• Tidak ada hasil yang ditemukan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Analysis Causes of the Low Literature Ability of Students in Indonesia Dewi Sucianti

SD Negeri Telaga Asih 04

[email protected]

Article History

accepted 1/8/2021 approved 17/8/2021 published 1/9/2021

Abstract

The progress of every nation will be largely determined by the way people think and act. If today we still interpret literacy as just the ability to read, it will be further and further left behind from other nations in the world. Several international research results show that the literacy ability of the Indonesian people is still low. Therefore, understanding the nature and purpose of literacy is much more important for this nation so that the root causes of the low literacy ability of this nation can be found, so that various alternative solutions can be formulated. This research is a literature study or literature review that analyzes and draws a common thread from various research results and scientific writings. From this literature review, several causes of the low literacy skills of students in Indonesia were obtained, including: 1) misconceptions, 2) inappropriate models/methods and teaching materials 3) low interest and reading habits 4) Unfavorable climate and learning environment. This condition requires this nation, especially researchers and practitioners of the world of education to immediately improve again in designing and implementing learning activities, especially related to students' literacy skills in various disciplines so that they are able to produce various skills and life skills in order to compete with developed countries. others in this 21st century millennial era.

Keywords: literacy, ability, students, research and causes

Abstrak

Kemajuan setiap bangsa akan sangat ditentukan oleh cara berfikir dan bertindak masyarakatnya. Jika hari ini kita masih memaknai literasi hanya sekedar kemampuan membaca maka akan semakin jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lain di dunia. Beberapa hasil penelitian internasional menunjukan masih rendahnya kemampuan literasi bangsa Indonesia.

Oleh karena itu memahami hakikat dan tujuan literasi jauh lebih penting bagi bangsa ini agar akar masalah yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan literasi bangsa ini bisa ditemukan, sehingga dapat dirumuskan berbagai alternatif solusinya. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka atau kajian literatur yang menganalisis dan menarik benang merah dari berbagai hasil penelitian dan hasil karya tulis ilmiah. Dari kajian literatur ini diperoleh beberapa penyebab rendahnya kemampuan literasi siswa di Indonesia, diantaranya: 1) miskonsepsi, 2) model/metode dan bahan ajar yang tidak sesuai, 3) rendahnya minat dan pembiasaan membaca, dan 4) iklim dan lingkungan belajar yang tidak kondusif. Kondisi inilah yang mengharuskan bangsa ini khususnya para peniliti dan civitas pendidikan untuk segera membenahi diri dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, terutama yang terkait dengan kemampuan literasi siswa dalam berbagai disiplin ilmu sehingga mampu menghasilkan berbagai kecakapan dan keterampilan hidup agar dapat berkompetisi dengan negara-negara maju lainnya di era milineal abad 21 ini.

Kata kunci: literasi, kemampuan, siswa, penelitian dan penyebab

Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series https://jurnal.uns.ac.id/shes

p-ISSN 2620-9284 e-ISSN 2620-9292

(2)

218

PENDAHULUAN

Rendahnya budaya membaca pada masyarakat Indonesia tidak terlepas dari sejarah panjang bangsa ini. Selama 350 tahun mengalami masa penjajahan, hidup dalam kebodohan dan penderitaan, hanya sekelompok orang saja yang diuntungkan dengan nasib sebagai kelas priyayi (keturunan para raja/pejabat negara) yang bisa menghirup udara kemerdekaan dunia pendidikan. Menuntaskan permasalahan literasi sebenarnya bukan hal baru, yang baru hanyalah istilah-istilah yang lahir kemudian seiring dengan perkembangan zamannya. Dulu zaman RA Kartini, lahir buku dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, yang esensinya adalah mengajak dari kebodohan menuju kecerdasan fikir dan dzikir. Pada masyarakat beragama keberadaan kitab suci jelas menjadi sebuah keharusan manusia untuk bisa membaca karena melalui kegiatan membaca akan terbuka pintu-pintu pengetahuan, samudera keluasan ilmu dan lautan kebajikan. Bahkan dalam kitab suci Alqur’an wahyu atau perintah pertama yang turun kepada manusia adalah IQRO, “Bacalah !”. Perintah membaca ini turun kepada Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu adalah seorang Ummi yang buta huruf dan baca. Kegiatan membaca merupakan awal dari kegiatan manusia sebagai makhluk pembelajar yang sekarang disebut “Literat“. Persoalan yang kemudian muncul dan menjadi pertanyaan besar adalah apakah dunia mengalami kemunduran literasi?.

