• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi kinerja pelayanan Trans Metro Bandung dari sisi pengguna dengan menggunakan analisis GAP : (studi kasus : Koridor II Cicaheum - Cibereum PP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi kinerja pelayanan Trans Metro Bandung dari sisi pengguna dengan menggunakan analisis GAP : (studi kasus : Koridor II Cicaheum - Cibereum PP)"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

CURICULUM VITAE

Nama : Yudi Supriatna, ST.

Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 15 Oktober 1989 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia Status : Belum Nikah

No.HP : 08972570245/083822176657 E-mail : planer_anjoy@yahoo.com

Alamat : Jl. Pangeran Sugih Lingkungan Ragadiem Rt o2 Rw 07 Kelurahan Kota Kulon Kec.Sumedang Selatan

(4)

SD Negeri Gudang Kopi 2 1997 - 2002 Tamat dan Berijazah SMP Negeri 2 Sumedang 2002 - 2005 Tamat dan Berijazah SMA Negeri 1 Sumedang 2005 - 2008 Tamat dan Berijazah UNIVERSITAS KOMPUTER

INDONESIA (UNIKOM) 2008 - 2013 Tamat dan Berijazah

Pengalaman Organisasi

Nama Organisasi Jabatan Periode

Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (HMPWK)

Anggota Divisi Pendidikan 2008 - 2010

Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (HMPWK)

Wakil Ketua Himpunan 2010 - 2011

SENAT Mahasiswa UNIKOM

Koordinator Jurusan Perencanaan Wilayah dan

Kota

2010 - 2011

Ikatan Mahasiswa Planologi

Bandung Raya (IMPALA) Divisi Eksternal Tim Pengkaji 2010 - 2011

Prestasi

a) PKM-Penelitian “Pengaruh Kegiatan Pendidikan dan Komersil Terhadap Tingkat

Pelayanan Jalan di Jatinagor Sumedang” Tahun 2009, Ketua Eva Nursawitri.

(5)

a) Seminar “Save Our West Java” di UNISBA Tahun 2008;

b) Seminar “Pembangunan Berbasis Syari’ah” di UNIKOM Tahun 2009;

c) Seminar “Pengelolaan dan Pembiayaan Manajemen Transportasi” di UNIKOM Tahun 2010;

d) Seminar “Cyber City” di UNIKOM Tahun 2011;

e) Seminar “Peluncuran Windows 8” di UNIKOM Tahun 2011; f) Dll

Penelitian Yang Pernah Dilakukan

a) Identifikasi Pergerakan Orang Dengan Tujuan Bekerja di WP Bojonegara dan WP Tegal lega Kota Bandung Tahun 2009;

b) Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Tahun 2010 – 2030;

c) Rencana Kota Cimahi Sebagai Kota Cyber City Tahun 2011;

d) Rencana Ruang Kota Bawah Tanah Sebagai Salah Satu Alternatif Akivitas Perkotaan di Jakarta Untuk Meminimalisir Kepadatan di Atas Permukaan Tanah Rencana Blok Modern di Perumahan Griya Bandung Indah Kota Bandung; e) Evaluasi Kinerja Trans Metro Bandung Dari Sisi Pengguna Dengan

Menggunakan Analisis GAP; f) Dll.

Pengalaman Kerja/Proyek

a) Kawasan Perekonomian Terpadu (KAPET) di NAD, Mbay dan Biak Tahun 2011

– 2031

b) SPIP Bitung Tahun 2011 – 2031

c) Rencana Jaringan Transportasi Jalan Kabupaten Bekasi Tahun 2012 – 2032 d) Penyediaan Prasarana dan Sarana di Permukiman Kota Bekasi Tahun 2012 - 2032 e) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Bungo dan Babeko Kabupaten

(6)

(Studi Kasus: Koridor II Cicaheum-Cibereum PP)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Sarjana Strata 1

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh

Yudi Supriatna

1.06.08.009

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(7)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W, yang senantiasa menjadi ilham dalam tiap arah pekerjaan.

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Evaluasi Kinerja Pelayanan Trans Metro Bandung Dari Sisi Pengguna Dengan Menggunakan Analisis GAP” ini

merupakan salah satu syarat kelulusan Matakuliah Tugas Akhir, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia. Penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan adanya

usaha serta do’a dari penulis maupun dari pihak-pihak lainnya. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih dengan hati yang tulus kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

2. Prof. Dr. Ir Denny Kurniadie, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer;

3. Ibu Rifiati Safariah. ST., MT. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota;

4. Ibu Romeiza Syafriharti, Ir.,MT., selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan dan dukungan sehingga laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan sekaligus sebagai Dosen Wali;

5. Dr.Lia Warlina, MSi., selaku dosen penguji dalam Tugas Akhir ini;

(8)

iii surat izin;

8. Ibu tercinta (E.Sumartini) sumber mata air cinta dan kasih sayang yang hangat dan murni.

9. Ayah Tercinta (Dedi Efendi) yang telah mencurahkan segala kasih sayang, perhatian dan dukungan lahir dan batin kepada penulis.

10.Adik-ku (Tresna Nur Fadhilah), tersayang yang selalu memberikan dorongan,

dukungan dan do’a selama ini;

11.Rekan Seperjuangan Tugas Akhir Andy Andrean, Achmad Alfan Rifa’I, Arif Rahman Bravoo coyy tuntas sudah kita siap-siap mejeng di Sabuga!!!!!! 12.Para pejuang “September Ceria” season genap ( Margarida, Christian, Ifan,

Iqbal, Rian, Alfan, Arif) kobaran semangat kalian terbayar tuntas di “September Ceria” Ini.

13.Seluruh PWK Angkatan 2008 Yang tidak bisa di sebutkan satu per satu. 14.Sahabat penulis M. Budiman (Uda Budi), M.Hasan Basri (Kang Babas),

Nilton Eddy Calado (Bung Nilton), M.Fahmi Iskandar Alam (Ceu Inggrid), Rahnandahegar Ardin. A (Mas Hegar), Saona Angkotasan (Noni Ona), William (Bung Anto), Kang Giri (Syalala), Bang Vandrochman (Emenk) 15.Kakak kelas 2006 (Mbak Cika, Teh Cici, Teh Eva, Teh Qory, Kang Kani,

Kang Dira) Kakak kelas 2007 (Teh Murni, Kang Ivan) sudah memberikan banyak pengalaman dalam menjalankan hidup hehe.

16. Adik Kelas 2009 dan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, “Mantap deh Nge-OSPEK Kalian”!!!!

17.HMPWK Makasih sudah menjadikan penulis sebagai WAKAHIM seru deh pengalamannya;

18. Barabhe (Awink, Ahem, Obby, Cenur) “always exist” Bartender (Luvy, Rudi, Oval, Ketrin, Rini, Semy, Dedo, Ifti, Panji, Bobby, Havez, Lilis, Ase)

“Rariweuh”!!!

(9)

iv

baik dalam penyajian maupun dalam penulisannya. Untuk itu penulis dengan senang hati akan menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk dijadikan acuan didalam penyempurnaan penulisan Tugas Akhir nanti.

Bandung, Agustus 2013

(10)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAAN

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan, Sasaran, Manfaat ... 2

1.3.1 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.3.2 Manfaat ... 3

1.4 Ruang Lingkup ... 3

1.4.1 Ruang Lingkup Materi ... 3

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah ... 5

1.5 Metodologi Penelitian ... 7

1.5.1 Metodologi Pengumpulan Data ... 7

1.5.2 Metode Analisa Data ... 9

1.5.3 Kerangka Berfikir ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Evaluasi ... 15

2.2 Angkutan Umum ... 16

2.2.1 Pengertian Angkutan Umum ... 16

2.2.2 Jenis-Jenis Angkutan Umum ... 18

2.3 Angkutan Umum Massal ... 19

(11)

vi

2.3.2 Bus Khusus ... 21

2.4 Standar Pelayanan Minimal Angkutan Umum Massal Menurut Peraturan Menteri Nonor 10 Tahun 2012 ... 22

2.5 Pengertian Persepsi dan Preferensi ... 29

2.6 Importance Performance Analysis ... 30

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Angkutan Umum Di Kota Bandung ... 32

