• Tidak ada hasil yang ditemukan

Luas Wilayah Desa Malang Rapat yaitu 77,23 km2 (20%) (BPS Kecamatan Gunung Kijang 2021), dengan batas-batas wiyalah Utara (Desa Barakit), Selatan (Desa Teluk Bakau), Barat (Desa Toapaya Utara), Timur (Laut Cina Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Luas Wilayah Desa Malang Rapat yaitu 77,23 km2 (20%) (BPS Kecamatan Gunung Kijang 2021), dengan batas-batas wiyalah Utara (Desa Barakit), Selatan (Desa Teluk Bakau), Barat (Desa Toapaya Utara), Timur (Laut Cina Selatan)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepulauan Riau merupakan salah satu Provinsi yang berada di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Kamboja dan Vietnam. Kepulauan Riau memiliki letak Geografis yang strategis karena berada di antara Selat Malaka dan di Laut Cina Selatan. Kepulauan Riau memiliki total luas wilayah 8.201,72 km2 (BPS Kepulauan Riau 2022), dimana 96% merupakan wilayah lautan dan 4% merupakan wilayah daratan, oleh karena itu Kepulauan Riau termasuk salah satu Provinsi Kepulauan yang berada di Indonesia. Terdapat 5 Kabupaten dan 2 kota yang ada di Kepulauan Riau antar lain Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kota Batam, dan Kota Tanjungpinang yang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau. Karena luas lautannya yang lebih besar daripada luas daratan, kondisi ini membuat Provinsi Kepulauan Riau kaya akan potensi hasil laut salah satunya adalah Kabupaten Bintan.

Kabupaten Bintan memiliki luas daratan sebesar 1.318,21 km2 dan sisanya adalah lautan. Yang mana di dalamnya kaya akan potensi laut yang berlimpah yang bisa diolah dan digunakan oleh warga Kabupaten Bintan yang mayoritas merupakan nelayan. Terdapat 10 kecamatan, 15 kelurahan dan 36 desa di Kabupaten Bintan, salah satunya desa malang rapat (BPS Kepulauan Riau 2022).

(2)

Desa Malang Rapat memiliki historis, yang mana dulunya desa Malang Rapat merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Kepulauan Riau, namun setelah adanya otonomi dan pemekaran wilayah desa Malang Rapat masuk kedalam wilayah Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Luas Wilayah Desa Malang Rapat yaitu 77,23 km2 (20%) (BPS Kecamatan Gunung Kijang 2021), dengan batas-batas wiyalah Utara (Desa Barakit), Selatan (Desa Teluk Bakau), Barat (Desa Toapaya Utara), Timur (Laut Cina Selatan).

Volume produksi perikanan Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan pada subsektor penangkapan laut sebesar 7613,54 ton (2020) dan 7820,2 Ton (2021), subsektor budidaya laut sebesar 225,36 ton (2020) dan 198,6 ton (2021), subsektor budidaya air tawar 12,19 ton (2020) dan 10,8 ton (2021), (BPS Kabupaten Bintan 2022).

Dari volume produksi diatas menunjukan angka tertinggi pada subsektor penangkapan laut yang mana dari tahun ke tahun terus meningkat. Namun, apakah peningkatan penghasilan nelayan tersebut menunjukan tingkat kemakmuran nelayan itu sendiri. Nelayan sering kali memperoleh income atau pendapatan yang tidak besar. Hal ini menyebabkan perekonomian nelayan masih sangat rendah dan kesejahteraan nelayan masih berada dalam keterbatasan. Menurut Indara, dkk (2017), tingkat kemakmuran nelayan dipengaruhi oleh hasil tangkapan para nelayan. banyaknya jumlah tangkapan menginterpretasikan pula besarnya pendapatan yang diperoleh dan sebagian besar digunakan untuk kebutuhan sehari- hari keluarga. Keadaan tersebut juga didukung jika dalam rumah tangganya, sumber pendapatan hanya bertumpu pada pendapatan satu anggota keluarga.

