• Tidak ada hasil yang ditemukan

penelitian tindakan kelas untuk smp kata pengantar 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "penelitian tindakan kelas untuk smp kata pengantar 2"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI PAJAK SISWA KELAS

XI AK 2 SMK NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Erna Susanti 13803241085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah...7

C. Pembatasan Masalah...8

D. Rumusan Masalah...8

E. Tujuan Penelitian...9

F. Manfaat Penelitian...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA...11

A. Deskripsi Teori...11

1. Aktivitas Belajar...11

2. Hasil Belajar...18

3. Akuntansi Pajak...24

4. Model Pembelajaran TTW...26

5. Strategi Pembelajaran CTL...30

B. Penelitian yang Relevan...40

C. Kerangka Berpikir...43

D. Paradigma Penelitian...45

E. Hipotesis Tindakan...45

BAB III METODE PENELITIAN...46

A. Desain Penelitian...46

B. Tempat dan Waktu Penelitian...47

C. Subjek dan Objek Penelitian...48

D. Definisi Operasional Variabel...48

E. Teknik Pengumpulan Data...50

F. Instrumen Penelitian...52

G. Teknik Analisis Data...54

H. Prosedur Penelitian...62

(3)
(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan unsur yang penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang tidak hanya secara fisik, namun juga secara intelektual, spiritual, sosial, dan keterampilan. Dalam dunia pendidikan manusia memiliki peranan yang penting baik sebagai subjek dan objek pendidikan untuk mencapai tujuan. Oleh karenanya, manusia dituntut untuk memahami hakikat pendidikan dan dapat melaksanakannya. Menurut Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, dan bangsa.

(5)

pada unsur yang terkecil yaitu tujuan tiap kompetensi dasar yang diajarkan disekolah.

Kelas merupakan unsur terkecil dalam pendidikan, namun merupakan unsur pokok yang dapat membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan. Agar Pembelajaran di kelas optimal, seharusnya pembelajaran menitikberatkan pada suasana belajar dan proses pembelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat Wina Sanjaya (2013:2) yang menyatakan bahwa pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar, pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Oleh karena itu guru harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang memiliki suasana dan proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik kelas.

Menurut Arif Rohman (2013:10) pendidikan memiliki makna diantaranya:

1. Pendidikan berwujud aktivitas interaktif yang sadar dan terencana.

2. Pendidikan dilakukan oleh minimal dua orang, satu pihak berperan sebagai fasilitator dan dinamisator sedang pihak lainnya sebagai subjek yang berupaya mengembangkan diri. 3. Proses dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan proses

pembelajaran.

4. Terdapat nilai yang diyakini kebenarannya sebagai dasar aktivitas.

5. Memiliki tujuan baik dalam rangka mengembangkan segenap potensi internal individu anak.

6. Puncak ketercapaian tujuan adalah kedewasaan, baik secara fisik, psikologi, sosial, emosional, ekonomi, moral, dan spiritual pada peserta didik.

(6)

suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa agar proses belajar mengajar berjalan lebih efektif. Aktivitas merupakan aspek terpenting dalam interaksi pembelajaran karena pada hakikatnya belajar adalah berbuat untuk melakukan sesuatu sehingga tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas (Sudirman A. M., 2007: 95-96). Sedangkan siswa berperan sebagai subjek yang akan mengembangkan diri, sehingga antara guru dengan siswa terdapat hubungan yang saling mempengaruhi, oleh karena itulah kegiatan belajar harus menjadi aktivitas yang hidup. Jenis-jenis aktivitas belajar sangat beragam, menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 38) jenis-jenis aktivitas belajar meliputi: mendengarkan, memandang, meraba, membau dan mencicipi/mengecap, menulis atau mencatat, membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja, mengingat, berpikir, dan latihan atau praktik.

(7)

Hasil belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran yang diperoleh siswa melalui evaluasi. Menurut Zaenal Arifin (2013:5) evaluasi adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 200):

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.

Hasil belajar siswa dapat diketahui dari tunjuan yang hendak dicapai dalam Rencana Rancangan Pembelajaran (RPP) yang meliputi ranah sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar antara satu siswa dengan siswa yang lain dapat berbeda, walaupun mereka berada dalam satu kelas dengan guru dan strategi mengajar yang sama. Hal tersebut tejadi karena berbagai faktor baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Faktor internal yang ada didalam siswa contohnya adalah motivasi belajar, sedangkan faktor eksternal contohnya adalah strategi mengajar guru. Guru harus memiliki keterampilan dalam memilih dan melaksanakan strategi pembelajaran, agar tujuan dari setiap mata pelajaran dapat tercapai.

(8)

pendapatan terbesar dari negara Indonesia. Oleh karena itu, peserta didik harus mampu menguasai ilmu perpajakan untuk bekal setelah lulus. Dalam mempelajari Akuntansi Pajak, strategi Contextual Teaching Learning sangat tepat diterapkan, karena siswa dapat belajar pajak dengan mengamati lingkungan sekitarnya. Wina Sanjaya (2013: 255) menyatakan bahwa:

Contextual Teaching Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Dari definisi tersebut terlihat bahwa stategi CTL melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan materi yang akan dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan demikinan, hasil belajar siswa juga akan meningkat karena siswa tidak hanya menghafal teori namun juga memahami konsep dan kondisi senyatanya di lapangan. Strategi ini tepat jika dikolaborasikan dengan model pembelajaran Think Talk Write untuk mendiskusikan hasil temuan dilapangan.

(9)

selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Model ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 7-8 siswa. Siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman dalam kelompok kemudian mengungkapkannya melalui tulisan (Yamin dan Ansari, 2009: 84).

