• Tidak ada hasil yang ditemukan

ΔH dan ΔU = 0 pada proses isotermal W = -q

Dalam dokumen 1_1 (Halaman 21-40)

Ekspansi Reversibel Adiabatis Gas Ideal Adiabatis q = 0 dU = dW = - P dV dU = CV dT CV dT = - P dV = - RT (dV/V) CV (dT/T) = - R (dV/V) CV ln 1 2 T T  = - R ln 1 2 V V V P C C  =

γ

ln 1 2 T T  = -V V P C C -C  ln 1 2 V V  = - (

γ

 - 1) ln 1 2 V V (

γ

 - 1) 1 2

T

T

 = ( 2 1

V

V

)

13

2.2.1 Penerapan Hukum I Termodinamika pada Proses Termodinamika

Hukum pertama termodinamika dilakukan dalam empat  proses, yaitu:

1. Proses Isotermal

Dalam proses ini, suhu sistem dijaga agar selalu konstan. Suhu gas ideal berbanding lurus dengan energi dalam gas ideal dan tekanan sistem berubah  penjadi (tekanan sistem berkurang).

Gambar 2.2 Grafik proses isotermal 2. Proses Adiabatik

Dalam proses adibiatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau meninggalkan sistem (Q = O). Proses adibiatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi dengan baik. Untuk sistem tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan seenaknya mengalir kedalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adibiatik juga bisa terjadi  pada sistem tertutup yang tidak terisolasi. Proses dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem.

Gambar 2.3 Grafik proses adiabatik 3. Proses Isokhorik

Dalam prose isokhorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Karena volume sistem selalu konstan, maka sistem tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada sistem.

Gambar 2.4 Grafik isokhorik 4. Proses Isobarik

Dalam proses isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. Karena yang konstan adalah tekanan maka perubahan energi dalam (U) ,kalor (Q), dan kerja (W) pada proses isobarik tidak ada dan bernilai

15

nol. Dengan demikian, persamaan hukum pertama termodinamika tetep utuh seperti semula.

Gambar 2.5 Grafik isobarik [3] 2.3 Kesetimbangan Termodinamika

Suatu benda dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangan termodinamik bila nilai dari besaran-besaran keadaan makroskopiknya tidak lagi berubah dalam jangka waktu yang cukup lama. Termodinamika hanya akan meninjau besaran- besaran keadaan setelah sistem berada dalam kesetim-bangan termodinamik. Bahkan besaran-besaran termodinamika hanya terdefinisi dalam keadaan kesetimbangan termodinamik. Termodinamika tidak meninjau proses bagaimana suatu sistem  berubah mencapai kondisi kesetimbangan termodinamiknya,

karena itu tidak ada variabel waktudalam relasi-relasi termodinamika.Kondisi kesetimbangan termodinamika jelas adalah suatu yang sangat jauh dari realita, karena bagaimanapun suatu benda tidak akan dapat lepas dari interaksinya dengan lingkungan, sehingga tidak mungkin nilai besaran-besaran makroskopiknya benar-benar tidak berubah. Tetapi kon- disi mendekati kesetimbangan termodinamika sudah cukup untuk dapat diterapkannya relasi-relasi termodinamika. Sebagai contoh hukum radiasi benda hitam dapat diterapkan pada matahari ataupun bintang walaupun mereka tidak benar-benar dalam

keadaan kesetimbangan termodinamik. Sehingga dengan menganalisa spektrum gelombang elektromagnetik yang dipancarkan matahari ataupun bintang, dapat diduga besar temperatur permukaannya.

2.3.1 Kesetimbangan Termal

Dua benda dikatakan berada dalam keadaan kesetimbangantermal bila dalam kondisi adanya kemungkinan interaksi antara partikel kedua sistem, tidak ada lagi total  perpindahan energi panas antara keduanya (tidak tampak lagi  perubahan keadaan makro pada kedua benda). Bila benda A  berada dalam kesetimbangan termal dengan benda B, serta benda B berada dalam kesetimbangan termal dengan benda C, maka  benda A akan berada dalam kesetimbangan termal dengan benda

