• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

Sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang berusaha menerangkan korelasi antara perwujudan struktur atau elemen bahasa dengan faktor-faktor sosiokultural pertuturannya dan tentu saja mengasumsikan pentingnya pengetahuan dasar-dasar linguistik dengan berbagai cabangnya, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik dalam mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena-fenomena yang menjadi objek kajiannya, yakni bahasa dengan berbagai variasi sosial atau regionalnya (Wardaugh, 1986; Holmes, 1995 dalam Wijana, 2006: 11). Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu melainkan masyarakat sosial (Henry Guntur Tarigan, 1989: 7).

Kajian sosiolinguistik memposisikan bahasa tidak didekati sebagai bahasa sebagaimana dalam kajian linguistik teoretis, melainkan didekati sebagai sarana interaksi di dalam masyarakat. Konferensi sosiolinguistik pertama yang berlangsung di University of California, Los Angeles, tahun 1964, telah merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh dimensi yang merupakan bidang kajian sosiolinguistik itu adalah (1) Identitas Sosial Penutur, (2) Identitas Peserta Tutur, (3) Lingkungan Sosial Tempat Peristiwa Tutur, (4) Analisis Sinkronik dan Diakronik dari Dialek-dialek Sosial, (5) Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran, (6) Tingkatan Variasi Linguistik, dan (7) Penerapan Praktis Penelitian

Sosiolinguistik (Norbert Dittmar, 1976: 128). Rumusan lain menyebutkan bahwa objek kajian meliputi hubungan antara pembicara dan pendengar, berbagai macam bahasa dan variasinya, penggunaannya sesuai dengan berbagai faktor penentu, baik faktor kebahasaan maupun lainnya, serta berbagai bentuk bahasa yang hidup dan dipertahankan di dalam suatu masyarakat (Soeseno Kartomihardjo, 1988: 4).

Bardasarkan beberapa rumusan diatas, kajian sosiolinguistik mencakupi bidang kajian yang luas, bukan hanya menyangkut wujud formal bahasa dan variasi bahasa melainkan juga penggunaan bahasa di masyarakat. Penggunaan bahasa tersebut bertemali dengan berbagai faktor, baik faktor kebahasaan itu sendiri maupun faktor nonkebahasaan, seperti faktor sosialbudaya, termasuk tata hubungan antara pembicara dan pendengar. Implikasinya adalah bahwa tiap-tiap kelompok masyarakat mempunyai kekhususan dalam hal nilai-nilai sosial budaya dan variasi penggunaan bahasa dalam interaksi sosial.

2.2.2 Pemilihan Bahasa

Pemilihan bahasa (Language Choice) dalam masyarakat multibahasa menurut perspektif sosiolinguistik merupakan gejala yang menarik untuk dikaji.

Fasold (1984: 180) mengemukakan bahwa sosiolinguistik dapat menjadi bidang studi karena adanya pilihan pemakaian bahasa. Fasold (1984: 180) memberikan ilustrasi dengan istilah societal multilingualism (Multilingualisme Masyarakat) yang mengacu pada kenyataan adanya banyak bahasa dalam masyarakat yang sangat terbuka peluang terjadinya pemilihan bahasa dalam pemakaiannya sesuai

dengan tuntutan situasional. Sosiolinguistik melihat fenomena pemilihan bahasa sebagai fakta sosial dan menempatkannya dalam sistem lambang (kode), sistem tingkah laku budaya, serta sistem pragmatik. Dengan demikian, kajian sosiolinguistik menyikapi fenomena pemilihan bahasa sebagai wacana dalam peristiwa komunikasi dan sekaligus menunjukkan identitas sosial dan budaya peserta tutur.