(10)

Write Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi Pajak Siswa Kelas XI Ak 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Identifikasi Masalah

1. Aktivitas belajar siswa dalama mata pelajaran Akuntasi Pajak masih rendah dibuktikan dari 32 siswa hanya 4 siswa yang aktif bertanya, 3 siswa yang sudah membaca materi pada hari sebelumnya, 2 siswa yang aktif menjawab pertanyaan, 12 siswa yang mengerjakan tugas dari guru, 11 siswa sisanya tidak mendengarkan penjelasan dari guru, dan berbicara diluar konteks pembelajaran dengan teman yang lain.

2. Hasil belajar siswa masih rendah dibuktikan dari dokumen nilai siswa pada mata pelajaran Akuntansi Pajak menunjukkan bahwa dari 32 siswa hanya 16 siswa yang mencapai KKM yang tertera dalam RPP yaitu 78.

3. Strategi mengajar guru yang masih konvensional sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk mendengarkan.

4. Guru belum pernah menerapkan model pembelajaran Think Talk Write berbasis Kontekstual.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan diatas, diperluakan suatu pembatasan masalah agar peneliti lebih fokus dalam menggali dan mengatasi permasalahan yang ada. Pembatasan masalah tersebut adalah:

(11)

2. Materi yang akan diukur aktivitas dan hasil belajarnya adalah mata pelajaran Akuntansi Pajak dengan Kompetensi PPh Pasal 21.

3. Aktivitas belajar yang akan diukur meliputi aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mengingat, praktik.

4. Pengukuran hasil belajar dibatasi pada ranah kognitif yang meliputi kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3). D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, peneliti dapat membuat rumusan masalah:

1. Apakah implementasi model pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual dapat meningkatkan aktivitas belajar Akuntansi Pajak siswa kelas XI Ak 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017?

2. Apakah implementasi model pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar Akuntansi Pajak siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini memiliki tujuan: 1. Meningkatkan aktivitas belajar melalui implementasi model

pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual pada mata pelajaran Akuntansi Pajak siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Meningkatkan hasil belajar melalui implementasi model pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual pada mata pelajaran Akuntansi Pajak siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

F. Manfaat Penelitian

(12)

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal implementasi model pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual pada mata pelajaran Akuntansi Pajak serta dapat dijadikan sumber referensi pada penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar bagi siswa dalam mata pelajaran Akuntansi Pajak yang nantinya dalat digunakan sebagai bekal kehidupan di masyarakat.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam hal pembelajaran di kelas dan sebagai sumber referensi dalam mengajar pada materi pelajaran lain.

c. Bagi peneliti

(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Aktivitas Belajar

a. Pengetian aktivitas belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan. Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya (Sugihartono, dkk, 2013: 74). Perubahan tingkah laku tersebut tidak mungkin dalat terjadi tanpa adanya aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik. Oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman A. M., 2011: 96).

Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa yang berarti bahwa pembelajaran menjadikan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pebelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (Wina Sanjaya, 2013: 135). Wina Sanjaya dalam Strategi Pembelajaran (2013: 132) juga menyatakan bahwa aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dalam Wina Sanjaya (2013: 136-137) mengatakan:

(14)

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa mengajar yang didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa. (Wina Sanjaya, 2013: 136-137).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam proses pembelajaran berupa kegiatan baik yang bersifat fisik maupun psikis yang dilaksanakan siswa dalam proses memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan berekasi karena interaksinya dengan lingkungan. b. Jenis-jenis aktivitas belajar

Syaiful Bahri Djamarah (2011: 38) mengemukakan beberapa jenis aktivitas belajar diantaranya:

6) Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi 7) Mengamati tabel-tabel, diagram-dagram, dan bagan-bagan 8) Menyusun paper atau kertas kerja

9) Mengingat 10) Berpikir

11) Latihan atau praktik

Menurut paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M. (2011: 101), jenis-jenis aktivitas belajar siswa dapat digolongkan sebagai berikut:

(15)

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, dll.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, dll.

5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activites, seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dari berbagai pendapat diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa jenis-jenis ativitas belajar sangatlah beragam. Pada penelitian ini yang dijadikan fokus utama adalah aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mengingat, praktik.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktvitas belajar

(16)

Menurut Wina Sanjaya (2013: 143-146) faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa diantaranya:

1) Guru

Dalam proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang sangat menentukan keberhasilan penerapan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung. Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dipandang dari sudut guru, yaitu:

a) Kemampuan guru

Guru yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan siswa.

b) Sikap professional guru

Guru yang professional selamanya akan berusaha untuk mencapai hasil yang optimal. Karena pembelajaran berorientasi aktivitas siswa tidak akan berhasil diimplementasikan oleh guru yang memiliki motivasi yang rendah.

c) Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru Dengan latar belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan wawasan yang luas terhadap variable-variabel pembelajaran.

2) Sarana belajar

(17)

Kondisi ruang kelas merupakan faktor sarana yang menentukan keberhasilan, yang meliputi :

i) Luas ruang kelas ii) Penataan ruang kelas iii) Ventilasi ruang kelas iv) Desain tempat duduk siswa b) Media dan sumber belajar

Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan multimetode dan multimedia. Artinya siswa memungkinkan belajar dari berbagai sumber informasi secara mandiri. eberhasilan penerapan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan pemanfaatan media dan sumber belajar.

3) Lingkungan belajar.

Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Ada dua hal yang termasuk kedalam faktor lingkungan belajar, yaitu:

a) Lingkungan fisik.

Meliputi keadaan dan kondisi sekolah, misalnya: jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar kecil, jumlah guru serta lokasi sekolah itu berada.

b) Lingkungan psikologi.

Adalah iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu. Misalnya:

i) Keharmonisan hubungan antara guru dengan guru. ii) Keharmonisan hubungan antara guru dengan kepala

sekolah.

(18)

Dari berbagai pendapat ahli diatas dapat terlihat bahwa faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa sangat beragam yang berasal baik dari internal peserta didik maupun dari faktor eksternal peserta didik. Penelitian ini berfokus pada faktor eksternal peserta didik berupa guru dan cara mengajarnya yang terwujud dalam bentuk strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru pada mata pelajaran Akuntansi Pajak belum berpusat pada siswa, sehingga perlu diadakan penelitian untuk memperbaikinya.

d. Cara meningkatkan aktivitas belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 63), guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut untuk menimbulkan keaktifan belajar pada siswa yaitu:

1) Menggunakan multimetode dan multimedia. 2) Memberikan tugas secara individu dan kelompok.