3.2 Gambaran Umum Trans Metro Bandung ... 37

3.2.1 Tujuan Pengoperasian TMB ... 38

3.2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan TMB ... 38

3.3 Gambaran Umum TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibereum) ... 39

3.3.1 Bentuk Fisik TMB ... 40

3.3.2 Bentuk Fisik Halted an Lokasi Halte ... 53

3.3.3 Sistem Ticketing ... 55

3.4 Profil Pengguna Trans Metro Bandung... 57

3.4.1 Jenis Kelamin ... 57

3.4.2 Tingkat Pendidikan ... 59

3.4.3 Jenis Pekerjaan ... 62

3.4.4 Penghasilan Per Bulan ... 65

3.4.5 Pengeluaran Per Bulan ... 67

3.4.6 Pengeluaran Untuk Transportasi ... 69

3.4.7 Kepemilikan Kendaraan ... 72

3.4.8 Asal Pergerakan ... 75

3.4.9 Tujuan Pergerakan ... 77

3.4.10 Maksud Perjalanan ... 80

3.4.11 Alasan Penggunaan TMB ... 83

3.4.12 Frekuensi Penggunaan TMB ... 85

3.4.13 Lama Waktu Penggunaan TMB ... 88

3.4.14 Moda yang Digunakan dari Tempat Asal Menuju ke Halte ... 90

(12)

vii

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA

TENTANG KINERJA PELAYANAN TMB KORIDOR 2

4.1 Analisis Persepsi Pengguna Tentang Kinerja Pelayanan TMB ... 96

4.1.1 Persepsi Pengguna TMB Tentang Aspek Keamanan ... 97

4.1.2 Persepsi Pengguna TMB Tentang Aspek Keselamatan ... 98

4.1.3 Persepsi Pengguna TMB Tentang Aspek Kenyamanan ... 100

4.1.4 Persepsi Pengguna TMB Tentang Aspek Keterjangkauan ... 102

4.1.5 Persepsi Pengguna TMB Tentang Aspek Kesetaraan ... 103

4.1.6 Persepsi Pengguna TMB Tentang Aspek Keteraturan ... 104

4.2 Analisis Preferensi Pengguna Tentang Kinerja Pelayanan TMB ... 106

4.2.1 Preferensi Pengguna TMB Tentang Aspek Kemanan ... 106

4.2.2 Preferensi Pengguna TMB Tentang Aspek Keselamatan ... 108

4.2.3 Preferensi Pengguna TMB Tentang Aspek Kenyamanan ... 109

4.2.4 Preferensi Pengguna TMB Tentang Aspek Keterjangkauan ... 111

4.2.5 Preferensi Pengguna TMB Tentang Aspek Kesetaraan ... 112

4.2.6 Preferensi Pengguna TMB Tentang Aspek Keteraturan ... 113

4.3 Bobot Persepsi dan Preferensi Pengguna Tentang Kinerja Pelayanan TMB ... 114

4.4 Analisis Kesenjangan (GAP) Persepsi dan Preferensi Tentang Kinerja Pelayanan TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibereum)... 121

4.5 Analisis Keterkaitan Antara Kesenjangan Persepsi dan Preferensi Tentang Kinerja Pelayanan TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibeureum) Dengan Karakteristik Sosial-Ekonomi ... 126

4.5.1 Analisis Keterkaitan Antara Kesenjangan Persepsi dan Preferensi Tentang Kinerja Pelayanan TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibeureum) Dengan Tingkat Pendidikan ... 4.5.2 Analisis Keterkaitan Antara Kesenjangan Persepsi dan Preferensi Tentang Kinerja Pelayanan TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibeureum) Dengan Maksud Perjalanan ... 146

(13)

viii

Dengan Jenis Pekerjaan... 166

4.5.4 Analisis Keterkaitan Antara Kesenjangan Persepsi dan Preferensi Tentang Kinerja Pelayanan TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibeureum) Dengan Jenis Kelamin... 182

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 200

5.1.1 Persepsi Pengguna TMB Berdasarkan Kinerja Pelayanan ... 200

5.1.2 Preferensi Pengguna TMB Berdasarka Kinerja Pelayanan ... 203

5.1.3 Kesenjangan/GAP dan Preferensi ... 205

5.2 Rekomendasi ... 208

5.3 Kelemahan Studi ... 208

DAFTAR PUSTAKA ... 209

LAMPIRAN

Lampiran A Izin Persuratan

(14)

Buku Referensi

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi. Bumi Aksara. Jakarta: 2004

Dinas Perhubungan Kota Bandung. Profil Trans Metro Bandung, 2012

Dinas Perhubungan Kota Bandung. Daftar Angkutan Umum dan Trayek Jalan Kota Bandung. Bandung: 2013

Tamin,Ovyar. Z. Perencanaan Permodelan dan Rekayasa Transportasi. Institut Teknologi Bandung. 2000

Transportation Research Board,”---“. Washington DC: 2003

Warpani, Suwardjoko P. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Umum. Institut Teknologi Bandung. Bandung: 2002.

Warpani, Suwardjoko.P. Merencanakan Sistem Perangkutan. Institut Teknologi Bandung. Bandung: 1990

Worthen. R. Blanie. Program Evaluation. University of Colorado. USA: 1997

Peraturan Perundangan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 10. Standar Minimal Pelayanan Angkutan Umum Massal Berbasis Jalan Raya. 2012

Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan Peraturan Pemerintah No. 14. Tentang Angkutan Jalan. 1993

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 158 ayat (1) dan (2)

(15)

Keputusan Wali Kota Bandung Nomor: 551/Kep.764-DisHub/2012 Tentang Pengoperasian Trans Metro Bandung Pada Koridor 2 Cicaheum-Cibereum di Kota Bandung pada tanggal 6 November 2012

Keputusan Wali Kota Bandung norom 551.2/Kep 694-DisHub/2008 tentang tariff angkutan umum massal bus Trans Metro Bandung

Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 704 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) pengoperasian TMB

Pembentukan unit pelaksana Teknis Trans Metro Bandung didasarkan oleh peraturan Wali Kota Bandung Nomor 265 Tahun 2008 Tentang pembentukan dan susunan organisasi unit pelaksana pada lembaga teknis daerah di

lingkungan pemerintah Kota Bandung.

Tugas AKhir

Adinugrah, Rahnandahegar.A. Persepsi dan Preferensi Masyarakat Tentang Aspek Perancangan KotaDalam Upaya Pelestarian Kota Lama Tanggerang.

UNIKOM. Bandung: 2012

Apriza, Adiyan. Evaluasi Kinerja Pelayanan BRT DI Kota Semarang Studi Kasus Koridor 1Trayek Mangkang-Penggaron. UNDIP. Semarang: 2010

Budiman, M. Identifikasi Angkutan Umum Antar Kota DalamProfinsi (AKDP)(Studi Kasus Pergerakan Kota Solok ke Kota Padang). UNIKOM. Bandung: 2012

(16)
(17)

1

Pada bab ini diuraikan tentang pendahuluan dalam penelitian yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, sarasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini.

1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu solusi dalam pemecahan masalah kemacetan dan perbaikan kualitas angkutan umum massal, pemerintah kota menerapkan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM). Di Jakarta, moda angkutan tersebut dikenal dengan bus Trans Jakarta. TJ (Trans Jakarta) yang beroperasi sejak 15 Januari 2004, kini menjadi pilihan warga Jakarta sebagai alat transportasi yang dinilai lebih aman, nyaman, serta murah bagi mereka dibandingkan angkutan umum biasa. Pemerintah Kota Bandung juga menerapkan sarana angkutan umum massal (SAUM) dengan nama Trans Metro Bandung (TMB), tetapi tidak sama dengan TJ karena TMB tidak memiliki lajur sendiri seperti TJ.

(18)

Peningkatan pertumbuhan penumpang TMB koridor 2 cukup tinggi dari 9.904 orang pada bulan Januari 2013 sampai 23.298 orang pada bulan Juni 2013. Dengan tingginya permintaan dan adanya standar pelayanan minimal (SPM) maka perlu dikaji kinerja pelayanan TMB tersebut. Kinerja pelayanan ini dapat dilihat dari penumpang pengguna TMB koridor 2, salah satu cara mengukur kinerja pelayanan TMB yang ada adalah melalui persepsi dan preferensi pengguna TMB.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk menjamin TMB khususnya koridor 2 Cicaheum-Cibeureum sudah sesuai standar pelayanan minimal (SPM) Peraturan Menteri RI Nomor 10 Tahun 2012 tentang Angkutan Umum Massal maka diperlukan pengkajian tersebut. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a) Bagaimana persepsi pengguna TMB tentang pelayanan dari sisi keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan? b) Bagaimana preferensi pengguna TMB tentang pelayanan dari sisi kemanan,

keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan? c) Bagaimana tingkat kesenjangan/GAP antara persepsi dan preferensi?