(3)

Sehingga dapat dikatakan bahwa miniminya kontribusi anggota keluarga untuk mencari tamahan pendapatan dalam rumah tangga nelayan dapat menambah peluang kemiskinan nelayan, menurut Saliem,dkk (2005) dalam Primyastanto (2012). Kemiskinan disebabkan oleh faktor-faktor kompleks yang saling berkaitan dan merupakan sumber kelemahan utama kemampuan masyarakat untuk membangun daerahnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, kemiskinan merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan wilayah pesisir, menurut Kusnadi, dkk (2007) dalam Primyastanto (2014). Hal ini juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pada pendapatan nelayan itu sendiri.

Untuk menghitung tingkat kesejahteraan nelayan bisa dilihat dari income atau pendapatan nelayan itu sendiri. Income (penghasilan) merupakan jumlah perolehan yang didapat dari hasil aktivitas yang dilakukannya. Pengeluaran yang dikeluarkan nelayan dapat dipertimbangkan dan diperhitungkan besar kecilnya untuk meningkatkan income nelayan. Maka Income dapat dijadikan referensi untuk menentukan apakah kegiatan yang dilakukan tersebut menguntungkan atau tidak. Untuk menghitung Income nelayan perlu faktor yang mempengaruhi antara lain biaya bahan bakar, biaya konsumsi dan biaya pemeliharaan kelong apung.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan adalah BBM.

BBM adalah komoditas yang berperan sangat penting dalam kegiatan ekonomi.

Para nelayan di Desa Malang Rapat belum menyadari bahwa harga bahan bakar yang dari tahun ketahun semakin meningkat dan dapat mempengaruhi kegiatan operasional. Yang mana jika BBM tidak mencukupi, maka nelayan tidak dapat

(4)

beroperasi secara maksimal. Pembelian BBM merupakan biaya operasional yang paling besar yang dikeluarkan oleh nelayan mencapai rata-rata sekitar 70% dari total biaya operasional. Jarak antara tempat pendapatan ikan atau landing based dengan fishing groundi dan jarak antar fishing ground sangat mempengaruhi jumlah BBM yang dikonsumsi oleh setiap kapal tripnya. Harga BBM memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap biaya operasional dan keuntungan usaha. Pada seluruh ukuran kapal peningkatan harga BBM akan secara otomatis meningkatkan biaya operasional usaha dan menurunkan keuntungan usaha menurut Saptanto (2016) dalam Rahimah (2020).

Biaya bahan bakar minyak merupakan hal penting guna menunjang kegiatan nelayan yang harus diperhatikan karena faktor penentu dalam menjalankan kelancaran kegiatan nelayan. Menurut Nugroho (2017) biaya bahan bakar berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan. Bahan bakar yang digunakan oleh nelayan di Desa Malang Rapat yaitu solar.

Faktor lain yang mempengaruhi pendapatan nelayan adalah biaya konsumsi. Biaya konsumsi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini biaya konsumsi yang dikeluarkan nelayan adalah makanan, minuman dan rokok selama nelayan melaut. Menurut Antoni (2021) biaya konsumsi tentunya memiliki hubungan dengan income karena jika biaya konsumsi besar, maka income yang diterima nelayan akan minim pula.

Selain faktor BBM dan biaya konsumsi, faktor biaya pemeliharaan juga mempengaruhi pendapatan nelayan. Pemeliharaan adalah kegiatan merawat atau menjaga peralatan dan perlengkapan agar masih dalam keadaan baik. Menurut

(5)

Sutanti (2022) biaya pemeliharan merupakan biaya yang digunakan untuk memlihara atau menjaga keutuhan atau umur peralatan seperti mesin, kapal, dan alat tangkap agar peralatan siap dipakai pada saat nelayan ingin menggunakannya.

Selain faktor biaya BBM, biaya konsumsi dan biaya pemeliharaan. Ada faktor lain yang mempengaruhi pendapatan nelayan yaitu biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja merupakan hal penting dalam proses produksi nelayan kelong apung.

Biasanya dalam satu kelong apung membutuhkan 2 sampai 3 orang tenaga kerja.

