasyarakatan.
Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara pada warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Paledang Bogor diberikan dalam bentuk ceramah, pengarahan serta pelaksanaan upacara bendera. Promosi kesadaran hukum di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Paledang Bogor ditawarkan dalam bentuk penyuluhan hukum secara langsung kepada warga binaan dengan ceramah atau presentasi dengan mengundang pakar hukum dari berbagai instansi atau instansi terkait.
LUARAN DARI ASIMILASI
Waktu pelaksanaan pembinaan bagi narapidana hukuman pendek relatif singkat, sehingga program pembinaan yang ditawarkan lebih fokus pada pengembangan agama dibandingkan pengembangan keterampilan. Pendidikan dan pelatihan teknis pemasyarakatan selama ini masih dirasakan kekurangan petugas, sehingga petugas pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bogor melakukan pembinaan sesuai dengan kemampuan yang ada. Pembangunan fasilitas dan penempatan narapidana bersama tahanan yang ada masih belum sesuai untuk mendukung proses konseling yang diinginkan. Fasilitas yang ada juga kurang memadai, seperti kurangnya fasilitas olah raga, tempat ibadah dan ruangan khusus narapidana penyakit menular seperti HIV/AIDS.
Dengan isi ruang hunian yang selalu melebihi kapasitas dan terbatasnya jumlah/tidak adanya petugas jaga di lapas, menyebabkan konsentrasi petugas lebih terkonsentrasi di bidang keamanan sehingga proses pelatihan tidak sesuai harapan. Hal tersebut peneliti peroleh berdasarkan wawancara tatap muka terhadap sepuluh narapidana yang dirawat di masing-masing Lapas Kelas IIA Yogyakarta dan Lapas Kelas II A Paledang Bogor. Kebanyakan narapidana menjalani kehidupan yang lebih disiplin di lembaga pemasyarakatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Pada dasarnya ada 3 (tiga) pokok pikiran mengenai tujuan yang ingin dicapai dengan adanya hukuman, yaitu. Untuk menjamin agar pelaku tindak pidana tertentu tidak dapat lagi melakukan tindak pidana lain, yaitu tindak pidana yang tidak dapat lagi dikoreksi dengan cara lain.
KESIMPULAN
44 2) laporan penelitian masyarakat yang dibuat oleh konsultan sosial atau laporan perkembangan perkembangan narapidana dan pelajar di lembaga yang disiapkan oleh sipir penjara; Terkait pelanggaran/penyimpangan pemberian kesetaraan, pemerintah hanya memerintahkan kepatuhan terhadap Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, dimana sanksi yang diberikan berupa sanksi disiplin dengan berbagai jenis dan derajat dan dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang. dalam rangka kepegawaian internal. Pelaksanaan asimilasi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai pembinaan narapidana, dan yang belum memadai disebabkan oleh kurangnya tenaga yang ada.
Pelatihan kerja yang diberikan yaitu para warga binaan diberikan tanggung jawab menjaga tempat parkir dan kebersihan tempat parkir. Dengan melakukan asimilasi, para warga binaan diberi kesempatan berinteraksi sosial dengan pengunjung dan masyarakat sekitar lapas. Pada awal proses asimilasi, para narapidana merasa takut dan kurang percaya diri untuk bertemu dengan pengunjung karena statusnya sebagai narapidana.
Namun, dengan sungguh-sungguh ingin berubah menjadi lebih baik, para narapidana dapat mengatasi rasa takut dan kurang percaya diri tersebut dengan bersedia menerima pandangan apa pun dari masyarakat. Setelah beberapa bulan asimilasi, para warga binaan mulai terbiasa berinteraksi dengan pengunjung dan masyarakat sekitar lapas.
SARAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Keluarga Pemasyarakatan. 47 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Keluarga Pemasyarakatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Keluarga Pemasyarakatan.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.2.Pk.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Sebelum Pelepasan dan Pembebasan Bersyarat. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.Hh.01.Pk.05.06 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.01.Pk.04.10 Tahun 2007 mengenai syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi, pembebasan bersyarat, pra-pembebasan, dan pembebasan bersyarat. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.Hh-02.Pk.05.06 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.01.Pk.04.10 Tahun 2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Istirahat Sebelum Pembebasan, dan Pembebasan Bersyarat.
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01.Pk.04-10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Sebelum Pembebasan. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Nomor: E.06-Pk.04.10 Tahun 1992 tentang Pedoman Asimilasi, Pembebasan Bersyarat dan Cuti Sebelum Pembebasan.