1.3 Tujuan Sasaran dan Manfaat Penelitian

Berikut diuraikan tujuan, sasaran, dan manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini.

1.3.1 Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat pelayanan TMB di koridor 2 (Cicaheum – Cibeureum). Hasil tersebut dapat dijadikan acuan dalam upaya peningkatan pelayanan untuk user. Berdasarkan tujuan ini, maka sasaran yang hendak dicapai adalah:

(19)

keteraturan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Angkutan Umum Massal PM Nomor 10 Tahun 2012.

b) Mengetahui preferensi pengguna TMB berdasarkan standar pelayanan tentang aspek keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan dan keteraturan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Angkutan Umum Massal PM Nomor 10 Tahun 2012.

c) Menganalisis kesenjangan antara persepsi dan preferensi pengguna tentang kinerja pelayanan TMB.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan transportasi, khususnya untuk operator TMB. Dengan demikian pelayanan TMB dapat memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) PM Menteri Nomor 10 Tahun 2012.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam sub-bab ruang lingkup, terdapat dua bagian yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah.Ruang lingkup materi mendeskripsikan tentang materi-materi yang terkait dengan penelitian ini, sedangkan untuk ruang lingkup wilayah mendeskripsikan tentang wilayah yang menjadi sasaran untuk dijadikan bahan penelitian. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di bawah ini:

1.4.1 Ruang Lingkup Materi

Dalam studi penelitian ini yang ditinjau adalah persepsi dan preferensi pengguna tentang kinerja pelayanan TMB koridor 2 Cicaheum-Cibeureum PP serta nilai kesenjangan (GAP) pada setiap sub-variabel. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini:

(20)

Identitas Kendaraan, Identitas Pengemudi Kendaraan, dan Kaca film), Aspek Keselamatan (Fasilitas keamanan, Fasilitas Kesehatan, Alat bantu pegangan tangan), Aspek Kenyamanan (Lampu penerangan, Kapasitas penumpang, Fasilitas kebersihan, Pengatur suhu ruangan), Aspek Keterjangkauan (Integrasi moda lain, Tarif/Biaya), Aspek Kesetaraan (Kursi prioritas), dan Aspek Keteraturan (Waktu tunggu bus, Kecepatan bus, Lama berhenti tiap halte, Informasi layanan kedatangan bus). Untuk menilai setiap sub-variabel tersebut digunakan pembobotan nilai Sangat baik (5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), Tidak baik (1), dan Sangat tidak baik (0) dan Sangat penting (5), Penting (4), Cukup penting (3), Kurang penting (2), Tidak penting (1), Sangat tidak penting (0).

b) Untuk mengidentifikasi preferensi pengguna TMB koridor 2 Cicaheum-Cibeureum sesuai standar pelayanan minimal terdiri dari; Aspek Keamanan (Lampu penerangan, Petugas Keamanan, Aduan pelayanan, Identitas Kendaraan, Identitas Pengemudi Kendaraan, dan Kaca film), Aspek Keselamatan (Fasilitas keamanan, Fasilitas Kesehatan, Alat bantu pegangan tangan), Aspek Kenyamanan (Lampu penerangan, Kapasitas penumpang, Fasilitas kebersihan, Pengatur suhu ruangan), Aspek Keterjangkauan (Integrasi moda lain, Tarif/Biaya), Aspek Kesetaraan (Kursi prioritas), dan Aspek Keteraturan (Waktu tunggu bus, Kecepatan bus, Lama berhenti tiap halte, Informasi layanan kedatangan bus). Untuk menilai setiap sub-variabel tersebut digunakan pembobotan nilai Sangat baik (5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), Tidak baik (1), Sangat tidak baik (0) dan Sangat penting (5), Penting (4), Cukup penting (3), Kurang penting (2), Tidak penting (1), Sangat tidak penting (0).

(21)

Jika melihat berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) PM Nomor 10 Tahun 2012 tiap aspek yang ada dilengkapi dengan standar bus dan halte, namun dalam penelitian ini dibatasi tidak semua sesuai standar pelayanan minimal (SPM) dimasukan kedalam variabel penelitian karena beberapa fasilitas seperti halte belum bisa digunakan. Untuk lebih memudahkan dalam tahap analisis maka dirumuskan dalam tabel I-1 variabel penelitian.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

(22)
(23)

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian mendeskripsikan tentang metode-metode yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain; Metode pengumpulan data, metode pengambilan sampel, dan metode analisis data. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini:

1.5.1 Metode Pengumpulan Data

Kebutuhan data dalam penelitian ini dirumuskan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai antara lain:

a) Sasaran untuk Persepsi pengguna tentang kinerja pelayanan TMB di Koridor 2 Cicaheum-Cibereum data yang dibutuhkan yaitu data responden/pengguna TMB koridor 2 Cicaheum-Cibereum serta penilaian pengguna terhadap kinerja pelayanan TMB Koridor 2 Cicaheum-Cibereum. Metode mendapatkan data tersebut dengan cara memberikan pertanyaan yang sudah dirumuskan secara tertutup dalam bentuk kuesioner kepada pengguna TMB yang berada di dalam bus.

b) Sasaran untuk preferensi pengguna tentang kinerja pelayanan TMB di Koridor 2 Cicaheum-Cibereum data yang dibutuhkan yaitu data responden/pengguna TMB koridor 2 Cicaheum-Cibereum serta penilaian pengguna terhadap kinerja pelayanan TMB Koridor 2 Cicaheum-Cibereum. Metode mendapatkan data tersebut dengan cara memberikan pertanyaan yang sudah dirumuskan secara tertutup dalam bentuk kuesioner kepada pengguna TMB yang berada di dalam bus.

(24)

tertutup dalam bentuk kuesioner kepada pengguna TMB yang berada di dalam bus.

Untuk penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rusmus slovin, dimana yang menjadi sasarannya yaitu pengguna TMB Koridor 2 Cicaheum-Cibereum PP. Dengan memberikan pertanyaan yang disajikan dalam bentuk kuesioner ini merupakan cara untuk mendapatkan data dan informasi. Penyebaran Kuesioner kepada user TMB Penentuan jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan perhitungan melalui rumus slovin yaitu:

Maka jumlah sampel yang dibutuhkan untuk menyebarkan kuesioner dihitung dengan rumus slovin dengan tingkat eror (e) 10% yaitu:

 n = 23.298

1+23.298(0,1)2

 = 23.298

233

= 99,9 Sampel ~ 100 Sampel

Diamana dalam pembagian kuesionernya dilakukan menjadi dua tahapan tahapan pertama dengan sampel 50 responden dilakukan penyebaran pada jalur

N n=

(25)

Cibereum dan tahap ke dua penyebaran dilakukan pada jalur Cibereum-Cicaheum dimana penyebaran keduanya dilakukan pada malam hari.