C. Relasi kesetimbang termal adalah suatu relasi ekuivalensi, sehingga seseorang dapat mengelompokkan benda-benda yang  berada dalam keadaan setimbang termal dan memberi parameter

yang menunjukkan hal itu. Fakta empiris ini dikenal sebagai hukum termodinamika ke nol. Benda-benda yang berada dalam keadaan kesetimbangan termal satu sama lain, dide_nisikan memiliki temperatur yang sama. Dua benda yang berada dalam keadaan kesetimbangan termal akan memiliki temperatur yang sama. Jadi hukum termodinamika ke-nol ini tidak lain adalah  pernyataan tentang adanya besaran temperatur. Besaran

temperatur ini adalah besaran intensif, karena nilainya tidak  bergantung pada jumlah partikel. Konsep temperatur hanya  berlaku untuk sistem makroskopik. Tidak ada artinya mende_nisikan temperatur untuk sebuah partikel.Walaupun sebuah benda tidak secara keseluruhan berada dalam kesetimbangan termal, bagian-bagian dari benda tersebut mungkin berada dalam keadaan kesetimbangan termal lokal. Maka pada bagian-bagian benda tersebut dapat dide_nisikan temperature.

17

Sebelum mende_nisikan kesetimbangan mekanik, perlu didenisikan terlebih dahulu besaran tekanan p. Bila ditinjau suatu  bagian dari sistem yang dibatasi dengan suatu dinding pembatas

(tidak harus berupa dinding sesungguhnya, dapat hanya berupa dinding andaian). Pada dinding tersebut secara umum akan ada gaya dari sistem (atau bagian sistem) yang bekerja ke bagian di sebelah luar dinding. Gaya tersebut secara umum dapat diuraikan menjadi komponen yang sejajar dan yang tegak lurus permukaan dinding. Karena komponen gaya yang tegak lurus permukaan diberikanoleh sistem yang terdiri dari banyak partikel, maka nilainya secara umum sebanding dengan luas permukaan dinding. Tekanan tidak lain adalah konstanta kesebandingan antara gaya tegak lurus dinding dan elemen luas permukaan, sehingga untuk elemen gaya dF dan elemen luas permukaan.

dF = pdA; p = 



Bila antara sistem dan lingkungan terdapat kesetimbangan sedemikian sehingga tidak terjadi perubahan (makroskopis) volume sistem dan lingkungan, maka dikatakan bahwa sistem dan lingkungan berada dalam keadaan kesetimbangan mekanik. Dalam kondisi kesetimbangan mekanik, sistem dan lingkungan akan memiliki nilai tekanan p yang sama.

2.3.4 Kesetimbangan Jumlah Partikel

Bila antara sistem dan lingkungan dapat terjadi pertukaran  partikel, maka jumlah partikel dalam sistem tidak tetap. Tetapi  bila jumlah partikel yang keluar dari sistem dan yang masuk ke

dalam sistem secara rerata sama, maka terdapat kesetimbangan  jumlah partikel antara sistem dan lingkungan. Ketika itu antara

sistem dan lingkungan dikatakan memiliki nilai potensial kimia yang sama.[4]

2.4 Analisis Volume Atur Pada Keadaan Tunak

Bentuk keadaan tunak dari neraca laju massa dan energy dikembangkan dan diaplikasikan untuk berbagai kasus dari  bidang rekayasa .Bentuk keadaaan tunak yang diperoleh tidak 

 berlaku untuk kondisi transien saat menghidupkan awal dan mematikan operasi[eralatan ,tetapi hanya berlaku untuk kondisi saat operasi yang tunak.situasi semacam ini umum ditemui dalam  bidang teknik.

2.4.1 Bentuk Keadaan unak Neraca Laju Massa dan Energi Pada volume atur dalam keadaan tunak,kondisi massa yang  berada dlam volume atur dan pda adaerah batasnya,tidak berubah menurut waktu. Laju aliran massa serta laju perpindahan energy oleh kalor dan kerja juga konstan terhadap waktu. Penumpukan massa di dalam volume atur tidak dapat terjadi sehingga dmcv /dt = 0dan neraca laju massa ,Persamaan ,berbentuk sebagai berikut

Lebih lanjut ,pada keadaan tunak dEcv/dt = 0,maka persamaan  bisa ditulis sebagai

Persamaan berikut menyatakan bahwa pada keadaan tunak,laju massa total memasuki volume atur adalah sama dengan laju massa total keluar volume atur. Serupa dengan hal ini  persamaan satunya menyatakan bahwa total laju energy yang dipindahkan ke dalam volume atur adalah sama dengan total laju energy yang dipindahkan keluar dari volume atur.