Apa parameter yang layak untuk dijadikan ukuran bahwa peradaban manusia semakin maju sedangkan budaya literasi semakin rendah?. Bukankah hal ini menjadi ironi di tengah kecanggihan teknologi dan arus informasi dan komunikasi yang global?

Revolusi industri adalah sejarah perkembangan terpenting dalam kehidupan manusia selama tiga abad terakhir (Stearns, 2013). Perkembangan teknologi yang terjadi pada era revolusi industri mempengaruhi pola gaya hidup masyarakat global yang mendesak ketersediaan sumber daya manusia yang spesifik dan terampil (Puncreobutr, 2016). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini memberikan pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk diantaranya dalam bidang pendidikan (Wiyono, 2013). Dari berbagai kajian penelitian menyatakan bahwa pendidikan merupakan indikator kejayaan bangsa (Al Aslamiyah et al. 2019). Pendidikan adalah basis utama untuk berkontribusi ke semua sektor dengan menyediakan apa yang diperlukan baik keterampilan maupun pengetahuan (Anil, 2019). Lantas bagaimana dengan potret pendidikan di Indonesia?. Apakah literasi bangsa Indonesia khususnya literasi siswa sudah mampu menjawab tantangan zaman dengan menyiapkan generasi yang spesifik dan terampil?. Melalui artikel kajian literatur ini penulis mencoba menganalisis potret pendidikan di Indonesia khususnya terkait dengan kemampuan literasi siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengertian Literasi

Literasi sering kali dimaknai sebagai suatu keterampilan membaca dan menulis, dewasa ini terjadi perluasan makna tentang literasi yang dibahas oleh para praktisi dan penggiat literasi. Pemahaman terkini mengenai makna literasi mencakup kemampuan membaca, memahami, dan mengapresiasi berbagai bentuk komunikasi secara kritis, yang meliputi bahasa lisan, komunikasi tulis, komunikasi yang terjadi melalui media cetak atau pun elektronik (Wardana dan Zamzam, 2014). Echols & Shadily (2003) mengemukakan bahwa secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf. Selanjutnya Kuder & Hasit (2002) mengemukakan literasi merupakan semua proses pembelajaran baca tulis yang dipelajari seseorang termasuk di dalamnya empat keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis). Dari ketiga pendapat tersebut pendapat Kuder dan Hasit lebih memiliki makna literasi yang lebih luas dan umum karena mencakup semua proses belajar baca dan tulis dalam semua disipilin ilmu dengan penekanan aspek bahasa harus meliputi empat keterampilan (mendengar, berbicara, membaca dan menulis). Senada

(3)

219

dengan para ahli tersebut, PIRLS (Amariana, 2012) mendefinisikan literasi merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa tulis yang diperlukan oleh masyarakat atau yang bernilai bagi individu. Musthafa (2014) mengemukakan bahwa literasi dalam bentuk yang paling fundamental mengandung pengertian kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis. Dari pendapat para ahli itu, dapat disimpulkan bahwa literasi bukan hanya kemampuan membaca secara harfiah seperti kemampuan membaca kata dan kalimat ataupun sebuah teks melainkan kemampuan berpikir kritis dari apa yang dibaca, dilihat dan didengar, mampu menalar, menganalisis, menginterpretasi dan mengkonstruksi pemahaman yang sudah ada dengan pemahaman-pemahaman yang baru untuk menjawab berbagai persoalan yang riil dalam kehidupan.

