• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Polrestabes Semarang - IMPLEMENTASI KEADILAN RESTORATIF TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM PIDANA (STUDI KASUS DI POLRESTABES SEMARANG) - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Polrestabes Semarang - IMPLEMENTASI KEADILAN RESTORATIF TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM PIDANA (STUDI KASUS DI POLRESTABES SEMARANG) - Unika Repository"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Loading

Gambar

Gambar 3.1.  Struktur Organisasi Polrestabes Semarang
Gambar 3.2. Stuktur organisasi SAT RESKRIM Unit Idik VI PPA
Tabel 3.1. Kasus Tindak Pidana yang Ditangani Unit PPA Polrestabes Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan dalam penerapan keadilan restoratif adalah tidak adanya payung hukum yang mengatur dan menjadi landasan legitimasi serta tidak adanya prosedur atau

Dalam melakukan penelitian ini, penulis berpendapat bahwa penegakan hukum dalam menangani kasus ini sudah cukup baik karena SDM baik dari pihak Kepolisian maupun

Keadilan restoratif dalam penyelesaian perkara tindak pidana anak di luar persidangan yang menekankan pada perbaikan akibat yang terjadi yang disebabkan tindak pidana

Keadilan restoratif merupakan suatu proses diversi dimana semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama meme cahkan masalah, menciptakan

pemberitahuan dan kesepakatan dengan orang tua, wali atau pihak lain yang berperan untuk menentukan bagaimana perlakuan terhadap anak nakal tersebut. Kesepakatan orang

Pendekatan diversi dan keadilan restoratif dalam penanganan kasus ABH merupakan suatu upaya yang sangat baik dalam perubahan hukum di Indonesia dan untuk mengetahui apa saja yang

Masyarakat memiliki sistem hukum sendiri, yaitu hukum adat yang dapat menjadi sumber hukum nasional. Hukum adat diakui dan disahkan dalam konstitusi Indonesia. Dengan pengakuan tersebut, penegak hukum dan pembuat undang-undang harus mempertimbangkannya. Hukum adat tidak dibuat oleh negara, tetapi ada dan berkembang seiring perkembangan masyarakat. Di daerah tertentu, penerapan hukum adat atau kepatuhan terhadap hukum adat lebih mengikat daripada hukum negara. Konsep dasar hukum adat berasal dari pemikiran Friedrich Karl von Savigny melalui berbagai karyanya, sehingga menjadikannya filsuf yang membangun dasar bagi Mazhab Sejarah