Banyak aplikasi penting berupa volume atur dengan satu sisi masuk dan satu sisi keluar pada keadaan tunak. Neraca laju

19

massa dan energi diharuskan untuk dipakai dalam kasus khusus ini . Neraca laju massa berubah secara sederhana menjadi ṁ1 = ṁ2 .Jadi laju aliran massa pada sisi keluar ,2 ,harus sama dengan  pada sisi masuk .1. Laju aliran massa yang umum ,dinyatakan secara sederhana sebagai ṁ. Berikutnya,dengan mengaplikasikan neraca laju energy dan dengan menghubungkannya dengan laju aliran massa maka hasilnya adalah

Bentuk entalpi ,energi kinetic dan energy potensial semuanya muncul didalam persamaan berikut sebagai perbedaan antara nilai  pada sisi masuk dengan nilai pada sisi keluar. Hal ini menggambarkan bahwa dasar acuan yang digunakan untuk menentukan nilai dari entalpi spesifik,kecepatan,dan letak ketinggian dihilangkan ,sehingga diperoleh persamaan yang sama untuk sisi masuk dan sisi keluar . Dalam persamaan berikut ,perbandngan Qcv /m  dan W cv /  ṁ  adalah laju perpindahan energy  prrsatuan massa yang mengalir melalui volume atur.

Bentuk keadaan tunak dari neraca laju energi yang telah dibahas sebelumnya,hanya berhubungan dengan besaran perpindahan energi yang dievaluasi pada batas dari colume atur. Tidak terdapat rincian sifat di alam volume atur yang dibutuhkan ,ataupun bisa itentukan oleh persamaan ini.penggunaan satuan yang mana pada setiap bentuk didalam persamaan diperlukan ketika mengaplikasikan segala bentuk dari neraca laju energy .sebagai contoh ,setiap bentuk dalam persamaan beriut harus mempunyai satuan kJ/kg atau Btu/lb .[5]

2.5 Air Conditoning

Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin

 pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi tubuh. Untuk negara beriklim tropis yang terdiri dari musim hujan dan musim panas, pada saat musim panas suhu ruangan tinggi sehingga penghuni tidak nyaman. Di lingkungan tempat kerja, AC juga dimanfaatkan sebagai salah satu cara dalam upaya  peningkatan produktivitas kerja. Karena dalam beberapa hal manusia membutuhkan lingkungan udara yang nyaman untuk dapat bekerja secara optimal. Tingkat kenyamanan suatu ruang  juga ditentukan oleh temperatur, kelembapan, sirkulasi dan

tingkat kebersihan udara.Untuk dapat menghasilkan udara dengan kondisi yang diinginkan, maka peralatan yang dipasang harus mempunyai kapasitas yang sesuai dengan beban pendinginan yang dimiliki ruangan tersebut.Untuk itu diperlukan survey dan menentukan besarnya beban pendinginan.Secara garis besar  beban pendinginan terbagi atas dua kelompok,yaitu beban  pendinginan sensibel dan beban pendinginan laten. Beban  pendinginan sensibel adalah beban panas yang dipengaruhi oleh  perbedaan suhu, seperti beban panas yang lewat kontruksi  bangunan, peralatan elektronik, lampu, dll. Sedangkan beban  pendinginan laten adalah beban yang dipengaruhi oleh adanya  perbedaan kelembaban udara.Di dalam ruang Pengajaran Umun, untuk merencanakan penggunaan Air Conditioning (AC)  perubahan pembebanan terjadi pada peralatan yang menghasilkan

kalor seperti: lampu, komputer. Selain itu faktor manusia dan kecepatan udara yang masuk ke dalam ruangan juga mempengaruhi perubahan pembebanan, yang nilai bebannya dapat berubah-ubah baik secara acak maupun teratur.

2.5.1 Jenis-Jenis Air Conditoning 1. AC Split

Pada AC jenis split komponen AC dibagi menjadi dua unit yaitu unit indoor yang terdiri dari filter udara, evaporator dan evaporator blower, ekspansion valve dan controll unit, serta unit outdoor yang terdiri dari kompresor, kondenser, kondenser blower dan refrigeran

21

filter. Selanjutnya antara unit indoor dengan unit outdoor dihubungkan dengan 2 buah saluran refrigerant, satu buah untuk menghubungkan evaporator dengan kompresor dan satu buah untuk menghubungkan refrigeran filter dengan ekspansion valve serta kabel power untuk memasok arus listrik untuk kompresor dan kondenser blower.AC Split cocok untuk ruangan yang membutuhkan ketenangan, seperti ruang tidur, ruang kerja atau perpustakaan.

Kelebihan AC Split :

a. Bisa dipasang pada ruangan yang tidak berhubungan dengan udara luar,

 b. Suara di dalam ruangan tidak berisik. Kekurangan AC Split :

a. Pemasangan pertama maupun pembongkaran apabila akan dipindahkan membutuhkan tenaga yang terlatih.  b. Pemeliharaan / perawatan membutuhkan peralatan

khusus dan tenaga yang terlatih. c. Harganya lebih mahal.

2. AC Window

Pada AC jenis window, semua komponen AC seperti filter udara, evaporator, blower, kompresor, kondenser, refrigerant filter, ekspansion valve dan controll unit terpasang pada satu base plate, kemudian base plate  beserta semua komponen AC tersebut dimasukkan kedalam kotak plat sehingga menjadi satu unit yang kompak. Biasanya dipilih karena pertimbangan keterbatasan ruangan, seperti pada rumah susun.

Kelebihan AC window :

a. Pemasangan pertama maupun pembongkaran kembali apabila akan dipindahkan mudah dilaksanakan.

 b. Pemeliharaan / perawatan mudah dilaksanakan. c. Harga murah.

Kekurangan AC window :

a. Karena semua komponen AC terpasang pada base  plate yang posisinya dekat dengan ruangan yang

 b. didinginkan, maka cederung menimbulkan suara  berisik (terutama akibat suara dari kompresor).

 b. Tidak semua ruangan dapat dipasang AC window, karena AC window harus dipasang dengan cara bagian kondenser menghadap ketempat terbuka supaya udara  panas dapat dibuang ke alam bebas.

3. AC Sentral

Pada AC jenis ini udara dari ruangan didinginkan pada cooling plant di luar ruangan tersebut, kemudian udara yang telah dingin dialirkan kembali kedalam ruangan tersebut. Biasanya cocok untuk dipasang di sebuah gedung bertingkat (berlantai banyak), seperti di hotel atau mall.

Kelebihan AC sentral :

a. Suara di dalam ruangan tidak berisik sama sekali Estetika ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor. Kekurangan AC sentral :

a. Perencanaan, instalasi, operasi dan pemeliharaan membutuhkan tenaga yang betul-betul terlatih.

 b. Apabila terjadi kerusakan pada waktu beroperasi, maka dampaknya dirasakan pada seluruh ruangan. c. Pengaturan temperatur udara hanya dapat dilakukan

 pada sentral cooling plant.

d. Biaya investasi awal serta biaya operasi dan  pemeliharaan tinggi.

4. Standing AC

Jenis AC ini cocok dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan situasional dan mobil karena fungsinya yang mudah dipindahkan, seperti seminar, pengajian outdoor dsb.[6]

23

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Peralatan dan Percobaan

Adapun pralatan dan percobaan yang di gunakan dalam  praktikum kali ini adalah :

a. AC Split 1 set

 b. Termometer Dry dan wet bulb c. Tabel termodinamika

d. Diagram Psikometrik (sea level) 3.2 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang harus dilaksanakan padapercobaan kali ini adalah :

a. Disiapkan peralatan dan operasikan perangkaat AC split sesuai dengan petunjuk operasional

 b. Heater pada duct AC lab unit diaktifkan sebesar 0,5kW dengan kecepatan putar fan sentrifugas 30 knop putar

c. Tunggu sampai stedi selama 3 menit, catat temperatur  pada T1 (DB & WB)dan T2(DB & WB) (posisi T1

dan T2 ditentukan asisten)

d. Kecepatan putar fan diubah menjadi 35 knop putar dan 40 knop putar dan langkah pada poin ke-3 diulangi kembali. e. Langkah-langkah poin ke-3 dan ke-4 diulangi kembali

dengan mengubah heater pada duct AC lab unit menjadi 1kW

f. Laporan sementara disusun seperti pada forum  pengambilan data dengan persetujuan asisten

Tabel 3.1 Tabel pengambilan data

Daya Heater Kecepata n Putar fan M

’ 1

TB1D T1W B T2D B T2W B 30 1. 0,5 kW 35 40 30 2. 1,0 kW 35 40

25

BAB IV

ANALISA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis percobaan

Berikut merupakan hasil analisa percobaan praktikum termodinamika P-1 :

Tabel 4.1 Data Percobaan Praktikum 1

Daya Heater Kecepatan Putar Fan ṁ1 ṁ2 T1DB T1WB T2DB T2WB 0,5 kW 30 0,137 0,134 32⁰ 24⁰ 39⁰ 26⁰ 35 0,131 0,133 32⁰ 24,5⁰ 38⁰ 25,5⁰ 40 0,157 0,159 32⁰ 24,5⁰ 37⁰ 25,5⁰ 1 kW 30 0,104 0,109 32⁰ 24,9⁰ 45⁰ 28⁰ 35 0,131 0,136 32⁰ 25⁰ 44⁰ 28⁰ 40 0,157 0,162 32⁰ 25⁰ 41,5⁰ 27⁰

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Nilai Kalor dan Enthalpy

Daya Heater Kecepatan Putar Fan Enthalpy 1 (h1) Enthalpy 2 (h2) Kalor (Q) Kalor Rata-Rata (Q') 0,5 kW 30 73,127 80,41 0,76 0,73 35 74,214 78,141 0,67 40 74,214 78,188 0,78 1 kW 30 75,649 89,259 1,86 1,9 35 76,4 89,276 2,14 40 76,4 84,617 1,71 4.2 Pembahasan

Berikut merupakan pembahasan dari hasil analisis diatas adalah :

4.2.1 Aulia Mutiara Aminullah

Pada Praktikum Termodinamika P1 yang dilaksanakan di laboratorium Energi ,Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Pada percobaan praktikum pertama praktikan dari kelompok 1 berjalan dengan lancar. Pertama-tama praktikan memulai  praktikum ini dengan memaparkan tujuan praktikum ini dan  prosedur percobaan yang akan dilakukan. Setelah itu  praktikan melakukan percobaan menggunakan alat  percobaan yang menunjang adanya percobaan ini yaitu AC unit. Setelah mengaktifkan alat tersebut dengan daya sebesar 0,5 Kw dengan kecepatan 30knop,35konp,40knop praktikan menunggu selama 3 menit kemudian dilanjutkan dengan mengamati temperature TDB dan TWB. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan percobaan yang kedua dengan mengganti daya sebesar 1 Kw dan mengulangi langkah  berikut sama dengan sebelumnya. Setelah didapatkan data

sebagai berikut kemudian praktikan menganalisa entalpi dan ṁ  untuk menemukan nilai kalor pada percobaan tersebut. Pada percobaan ini kami menganalisa kesetimbangan massa dan energi yang terjadi pada volume atur pada keadaan tunak/ steady sate. Jadi aliran massa yang pada sisi keluar ,2, harus semua dengan pada sisi masuk ,1, ṁ1 = ṁ2  namun  pada hasil analisa data yang didapat tidak sesuai dengan  persamaan tersebut karena massa jenis yang didapat berbeda- beda. Hal ini juga mempengaruhi hasil kalor atau  perpindahan panas. Seharusnya nilai kalor yang didapat lebih kecil dari daya yang sudah tertera pada AC unit namun dari hasil analisis diatas percobaan ini didapat kalor yang lebih  besar. Ada beberapa hal yang menyebakan hal tersebut

terjadi pada percobaan ini salah satunya yaitu coil yang terdapat didalam AC unit ini sudah tidak layak (berkarat).

27

Sehingga panas yang ditimbulkan lebih besar. Kemudian  besaran fisis yang memepengaruhi dalam percobaan ini yaitu  perubahan iklim suatu daerah merupakan faktor yang sangat  penting, karena dapat mempengaruhi kinerja (efisiensi) dan konsumsi listrik pada sistem tata udara. Kenaikan temperatur udara luar atau lingkungan akan menambah beban panas yang harus ditanggulangi oleh sistem tata udara. kenaikan temperatur udara luar/lingkungan berpengaruh besar terhadap kinerja secara keseluruhan. Salah satu contoh aplikasi yang sesuai dengan percobaan ini adalah nosel dan diffuser. Nosel dan diffuser merupakan peralatan lintasan aliran dengan luas penampang pada keduaa ujung yang  berbeda. Pada aliran gas berkecepatan tinggi terbentuk dari  bagian konvergen yang dikiuti dengan bagian divergen. Kerja pada alat tersebut adalah kerja aliran dimana massa masuk dan massa keluar volume atur. Perpindahan kalor terhadap sekeliling per satuan aliran massa melewati nosel dan diffuser sering kali kecil dibanding dengan perubahan entalpi dan energy kinetic sehingga dapat dihilangkan.