Fakta–fakta Kemampuan Literasi Siswa di Indonesia

Dunia pendidikan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama dalam hal kemampuan literasi. Hal ini tercermin dari beberapa hasil penelitian internasionl di dekade terakhir ini, daya saing bangsa Indonesia di tengah bangsa- bangsa lain cenderung tidak dapat berkompetisi. Beberapa fakta tentang kondisi literasi di negara Indonesia bisa diperoleh dari berbagai penelitian Internasional, berikut diantaranya: (1) organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mencatat, peringkat nilai Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 berada dalam urutan bawah. Untuk nilai kompetensi membaca, Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara.

Untuk nilai Matematika, berada di peringkat 72 dari 78 negara. Sedangkan nilai Sains berada di peringkat 70 dari 78 negara. Dalam hal literasi sains, bangsa Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara maju dan berkembang lainnya di dunia. Hal ini didasarkan pada penilaian hasil belajar sains pada aspek kemampuan literasi sains pada peserta didik SMP yang mencakup “science processes, science concepts, and situation or context” (Harlen, 1999) yang dilakukan OECD dalam PISA tahun 2000 sampai dengan tahun 2018, sebagaimana yang tercantum dalam tabel 1 dan 2 berikut ini.

Tabel 1. Data Literasi Sains Peserta Didik Indonesia Tahun 2000-2018

Tahun 2000 2003 2006 2009 2012 2015 2018

Skor 393 395 393 383 382 403 396

Peringkat 38/41 38/41 50/57 57/65 64/65 62/72 70/78 (Sumber: Kompas.com, 2018)

Tabel 2. Skor PISA 2018 dan Peringkat Negara di Dunia Berdasarkan Penilaian Kemampuan Sains No Negara Skor No Negara Skor No Negara Skor

1 China 590 28 Austria 490 55 Thailand 426 2 Singapura 551 29 Latvia 489 56 Bulgaria 424 3 Makao 544 30 Spanyol 483 57 Meksiko 419 4 Estonia 530 31 Lituania 482 58 Qatar 419 5 Jepang 529 32 Hungaria 481 59 Albania 417 6 Finlandia 522 33 Rusia 478 60 Kosta rika 416 7 Korea 519 34 Luksemberg 477 61 Montenegro 415 8 Kanada 518 35 Islandi 475 62 Kolombia 413 9 Hongkong 517 36 Kroasia 472 63 Makedonia 413 10 Taipe 516 37 Belarus 471 64 Brazil 404 11 Polandia 511 38 Ukrania 469 65 Argentina 404 12 Selandia Baru 508 39 Italia 468 66 Peru 404 13 Slovenia 507 40 Turki 468 67 Bosnia 398 14 Inggris 505 41 Republic

Slovakia 464 68 Ajarbaizan 398

(4)

220

15 Australia 503 42 Israel 462 69 Khazahtan 397 16 Jerman 503 43 Malta 457 70 Indonesia 396 17 Belanda 503 44 Yunani 452 71 Saudi Arabia 386 18 Amerika

Serikat 502 45 Chili 444 72 Lebanon 384 19 Swedia 499 46 Serbia 440 73 Georgia 383 20 Belarusia 499 47 Siprus 439 74 Maroko 377 21 Czhe 497 48 Malaysia 438 75 Panama 365 22 Irlandia 496 49 Uni Emirat

Arab 434 76 Kosovo 365 23 Swiss 495 50 Brunei

Darussalam 431 77 Pilipina 357 24 Denmark 493 51 Jordania 429 78 Republik

dominika 336 25 Perancis 493 52 Moldova 428

26 Portugal 492 53 Rumania 426 27 Norwegia 490 54 Uruguay 426

Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Siswa di Indonesia

Faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi siswa, seringkali bermula dari pemahaman yang salah atau miskonsepsi tentang pengertian literasi itu sendiri.

Banyak yang mengartikan literasi sekedar kemampuan membaca ataupun mengenal hurup dan kata yang tersusun menjadi kalimat-kalimat pada paragrap dalam sebuah teks bacaan.