Sosiolinguistik mengkaji masyarakat dwibahasa atau multibahasa. Dalam kenyataannya, fenomena pemilihan bahasa juga akan bertemali dengan situasi semacam itu sebab untuk menentukan peilihan bahasa atau ragam bahasa tertentu, tentu ada bahasa lain atau ragam lain yang ikut digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari sebagai pendamping sekaligus pembanding. Studi pemilihan bahasa dalam masyarakat seperti itu lebih mengutamakan aspek tutur (Speech) daripada aspek bahasa (Language). Sebagai aspek tutur, pemakaian bahasa relatif berubah-ubah sesuai dengan perberubah-ubahan unsur-unsur dalam konteks sosial budaya.

Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori pemilihan bahasa. Dalam Ervin-Trip (dalam Grosjean, 1982: 125) mengidentifikasikan 4 (Empat) faktor utama yang menyebabkan pemilihan bahasa, yaitu :

1) Latar (Waktu dan Tempat) dan Situasi, seperti: makan pagi di lingkungan keluarga, pesta, kuliah, atau berkencan.

2) Partisipan dalam Interaksi, seperti: usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, asal, latar belakang kesukuan, dan peranannya dalam

hubungan dengan partisipan lain. (Contoh: direktur-karyawan, suami-istri, penjual-pembeli, guru-siswa)

3) Topik Percakapan, berupa: topik-topik tentang pekerjaan, olah raga, harga sembako, peristiwa aktual, dan sebagainya.

4) Fungsi Interaksi merupakan fungsi percakapan di dalam interaksi, seperti:

penawaran informasi, permohonan, dan mengucapkan terima kasih.

Menurut Fasold (1984: 183), terdapat 3 (Tiga) pendekatan untuk melakukan penelitian terhadap pemilihan bahasa, yaitu :

1) Pendekatan Sosiologi, seperti yang dilakukan Fishman melihat adanya konteks institusional tertentu yang disebut domain, di mana satu variasi bahasa cenderung lebih tepat untuk digunakan daripada variasi lain.

Domain dianggap sebagai konstelasi faktor seperti lokasi, topik, partisipan dan sebagainya. Apabila seseorang berbicara di rumah dengan salah satu anggota keluarga mengenai sebuah topik, maka penutur itu dikatakan berada dalam domain keluarga.

2) Pendekatan Psikologi Sosial meneliti proses psikologi manusia, seperti motivasi dalam pemilihan suatu bahasa atau ragam dari suatu bahasa untuk digunakan pada keadaan tertentu. Dalam kelompok masyarakat Indonesia yang multilingual tampaknya pemilihan bahasa lebih ditentukan oleh latar belakang kejiwaan termasuk motivasi penuturnya.

3) Pendekatan Antropologi, pemilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat dwibahasa / multibahasa disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan budaya.

Senada dengan pendapat Ervin-Trip di atas, Grosjean (1982: 136) berpendapat tentang faktor yang berpengaruh dalam pemilihan bahasa. Menurut Grosjean terdapat 4 (Empat) faktor, yaitu :

1) Partisipan, aspek yang perlu diperhatikan adalah : 1. Keahlian Berbahasa

2. Pilihan Bahasa yang dianggap lebih baik 3. Status Sosial Ekonomi

4. Usia

5. Jenis Kelamin 6. Pendidikan 7. Pekerjaan

8. Latar Belakang Etnis 9. Relasi Kekeluargaan 10. Keintiman

11. Sikap kepada Bahasa-Bahasa 12. Kekuatan Luar yang Menekan

2) Situasi, mencakup:

1. Lokasi atau latar

2. Kehadiran pembicara monolingual 3. Tingkat formalitas

4. Tingkat keintiman

3) Isi Wacana, berkaitan dengan : 1. Topik Percakapan

2. Tipe Kosakata

4) Fungsi Interaksi, mencakup:

1. Strategi Menaikan Status 2. Jarak Sosial

3. Melarang masuk atau keluar seseorang dari pembicaraan 4. Memerintah Atau Meminta

Hymes merumuskan unsur-unsur itu dalam akronim SPEAKING, yang merupakan salah satu topik di dalam etnografi komunikasi (The Etnography Of Communication), yang oleh Fishman (1972: 15) disebut sebagai variabel sosiolinguistik. Ketujuh belas komponen itu oleh Hymes diklasifikasikan lagi menjadi delapan komponen yang diakronimkan dengan SPEAKING: (1) Setting and Scene (Latar dan Suasana Tutur), (2) Participants (Peserta Tutur), (3) Ends (Tujuan Tutur), (4) Act Sequence (Topik / Urutan Tutur), (5) Keys (Nada Tutur), (6) Instrumentalities (Sarana Tutur), (7) Norms (Norma-Norma Tutur), dan (8) Genre (Jenis Tutur). Pandangan Hymes di atas dijadikan kerangka konsep pelaksanaan penelitian ini. Kedelapan komponen peristiwa tutur tersebut merupakan faktor luar bahasa yang menentukan pemilihan bahasa.

2.2 Tinjauan Pustaka

Penulis mengambil beberapa skripsi, jurnal dan makalah yang berkaitan dengan pemilihan bahasa sebagai berikut :

Elva (2017) dalam jurnal yang berjudul, “Sikap Bahasa Dan Pemilihan Bahasa Mahasiswa Urban Di IKIP PGRI Pontianak”. Penelitian ini mendeskripsikan sikap bahasa dan pemilihan bahasa mahasiswa urban Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami bentuk pemilihan bahasa. Selain itu, metode dan pembahasan pada penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah pembahasan dan objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pada bentuk pemilihan bahasa dan faktor sosial dominan penentu pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Niswa dan Mukhlish (2017) dalam jurnal yang berjudul, “Pilihan Bahasa Dalam Masyarakat Multilingual Di Kemujan Karimunjawa Jepara”. Penelitian ini mendeskripsikan repetoar kebahasaan, ranah pilihan bahasa dan variabel sosial yang menjadi penentu pilihan bahasa dalam masyarakat multilingual di Kemujan Karimunjawa Jepara. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami ranah pilihan bahasa serta variabel sosial yang menjadi penentu pilihan bahasa. Selain itu, metode dan pembahasan pada

penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pada bentuk pemilihan bahasa dan faktor sosial dominan penentu pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budata Universitas Sumatera Utara.

Sa’adiah (2015) dalam jurnal yang berjudul, “Pemilihan Bahasa Dalam Komunikasi Di Laman Sosial”. Penelitian ini meninjau pemilihan bahasa dalam komunikasi oleh pengguna lama sosial internet. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami pemilihan bahasa dalam komunikasi oleh pengguna sosial internet. Selain itu, metode analisis data dan pembahasan pada penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah teori pemilihan bahasa oleh Ervin-Tripp serta objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pemilihan bahasa di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sebagai objek penelitian untuk menentukan faktor sosial dominan.

Ratna dan Manneke (2014) dalam makalah non-seminar yang berjudul,

“Pemilihan Bahasa Pada Multibahasawan: Kajian Sosiolinguistik Pemilihan Bahasa Pada Mahasiswa Kebumen Di UI”. Penelitian ini memaparkan aspek-aspek pemilihan bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa Kabupaten Kebumen

yang ada di Universitas Indonesia. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami aspek-aspek pemilihan bahasanya. Selain itu, teori, metode dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pada pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sebagai objek penelitian ini.

Dewi (2013) dalam skripsi yang berjudul, “Pemilihan Bahasa Pada Masyarakat Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung (Studi Sosiolinguistik)”. Penelitian ini memaparkan bagaimana masyarakat tutur di Kelurahan Sukapura dalam memilih kode bahasa untuk berinteraksi pada berbagai ranah dengan berbagai orang di berbagai kepentingan yang ada. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami faktor sosial yang dominan dalam penentu pemilihan bahasa. Selain itu, manfaat dan pembahasan penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah pembahasan dan objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pada bentuk pemilihan bahasa dan faktor sosial dominan penentu pemilihan bahasa.

BAB III

METODE PENELITIAN a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 hari pada tanggal 24, 26, 27 September 2018 di Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Universitas 19 Kampus Universitas Sumatera Utara Medan.

b. Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Menurut Hasan (2002: 82) data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer di dapat dari sumber informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan observasi secara langsung (pengamatan), yaitu observasi melalui mendengar dan mengamati secara langsung percakapan sehari-hari dalam bahasa Mandarin dari objek penelitian yaitu mahasiswa program studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Jumlah mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 140 orang, mulai dari stambuk 2015 sebanyak 48 orang (laki-laki berjumlah 10 orang dan perempuan berjumlah 38 orang), stambuk 2016 sebanyak 54 orang (laki-laki berjumlah 6 dan perempuan berjumlah 48 orang) dan stambuk 2017 sebanyak 38 orang (laki-laki berjumlah 3 orang dan perempuan berjumlah

35 orang). Untuk memperoleh data, penulis melakukan observasi dan menyebarkan kuisioner. Penulis membuat pertanyaan yang akan dijawab oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58).

Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah : studi kepustakaan, sebagai teknik pengumpulan data selanjutnya untuk mendukung pencarian data dan informasi lebih banyak dari berbagai buku.

Dari kedua pengertian, dapat diketahui bahwa sumber data yang digunakan penulis adalah kedua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

Dalam pengumpulan data-data penelitian penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan instrumen observasi dan kuisioner. Untuk mendukung penelitian ini, penulis juga menggunakan metode penelitian kepustakaan. Data-data mengenai defenisi sosiolinguistik dan bahasa yang didapat dari buku-buku.

Disamping untuk mendapatkan data pemilihan bahasa mandarin, penulis melakukan pengamatan terhadap mahasiswa dengan cara menyebarkan kuesioner atau angket.

c. Metode Pengumpulan Data

Menurut Riduwan (2010: 51) pengertian dari teknik pengumpulan data adalah : “Metode Pengumpulan Data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Sedangkan menurut Djaman Satori dan Aan Komariah (2011: 103) pengertian teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut : “Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan”. Metode penelitian ini menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui observasi dan angket.

Untuk mengetahui informasi dan data yang dibutuhkan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui:

1. Observasi

Pengertian Observasi menurut Supriyati (2011: 46) adalah sebagai berikut :

“Suatu cara untuk mengumpulkan data penelitian dengan mempunyai sifat dasar naturalistik yang berlangsung dalam konteks natural, pelakunya berpartisipasi secara wajar dalam interaksi”. Dari pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengadakan pengamatan secara langsung kepada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina untuk mendapatkan bukti-bukti yang dapat mendukung dan melengkapi hasil penelitian.

2. Kuisioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66). Penulis membagikan kuesioner sebagai bukti dokumen tertulis atas observasi langsung terhadap Mahasiswa Program Studi Sastra Cina.

d. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan penjelasan mengenai penelitian kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penelitian yang berkaitan dengan pemilihan bahasa di kalangan mahasiswa sastra cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penggunaan metode deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan bahasa mandarin di kalangan mahasiswa sastra cina.

Untuk menganalisa data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari penelitian lalu dikumpulkan.

Kemudian disusun dan dianalisa untuk selanjutnya diolah sehingga diperoleh hasil yang objektif mengenai objek penelitian penulis. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya akan diproses untuk menemukan titik kesimpulan yang dapat menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang disusun secara sistematis. Untuk itu penulis melakukan sistematika pengumpulan data sebagai berikut.

1. Merancang pedoman kuisioner.

2. Membuat daftar pertanyaan yang akan disebarkan.

3. Menyebarkan kuisioner tersebut kepada responden yang akan diteliti 4. Menelaah hasil data yang telah disurvei

5. Menguraikan data-data yang telah dikelompokan dan menganalisis letak kesalahan yang sering ditemukan pada hasil survei.

6. Menarik kesimpulan.

Mahasiswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang penulis berikan terkait penggunaan bahasa mandarin yang sering mereka ucapkan.

Sesuai dengan rumusan masalah yang kedua dalam penelitian ini, yakni menentukan faktor sosial yang paling dominan maka rumus yang digunakan oleh penulis adalah rumus dari Bungin (2005: 171-172), yaitu :

𝑛 =𝑓𝑥

𝑁 × 100%

Keterangan :

n = Presentase Kode

fx = Frekuensi Data

N = Total Data

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan membahas pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina mulai dari stambuk 2015, stambuk 2016 dan stambuk 2017 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan 3 hari pada tanggal 24, 26, 27 September 2018 di Gedung M106 dan Gedung M108 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pemilihan Bahasa yang dianalisis adalah bagaimana penggunaan bahasa yang dilakukan sebagai bahasa pengantar sehari-hari baik saat berada di rumah, di dalam kelas maupun di lingkungan kampus.

4.1 Pemilihan Bahasa yang Direalisasikan dalam Komunikasi Sehari-hari pada Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Data Responden

Secara umum, Mahasiswa Sastra Cina di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera memiliki latar belakang suku yang berbeda-beda. Perhatikan Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Suku

No Suku Jumlah Total Responden

1 Batak 38 Orang

98 Orang / Partisipan

2 Jawa 11 Orang

3 Karo 10 Orang

4 Mandailing 8 Orang

5 Melayu 5 Orang batak pak-pak hingga batak simalungun. Sebanyak 11 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki latar belakang suku Jawa. Sebanyak 10 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki latar belakang suku Karo. Sebanyak 8 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki latar belakang suku Mandailing. Sebanyak 15 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki latar belakang suku yang terdiri atas 5 orang suku Melayu, 5 orang suku Nias dan 5 orang suku Tionghoa. Sebanyak 3 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki latar belakang suku campuran yaitu Batak Toba dengan Karo. Sebanyak 6 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki latar belakang suku yang terdiri atas 2 orang suku campuran Batak Toba dengan Mandailing, 2 orang suku Padang dan 2 orang tidak memiliki suku. Sebanyak 7 Orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki latar belakang suku berbeda yang terdiri atas 1 orang suku Aceh, 1 orang suku campuran Jawa dengan Padang, 1 orang suku campuran Mandailing dengan Jawa, 1 orang suku Minangkabau, 1 orang suku campuran

Melayu dengan Tionghoa, 1 orang suku pribumi dan 1 orang suku campuran Tionghoa dengan Jawa.

Tabel 2. Bahasa Pengantar Sehari-Hari

No Bahasa Pengantar Jumlah Total Responden

1 Bahasa Indonesia 78 Orang

98 Orang / Partisipan 2 Bahasa Indonesia – Bahasa

Batak 7 Orang

3 Bahasa Indonesia – Bahasa

Hokkien 2 Orang

4 Bahasa Hokkien 1 Orang

5 Bahasa Tionghoa 1 Orang

6 Bahasa Indonesia – Bahasa

Daerah 1 Orang

7 Bahasa Indonesia – Bahasa

Aceh 1 Orang

8 Bahasa Indonesia – Bahasa

Karo 1 Orang

9 Bahasa Indonesia – Bahasa

Hokkien – Bahasa Mandarin 1 Orang 10 Bahasa Batak Toba 1 Orang 11 Bahasa Indonesia – Bahasa

Pesisir 1 Orang

12 Bahasa Indonesia – Bahasa

Jawa 1 Orang

13

Bahasa Indonesia – Bahasa Inggris – Bahasa Karo – Bahasa Mandarin

1 Orang 14 Bahasa Indonesia – Bahasa

Batak Pakpak – Bahasa Karo 1 Orang

Berdasarkan Tabel 2 di atas, diketahui bahwa Mahasiswa Sastra Cina sebanyak 78 orang Mahasiswa Sastra Cina memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Sebanyak 7 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki 2 bahasa aktif yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Batak sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Sebanyak 2 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki 2 bahasa aktif yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Hokkien sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Sebanyak 11 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki bahasa

aktif lainnya sebagai bahasa pengantar sehari-hari yang terdiri atas 1 orang memilih bahasa Hokkien, 1 orang memilih bahasa Tionghoa, 1 orang memiliki 2 bahasa aktif yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah, 1 orang memiliki 2 bahasa aktif yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Aceh, 1 orang memiliki 2 bahasa aktif yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Karo, 1 orang memiliki lebih dari 2 bahasa aktif yaitu bahasa Indonesia, bahasa Hokkien dan bahasa Mandarin, 1 orang memilih bahasa Batak Toba, 1 orang memiliki 2 bahasa aktif yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Pesisir, 1 orang memiliki 2 bahasa aktif yaitu bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, 1 orang memiliki lebih dari 2 bahasa aktif yaitu bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Karo dan Bahasa Mandarin, dan 1 orang memiliki lebih dari 2 bahasa aktif yaitu bahasa Indonesia, Bahasa Batak Pakpak dan Bahasa Karo.

Tabel 3. Bahasa yang dikuasai/dipakai/digunakan dalam percakapan sehari-hari No Bahasa yang dikuasai dalam

percakapan sehari-hari Jumlah Total Responden 1 b. Bahasa Indonesia 61 Orang

98 Orang / Partisipan 2 c. Bahasa Mandarin dan

Bahasa Indonesia 21 Orang

3 Tidak Memilih 5 Orang

4

a. Bahasa Mandarin

b. Bahasa Indonesia 4 Orang

5

a. Bahasa Mandarin b. Bahasa Indonesia c. Bahasa Mandarin dan

Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia

Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui bahwa Mahasiswa Sastra Cina sebanyak 61 orang hanya memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dikuasai / dipakai / digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sebanyak 21 orang Mahasiswa Sastra Cina memilih bahasa campuran yaitu bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dikuasai / dipakai / digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sebanyak 5 orang Mahasiswa Sastra Cina tidak memilih bahasa yang dikuasai / dipakai / digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Sebanyak 4 orang Mahasiswa Sastra Cina memilih 2 pilihan yaitu bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dikuasai / dipakai / digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sebanyak 3 orang Mahasiswa Sastra Cina memilih 3 pilihan bahasa yaitu bahasa Mandarin, bahasa Indonesia serta bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dikuasai / dipakai / digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sebanyak 2 orang Mahasiswa Sastra Cina hanya memilih 1 pilihan Bahasa Mandarin sebagai bahasa yang dikuasai / dipakai / digunakan dalam percakapan sehari-hari. Dan sebanyak 2 orang lainnya Mahasiswa Sastra Cina memilih 2 pilihan yaitu hanya bahasa Indonesia serta bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dikuasai / dipakai / digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Tabel 4. Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Total Responden

1 Laki-Laki 11 Orang

98 Orang / Partisipan

2 Perempuan 87 Orang

Berdasarkan Tabel 4 di atas, diketahui bahwa Mahasiswa Sastra Cina sebanyak 11 orang berjenis kelamin laki-laki. Dan sebanyak 87 orang Mahasiswa Sastra Cina berjenis kelamin perempuan.

4.2 Penggunaan / Pemilihan Bahasa

4.2.1 Ranah Rumah

Ranah rumah menjadi penentu pemilihan bahasa di kalangan Mahasiswa Sastra Cina. Perhatikan diagram 1 berikut ini.

Diagram 1. Ranah Rumah dengan 98 Orang / Partisipan

Berdasarkan diagram 1 diatas, diketahui bahwa diagram 1 menunjukkan pemilihan bahasa dalam ranah rumah terbagi atas Bahasa Mandarin (BM); Bahasa

Berdasarkan diagram 1 diatas, diketahui bahwa diagram 1 menunjukkan pemilihan bahasa dalam ranah rumah terbagi atas Bahasa Mandarin (BM); Bahasa

Dokumen terkait