1.5.2 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Importance-Peformance Analysis dan deskriptif. Untuk Importance-Peformance Analysis

didalamnya tebadapt dua metode yaitu analisis gap dan analisis kuadran. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.

a) Analisis persepsi pengguna tentang kinerja TMB

Metode yang digunakan untuk menganalisis persepsi yaitu dengan cara

Importance-Peformance Analysis dan deskriptif dimana menggunakan nilai pembobotan persepsi untuk masing-masing sub-variabel, kemudian dijumlahkan nilai bobot sub-variabel tersebut sehingga mendapatkan nilai X nya/nilai persepsinya.

b) Analisis preferensi pengguna tentang kinerja TMB

Metode yang digunakan untuk menganalisis preferensi yaitu dengan cara Importance-Peformance Analysis dan deskriptif dimana menggunakan nilai pembobotan persepsi untuk masing-masing sub-variabel, kemudian dijumlahkan nilai bobot sub-variabel tersebut sehingga mendapatkan nilai Y nya/nilai preferensinya.

c) Analisis Kesenjangan (GAP) Tentang Kinerja Pelayanan TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibereum)

(26)

Berdasarkan lingkup materi, variabel dalam studi ini dibagi atas enam variabel kinerja pelayanan yaitu Keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, keteraturan. Dimana dalam variabel tersebut terdari dari beberapa sub-variabelnya. Untuk kepentingan hal tersebut setiap sub-variabel diberi nomor atribut, agar lebih mudah dan konsisten pada tahap analisis. Selengkapnya mengenai variabel penelitian dalam studi ini disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 Variabel Penelitian

No Sasaran Variabel Sub-Variabel

1 Persepsi masyarakat tentang kinerja pelayanan Trans Metro Bandung di Koridor 2 Cicaheum-Cibereum

A. Keamanan A.1 Lampu Penerangan A.2 Petugas Keamanan A.3 Aduan Pelayanan A.4 Identitas Kendaraan

A.5 Tanda Pengenal Pengemudi A.6 Kaca Film

B. Keselamatan B.1 Fasilitas Keamanan B.2 Fasilitas Kesehatan

B.3 Alat Bantu Pegangan Tangan C. Kenyamanan C.1 Lampu Penerangan

C.2 Kapasitas Penumpang C.3 Fasilitas Kebersihan C.4 Pengatur Suhu Ruangan D. Keterjangkauan D.1 Integrasi Moda Lain

D.2 Tarif/Biaya E. Kesetaraan E.1 Kursi Prioritas F. Keteraturan F.1 Waktu Tunggu Bus

F.2 Kecapatan Bus

F.3 Lama Berhenti Tiap Halte F.4 Informasi Kedatangan Bus 2 Preferensi masyarakat

tentang kinerja pelayanan Trans Metro Bandung di Koridor 2 Cicaheum-Cibereum

A. Keamanan A.1 Lampu Penerangan A.2 Petugas Keamanan A.3 Aduan Pelayanan A.4 Identitas Kendaraan

A.5 Tanda Pengenal Pengemudi A.6 Kaca Film

B. Keselamatan B.1 Fasilitas Keamanan B.2 Fasilitas Kesehatan

B.3 Alat Bantu Pegangan Tangan C. Kenyamanan C.1 Lampu Penerangan

(27)

No Sasaran Variabel Sub-Variabel

D. Keterjangkauan D.1 Integrasi Moda Lain D.2 Tarif/Biaya

E. Kesetaraan E.1 Kursi Prioritas F. Keteraturan F.1 Waktu Tunggu Bus

F.2 Kecapatan Bus

F.3 Lama Berhenti Tiap Halte F.4 Informasi Kedatangan Bus 3 GAP (Kesenjangan)

Antara Persepsi dan Preferensi pengguna

Nilai Setiap Variabel Persepsi dan Preferensi

A.1 Lampu Penerangan A.2 Petugas Keamanan A.3 Aduan Pelayanan A.4 Identitas Kendaraan

A.5 Tanda Pengenal Pengemudi A.6 Kaca Film

B.1 Fasilitas Keamanan B.2 Fasilitas Kesehatan

B.3 Alat Bantu Pegangan Tangan C.1 Lampu Penerangan

C.2 Kapasitas Penumpang C.3 Fasilitas Kebersihan C.4 Pengatur Suhu Ruangan D.1 Integrasi Moda Lain D.2 Tarif/Biaya

E.1 Kursi Prioritas F.1 Waktu Tunggu Bus F.2 Kecapatan Bus

F.3 Lama Berhenti Tiap Halte F.4 Informasi Kedatangan Bus A.1 Lampu Penerangan A.2 Petugas Keamanan A.3 Aduan Pelayanan A.4 Identitas Kendaraan

A.5 Tanda Pengenal Pengemudi A.6 Kaca Film

B.1 Fasilitas Keamanan B.2 Fasilitas Kesehatan

B.3 Alat Bantu Pegangan Tangan C.1 Lampu Penerangan

C.2 Kapasitas Penumpang C.3 Fasilitas Kebersihan C.4 Pengatur Suhu Ruangan D.1 Integrasi Moda Lain D.2 Tarif/Biaya

(28)

No Sasaran Variabel Sub-Variabel

F.3 Lama Berhenti Tiap Halte F.4 Informasi Kedatangan Bus Sumber: Hasil Analisis dan Modifikasi 2013

1.5.3 Kerangka Berfikir

Dengan dioperasikannya TMB yaitu untuk meminimalisir permasalahan kemacetan di Kota Bandung, selain itu untuk memperbaiki angkutan umum massal di Kota Bandung baik dalm segi kinerja pelayanan, manajemen, senghubung simpul angkutan agar terintegrasi dengan baik dan mudah.

(29)

Analisis kesenjangan (GAP) antara persepsi dan preferensi pengguna TMB

Evaluasi kinerja pelayanan TMB menggunakan analisis GAP berdasarkan persepsi dan preferensi

pengguna Pengoperasian Trans Metro

Perbaikan sistem pelayanan angkutan umum perkotaan

Perbaikan manajemen pengelolaan angkutan umum perkotaan

Perbaikan pola operasi angkutan umum perkotaan

Penghubung simpul transportasi

Penghubung seluruh wilayah perkotaan di Kota Bandung

Mengetahui kesenjangan persepsi dan preferensi tentang kinerja pelayanan TMB

Persepsi Preferensi

Penilaian Kepentingan 2.A. Fasilitas Keamanan 2.B. Fasilitas Kesehatan 2.C. Alat Bantu Pegangan Tangan

Penilaian Kepentingan

3. Aspek Kenyamanan 3.A. Lampu Penerangan 3.B. Kapasitas Penumpang 3.C. Fasiitas Kebersihan 3.D. Pengatur Suhu Bus

Penilaian Kepentingan

4. Aspek Keterjangkauan 4.A. Integrasi Moda Lain 4.B. Tarif/Biaya

Penilaian Kepentingan

5. Aspek Kesetaraan 5.A. Kursi Perioritas

Penilaian Kepentingan

6. Aspek Kenyamanan 6.A. Waktu Tunggu Bus 6.B. Kecepatan Bus

6.C. Waktu Berhenti di Halet 6.D. Informasi Pelayanan 2.A. Fasilitas Keamanan 2.B. Fasilitas Kesehatan 2.C. Alat Bantu Pegangan Tangan

Penilaian Kinerja

3. Aspek Kenyamanan 3.A. Lampu Penerangan 3.B. Kapasitas Penumpang 3.C. Fasiitas Kebersihan 3.D. Pengatur Suhu Bus

Penilaian Kinerja

4. Aspek Keterjangkauan 4.A. Integrasi Moda Lain 4.B. Tarif/Biaya

Penilaian Kinerja

5. Aspek Kesetaraan 5.A. Kursi Perioritas

Penilaian Kinerja

6. Aspek Kenyamanan 6.A. Waktu Tunggu Bus 6.B. Kecepatan Bus

(30)

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab pembahasan yang terdiri dari; pada bagian pertama menguraikan dasar penelitian dimana didalamnya terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, manfaat, ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah, metodologi, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan. Berikutnya untuk bagian ke dua yaitu kajian teori dimana didalamnya membahas tentang pengertian angkutan umum, pengertian angkutan umum massal, standar Bus Rapid Transit (Angkutan Umum Massal), pengertian evaluasi, pengertian persepsi dan preferensi serta tentang Importance Performance Analysis.

Pada bagian ke tiga menguraikan tentang gambaran umum Trans Metro Bandung dimana didalamnya terdiri dari Angkutan Umum di Kota Bandung, gambaran umum TMB yang membahas tentang (Tujuan pengoperasian TMB, Dasar-dasar hokum Penyelenggaraan TMB), gambaran umum TMB koridor 2 yang membahas (bentuk fisik TMB menguraikan kondisi eksisting berdarakan variabel-variabelnya, bentuk fisik halted an lokasi halte dan sistem ticketing), profil pengguna TMB yang membahas tentang pengguna TMB di lihat dari karakteristik social ekonomi dan maksud perjalanan.

(31)

15

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian evaluasi, Angkutan umum, Angkutan Umum Massal, Standar Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Umum Massal Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 10 Tahun 2012, Pengertian Persepsi dan Preferensi, dan Importance Performance Analyisis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini.