Sebelum mengenali faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi peserta didik, ada beberpa hal yang perlu disamakan presepsinya, mengenai hakikat literasi sebagai berikut.

1. Literasi hanya kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menalar.

Literasi berkaitan dengan kompetensi berpikir dan memproses informasi.

Sehingga bukan sekadar keterampilan membaca apalagi mengeja. Seseorang dengan tingkat literasi tinggi, mempunyai kemampuan penalaran dan pemecahan masalah dalam berbagai bidang, termasuk dalam sains, numerasi juga finansial.

2. Belajar untuk membaca, namun tidak membaca untuk belajar.

Belajar untuk membaca berkaitan dengan kemampuan bahasa dalam mengenal huruf, mengeja, dan instruksi yang cenderung lebih sederhana, bisa dikuasai di tingkat dasar dalam waktu singkat. Sedangkan membaca untuk belajar adalah kemampuan lintas disiplin yang menempatkan membaca sebagai alat untuk memahami dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan. Sehingga, dalam literasi sesungguhnya, membaca bukanlah tujuan akhir, tetapi alat untuk tujuan belajar yang lebih besar.

3. Aktif membaca, tetapi tidak membaca aktif.

Membaca aktif dapat diartikan sebagai kemampuan memprediksi isi bacaan atau berempati dengan latar belakang penulis sebelum membaca, mempertanyakan argumen dan beridentifikasi dengan karakter selama membaca, menyimpulkan dan mengaplikasikan dengan hal yang relevan dalam kehidupan sesudah membaca.

4. Lupa menghubungkan kemampuan menulis dengan kemampuan membaca.

Salah satu cara paling efektif meningkatkan kemampuan sebagai penulis adalah pelajaran dari bacaan berkualitas. Semakin beragam bacaan, sudut genre, format yang dipaparkan, eksplorasi dan pendalamannya, pada akhirnya akan mengantarkan pada kemahiran dalam dua kemampuan sekaligus, yakni membaca dan menulis.

5. Bukan bawaan lahir tetapi potensi yang dapat dikembangkan.

(5)

221

Tidak ada anak yang terlahir dengan kecenderungan tidak suka membaca. Literasi berkaitan dengan banyak dimensi yang dapat ditumbuhkan sepanjang hayat, misalnya yang berkaitan dengan latihan untuk kreatif dan kritis serta memahami perspektif. Sebagaimana semua proses belajar, keberhasilan seseorang bukan hanya tergantung kepada individu yang bersangkutan, tetapi ditentukan oleh dukungan lingkungan. ( Kompas com.2020 )

Husnul, Fuadii 2020 menuliskan dalam artikelnya, beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampun literasi Sains di Indonesia.

1. Pemilihanbuku ajar.

2. Miskonsepsi.

3. Pembelajaran tidak kontekstual.

4. Rendahnya kemampuan membaca.

5. Lingkungan dan iklim belajar.

Dengan memahami hakikat literasi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap literasi di atas, dapat disimpul bahwa sebab-sebab dari rendahnya kemampuan literasi siswa di negara Indonesia, diantaranya adalah:

1. Model/metode yang digunakan guru dalam membelajari siswa membaca belum sampai kepada hakikat dan tujuan literasi itu sendiri.

2. Pembiasaan membaca tidak dimulai dari rumah, orang tua sepenuhnya menyerahkan pendidikan anak-anaknya pada institusi sekolah yang memiliki keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas pendukung sarana dan prasarana.

3. Tidak sinkronnya pemahaman dan tujuan yang hendak dicapai dalam membelajari/mendidik siswa sehingga orang tua, guru, siswa dan pihak sekolah cenderung berjalan sendiri-sendiri.