Tenaga kerja juga mempengaruhi dalam pendapatan nelayan karena jumlah tenaga kerja sangat menentukan hasil tangkapan. Menurut Ruswanty (2019) variabel tenaga kerja tidak memiliki pengaruh terhadap pendapatan nelayan.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Fitri (2021) dengan judul Pengaruh Biaya BBM, Biaya Konsumsi, dan Nilai Peralatan Kapal Terhadap Income Nelayan Kelurahan Dompak Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fitri (2021) adalah sama-sama mengambil biaya bbm dan biaya konsumsi sebagai variabel independen dan income sebagai variabel dependen.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fitri (2021) yaitu: 1) Dalam penelitian ini peneliti mengganti variabel independen nilai perlatan kapal menjadi biaya pemeliharaan. 2) Peneliti menambah variabel independen yaitu biaya tenaga kerja. 3) Tempat yang diteliti pada penelitian sebelumnya berada di Kelurahan Dompak Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang, sedangkan penelitian ini berada di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. 4) periode yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah tahun 2020 yaitu bulan

(6)

Oktober dan November. Dalam penelitian ini periode yang digunakan adalah tahun 2022, yaitu bulan September, Oktober, dan November.

Dalam penelitian ini istilah pendapatan akan diganti dengan istilah income.

Penggantian istilah tersebut agar sesuai dengan SAK ETAP. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Biaya BBM, Biaya Konsumsi, Biaya Pemeliharaan Dan Biaya Tenaga Kerja terhadap Income Pemilik kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa tingkat kesejahteraan berkaitan erat dengan income nelayan. Income dapat dijadikan tolak ukur unutk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi income nelayan. Nelayan belum mempertimbangkan besar kecilnya biaya BBM, biaya konsumsi, biaya pemeliharaan dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk meningkatkan income mereka. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian mengenai biaya BBM, biaya konsumsi, biaya pemeliharaan dan biaya tenaga kerja di Malang Rapat yang di Yakini peneliti dapat mempengaruhi kegiatan operasional nelayan dalam memperoleh penghasilan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

(7)

1. Apakah biaya BBM berpengaruh terhadap income pemilik kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupten Bintan?

2. Apakah biaya konsumsi berpengaruh terhadap income pemilik kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupten Bintan?

3. Apakah biaya pemeliharaan berpengaruh terhadap income pemilik kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupten Bintan?

4. Apakah biaya tenaga kerja berpengaruh terhadap income pemilik kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupten Bintan?

5. Apakah biaya BBM, biaya konsumsi, biaya pemeliharaan dan biaya tenaga kerja berpengaruh terhadap income pemilik kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupten Bintan?

1.4 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dilakukan kepada nelayan yang memiliki kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

2. Penelitian ini hanya dilakukan kepada nelayan yang memiliki kelong apung pribadi dan ikut melaut.

3. Penelitian ini menggunakan variable biaya BBM, biaya konsumsi, biaya pemeliharaan dan biaya tenaga kerja sebagai variable independen.

4. Penelitian ini menggunakan income nelayan sebagai variable dependen.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

(8)

1. Untuk mengetahui pengaruh biaya BBM terhadap income pemiliki kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

2. Untuk mengetahui pengaruh biaya konsumsi terhadap income pemiliki kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

3. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan terhadap income pemiliki kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

4. Untuk mengetahui pengaruh biaya tenaga kerja terhadap income pemiliki kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

5. Untuk mengetahui pengaruh biaya BBM, biaya konsumsi, biaya pemeliharaan dan biaya tenaga kerja terhadap income pemiliki kelong apung di Desa Malang Rapat Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut :

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam menambah wawasan menganai pengaruh biaya BBM, biaya konsumsi, biaya pemeliharaan, dan biaya tenaga kerja terhadap income pemilik kelong apung.

2. Bagi akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumber referensi penelitian selanjutnya dalam pengembangan tentang pengembangan teori

(9)

biaya BBM, biaya konsumsi, biaya pemeliharaan, dan biaya tenaga kerja terhadap income pemilik kelong apung.

3. Bagi nelayan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan income pemilik kelog apung.

1.7 Sistematika Penlitian

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Bab ini menjelaskan tentang kajian Pustaka, review penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, pengembangan hipotesis dan hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang objek dan ruang lingkup penelitian, metode penelitian, operassional variable penelitian, metode penentuan populasi dan sampel, prosedur pengumpulan data dan metode analisis.

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi deskripsi unit analisis atau observasi, hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Effect of Auditor Independence, Work Experience, Due Professional Care, Accountability, Integrity, Auditor Competence and Audit Evidence on Audit Quality Empirical Study at Public