3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil yang beranggotakan tidak lebih dari tiga orang.

4) Memberikan tugas untuk membaca bahan pelajaran dan mencatat hal-hal yang kurang jelas.

5) Mengadakan tanya jawab dan diskusi.

Menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis Yamin, 2007: 83-34), rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas meliputi sembilan aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa yaitu:

(19)

2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa.

3) Mengingatkan kompetensi prasyarat.

4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari.

5) Memberikan petunjuk kepada siswa bagaimana cara mempelajarinya.

6) Memunculkan aktivitas dan partisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

7) Memberikan umpan balik (feed back).

8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terstruktur.

9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran.

Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa yaitu melalui multimedia dan multimetode. Dalam penelitian ini penggunaan multimetode dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbasis Kontekstual yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehigga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 2. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Zaenal Arifin dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pembelajaran (2013: 298) menjelaskan bahwa:

(20)

Menurut Nana Sudjana (2002: 3), hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana 2002: 22).

Zaenal Arifin (2013: 298) menjelaskan bahwa hasil belajar dibedakan menjadi dua yaitu dampak pembelajaran (prestasi) dan dampak pengiring (hasil). Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat dikukur dalam setiap pembelajaran (pada umumnya menyangkut domain kognitif), seperti tertuang dalam angka rapor dan angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain yang merupakan suatu transfer belajar (transfer of learning).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik serta memberikan dampak pembelajaran (prestasi) dan dampak pengiring (hasil).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

(21)

Faktor utama dari dalam diri siswa yang mempunyai pengaruh besar terhadap hasil belajar yang dicapai adalah kemampuan yang dimiliki siswa. Faktor lain yang datang dari diri siswa yaitu motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik, dan faktor psikis.

2) Faktor yang datang dari luar siswa

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa juga dipengaruhi oleh faktor yang datang dari luar siswa atau lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar disekolah adalah kualitas pengajaran. Terdapat tiga unsur dalam kualitas pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar,yaitu:

a) Guru, meliputi kemampuan dasar yang dimilikinya baik bidang kognitif seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya, maupun bidang perilaku seperti keterampilan mengajar, menilai hasil belajar siswa, dan lain-lain.

b) Karakteristik kelas, meliputi besarnya kelas, suasana belajar, dan fasilitas sumber belajar.

(22)

Menurut Zaenal Arifin (2013: 299-300) guru juga harus memakami beberapa faktor yang dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil belajar, antara lain: 1) Faktor peserta didik yang meliputi kapasitas dasar, bakat

khusus, motivasi, minat, kematangan dan kesiapan, sikap dan kebiasaan, dan lain-lain.

2) Faktor sarana dan prasarana, baik yang terkait dengan kualitas, kelengkapan maupun penggunaannya, seperti guru, metode dan teknik, media, bahan dan sumber belajar, program, dan lain-lain.

3) Faktor lingkungan, baik secara fisik maupun kultur, dimana kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Kultur masyarakat setempat, hubungan antar insani masyarakat setempat, kondisi fisik lingkungan, hubungan antara peserta didik dengan keluarga merupakan kondisi lingkungan yang akan mempengaruhi proses dan hasil belajar untuk pencapaian tujaun pembelajaran.

4) Faktor hasil belajar yang merujuk pada rumusan normatif harus menjadi milik peserta didik setelah melaksanakan proses pembelajaran. Hasil belajar ini perlu dijabarkan dalam rumusan yang lebih operasional, baik yang menggambarkan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor sehingga mudah untuk melakukan evaluasinya.

(23)

berasal dari faktor diri peserta didik maupun faktor diluar peserta didik atau faktor lingkungan. Pada penelitian ini difokuskan pada faktor eksternal yang berasal dari guru berupa strategi pembelajaran yang digunakan.

c. Teknik penilaian hasil belajar

Terdapat beberapa teknik penilaian menurut Badan Nasional Standar Pendidikan (dalam Zarnal Arifin, 2013: 60-61) diantaranya:

1) Tes kerja. Tes ini dapat menggunakan berbagai bentuk, seperti tes keterampilan tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, uji praktik kerja, dan sebagainya.

2) Demonstrasi. Teknik ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai.

3) Observasi. Teknik ini dapat dilakukan secara formal maupun informal.

4) Penugasan. Teknik ini dapat dilakukan dengan model proyek yang berupa sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan dan diselesakan oleh peserta didik diluar kegiatan kelas dan harus dilaporkan baik secara tertulis maupun lisan.

(24)

6) Tes tertulis. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara uraian maupun objektif, seperti: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi.

7) Tes lisan. Teknik ini menuntut jawaban lisan dari peserta didik. Untuk itu, dalam pelaksanaannya pendidik harus bertatap muka secara langsung dengan peserta didik.

8) Jurnal, yaitu catatan peserta didik selama berlangsungnya proses pembelajaran. Jurnal berisi deskripsi proses pembelajaran termasuk kekuatan dak kelemahan peserta didik terkait dengan kinerja ataupun sikap.

9) Wawancara, yaitu cara untuk memperoleh informasi secara mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan tentang wawancara, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 10) Inventori, yaitu skala psikologis yang digunakan untuk

mengungkap sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis ataupun fenomena yang terjadi.

11) Penilaian diri, yaitu teknik penilaian yang digunakan agar peserta didik dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai hal.