SIMPULAN

Secara keseluruhan hasil -hasil penelitian Internasional itu menunjukan rendahnya kemampuan literasi siswa di Indonesia mulai tingkat dasar sampai menengah hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: a) Miskonsepsi terhadap hakikat dan tujuan literasi, b ). Model/ metode dan pemilihan bahan ajar yang tidak tepat seperti pembelajaran tidak konstekstual, c). Rendahnya kemampuan membaca akibat dari rendahnya minat baca dan belum adanya pembiasaan membaca di rumah. d).Lingkungan dan Iklim belajar yang tidak kondusif seperti kurang harmonisnya hubungan di keluarga serta tidak terjalinnya kerjasama yang baik antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Berdasarkan hasil penelitian para peneliti terkait faktor-faktor rendahnya kemampuan literasi siswa di Indonesia, hendaknya ada beberapa langkah yang harus segera dibenahi dalam kurikulum pendidikan bangsa indonesia, yakni; 1) Kurikulum pendidikan harus mengasah daya nalar siswa mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan zaman di era globalisasi yang serba berbasis digital dengan tetap mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan sosial.2) Kurikulum harus mempersiapkan sumber daya guru tenaga profesional yang Literat .3) Sektor pendukung sarana dan prasarana yang memadai 4) pemangku kebijakan yang visioner.

DAFTAR PUSTAKA

Amariana, Ainin. (2012). Keterlibatan Orangtua dalam Perkembangan Literasi Anak Usia Dini. Sripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak Diterbitkan.

Anil, A. (2019). Education in the 21st Century: The Dynamics of Change. The Research. Journal of Social Sciences, 10(3), 128–133. https://jurnalfkip.unram.

ac.id/index.php/JP FT/article/view/1541.

(6)

222

Al Aslamiyah, T., Setyosari, P., & Praherdhiono, H. (2019). Blended Learning dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Teknologi Pendidikan. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 2(2), 109–114. Diakses di: http://journal2.um.ac.id/index.php/jktp/

artic le/view/7862

Husnul Fuadi* dkk. (2020). Jurnal Ilmiah Profesi Guru. Vol 5, No 2. ISSN (Print ): 2502- 7069; ISSN (Online): 2620-832.

kompas.com (2019). Skor PISA 2018: Peringkat Lengkap Posisi Sains Siswa Indonesia di 78 Negara. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2020 di:

https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/07/10225401/skor-pisa-2018- peringkat-lengkap-sains-siswa-di-78-negara-ini-posisi.

Kompas.com (2019). Literasi Baca Indonesia Rendah, Akses Baca Diduga Jadi Penyebab. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2020 di:

https://amp.kompas.com/edukasi/read/2019 /06/23/07015701/literasi-baca- indonesia- rendah-akses-baca-diduga-jadi-penyebab.

Kompas.com. (2020). Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Siswa Indonesia.

Diakses pada tanggal 29 Oktober 2020 di:

https://www.kompas.com/edu/read/2020/04/21/150640071/5-penyebab- rendahnya-kemampuan-litersi.

Kharizmi, Muhammad. (2015). JUPENDAS, ISSN,2355-3650, Vol 2 NO 2, September 2015.

Referensi

Dokumen terkait

8 Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan

“menolak” dan untuk penolakan permohonan kasasi dari terdakwa yang menggunakan istilah “ditolak” perlu dilakukan untuk dapat melihat kecenderungan sikap hakim

Bahwa dalam Pasal 22 ayat (2) UU SJSN pun sudah dijelaskan bahwa untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan pelayanan (yang dalam penjelasan

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: 1Kemampuan penalaran adaptif KPA dengan kemampuan awal KA tinggi siswa memperoleh KPA dengan kategori tinggi 86.43 untuk KA sedang siswa

Berikut ini perhitungan statistik sebagai berikut:  Regresi Linier Berganda Regresi ini digunakan untuk mengetahui Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stress Kerja TerhadapKinerja Pegawai

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1 = Pengaruh Kapabilitas APIP terhadap opini laporan keuangan 6 Hubungan

60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

Sedangkan hasil Penelitian uji F untuk variabel Penempatan, Beban Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai diperoleh nilai sig 0,000 < 0,05 maka menunjukkan ada pengaruh yang