2.1 Pengertian Evaluasi

Menurut kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana penilaian itu ditujukan pada orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang yang lebih rendah, baik itu dari jabatan strukturnya atau orang yang lebih rendah keahliannya. Evaluasi adalah suatu proses penelitian positif dan negatif atau juga gabungan dari keduanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978: 45). Dan berikut ini pengertian evaluasi menurut beberapa pakar antara lain:

Suharsimi Arikunto(2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

(32)

telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

Stufflebeam dalam worthen dan sanders (1979 : 129) evaluasi adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah proses (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan

Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai ;setiap usaha atau proses

dalam menentukan nilai”. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan

sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan

Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai ; a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas.

2.2 Angkutan Umum

Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Permintaan akan angkutan adalah jenis permintaan tak langsung, berawal dari kebetuhan manusia akan berbagai barang dan jasa (Warpani, 2002). Untukl lebih ringkasnya akan dibahas dibawah ini:

2.2.1 Pengertian Angkutan Umum

(33)

dipungut biaya. PP No. 14 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Bab I Ketentuan Umum mendefinisikan :

 Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.

 Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.

Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ke tempat tujuannya.Prosesnya dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan. Sementara Angkutan Umum Penumpang adalah angkutan penumpang yang menggunakan kendaraan umum yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air, dan angkutan udara. (Warpani, 1990).

Angkutanpada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Permintaan akan angkutan adalah jenis permintaan tak langsung, berawal dari kebetuhan manusia akan berbagai barang dan jasa (Warpani, 2002). Kebutuhan akan barang dan jasa seringkali tidak dapat dipenuhi di satu guna lahan dan hanya dapat diperoleh di guna lahan lainnya yang terpisah oleh jarak, sehingga dibutuhkan angkutan sebagai sarana transportasi dalam melakukan perjalanan menuju guna lahan tempat dimana barang dan jasa tersebut dapat diperoleh.

(34)

Pada dasarnya, ada perbedaan sifat antara kendaraan pribadi dan angkutan umum. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah yang dapat diangkut. Untuk kendaraan umum tentu saja lebih efisien dalam mengangkut orang maupun barang jika dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Akan tetapi dari segi yang lain, kendaraan pribadi memiliki kemampuan aksesibilitas yang lebih baik dibandingkan kendaraan umum. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kefleksibelan penggunaan kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum.

Angkutan Umum Penumpang bersifat massal sehingga biaya angkut dapat dibebankan kepada lebih banyak orang atau penumpang yang menyebabkan biaya per penumpang dapat ditekan serendah mungkin. Karena merupakan angkutan massal, perlu ada kesamaan diantara para penumpang, antara lain kesamaan asal dan tujuan. Kesamaan ini dicapai dengan cara pengumpulan di terminal dan atau tempat perhentian. Kesamaan tujuan tidak selalu berarti kesamaan maksud.Angkutan umum massal atau masstransit memiliki trayek dan jadwal keberangkatan yang tetap. Pelayanan angkutan umum penumpang akan berjalan dengan baik apabila tercipta keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan. Oleh karena itu, Pemerintah perlu turut campur tangan dalam hal ini.(Warpani, 1990).

2.2.2 Jenis-jenis Angkutan Umum

Berdasarkan undang-undang No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menerangkan bahwa jenis-jenis angkutan umum untuk memindahkan orang dari suatu tempat ke tempat lain terdiri dari:

Angkutan antar kota

Angkutan antar kota merupakan angkutan umum yang beroperasi untuk memindahkan orang dari satu kota ke kota lain

Angkutan dalam kota

(35)

Angkutan pedesaan

Angkutan umum yang beroperasi untuk memindahkan orang dalam dan/dari wilayah pedesaan

Angkutan lintas batas negara

Angkutan umum yang beroperasi untuk memindahkan orang melalui lintas batas negara lain

2.3 Angkutan Umum Massal

Pada dasarnya sarana angkutan umum massal diadakan yaitu untuk mengurangi beban lalulintas dalam system transportasi, tetapi pada dasarnya tidak berjalan sesuai yang diharapkan, ternyata ada satu dampak yang ditimbulkan denga adanya sarana angkutan umum massal yaitu kemacetan.Namun hal itu dapat terjadi karena pengelolaan system yang kurang baik sehingga terjadi demikian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini yaitu jenis angkutan umum massal:

Tabel 1I-1

Jenis Angkutan Umum Massal Moda

Bus Terpandu 18.000 24.000

Bus Biasa 18.000 24.000

Sumber: Tamin, 2000

(36)

Tabel 1I-2

Pelayanan Angkutan Umum Sesuai Hierarki Jalan

Arteri Kolektor Lokal

Bus Besar

Bus Sedang

Bus Kecil

Sumber: Tamin, 2000

2.3.1 Bus Umum

Bus adalah kendaraan besar beroda, digunakan untuk membawa penumpang dalam jumlah banyak. Istilah bus ini berasal dari bahasa Latin, omnibus, yang berarti "(kendaraan yang berhenti) di semua (perhentian) (Wikipedia, 2012). Bus umum terdiri dari bus AKDP, bus AKAP, dan bus dalam kota. Bus AKDP cangkupannya bus yang melayani antar kota dala provinsi, bus AKAP bua yang melayani antar kota antar provinsi, sedangkan bus dalam kota yaitu bus yang beroperasi di wilayah kota tersebut tetapi sifatnya umum seperti tidak memiliki selter khusus, lajur khusus dan pembayaran tiket secara manual ke kondektur, contoh dari bus dalam kota di Kota Bandung seperti KOBUTRI, DAMRI.

2.3.2 Bus Khusus

Pada umumnya alat transportasi dirancang untuk membantu manusia dalam pergerakan, namun ternyata ada beberapa alat traansportasi yang dirancang secara khusus untuk memberikan kenyamanan bagi user. Salah satunya yaitu dengan adanya

(37)

Pengertian Umum Bus Rapid Transit

Sistem Bus Rapid Transit (BRT) adalah angkutan massal yang berbasis pada

jalandimana memanfaatkan jalur - jalur khusus dan ekslusif. Sedangkan Bus Rapid

Transitberbasis bus way adalah sarana angkutan umum massal dengan moda bus

dimanakendaraan akan berjalan pada lintasan khusus berada di sisi jalur cepat.Selain itu

sistem yang dipergunakan adalah sistem tertutup dimana penumpang dapat naikdan turun

hanya pada halte - halte dan tentunya harus dilengkapi dengan sistem tiket baikberupa

tiket untuk sekali jalan ataupun berlangganan dengan mekanisme prabayar. Agarpara

penumpang nyaman pada saat menuju dan meninggalkan halte maka disediakanfasilitas

penyeberangan orang yang landai, petugas keamanan pada setiap halte, jadwalwaktu

perjalanan dan juga tidak adanya pedagang kaki lima baik di halte maupunjembatan

penyebarangan kecuali pada tempat tampat yang telah ditentukan. Selain itu agarmudah

menuju dan meninggalkan lajur bus way maka dari lokasi - lokasi tertentu

akandisediakan trayek angkutan umum. Bus way (jalur bus) merupakan jalur khusus

untuklintasan bus dengan maksud untuk meningkatkan efisiensi sistem transportasi

umum, yaitumempersingkat waktu perjalanan dan biaya transportasi (Transportation

Research Board,2003).

Karakteristik Bus Rapid Transit (BRT)

Dari karakteristik Bus Rapid Transit (BRT) dapat dilihat spesifikasi pelayanan

yangdiberikan sangat berbeda dengan sistem angkutan umum massal lainnya yang

sekarangsudah ada.Berikut adalah karakteristik Bus Rapid Transit (BRT) dan

karakteristikpelayanan bagi penumpangnya.

1. Jalur khusus bus

2. Naik dan turun penumpang yang cepat pada tempat tertentu yang telah

ditentukan

3. Sistem penarikan ongkos sebelum berangkat yang efektif dan efisien

4. Halte yang nyaman

5. Bus yang nyaman

(38)

Karakteristik pelayanan bagi penumpang bus Rapid Tramsit:

1. Kemudahan akses untuk angkutan umum

2. Keamanan

3. Ruang tunggu yang nyaman bagi penumpang dan terlindungi dari cuaca

4. Waktu tunggu yang relatif singkat

5. Kualitas pelayanan yang cukup tinggi selama perjalanan

6. Stasiun atau halte pemberhentian dan pemberangkatan yang aman

7. Ketersediaan informasi

2.4 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Angkutan Umum Massal Menurut

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 10 Tahun 2012

Untuk mengenai standar Bus Rapid Transit (Angkutan Umum Masaal) mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 10 Tentang Standar Minimal Pelayanan Angkutan Massal Berbasi Jalan. Dimana dalam peraturan tersebut terdapat variabel dari setiap aspek yang harus mengikuti peraturannya, dimana standar tersebut sudah dicantumkan pada bab sebelumnya pada Tabel 1-1 Variabel penelitian.

a) Aspek Keamanan

Aspek keamanan yang diambil dalam penelitian ini meliputi; lampu penerangan, petugas keamanan, aduan pelayanan, identitas kendaraan, identitas pengemudi, dan kaca film. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.