12) Penilaian antar teman. Teknik ini dilakukan dengan meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan teman dalam berbagai hal. Penilaian ini dapat pula berupa sosiometri utuk mendapat informasi anak-anak yang favorit dan anak-anak yang terisolasi dalam kelompoknya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penilaian tes tertulis yang berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. 3. Akuntansi Pajak

(25)

Akuntansi dapat diartikan dalam dua sudut pandang. Definisi akuntansi dari sudut pandang pemakai adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan suatu entitas. Dari sudut pandang proses kegiatan akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu entitas. (Al. Haryono, 2011:5). Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2010: 1).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Pajak merupakan suatu ilmu yang menyediakan informasi untuk pelaskana kegiatan perpajakan yaitu orang pribadi atau badan dan pelaksana pajak mengenai tata cara perpajakan guna keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Standar Kompetensi Akuntansi Pajak

Berikut ini merupakan Standar Kompetensi dalam mata pelajaran Akuntansi Pajak siswa SMK Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi:

1) Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak 2) Menghitung PPh pasal 21

(26)

9) Menghitung Bea Materai, PPN, dan PPnBM 4. Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

a. Pengertian model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Think Talk Write (TTW) adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas bertanya dan komunikasi diantara siswa.

b. Langkah-langkah model pembelajaran Think Talk Write (TTW) 1) Guru membagi teks bacaan berupa lembar aktivitas siswa yang

memuat situasi masalah yang bersifat open ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya.

2) Siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).

3) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.

4) Siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write). Guru memantau dan mengevaluasi tingkat pemahaman siswa (Yamin dan Ansari, 2008: 84).

c. Peran guru dalam model pembelajaran Think Talk Write (TTW) 1) Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan

keterlibatan dan menantang setiap siswa berpikir. 2) Mendengar secara hati-hati ide siswa.

3) Menyuruh siswa mengungkapkan ide secara lisan dan tertulis. 4) Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi. 5) Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan

persoalan-persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan.

(27)

d. Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW)

1) Think

(28)

dimulai dengan soal-soal kontekstual yang diberi sedikit panduan sebelum siswa membuat catatan kecil.

2) Talk

Talk merupakan aktivitas siswa dalam berkomunikai dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Menurut Yamin dan Ansari (2008: 86), manfaat talk adalah: (a) merupakan tulisan, gambaran, isyarat atau percakapan sebagai bahasa manusia (b) pemahaman dibangun melalui interaksi dan konversasi (percakapan) antara sesama individual yang merupakan aktivitas sosial yang bermakna, (c) cara utama partisipasi komunikasi yaitu siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya dan membuat definisi, (d) pembentukan ide, (e) internalisasi ide yang dibentuk melalui berpikir dan memecahkan masalah, (f) meningkatkan dan menilai kualitas berpikir.

3) Write

(29)

bahwa kreativitas menulis siswa membantu guru untuk memantau kesalahan siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Aktivitas siswa pada tahap write adalah (a) menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan, (b) mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik ataupun tabel agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti, (c) mengoreksi semua pekerjaan sehingga tidak ada pekerjaan ataupun perhitungan yang ketinggalan, (d) menyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.

5. Strategi Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) a. Pengertian strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching

learning)

(30)

Lebih lanjut Arif Rohman (2013: 184) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kontekstual terdapat beberapa komponen, diantaranya:

1) Membuat hubungan yang bermakna (making meaningful connection)

2) Melakukan pekerjaan yang signifikan (doing significant work) 3) Pembelajaran mandiri (self-regulated learning)

4) Bekerjasama (collaborating)

5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) 6) Pendewasaan individu (nurturing individual)

7) Pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards) 8) Mengunakan penilaian autentik (using authentic assessment)

Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya (Suhana N. H., 2012: 67).

(31)

menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2013: 255).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Contextual Teaching Learning adalah strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan secara mandiri dengan cara menghubungkan pada kehidupan nyata sehari-hari.

b. Karakteristik strategi pembelajaran komtekstual (contextual teaching learning)

Menurut Wina Sanjaya (2013: 256), proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL memiliki beberapa karakteristik, di antaranya:

1) Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (aktiving knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan dipeoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh dan memiliki keterkaitan satu sama lain.

2) Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. 3) Pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang

(32)

artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini.

4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

c. Asas-asas strategi pembelajaran komtekstual (contextual teaching learning)

Wina Sanjaya (2013: 263-269) menjelaskan beberapa asas-asas pembelajaran kontekstual diantaranya:

1) Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menuruk konstruktivisme pengetahuan berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh karena itu, pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasikan objek tersebut. Dengan demikian pengetahuan tidak bersifat statis tapi dinamis. Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:

(33)

b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.

c) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman – pengalaman seseorang.

Penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran CTL yakni siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.

2) Inkuiri

Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan merupakan hasil dari menemukan sendiri bukan hasil menghafal. Berbagai topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui proses inkuiri. Langkah proses inkuiri adalah:

a) Merumuskan masalah b) Mengajukan hipotesis c) Mengumpulkan data

d) Manguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan e) Membuat kesimpulan

(34)

rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis tersebut mendorong siswa untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Jika data sudah terkumpul, siswa dituntun utuk meguji hipotesis sebagai dasar dalam merumuskan kesimpulan.

3) Bertanya

Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya merefleksikan rasa keingintahuan dan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan berpikir seseorang. Dalam pembelajan CTL guru memancing siswa agara menemukan materi yang dipelajarinya yakni melalui bertanya. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

a) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran

b) Membangkitkan motivasi belajar siswa.

c) Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. d) Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan

e) Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

(35)

Leo Semenovich Vygotsky, seorang psikolog Rusio, menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerjasama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah.

Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Kemudian guru dapat mempersilahkan semua kelompok untuk berdiskusi dan saling bertukan informasi. Dalam hal tertentu, guru dapat mengundang orang-orang yang dianggap memiliki keahlian khusus untuk membelajarkan siswa. Misalnya menteri keuangan untuk memberikan atau membahas mengenai sistem akuntansi pemerintahan.

(36)

Asas permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaimana cara membuat jurnal atau cara menggunakan rumus dalam mengerjakan siklus akuntansi pada microsoft excel. Proses modeling tidak terbatas pada guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup tinggi dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritik-abstrak yang dapat memungkinkan terjadi verbalisme.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang akan dimilikinya.

(37)

siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini biasanya ditekankan pada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pembelajaran. Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata.

(38)

berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

d. Pola dan tahapan pembelajaran komtekstual (contextual teaching learning

Johnson (2010: 111-113) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh langkah-langkah CTL yang dapat digunakan guru untuk membangun keterkaitan dikelas, yaitu:

1) Memikirkan bagaimana siswa mendapat informasi di kelas. 2) Menuliskan tujuan utama yang ingin dicapai melalui pelajaran

di kelas. Tulislah hal-hal spesifik agar siswa mengetahuinya dan dapat dilaksanakan.

3) Menguji isi mata pelajaran.

4) Bertanya pada diri sendiri apakah pelajaran tersebut mencerminkan kesadaran akan pengalaman masa lalu dan situasi siswa sendiri.

5) Menggunkan beberapa metode penilaian autentik yang mensyaratkan para siswa agar giat belajar.

6) Memikirkan bagaiamana cara siswa dapat berpikir kritis dan kreatif.

7) Mengajak para siswa untuk bekerja sama sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari siswa lain.

8) Memberikan kepada para siswa untuk menggunakan fasilitas-fasilitas pendukung, mengumpulkan dan mengatur informasi, dan lain-lain.

9) Menyediakan lingkungan yang aman, terjamin, dan ramah untuk proses pembelajaran.

(39)

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Untari Ningsih, Slamet Santosa, dan Bowo Sugiharto mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UNS dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-8 SMA Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/ 2011”. Hasil penelitian tersebut adalah aktivitas siswa meningkat dari 62,25% menjadi 77,08% pada siklus satu, dan naik menjadi 82,25% pada siklus dua. Hasil belajar terjadi peningkatan dari 65,02% menjadi 70,69% pada siklus satu, dan naik menjadi 77,55% pada siklus dua. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada model dan strategi pembelajaran, sedangkan perbedaan terletak pada mata pelajaran yang akan diteliti.

(40)

matematika sebesar 58,3% pada siklus I dan 59, 3% pada siklus II. Sedangkan kemampuan pemecahan masalah pada aspek kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam bentuk uraian yang relevan sebesar 53,125% pada siklus I dan 71,25% pada siklus II. Selain itu, dari hasil angket respon siswa diperoleh besarnya persentase untuk tiap indikator dalam angket respon siswa juga mengalami peningkatan, yakni: Aktivitas komunikasi matematika tertulis dan penyelesaian masalah matematika dalam tahap Think sebesar 64,44% dengan kriteria baik pada siklus 1 dan 65,52% pada siklus 2 masih dengan kriteria baik. Aktivitas komunikasi dan penyelesaian masalah matematika ketika mengikuti pembelajaran dalam tahapan Talk sebesar 68,06% dengan pada siklus 1 dan 69,05% pada siklus 2 keduanya pada kriteria baik. Aktivitas komunikasi dan penyelesaian masalah matematika ketika mengikuti pembelajaran dalam tahapan Write sebesar 68,98% pada siklus 1 dan 70,13% pada siklus 2, keduanya pada kriteria baik. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran (TTW) sebesar 66,53% pada siklus 1 dan 66,94% pada siklus 2, keduanya pada kriteria baik. Persamaan dengan penelitian ini terletak mada model pembelajaran yang digunakan. Sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian, variabel penelitian, serta modifikasi model pembelajaran. Peneliti akan memodifikasi model dengan memasukkan unsur pembelajaran kontekstual.

(41)

Sebelas Maret Surakarta yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SDN O2 Gambirmanis Pracimantoro Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil dari penelitian tersebut adalah meningkatnya motivasi belajar IPA siswa dari sebelum dan sesudah tindakan. Pada Prasiklus diperoleh rata-rata kelas 15,96 (kategori motivasi rendah), Siklus 1 menjadi 25,86 (kategori motivasi cukup) dan Siklus II diperoleh rata-rata kelas 28,46 (kategori motivasi tinggi). Persamaan dengan penelitian ini terletak pada model pembelajaran yaitu model Contextual Teching Learning (CTL). Perbedaan dengan penelitian yaitu pada subjek, variabel, serta pada kombinasi model pembelajaran. Penelitian yang akan dilakukan memiliki keunggulan karena menggunakan kombinasi model TTW dengan CTL.

C. Kerangka Berpikir

(42)

Proses pembelajaran dikatakan baik apabila siswa dapat terlibat aktif sebagai subjek pembelajaran. Pendidikan tidak hanya sekedar guru menyampaikan materi didalam kelas kemudian siswa mendengarkan, mencatat, dan menghafalkannya. Lebih dari itu, pendidikan yang baik harus mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Siswa harus mampu untuk aktif dalam setiap proses pembelajaran. Dengan begitu harapannya hasil belajar siswa akan meningkat.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik serta memberikan dampak pembelajaran (prestasi) dan dampak pengiring (hasil). Hasil belajar banyak dipengaruhi oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu guru harus mampu memilih strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

Penggunaan model dan strategi pembelajaran yang baik akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam berbagai materi pelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilaksanakan pada mata pelajaran Akuntansi Pajak kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta terlihat bahwa guru masih menjadi sumber utama belajar, banyak siswa yang tidak aktif dan hasil belajarnya juga kurang baik karena guru mengajar dengan metode yang konvensional tanpa ada variasi.

(43)

dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan mudah untuk dilaksanakan apalagi pada materi Akuntansi Pajak yang memang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran Think Talk Write (TWT) merupakan model pembelajaran yang membuat siswa akan aktif berfikir, berbicara, dan mencatat ilmu yang diterima pada saat kegiatan belajar mengajar, sedangkan Contextual Teaching Learning (CTL) adalah strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan secara mandiri dengan cara menghubungkan pada kehidupan nyata sehari-hari. Implementasi model pembelajaran TWT yang dikolaborasikan dengan strategi CTL diharapkan akan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar agar sesuai dengan harapan dari semua pihak.

D. Paradigma Penelitian

Gambar 1. Kerangka Berpikir Hasil

Aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat pada mata pelajaran Akuntansi Pajak

Tindakan

Inpelementasi model pembelajaran Think Talk Write berbasis Kontekstual Kondisi Awal

(44)

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tidakan dalam penelitian ini adalah:

1. Implementasi model pembelajaran Think Talk Write berbasis Konteksual dapat meningkatkan aktivitas belajar Akuntansi Pajak siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual. Penelitian tindakan kelas didefinisikan oleh Kunandar (2012: 46) sebagai:

Sebuah bentuk refleksi diri yang dilakukan para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan merka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, (c) situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.

Penelitian tindakan kelas juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya (Kunandar, 2012: 46). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk refleksi dalam bentuk ilmiah yang dilakukan oleh guru melalui kegiatan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksi guna memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran pada kelasnya.

(46)

penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto (2007: 16):

Gambar 2. Model

Penelitian Tindakan

Kelas

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian kolaboratif, sehingga peneliti tidak melakukan penelitan sendiri melainkan kerjasama dengan guru yang mengampu mata pelajaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta yang beralamat di Jl. Gowongan Kidul Jt. III/416 Yogyakarta. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam rentang waktu kurang lebih empat bulan yaitu dari bulan September 2016 sampai dengan Desember 2016 terhitung sejak pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan penelitian.

C. Subjek dan Objek Penelitian

(47)

siswa. Objek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta.

D. Definisi Operasional Variabel 1. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam proses pembelajaran berupa kegiatan baik yang bersifat fisik maupun psikis yang dilaksanakan siswa dalam proses memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan berekasi karena interaksinya dengan lingkungan. Aktivitas belajar yang akan di ukur dalam penelitian ini yaitu aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, dan aktivitas menulis. Berikut ini merupakan indikator aktivitas belajar yang diukur:

a. Aktivitas visual

1) Membaca materi pembelajaran.

2) Memperhatikan penjelasan terkait materi pembelajaran yang disampaikan.

b. Aktivitas lisan

1) Mengajukan pertanyaan terkait materi pelajaran yang belum dipahami.

2) Mengerjakan latihan soal/tugas/ujuan yang diberikan. 2. Hasil Belajar

(48)

dampak pembelajaran (prestasi) dan dampak pengiring (hasil). Hasil belajar pada penelitian ini berfokus pada aspek kognitif yang diukur dari tahap pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3) pada mata pelajaran Akuntansi Pajak dengan materi pokok PPh pasal 21 pada siswa kelas XI Akuntansi 2 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Teknik penilaian menggunakan tes yang berbentuk objektif dan uraian.

3. Model Pembelajaran Think Talk Write

Think Talk Write (TTW) adalah salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas bertanya dan komunikasi diantara siswa. Dalam penelitian ini awalnya peserta didik akan dibentuk menjadi delapan kelompok berdasarkan tingkat keaktifan mengerjakan tugas yang diperoleh dari catatan harian guru. Kelompok diberikan tugas observasi ke lapangan dan membaca buku mengenai materi yang akan disampaikan serta membuat catatan sebagai bahan diskusi (proses think). Di dalam kelas, siswa akan dibagi kedalam empat kelompok secara heterogen berdasarkan asal kelompok observasi untuk berdiskusi mengenai hasil temuan dilapangan dan pada buku (talk). Pada tahap terakhir siswa secara individu diminta untuk menuliskan hasil belajar yang telah mereka lakukan dalam bentuk makalah.

4. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

(49)

menghubungkan pada kehidupan nyata sehari-hari. Pada penelitian ini penerapan strategi kontekstual meliputi mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara menemukan dan merekonstruksi sendiri, melaksanakan observasi di luar kelas, melaksanakan kegiatan inkuiri pada mata pelajaran, mengembangkan sifat ingin tahu dengan berdiskusi kelompok dan bertanya, melakukan refleksi pada akhir pertemuan, dan melakukan penilaian autentik. E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner. Kalau wawancara dan kuisioner selalu berkomunikasi dengan orang lain, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2015: 203). Penelitian ini menggunakan participant observation (observasi berperan serta) dimana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam penelitian ini observasi dilakukan terhadap aktivitas belajar.

2. Tes

(50)

(C2), dan penerapan (C3) tentang mata pelajaran Akuntansi Pajak materi PPh pasal 21.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2013: 274). Dalam penelitian ini, dokumentasi digunakan untuk memperoleh data siswa dan hasil belajar siswa. Selain itu dokumen yang digunakan adalah catatan lapangan yang digunakan untuk mencatat kejadian selama proses pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian 1. Lembar observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa dalam bentuk rating scale. Menurut Sugiyono (2015: 141) rating scale merupakan pengukuran dimana data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Indikator aktivitas belajar siswa yang akan diteliti yaitu: Tabel 1: Indikator Aktivitas Belajar Siswa

No Indikator

Aktivitas Visual

1 Membaca materi pembelajaran

2 Memperhatikan penjelasan terkait materi pembelajaran yang disampaikan

Aktivitas Lisan

3 Mengajukan pertanyaan terkait materi pelajaran yang belum dipahami

(51)

7 Mencatat materi pelajaran

8 Mengerjakan latihan soal/tugas/ujian yang diberikan

Pedoman penskoran untuk setiap indikator aktivitas belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 2. Pedoman Penskoran Aktivitas Belajar

Kategori Skor Penilaian

Sangat Aktif 4

Aktif 3

Cukup Aktif 2

Tidak Aktif 1

2. Tes

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif yang meliputi pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Tes yang diberikan berbentuk objektif dan uraian yang pembuatannya dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Tes diberikan pada awal dan akhir pembelajaran berupa pre test dan post test untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Berikut ini adalah kisi-kisi yang digunakan:

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 1

No. Indikator

Soal Pilihan

Ganda Soal Uraian

No. Soal Kel. No. Soal Kel.

1 Menjelaskan pengertianPPh pasal 21 1 C2

2 Menyebutkan pemotong PPh pasal 21 1,2 C1 3 Menyebutkan wajib PPh pasal 21 3,4 C1 4 Menyebutkan objek

PPh pasal 21 5,6 C1

(52)

pasal 21 dan penerapannya

6 Menjelasakan saat terutang PPh pasal 21 9,10 C2 2 C3

Tabel 4. Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus II

No. Indikator

Soal Pilihan

Ganda Soal Uraian

No. Soal Kel. No. Soal Kel. 1 Menyebutkan PTKP wajib pajak Pribadi 1,2,3 C1

2 Menyebutkan PTKP

4 Menjelaskan perhitungan PPh pasal 21 untuk upah pelaksanaan pembelajaran berupa catatan kejadian seperti interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan lain-lain. catatan lapangan dibuat untuk setiap kali pertemuan pada masing-masing siklus.

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitas Tes

a. Validitas

(53)

instrumen tes diukur dengan menggunakan validitas butir soal. Rumus untuk mengukur validitas butir soal objektif:

Ypbi=

Ypbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab

betul bagi item yang dicari validitasnya Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total proporsi

p = proporsi siswa yang menjawab benar p = banyaknya siswa yang benar

jumlah seluruh siswa

q = proporsi siswa yang menjawab salah ( q=1−p¿

Sedangkan untuk menghitung menghitung validitas butir soal uraian, peneliti menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

N = jumlah subyek

(54)

Σ X2 = jumlah kuadrat skor butir soal X dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila di teskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Dalam penelitian ini reliabilitas untuk soal objektif menggunakan metode belah dua dengan terlebih dahulu menghitung koefisien korelasinya menggunakan rumus product moment kemudian untuk menunjukkan reliabilitas seluruh tes, akan diuji menggunakan rumus spearman brown yaitu:

r1 1=

r1 1 = reliabilitas instrumen

(55)

(Zaenal Arifin, 2013: 264) memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. (Zaenal Arifin, 2013: 266). Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran soal pada soal objektif yaitu:

TK=(WL+WH) (nL+nH) x100

(Zaenal Arifin, 2013: 266) Keterangan:

WL = jumlah peserta didik yang menjawab salah

dari kelompok bawah

WH = jumlah siswa yang menjawab salah dari kelompok atas

nL = jumlah kelompok bawah

nH = jumlah kelompok atas

Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal adalah:

1) Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah.

2) Jika jumlah persentase 28% - 72% termasuk sedang. 3) Jika jumlah persentase 73% ke atas termasuk sukar.

(56)

Penafsiran tingkat kesukaran soal menggunakan kriteria sebagai berikut:

1) Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27% termasuk mudah.

2) Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai 72% termasuk sedang.

3) Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% keatas termasuk sukar.

(Zaenal Arifin, 2013: 273) d. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menghitung daya pembeda soal objektif menggunakan rumus:

DP=(WLWH) n Keterangan:

DP= daya pembeda

WL= jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah WH= jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas

n = 27% x N

Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh ebel sebagai berikut:

0,40 and up = very good items

0,30 – 0, 39 = reasonably good, but possibly subject to improvement

0,20 – 0,19 = marginal items, usually needing and being subject to improvement

Below – 0,19 = poor items, to be rejected or improved by revision

(57)

Untuk menghitung daya pembeda soal berbentuk uraian

X1 = rata-rata dari kelompok atas ´

X2 = rata-rata dari kelompok bawah

x1

2 = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok

atas

x22 = jumlah kuadrat deviasi individu dari kelompok

bawah

n = 27% x N

Menurut Zaenal Arifin (2013: 279) hasil t hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan t tabel untuk menginterpretasikan daya pembeda soal uraian tersebut. Jika t hitung > t tabel artinya daya pembeda soal tersebut signifikan. Untuk mengetahui t tabel, dihitung terlebih dahulu degree of freedom (df) = (n1 – 1) + (n2 – 1). Dimana n1 yaitu jumlah peserta didik kelompok atas, sedangkan n2 adalah jumlah peserta didk kelompok bawah. Dengan df dan tingkat kepercayaan 1%, t tabel dapat diketahui.

2. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif a. Menghitung Skor Aktivitas Belajar

1) Menghitung persentase skor untuk setiap indikator aktivitas belajar yang diamati dengan rumus:

jumlah skor pada tiap indikator skor ideal pada tiapindikator x100

2) Menghitung persentase skor rata-rata aktivitas belajar siswa dengan rumus:

(58)

1) Menghitung peningkatan hasil belajar dengan mengukur soal pre test dan post test:

Me=

Xi n

(Sugiyono, 2010: 49) 2) Menghitung persentase ketuntasan belajar dengan rumus:

KB=T Tt

(Trianto, 2012: 49)

3. Penyajian Data

Data yang telah diolah kemudian akan disajikan kedalam bentuk tabel dan grafik. Dari tabel dan grafik tersebut data akan dipaparkan secara naratif agar mudah dipahami oleh pembaca.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir dalam analisis data. Setelah data disajikan, data-data tersebut akan diambil intisari yang dituliskan dalam bentuk pernyataan sebagai kesimpulan dari penelitian.

H. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual. Tahapan dari penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Ke-empat tahapan tersebut disebut sebagai satu siklus. Penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak dua siklus. Berikut ini adalah prosedur penelitian yang dilakukan:

1. Siklus I

a. Perencanaan

(59)

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mata pelajaran Akuntansi Pajak materi PPh pasal 21 standar kompetensi mengetahui subjek, objek, serta tarif PPh pasal 21. 2) Membuat jadwal pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan

implementasi model Think Talk Write berbasis kontekstual. 3) Mempersiapkan materi pembelajaran yang akan digunakan

untuk mengajar.

4) Membuat lembar observasi sebagai instrumen untuk menilai aktivitas belajar.

5) Membuat soal pre test dan post test yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ranah kognitif C1, C2, dan C3.

6) Menyiapkan catatan lapangan yang akan digunakan untuk mencatat kegiatan yang berlangsung didalam kelas.

7) Membuat kisi-kisi untuk bahan observasi siswa.

8) Membagi siswa kedalam delapan kelompok secara homogen berdasarkan tingkat keaktifan dalam mengerjakan tugas.

9) Membuat soal yang akan diguanakan untuk diskusi.

10) Mengkonsultasikan kepada guru mengenai semua persiapan yang telah dikerjakan dan setiap tahap dalam pelaksanaan. b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pada penelitian ini sesuai dengan RPP yang telah dibuat, yaitu:

1) Pendahuluan

(60)

sebelumnya, menjelaskan tentang desain pembelajaran, serta memberikan soal Pre test.

2) Kegiatan inti a) Mengamati

Siswa membaca kembali materi dan hasil observasi yang sudah ditugaskan pada pertemuan sebelumnya. Siswa diharapkan dapat merekonstruksi pengetahuannya sendiri. b) Menanya

Siswa menanyakan tentang materi yang akan didiskusikan dalam kelompok. Guru membimbing dan mengarahkan agar siswa menguasai bahan ajar tersebut.

c) Mengeksplorasi

Pelaksanaan diskusi kelompok berdasarkan hasil membaca dan observasi dilapangan. Dalam diskusi tersebut siswa akan dikelompokkan secara heterogen berdasarkan latar belakang kelompok ketika observasi. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mengkonfirmasi kepada guru ketika proses diskusi.

d) Asosiasi

Siswa menganalisis dan menyimpulkan informasi terkait materi pelajaran yang dipelajari. Masing-masing siswa membuat tugas rumah berbentuk artikel dari hasil diskusi kelompok.

e) Komunikasi

Perwakilan kelompok maju untuk menyampaikan hasil diskusi dan kesimpulan yang dibuat kelompok. Anggota kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi. 3) Penutup

(61)

test untuk mengetahui pemahaman siswa. Pada akhir pertemuan guru menyampaikan materi pertemuan berikutnya dan diakhiri dengan salam.

c. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran. Pengamatan yang dilakukan meliputi aktivitas siswa serta interaksinya kepada bahan ajar, siswa lain, dan guru. Hasil pengamatan dituangkan dalam lembar observasi dan catatan lapangan yang telah disiapkan sebelumnya.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi yang dilaksanakan meliputi penyampaian kesan dari guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran, masukan dari observer, pembahasan mengenai hasil pre test dan post test, lembar observasi, dan catatan lapangan sebagai bahan perbaikan pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan yang dilaksanakan pada siklus II hampir sama dengan siklus I. Perbedaannya terletak pada pembuatan RPP dan soal pre test serta post test mengikuti kompetensi dasar yang ada di silabus, yaitu perhitungan PPh pasal 21. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan narasumber dari kanwil pajak untuk membantu guru dalam menyampaikan topik pembelajaran.

b. Pelaksanaan

(62)

c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan sama dengan siklus I. d. Refleksi

Tahap refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan siklus II. Hal ini berguna untuk menentukan kesimpulan untuk penambahan siklus atau tidak. Jika peningkatan sudah sesuai dengan indikator keberhasilan, maka tidak perlu diadakan penambahan siklus, namun apabila masih di bawah indikator maka perlu diadakan penambahan siklus.

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian ini diamati dari aktivitas belajar dan hasil belajar siswa setelah diimplementasikan model pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi:

1. Indikator Keberhasilan Aktivitas Belajar

Indikator keberhasilan pada aktivitas belajar setelah menerapkan model pembelajaran Think Talk Write berbasis kontekstual adalah jika terjadi peningkatan aktivitas pada siklus I dan II dengan prosentase keaktifan minimal 75%.

2. Indikator Keberhasilan Hasil Belajar

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2011. Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Arif Rohman. 2013. Memahami Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: CV Aswaja Pressindo.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eko Putro Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Johnson, Elanie B. 2010. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Penerbit MLC.

Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Mardiasmo. 2010. Perpajakan: Edisi Revisi 2010. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sugihartono, dkk. 2013. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhana, N. H. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran . Bandung: PT Refika Aditama.

Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Gambar 2.Model
Tabel 1: Indikator Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test Siklus 1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu penelitian kalor yang dihasilkan oleh briket cangkang kelapa sawit berdasarkan ukuran partikel sangatlah menarik untuk dilakukan, dengan tujuan untuk

Ada yang terpengaruh limbah sampah rumah tangga secara langsung hal tersebut bisa menjadi faktor terjadinya perubahan atau perbedaan kualitas air karena limbah

Belum ada yang melaporkan sampai pada tingkatan senyawa, sehingga bertitik tolak pada hal tersebut, perlu dilakukan penelitian isolasi dan identifikasi serta uji aktivitas

Ezt csak úgy lehet elérni, ha a tanárképzés akkreditációja során ellenőrizhető szempont az, hogy a kép- zésbe bevont oktatók átlagos tudományos felkészültsége,

Kondisi optimum adsorpsi Co(II) menggunakan adsorben kitin terfosforilasi terjadi pada pH 5, dengan prosen adsorpsi Co(II) sebesar 52,40%, dan waktu kontak optimum adalah

153 Oleh sebab itu, sebagai kawasan Pusat Terapi dan Pengembangan Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus penerapan fasad pada tipologi bangunan ini tidak terlepas

(2) pelabuhan muncul pada abad 14 M telah mampu menjadi pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting pada masa kerajaan Majapahit.. Dan kemajuan dari pelabuhan

3 DESA NAGA HUTA KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN NAGA HUTA SIANTAR MARIMBUN PEMATANG SIANTAR SUMATERA UTARA Kandidat Careworker... SIMPANG III