4.2.2 Roni Kusumah

Dari Praktikum Termodinamika P1 ini dilaksanakan Pada percobaan praktikum pertama menggunakan AC unit PA Hilton Setelah mengaktifkan alat tersebut dengan daya sebesar 0,5 Kw dengan kecepatan 30knop,35konp,40knop  praktikan menunggu selama 3 menit kemudian dilanjutkan

dengan mengamati temperature TDB dan TWB. 4.2.3 Andi M Fathurrahman

Dalam prsktikum termodinamika pertam saya terdapat kesalahan yang terjadi yaitu wet bulb yang kering, dan alat yang digunakan untuk praktikum adalah  AC Unit , dengan tujuan mengetahui suhu panas yang terjadi sebelum dan

sesudah coil   dengan cara kerja mengaktifkan alat dan menyetel daya 0,5 Kw dengan kecepatan yang berbeda

 – 

 beda yaitu 30, 35, 40 knop yang di diamkan selama 3 menit

dan termometer dry bulb  dan wet bulb di catat temperaturnya, pada percobaan kedua daya yang digunakan sebesar 1 kW dan mengulangi langkah langkah yang sama dengan sebelumnya.Setelah di dapatkan data dari kedua  percobaan dicarilah entalpi dan ṁ  untuk menemukan nilai kalor pada percobaan tersebut. Dan dapat di lahat dari data  bahwa volume atur dalam keadaan steady state, intinya data yang didapat tak sesuai dengan persamaan sayang ada dikarenakan kalor yang di dapat lebih besaryang seharusnya nilai kalor yang di dapat seharusnya lebih kecil dari daya yang telah tertera pada AC unit.

29

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat dimbil dari  percobaan ini yaitu :

1. Proses Termodinamis pada volume atur untuk sistem tertutup keadaan aliran steady. Pada keadaan steady kesetimbangan massa dan energi tidak bergantung pada waktu, sehingga massa dan energi pada sistem konstan. 2. Laju kalor yang dilepaskan oleh heating coil pada duct

AC unit lebih besar yaitu pada keadaan daya 0,5 kW sebesar 0,73 kJ dan pada daya 1 kW didapatkan kalor sebesar 1,9 kJ. Sehingga tidak sesuai dengan ketentuan sebenernya. Hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan coil  pada AC unit kurang memenuhi standart.

5.2 Saran

1. Saran untuk pembaca

Saran untuk pembaca terkadang hasil percobaan tidaklah selalu tepat dengan rumus atau teori yang ada karena saat  percobaan masih sering menjumpai eror di komponen

yang terdapat didalam alat percobaan 2. Saran untuk praktikum kedepannya

a. Sebaiknya praktikan lebih banyak belajar lagi sebelum percobaan dimulai agar dapat melakukan  percobaan lebih baik lagi serta dapat menjawab  pertanyaan dari asisten dengan baik.

 b. Sebaiknya praktikan lebih banyak mencari referensi dari sumber lain dan tidak hanya mengacu pada modul saja karena dengan mencari referensi yang lainnya dapat menambah wawasan praktikan.

c. Sebaiknya peralatan yang digunakan dalam  percobaan selanjutnya lebih diperbaharui lagi karena  pada percobaan saat ini peralatan yang digunakan masih kurang layak, salah satunya adalah coil yang terdapat didalam duct AC unit.

DAFTAR PUSTAKA [1] http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308383-S42508-Sistem%20termodinamika.pdf  [2]http://reocities.com/CollegePark/Dorm/1421/kuliah/Dasar_Refr  igerasi/B2-Termodinamika_dan_Perpindahan_Panas.pdf  [3]http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/32474136/ Makalah_K.Fis_Kelompok_5.docx?AWSAccessKeyId=AKIAJ5 6TQJRTWSMTNPEA&Expires=1448561844&Signature=Ya1Cd HiKwCj%2FqhbihAGLLQ78xGw%3D&response-content-disposition=attachment%3B%20filename%3DMakalah_K_Fis_K  elompok_5.docx [4]http://mirza.staff.ugm.ac.id/termo/TERMODINAMIKA.pdf  [5]https://books.google.co.id/books?id=2jok6e5598wC&pg=PA15 6&lpg=PA156&dq=analisis+volume+atur&source=bl&ots=Xio-neHSNY&sig=6DRKQgtrEa7FWTPrXq9n3d63V1w&hl=en&sa =X&ved=0ahUKEwiEnYmjqLLJAhXQBI4KHRU8CPEQ6AEIL DAC#v=onepage&q=analisis%20volume%20atur&f=false [6]http://eprints.undip.ac.id/41112/3/BAB_II.pdf 

Dalam dokumen 1_1 (Halaman 21-40)

Dokumen terkait