Lampu Penerangan

Berfungsi sebagai sumber cahaya didalam bus untuk memberikan keamanan bagi pengguna jasa, indikatornya berapa jumlah yang berfungsi dan minimal ukuran teknis harus 95% sesuai dengan standar.

Petugas Keamanan

(39)

Aduan Pelayanan

Informasi yang disampaikan pengguna jasa apabila mendapat gangguan keamanan berupa stiker berisi nomor telepon dan atau sms pengaduan di tempel pada tempat yang strategis dan mudah dilihat, indikatornya jumlah ketersediaan stiker tersebut dan berdasarkan standar jumlah yang harus ada minimal dua stiker.

Identitas Kendaraan

Nomor kendaraan dan nama trayek berupa stiker yang ditempel pada kaca belakang, indikatornya jumlah yang ada dan standarnya minimal ada satu stiker.

Tanda Pengenal Pengemudi

Berbentuk papan/kartu identitas mengenai nama pengemudi dan nomor induk pengemudi yang ditempatkan diruang pengemudi, indikatornya jumlah yang harus ada.

Kaca Film

Lapisan pada kaca kendaraan guna mengurangi cahaya matahari secara langsung, indikatornya presentase kegelapan dan standarnya maksimal 60%.

b) Aspek Keselamatan

Aspek keselamatan yang diambil dalam penelitian ini meliputi; fasilitas kemanan, fasilitas kesehatan, dan alat bantu pegangan tangan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.

Fasilitas Keamanan

(40)

Fasilitas Kesehatan

Ketersedian kotak P3K di dalam bus ataupun di halte, Indikatornya jumlah yang tersedia dan kondisinya sedangkan standarnya minimal ada tiga jenis alat kesehatan.

Alat Bantu Pegangan Tangan

Alat bantu penumpang berdiri Indikatornya jumlah yang berfungsi dan kondisinya sedangkan standarnya harus 100% berfungsi secara teknis.

c) Aspek Kenyamanan

Aspek kenyamanan yang diambil dalam penelitian ini meliputi; lampu penerangan, kapasitas penumpang, fasilitas kebersihan, dan pengatur suhu ruangan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.

Lampu Penerangan

Berfungsi sebagai sumber cahaya didalam bus untuk memberikan keamanan bagi pengguna jasa, indikatornya berapa jumlah yang berfungsi dan minimal ukuran teknis harus 95% sesuai dengan standar.

Kapasitas Penumpang

Jumlah penumpang sesuai kapasitas Angkut, indikatornya jumlah penumpang yang terangkut dan standarnya maksimal 100% secara teknis sesuai kapasitas pengangkut.

Fasilitas Kebersihan

Fasilitas kebersihan berupa tempat sampah, indikatornya jumlah yang tersedia dan standarnya minimal harus ada dua tempat sampah.

Pengatur Suhu Ruangan

Menggunakan AC (air conditioner), indikatornya ketersediaan dan suhunya bagaimana, standranya suhu dalam bus 250 - 270.

d) Aspek Keterjangkauan

(41)

Integrasi Moda Lain

Kemudahan akses pengguna jasa memperoleh angkutan umum dengan trayek yang berkelanjutan dengan trayek angkutan missal, indikatornya ketersediaan dan kemudahan cara mendapatkannya.

Tarif/Biaya

Biaya yang dikenakan pada pengguna jasa untuk satu kali perjalanan, indikatornya harga terjangkau dan standarnya sesuai SK penetapan tariff oleh pemerintah setempat.

e) Aspek Kesetaraan

Aspek kesetaraan yang diambil dalam penelitian ini meliputi; kursi prioritas. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.

Kursi Prioritas

Tempat duduk di mobil bus diperuntukkan bagi penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, dan wanita hamil, indikatornya jumlah kursi dan standarnya minimal empat kursi.

f) Aspek Kesetaraan

Aspek kesetaraan yang diambil dalam penelitian ini meliputi; waktu tunggu bus, kecepatan bus, lama waktu berhenti tiap halte, dan informasi kedatangan bus. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.

Waktu Tunggu Bus

Waktu yang dibutuhkan pengguna bus untuk menunggu kedatangan bus, indikatornya waktu (menit) dan standarnya waktu puncak maksimal 7 menit dan waktu non puncak maksimal 15 menit.

Kecepatan Bus

(42)

Lama Waktu Berhenti Tiap Halte

Waktu berhenti bus tiap halte, indikatornya waktu (detik) dan standarnya waktu jam sibuk maksimal 45 detik dan waktu non puncak 60 detik.

Informasi Layanan Kedatangan Bus

Informasi yang disampaikan di dalam halte kepada pengguna jasa,sekurang-kurangnya memuat: nama halte, jadwal kedatangan dan keberangkatan, jurusan/rute dan koridor, perpindahan koridor dan terminal, tarif, dan peta jaringan koridor pelayanan. Indikatornya bentuk, tempat dan kondisi sedangkan standarnya papan informasi berupa visual, audio dan tulisan, penempatan terbaca dan terlihat, kondisi baik/berfungsi, dan dapat melalui medi

Selain itu kehandalam unit bus pun sangat diperhatikan karena agar semua mengacu kepada peraturan yang sudah di tetapkan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini:

(43)

2. Desain Interior Angkutan Umum Massal berukuran Sedang

3. Angkutan umum massal berbasis jalan berukuran sedang tampak muka

depan dan belakang

4. Angkutan Umum Massal berbasis jalan berukuran sedang dilihat dari

(44)

5. Angkutan umum massal berbasis jalan berukuran besar

Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2012

(45)

2.5 Pengertian Persepsi dan Preferensi

A. Persepsi

Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan,penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkaninformasi yang ditampilkan dari sumber lain (Poerwanto, 2004). Pengertian lain persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kitagambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu.Persepsi merupakan pandangan, penangkapan seseorang tentang sesuatuyang dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan interprestasinya terhadapinformasi tersebut.Persepsi merupakan pandangan, penangkapan seseorang tentang sesuatuyang dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan interprestasinya terhadap informasi tersebut.

Selain itu pengertian persepsi pun menurut Indrawijaya (200:45) sebagai suatu penerimaan yang baik atau pengambilan inisiatif dari proses komunikasi. Robbins (2001:89) Robbins (2001:89) mengemukakan bahwasanya ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu :

1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu

2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip

3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.

B. Preferensi

(46)

marupakan suatu hal yang harus didahulukan, dan diutamakan daripada yang lain, prioritas, pilihan, kecenderungan dan lebih disukai (DepartemenPendidikan Nasional, 2001)

2.6 Importance Performance Analysis

(47)

Gambar 2.2 Kuadran

Pengujian Important Performance Analysis dilakukan untuk mengukur perbandingan antara tingkat kepuasan pengguna dengan tingkat kepentingan. Dengan mengukur kepuasan yang bersifat kualitatif cukup sulit, maka tingkat kepuasan pengguna dapat dikonversikan dalam bentuk skor. Banyaknya skor yang dipilih oleh pengguna dinilai sebagai bobot kepuasan. Dengan demikian melalui metode yang sama, bobot kepentingan juga bisa ditentukan. Dalam penarikan angka rata-rata dari setiap bobot tersebut, maka akan ditemukan sentral tendensi, berdasarkan batasan tersebut kita dapat menentukan butir-butir kepuasan yang mana, yang berada di bawah rata-rata dan yang berada di atas rata-rata.

Tabel 1I-3

Pembobotan Skor Kuesioner

Sumbu X (Persepsi) Bobot Sumbu Y (Preferensi) Bobot

Sangat Baik (SB) 5 Sangat Penting (SP) 5

Baik (B) 4 Penting (P) 4

Cukup Baik (CB) 3 Cukup Penting (CP) 3

Kurang Baik (KB) 2 Kurang Penting (KP) 2

Tidak Baik (TB) 1 Tidak Penting (TP) 1

(48)
(49)

32

CICAHEUM-CIBEUREUM

Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai gambaran umum TMB yang meliputi; gambaran umum angkutan umum di Kota Bandung, Gambaran umum Trans Metro Bandung, Gambaran Umum TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibeureum) dan Gambaran Umum Pengguna Trans Metro Bandung. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di bawah ini:

3.1 Angkutan Umum Di Kota Bandung

Kota bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia, tak heran apabila aktivits kegiatan perkotaannya sangat banyak, akan tetapi dampak dari kegiatan tersebut menimbulkan pergerakan orang/barang jadi tidak heran kaitannya antara Land use dengan transportasi (Modul Kuliah Masalah Perencanaan). Dengan sistem aktivitas yang tinggi maka kegiatan orang-orang untuk berlalulintas sangat tinggi pula dan akhir-akhir ini Kota Bandung pun sudah menjadi seperti Jakarta dimana terdapat permasalah untuk transportasinya.

(50)

Tabel III-1

Jenis Angkutan Umum Di Kota Bandung Beserta Trayeknya

No Warna Angkot Trayek

Angkutan Jalan Yang Dilewati

1 Hijau – Kuning (01) PHH. Mustofa (Suci) – Terminal Cicaheum

2 Hijau – Merah Jl. Setiabudi - Terminal Ledeng

5

Krem - Hijau

ANTAPANI – CIROYOM

(51)

No Warna Angkot Trayek

Angkutan Jalan Yang Dilewati

6

Biru Tua

BUAH BATU – SEDERHANA

(Buah Batu - Kebon Kelapa) Terminal Buah Batu – Jl. Buah Batu – Jl. Gurame – Jl. Karapitan – Jl. Lengkong Kecil – Jl. Lengkong Besar – Jl. Ciateul – Jl. Dewi Sartika –Terminal Kebon Kelapa

7 Putih – Oranye – Hijau

CARINGIN – DAGO

Pasar Induk Caringin – Jl. Babakan Ciparay – Jl. Sukarno-Hatta – Jl. Sukamulya – Jl. Serang – Terminal Sadang Serang

9

Merah – strip Putih

CIBADUYUT – CICAHEUM

Terminal Cibaduyut – Jl. Cibaduyut –Jl. Kopo – Terminal Leuwi Panjang (Sukarno-Hatta) – Jl. Sukarno-Hatta –Jl. Kiara

(52)

No Warna Angkot Trayek

Angkutan Jalan Yang Dilewati

12 Hijau – strip Krem CIBURIAL – Kawung –Stasiun Bandung (Kebon Kawung) –Jl. Pasir Kaliki – Jl. Pajajaran – Jl. Abdul Ciroyom – Terminal Ciroyom

(53)

No Warna Angkot Trayek

Angkutan Jalan Yang Dilewati

17 Ungu – Hijau CISITU – Bandung (Kebon Kawung) – Jl. Pasir Kaliki – Jl. Kebon Jati - Jl. Suniaraja – Terminal Sukarno-Hatta – Guruminda – Jl. Cisaranten - Jl. Cicukang – Jl. AH. Nasution (Raya Ujung Berung) –Pasar Ujung Berung

(54)

No Warna Angkot Trayek

Angkutan Jalan Yang Dilewati

22 Hijau muda – Hijau GEDE BAGE – ST. HALL

Pasar Induk Gede Bage – Jl. Sukarno-Hatta – Riung Bandung (Sukarno-Hatta) – Metro (Sukarno-Hatta) – Margahayu Raya (Sukarno-Hatta) – Jl. Buah Batu – Jl. Kawung –Stasiun Bandung (Kebon Kawung) –Jl. Pasir Kaliki – Jl. Kebon Jati - Jl. Suniaraja – Terminal Stasiun

23 Biru Muda - Hijau

Terminal Sarijadi – Jl. Sari Asih (Sarijadi) – Jl. Sari Manah (Sarijadi) –Jl. Sari Wangi (Sarijadi) – Jl. Sari Rasa (Sarijadi) – Jl. Surya Sumantri –Universitas Maranatha (Surya Sumantri) - Jl. DR. Junjunan (Terusan Pasteur) – Jl. Pasir Kaliki – Jl. Pajajaran – Jl. Cicendo – Jl. Kebon Kawung – Stasiun Bandung (Kebon Kawung) – Jl. Pasir Kaliki – Jl. Kebon Jati – Jl. Suniaraja – Terminal Stasiun

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2013

3.2 Gambaran Umum Trans Metro Bandung

(55)

3.2.1. Tujuan Pengoperasian TMB

Seiringnya pertumbuhan perkotaan yang semakin padat, sehingga berdampak pada pergerakan manusia atau barang semakin banyak. Untuk meminimalisir kegiatan lalu lintas maka dibutuhkan pula sebuat alat transportasi massal yang terintegrasi dengan angkutan lainnya untuk memudahkan dalam kegiatan berlalu lintas. Untuk itu maksud dan tujuan pengoperasian TMB sebagai berikut: Maksud

a) Reformasi sistem angkutan umum perkotaan melalui manajemen pengelolaan maupun penyediaan sarana angkutan umum massal sesuai dengan keinginan masyarakat yaitu aman, nyaman, mudah, tepat waktu dan murah

b) Pengoperasian TMB melayani penumpang perkotaan (Central Busines District/CBD Kota Bandung) dan penumpang luar Kota Bandung (Out Cordon/Bandung Raya). (Dinas Perhubungan Kota Bandung).

Tujuan

a) Perbaikan sistem pelayanan angkutan umum perkotaan b) Perbaikan manajemen pengelolaan angkutan umum

c) Perbaikan pola operasi angkutan umum perkotaan (misalnya berhenti pada tempat yang ditentukan, standarisasi armada angkutan)

d) Penghubung simpul transportasi (Terminal, Bus, Stasiun KA serta Bandara) e) Penghubung seluruh wilayah perkotaan di Kota Bandung. (Dinas

Perhubungan Kota Bandung).

3.2.2. Dasar Hukum Penyelenggaraan TMB

Dalam menciptakan/mengeluarkan produk, tentunya pasti ada landasan hokum serta kebijakan yang menunjang. Untuk itu adapun kebijakan hokum dalam penyelenggaraan TMB sebagai berikut ini:

(56)

b) Peraturan daerah Kota Bandung No 16 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan perhubungan dan retribusi di bidang perhubungan

c) Peraturan daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2008 tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJPD) Kota Bandung 2005-2025 d) Keputusan Wali Kota Bandung Nomor: 551/Kep.764-DisHub/2012 Tentang

Pengoperasian Trans Metro Bandung Pada Koridor 2 Cicaheum-Cibereum di Kota Bandung pada tanggal 6 November 2012

e) Keputusan Wali Kota Bandung norom 551.2/Kep 694-DisHub/2008 tentang tariff angkutan umum massal bus Trans Metro Bandung

f) Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 704 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) pengoperasian TMB

g) Pembentukan unit pelaksana Teknis Trans Metro Bandung didasarkan oleh peraturan Wali Kota Bandung Nomor 265 Tahun 2008 Tentang pembentukan dan susunan organisasi unit pelaksana pada lembaga teknis daerah di lingkungan pemerintah Kota Bandung.

3.3 Gambaran Umum TMB Koridor 2 (Cicaheum-Cibereum)

Trans Metro Bandung Koridor 2 (Cicaheum-Cibereum) mulai diremsikan oleh Pemerintah pada tanggal 6 November 2012. Antusias Masyarkat Kota Bandung dengan di resmikannya TMB Koridor 2 sangat baik terbukti dengan jumlah penumpang dalam setiap harinya yang selalu meningkat. Dari sejak beroperasinya pada tanggal 6 November 2012 sampai Desember 2012 jumlah pengguna/penumpang TMB pada koridor 2 sebanyak 12.946 Orang (Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2012) dengan fenomena seperti itu bahwa TMB sangat bermanfaat bagi masyarakat Kota Bandung.

(57)

Tabel III-2

Jumlah Penumpang TMB Terhitung Dari Januari-Juni 2013

Bulan

Grafik Jumlah Penumpang TMB Koridor 2 Tahun 2013

3.3.1 Bentuk Fisik Trans Metro Bandung

Bus Trans Metro Bandung Koridor 2 (Cicaheum-Cibereum) berukuran bus besar dengan desain yang menarik dengan warna dasar biru muda dan biru tua, desain TMB ada 2 macam, bus pertama kali diluncurkan berdasar biru tua dan bercorak putih dan biru muda, sedangkan bus paling baru berdasarkan biru muda dengan corak gambar alam semakin menarik perhatian orang.

(58)

Gambar 3.2

Fisik Bus Trans Metro Bandung (Sumber: Hasil Survey 2013)

A. Variabel Kemanan

A.1 Kondisi Lampu Penerangan

Berdasarkan PM No. 10 Tentang Standar minimal pelayanan angkutan umum massal berbasis jalan raya disebutkan bahwa variabel-variabel yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk menyerempakan seluruh angkutan umum massal di Indonesia. Untuk standar lampu penerangan di hitung jumlah yang berfungsi dan minimal 95% sudah sesuai dengan standar teknis, Kondisi lampu penerangan dalam bus TMB sendiri jumlah lampu yang ada di dalam bus sebanyak 3 berada di depan, tengah dan belakang bus. Kondisinya nyala semua sesuai standar, akan tetapi secara eksisting lampu yang dinyalakan yaitu lampu di depan dan lampu yang di tengah, namun demikian kondisinya sangat terang. (Sumber: Hasil Wawancara & Survey Lapangan)

A.2 Kondisi Petugas Keamanan

(59)

bahwa harus ada orang yang bertugas untuk keamanan didalam bus disebutkan bahwa jumlah petugas kemanan yang harus ada di dalam bus sebanyak 1 orang. Petugas keamanan yang ada di dalam TMB sudah ada sebanyak 1 orang diaman petugas kemanan tersebut merangkap sebagai kondektur untuk memungut ongkos. Berdasarkan aturan PM nomor 10 kondisi tersebut di tidakbolehkan seharusnya petugas kemanan berjaga/berdiri di samping pintu keluar tepatnya di tengah-tengah bus. (Sumber: Hasil Wawancara & Survey Lapangan)

Gambar 3.3

Posisi Yang benar petugas kemanan berdiri disamping

pintu tengah dan memperhatikan kegiatan di

(60)

Posisi Petugas Keamanan (Sumber: Hasil Survey 2013)

A.3 Kondisi Aduan Pelayanan

Berdasarkan PM No. 10 Tentang Standar minimal pelayanan angkutan umum massal berbasis jalan raya disebutkan bahwa variabel-variabel yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk menyerempakkan seluruh angkutan umum massal di Indonesia. Menurut standar tersebut disebutkan untuk aduan pelayanan harus berupa stiker dimana didalam nya memuat call centre dan jumlah stiker tersebut minimal dua stiker. Untuk aduan pelayanan pada TMB sudah ada berupa stiker call centre yang terdapat di belakang bus dan di dalam bus, artinya sudah memenuhi standar pelayanan.

Gambar 3.4

(61)

A.4 Kondisi Identitas Kendaraan

Berdasarkan PM No. 10 Tentang Standar minimal pelayanan angkutan umum massal berbasis jalan raya disebutkan bahwa variabel-variabel yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk menyerempakkan seluruh angkutan umum massal di Indonesia. Berdasarkan peraturan PM. Nomor 10 untuk identitas kendaraan yang harus ada yaitu nomor seri kendaraan serta nama trayek yang di tempelkan di depan atau di belakang minimal satu jumlahnya. Untuk identitas kendaraan pada TMB semua armada sudah memakai identitas kendaraan baik nama trayek maupun nomor seri kendaraan, artinya sudah memenuhi standar pelayanan tersebut.

Gambar 3.5 Posisi Identitas Kendaraan

(Sumber: Hasil Survey 2013)

A.5 Kondisi Tanda Pengenal Pengemudi

(62)

angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk menyerempakkan seluruh angkutan umum massal di Indonesia. Berdasarkan peraturan PM. Nomor 10 untuk tanda pengenal pengemudi berupa papan/kartu identitas pengemudi yang diletakan di depan. Namun berdasarkan hasil observasi untuk tanda pengenal pengemudi pada TMB masih beberapa saja yang memakai tanda pengenal pengemudi belum semuanya memakai tanda pengenal pengemudi (Sumber: Hasil Wawancara & Survey Lapangan).

A.6 Kondisi Kaca Film

Berdasarkan PM No. 10 Tentang Standar minimal pelayanan angkutan umum massal berbasis jalan raya disebutkan bahwa variabel-variabel yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk menyerempakkan seluruh angkutan umum massal di Indonesia. Berdasarkan peraturan PM. Nomor 10 untuk kaca film yang harus diperhatikan yaitu persentase kegelapan maksimal harus 60%. Artinya kondisi kaca harus tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang, untuk TMB kaca film yang digunakan yaitu jenis kaca PVB (Polly Vinyl Butyral) kaca jenis ini tidak akan pecah berantakan ketika terkena hantaman (Sumber: Hasil Wawancara & Survey Lapangan).

B. Variabel Keselamatan

B.1 Kondisi Fasilitas Keamanan

(63)

pintu otomatis. Untuk TMB di semua armada hanya ada alat palu pemecah kaca dan tombol pintu otomatis saja (Sumber: Hasil Wawancara & Survey Lapangan).

Gambar 3.6 Posisi Fasilitas Keamanan (Sumber: Hasil Survey 2013)

B.2 Kondisi Fasilitas Kesehatan

(64)

B.3 Kondisi Alat Bantu Pegangan Tangan

Berdasarkan PM No. 10 Tentang Standar minimal pelayanan angkutan umum massal berbasis jalan raya disebutkan bahwa variabel-variabel yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk menyerempakkan seluruh angkutan umum massal di Indonesia. Menurut standar tersebut disebutkan untuk alat bantu pegangan tangan harus berupa alat untuk pegangan waktu berdiri dimana dilihat dari jumlah yang berfungsi, kondisi dan 100% harus berfungsi sesuai standar teknis. Untuk TMB sendiri memiliki jumlah pegangan tangan sebanyak 30 buah di sisi kiri ada 15 buah dan sisi kanan 15 buah, kondisinya masih bagus berfungsi dengan baik dan sesuai standar teknis (Sumber: Hasil Wawancara & Survey Lapangan).

Gambar 3.7

(65)

C. Variabel Kenyamanan

C.1 Kondisi Lampu Penerangan

Berdasarkan PM No. 10 Tentang Standar minimal pelayanan angkutan umum massal berbasis jalan raya disebutkan bahwa variabel-variabel yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk menyerempakan seluruh angkutan umum massal di Indonesia. Untuk standar lampu penerangan di hitung jumlah yang berfungsi dan minimal 95% sudah sesuai dengan standar teknis, Kondisi lampu penerangan dalam bus TMB sendiri jumlah lampu yang ada di dalam bus sebanyak 3 berada di depan, tengah dan belakang bus. Kondisinya nyala semua sesuai standar, akan tetapi secara eksisting lampu yang dinyalakan yaitu lampu di depan dan lampu yang di tengah, namun demikian kondisinya sangat terang (Sumber: Hasil Wawancara & Survey Lapangan).

C.2 Kondisi Kapasitas Penumpang

Berdasarkan PM No. 10 Tentang Standar minimal pelayanan angkutan umum massal berbasis jalan raya disebutkan bahwa variabel-variabel yang terdapat dalam aturan tersebut harus dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait untuk mengelola angkutan umum massal. Aturan tersebut dibuat untuk menyerempakan seluruh angkutan umum massal di Indonesia. Berdasarkan standar PM No 10 untuk kapasitas penumpang yaitu jumlah penumpang sesuai kapasitas angkut dan maksimal 100% sesuai kapasitas angkut. Untuk TMB sendiri jumlah penumpang jika di jam-jam sibuk selalu over kapasitas sehingga mencapai > 50 orang di dalam bus sedangkan pada saat jam non-sibuk palingan hanya 25 – 30 orang (Sumber: Hasil Wawancara & Survey Lapangan).

C.3 Kondisi Fasilitas Kebersihan

Gambar

Gambar 2.1 Standar Desain Bus
Gambar 2.2 Kuadran
Tabel III-1
Gambar 3.1 Grafik Jumlah Penumpang TMB Koridor 2 Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait