• Tidak ada hasil yang ditemukan

苏北大学中文系的学生用汉语交流的选择 (Sū běi dàxué zhōngwén xì de xuéshēng yòng hànyǔ jiāoliú de xuǎnzé)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "苏北大学中文系的学生用汉语交流的选择 (Sū běi dàxué zhōngwén xì de xuéshēng yòng hànyǔ jiāoliú de xuǎnzé)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PEMILIHAN BAHASA MANDARIN DI KALANGAN MAHASISWA SASTRA CINA FAKULTAS ILMU

BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

苏北大学中文系的学生用汉语交流的选择

(Sū běi dàxué zhōngwén xì de xuéshēng yòng hànyǔ jiāoliú de xuǎnzé)

SKRIPSI

OLEH:

NABILAH ZATADINI NAIBAHO 140710058

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

Lembar Pengesahan

PEMILIHAN BAHASA MANDARIN DI KALANGAN MAHASISWA SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 苏北大学中文系的学生用汉语交流的选择(Sū běi dàxué zhōngwén xì

de xuéshēng yòng hànyǔ jiāoliú de xuǎnzé)

SKRIPSI SARJANA

OLEH:

NABILAH ZATADINI NAIBAHO 140710058

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu budaya dan telah disetujui:

Medan, 4 Januari 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D Niza Ayuningtias, S.S.,MTCSOL NIP 196910112002121001 NIP 199007282015042002

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra Dalam Bidang Ilmu Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Pada

Tanggal : 4 Januari 2019 Hari : Jum’at

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S NIP 196008051987031001

Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Mhd. Pujiono, M.Hum.,Ph.D ...

2. Niza Ayuningtias, S.S.,MTCSOL ...

3. Vivi Adryani Nasution, S.S.,MTCSOL ...

4. Jessy, S.S.,MTCSOL ...

(4)

Disetujui Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

(5)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 4 Januari 2019

Nabilah Zatadini Naibaho 140710058

Materai 6000

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul, “Pemilihan Bahasa Mandarin di Kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara 苏北大学中 文系的学生用汉语交流的选择 (Sū běi dàxué zhōngwén xì de xuéshēng yòng

hànyǔ jiāoliú de xuǎnzé ) ”. Fokus penelitian ini mendeskripsikan bentuk

direalisasikan pemilihan bahasa dan faktor sosial yang paling dominan pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mendeskripsikan pilihan bahasa dalam komunikasi sehari-hari pada Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; (2) mendeskripsikan faktor sosial yang paling dominan digunakan dalam Pemilihan Bahasa Mandarin Di Kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Teori yang digunakan adalah teori sosiolinguistik dan teori pemilihan bahasa oleh Ervin-Tripp. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara berupa kuesioner. Sumber data penelitian ini adalah Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam membahas dan memecahkan masalah penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Bentuk-bentuk faktor sosial yang muncul yaitu faktor latar (waktu dan tempat) dan situasi sebanyak 3 jenis, faktor partisipan dalam interaksi sebanyak 5 jenis, faktor topik percakapan sebanyak 2 jenis, dan faktor fungsi interaksi sebanyak 1 jenis; (2) persentase faktor sosial yang paling dominan adalah persentase dari faktor sosial partisipan dalam interaksi berjumlah 45, 4 %, Latar (waktu dan tempat) dan situasi berjumlah 27,3%, Topik percakapan berjumlah 18,2% dan fungsi interaksi berjumlah 9,1%.

Kata Kunci : Mahasiswa Sastra Cina, Bentuk Pemilihan Bahasa, Pemilihan

Bahasa.

(7)

ABSTRACT

The research was entitled, "The Choice of Mandarin Language in Chinese

Literature Students The Faculty of Culture University of North Sumatra 苏北大

学中文系的学生用汉语交流的选择 (Sū běi dàxué zhōngwén xì de xuéshēng

yòng hànyǔ jiāoliú de xuǎnzé) ”. The research aim to describes the form

realized language choice and the most dominant social factors for the choice of Mandarin in Chinese Literature Students The Faculty of Culture University of North Sumatra. This study aims to (1) To describe the choice of language in daily communication to the Chinese Literature Students of the The Faculty of Culture University of North Sumatra; (2) describe the most dominant social factors used in the choice of mandarin students in Chinese Literature at the Faculty of Culture University of North Sumatra. The theory used in this research is sociolinguistic theory and language choice theory by Ervin-Tripp. The method used in this research is descriptive qualitative method. This research data is Chinese Literature students at the Faculty of Culture University of North Sumatra in the form of questionnaires. The source of this research data is Chinese Literature Students The Faculty of Culture University of North Sumatra. Data collection techniques used in discussing and solving the problem of this research are observation techniques and questionnaire techniques. The results of this study indicate (1) The forms of social factors that arise are the setting factors (time and place) and the situation as many as 3 types, the participant factor in the interaction as many as 5 types, the conversation topic factor as much as 2 types, and the interaction function factor as much as 1 type; (2) The most dominant percentage of social factors was the percentage of participants' social factors in interaction totaling 45, 4%, setting (time and place) and situation amounting to 27.3%, conversation topics totaling 18.2% and interaction functions amounting to 9.1%.

Keywords : Chinese Literature Students, Form of Language Choice, Language

Choice.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pemilihan Bahasa Mandarin Di Kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara 苏北大学中文系的学生用 汉语交流的选择 (Sū běi dàxué zhōngwén xì de xuéshēng yòng hànyǔ jiāoliú de

xuǎnzé)”. Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang Sastra Cina.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis dengan segenap hati ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra

Cina Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah

bersedia menjadi pembimbing dan memberikan arahan yang membangun

selama proses penyempurnaan penulisan skripsi ini.

(9)

3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL.,selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun selama proses penyempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Vivi Adryani Nasution, S.S., MTCSOL., selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan kritikan yang membangun selama proses penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Jessy, S.S., MTCSOL., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang membangun kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Kacar Ginting, M. Ag., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan motivasi selama penulis melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

7. Ibu Intan Erwani, S.S., M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan motivasi selama penulis melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan telah memberikan ilmu kepada penulis selama di perkuliahan.

9. Dosen Tiongkok Bapak Cheng Hao Bing, M. A., Bapak Yu Hao Ming, M. A.,

Ibu Ye Fang Ting, M. A, dan Ibu Wang Tian Tian yang telah membantu Saya

dalam mengenalkan budaya Tiongkok yang merupakan suatu pengetahuan

yang berguna.

(10)

10. Ayahanda Alfonso Arelanno Naibaho, Ayahanda Kamalludin Syahputra dan Ibunda Sri Rosliana Lubis sebagai orangtua yang sangat penulis sayangi, yang telah menjadi dukungan terbesar kepada penulis selama menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara. Semoga skripsi ini menjadi salah satu hal yang bisa membanggakan ayahanda dan ibunda.

11. Adik Soraya Khairunna yang sangat penulis sayangi, yang selalu memberi semangat, doa dan menjadi sahabat terbaik yang selalu mendengar suka duka dan canda tawa penulis. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan dukungan materiil maupun nonmaterial yang tidak ternilai.

12. Teman-teman Sastra Cina angkatan 2014 terkhususnya Iin, Yasinta, Rebecca, Mega, Reja, Maria, dan Jepriyanti yang telah menjadi partner seperjuangan yang selalu menyempatkan waktu berbagi cerita mengenai skripsi kita bersama. Terima kasih penulis ucapkan untuk segala kebersamaan, canda tawa, dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.

13. Dan pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun tidak dapat

disebutkan satu persatu.

(11)

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis sajikan ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti berikutnya.

Medan, 04 Januari 2019

Penulis,

Nabilah Zatadini Naibaho

140710058

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ...

ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Batasan Masalah... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 11

1.5.2 Manfaat Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Konsep ... 12

2.1.1 Bahasa ... 12

2.1.2 Pemilihan Bahasa ... 14

2.2 Landasan Teori ... 18

2.2.1 Sosiolinguistik... 18

2.2.2 Pemilihan Bahasa ... 19

2.3 Tinjauan Pustaka ... 24

(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Lokasi Penelitian ... 27

3.2 Data dan Sumber Data ... 27

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.4 Metode Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Pemilihan Bahasa yang Direalisasikan dalam Komunikasi Sehari-hari pada Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara... 32

4.1.1 Data Responden ... 32

4.2 Penggunaan / Pemilihan Bahasa ... 38

4.2.1 Ranah Rumah ... 38

4.2.2 Ranah Lingkungan Kampus ... 40

4.2.3 Ranah Kelas ... 41

4.2.4 Interaksi dengan Dosen ... 43

4.2.5 Interaksi dengan Teman ... 44

4.2.6 Interaksi dengan Orang Tua ... 46

4.2.7 Interaksi dengan Keluarga... 47

4.2.8 Interaksi dengan Orang Asing ... 49

4.2.9 Berbicara dengan Dosen pada Saat Di dalam Kelas ... 50

4.2.10 Berbicara dengan Dosen pada Saat Di luar Kelas ... 52

4.2.11 Interaksi Komunikasi Membahas Pelajaran dengan Teman ... 53

4.2.12 Interaksi Sosial dengan Orang Tua Membahas Kehidupan Kampus ... 55

4.2.13 Interaksi Sosial dengan Teman Membahas Rutinitas Sehari-hari ... 57

4.2.14 Interaksi Sosial dengan Teman Membahas Gossip ... 58

4.2.15 Berkomunikasi dengan Orang Tua Membahas

Hal Pribadi ... 60

(14)

4.2.16 Berkomunikasi dengan Teman Membahas Hal Pribadi ... 61

4.2.17 Interaksi Komunikasi Secara Formal dengan Dosen Di dalam Kelas ... 63

4.2.18 Interaksi dengan Orang Asing Melalui Sosial Media ... 64

4.2.19 Interaksi dengan Orang Asing Saat Berjumpa ... 66

4.2.20 Interaksi dengan Seseorang yang Sudah Lama Tidak Bertemu ... 67

4.3 Faktor Sosial yang Paling Dominan dalam Pemilihan Bahasa Mandarin Di Kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara ... 69

BAB V PENUTUP ... 71

5.1 Simpulan ... 71

5.2 Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Suku ... 32 Tabel 2. Bahasa Pengantar Sehari-Hari ... 34 Tabel 3. Bahasa yang dikuasai/dipakai/digunakan dalam

percakapan sehari-hari ... 35

Tabel 4. Jenis Kelamin ... 37

Tabel 4.3.1 Persentase Bentuk Faktor Sosial Paling Dominan ... 70

(16)

DAFTAR SINGKATAN

BM : Bahasa Mandarin

BI : Bahasa Indonesia

(17)

DAFTAR BAGAN

Diagram 1. Ranah Rumah dengan 98 Orang / Partisipan ... 38

Diagram 2. Ranah Lingkungan Kampus dengan 98 Orang / Partisipan ... 40

Diagram 3. Ranah Kelas dengan 98 Orang / Partisipan ... 41

Diagram 4. Interaksi Dengan Dosen dengan 98 Orang / Partisipan ... 43

Diagram 5. Interaksi Dengan Teman dengan 98 Orang / Partisipan ... 44

Diagram 6. Interaksi Dengan Orang Tua dengan 98 Orang / Partisipan ... 46

Diagram 7. Interaksi Dengan Keluarga dengan 98 Orang / Partisipan ... 47

Diagram 8. Interaksi Dengan Orang Asing dengan 98 Orang / Partisipan ... 49

Diagram 9. Berbicara Dengan Dosen Pada Saat Di Dalam Kelas dengan 98 Orang / Partisipan... 50

Diagram 10. Berbicara Dengan Dosen Pada Saat Di Luar Kelas dengan 98 Orang / Partisipan... 52

Diagram 11. Interaksi Komunikasi Membahas Pelajaran Dengan Teman dengan 98 Orang / Partisipan ... 53

Diagram 12. Interaksi Sosial Dengan Orang Tua Membahas Kehidupan Kampus dengan 98 Orang / Partisipan ... 55

Diagram 13. Interaksi Sosial Dengan Teman Membahas Rutinitas Sehari-Hari dengan 98 Orang / Partisipan ... 57

Diagram 14. Interaksi Sosial Dengan Teman Membahas Gossip dengan 98 Orang / Partisipan... 58

Diagram 15. Berkomunikasi Dengan Orang Tua Membahas Hal Pribadi dengan 98 Orang / Partisipan ... 60

Diagram 16. Berkomunikasi Dengan Teman Membahas Hal Pribadi dengan 98 Orang / Partisipan ... 61

Diagram 17. Interaksi Komunikasi Secara Formal Dengan Dosen Di Dalam Kelas dengan 98 Orang / Partisipan ... 63

Diagram 18. Interaksi Dengan Orang Asing Melalui Sosial Media dengan 98 Orang / Partisipan... 64

Diagram 19. Interaksi Dengan Orang Asing Saat Berjumpa dengan 98 Orang / Partisipan ... 66

Diagram 20. Interaksi Dengan Seseorang Yang Sudah Lama Tidak Bertemu dengan 98 Orang / Partisipan ... 67

(18)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial. Sosiolinguistik dianggap sebagai ilmu yang bersifat interdisipliner yang menggarap masalah-masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan faktor-faktor sosial, situasional, dan kulturalnya. Kata sosiolinguistik berasal dari kata “Sosio” dan “Linguistik” yang berarti kata Sosio artinya masyarakat sedangkan kata Linguistik artinya ilmu bahasa. Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat.

Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada.

Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial

dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri

dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri

dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat. Sedangkan linguistik

adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil

(19)

bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.

Sosiolinguistik dapat didefinisikan sebagai kajian tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat.

Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia. Pengertian sosiolinguistik dari segi definisi atau batasan yang diberikan oleh para pakar atau ahli sosiolinguistik antara lain :

- Kridalaksana (1978: 94) mengatakan bahwa, “Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa.”

- Sociolinguistics is the study of the characteristics of language varieties, the characteristics of their functions, and the characteritics of their speakers as these three constantly interact, change and change one another within a speech community. (Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur (J.A.

Fishman, 1972: 4)

UNESCO dalam penerbitnya bulan Februari 1972 berjudul : The Rule of Linguistics and Sociolinguistics in Language Education and Policy, menyatakan antara lain :

“Sociolinguistics is concerned with the verbal behavior of people in

relation to their society. As much, it studies intensively the communicative

processes of cultural transmission, that is education. Indeed,

(20)

sociolinguistics is a complement to the anthropological study of teaching and learning. In this, it must be stressed that sociolinguistics is but one of the language sciences working on education, for salient aspects of psycholinguistics, historical and comparatives linguistics, structural linguistics and anthropological linguistics are also being used.”

(Sosiolinguistik berhubungan dengan tingkah laku berbahasa dari orang- orang dalam hubungannya dengan masyarakatnya. Sosiolinguistik mempelajari secara mendalam proses-proses komunikatif dari perpindahan kebudayaan yaitu pendidikan. Sebenarnya sosiolinguistik adalah suatu pelengkap bagi suatu studi antropologi dari pengajaran dan belajar. Dalam hal ini harus ditekankan bahwa sosiolinguistik tidak lain dari suatu ilmu bahasa yang bekerja pada pendidikan. Juga untuk aspek yang menonjol dari psikolinguistik, linguistik historis dan komparatif, linguistik struktural dan linguistik antropologi juga digunakan.)

Sosiolinguistik disebut juga sosiologi bahasa sebagaimana yang dikemukakan oleh J. A. Fishman dalam karangannya yang berjudul “The Sociology of Language” yang terdapat dalam buku Language and Social Context, diterbitkan oleh Pier Paolo Giglioli, Penguin Books tahun 1972. Fishman dalam karangannya itu antara lain menulis :

“Man is constantly using language-spoken language, written language, printed language-and man is constantly linked to others via share norms of behaviour. The sociology of language examines the interaction between these two aspects of human behaviour : use of language and the social organizations of behavior. Briefly put, the sociology of language focuses upon the entire gamut of topics related to social organization of language behavior including not only language usage per se but also language attitudes, overt behavior toward language and toward language users. The Later concern of the sociology of language-over behavior toward language and toward language users is also a concern shared by political and educational leaders in many parts of the world and is an aspect of sociolinguistics that frequently makes the headlines.”

(Manusia secara tetap menggunakan bahasa lisan, bahasa tuli, bahasa

yang dicetak dan manusia secara tetap cenderung kepada yang lainnya

melalui sebagian norma-norma tingkah laku. Sosiologi bahasa

(21)

mempelajari interaksi antara kedua aspek dari tingkah laku manusia ini : Pemakaian bahasa dan organisasi sosial dari tingkah laku. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sosiologi bahasa memusatkan pada seluruh jenis topik yang berhubungan dengan organisasi sosial dan tingkah laku bahasa termasuk tidak hanya pemakaian bahasa saja tetapi juga sikap, tingkah laku yang jelas terhadap bahasa dan terhadap pemakai bahasa. Selanjutnya sosiologi bahasa – tingkah laku yang jelas terhadap bahasa dan terhadap pemakai-pemakai bahasa – juga berhubungan sebagian dengan pemimpin-pemimpin politik dan pendidikan pada sebagian besar dunia dan merupakan suatu aspek dari sosiolinguistik yang sering menjadi judul berita.)

Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dari perkembangan

peradaban manusia. Bahasa juga merupakan sarana komunikasi berbentuk lisan

dan tulisan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Tanpa adanya

bahasa berarti tidak adanya masyarakat dan tidak ada pergaulan. Sifat-sifat

masyarakat terutama dapat dipelajari dari bahasanya, yang memang menyatakan

sesuatu yang hidup dalam masyarakat tersebut. Sejarah mencatat bahwa bahasa

telah digunakan oleh nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu. Pada mulanya,

masyarakat menggunakan satu bahasa yang digunakan dalam lingkungan

sosialnya. Oleh karena itu, masyarakat selalu dipengaruhi untuk mempelajari

bahasa secara sosiologis dan juga secara psikologis. Faktor-faktor sosiologis dan

psikologis selalu mempengaruhi bahasa. Faktor psikologis menyebabkan

kekhususan pemakaian bahasa dan faktor sosiologis menyebabkan keuniversalan

atau persamaan bahasa. Dalam tiap bahasa selalu ada dorongan untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan yang bersifat perseorangan dan oleh sebab

itu perkembangan bahasa dalam tiap masyarakat berlainan. Hukum bahasa

berlainan dengan hukum alam. Hukum alam selalu bekerja dengan cara yang

(22)

sama dengan kekuatan yang sama sebagai akibat struktur masyarakat yang berlainan. Disinilah pentingnya mempelajari bahasa dari segi sosiologis.

Kata bahasa dalam Bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian sehingga seringkali membingungkan. Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Bahasa sering dianggap sebagai objek kajian linguistik bisa kita bandingkan dengan peristiwa-peristiwa alam yang menjadi objek kajian ilmu fisika. Dalam dunia keilmuan ternyata yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya bukan hanya linguistik, tetapi linguistik tetap merupakan ilmu yang memperlakukan bahasa sebagai bahasa. Seperti yang dikemukakan Kridalaksana (1983: 21, dan Djoko Koentjono 1982: 118), “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri”. Definisi ini sejalan dengan definisi dari Barber (1964: 21), Wardhaugh (1977: 3), Trager (1949: 18), de Saussure (1966: 16) dan Bolinger (1975: 15). Bahasa dalam praktek pemakaiannya, pada dasarnya memiliki bermacam-macam ragam. Maksud ragam dalam konteks ini adalah variasi pemakaian bahasa yang berbeda-beda (Mustakim, dalam Rokhman, 2013:15).

Oleh karena itu, para ahli bahasa mengatakan bahwa sosiolinguistik

bermula dari adanya asumsi akan keterkaitan bahasa dengan faktor-faktor

(23)

kemasyarakatan sebagai dampak dari keadaan komunitasnya yang tidak homogen (Wardhaugh, 1986: 4 ; Holmes, 1992: 11 ; Pride, 1990; Wijana, 1996).

Multilingual atau multibahasa merupakan salah satu fenomena unik dalam dunia bahasa, dimana dua atau lebih dari jenis bahasa dikuasai oleh masyarakat yang tinggal didalamnya. Interaksi sosial dalam masyarakat melahirkan multibahasa, dengan tersedianya beberapa bahasa atau ragam bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi. Pemilihan bahasa dalam masyarakat multibahasa merupakan gejala yang menarik untuk dikaji dari perspektif sosiolinguistik, dimana kita membayangkan seseorang dalam masyarakat bilingual atau multilingual berbicara dua bahasa atau lebih dan harus memilih yang mana yang harus digunakan.

Dalam hal memilih ini ada 3 (Tiga) jenis pilihan yang dapat dilakukan, yaitu : Pertama, dengan alih kode, artinya menggunakan satu bahasa pada satu keperluan, dan menggunakan bahasa yang lain pada keperluan lain. Kedua, dengan melakukan campur kode, artinya menggunakan satu bahasa tertentu dengan dicampuri serpihan-serpihan dari bahasa lain. Ketiga, dengan memilih satu variasi bahasa yang sama. Bahkan Fasold (1984: 180) mengemukakan bahwa sosiolinguistik dapat menjadi bidang studi karena adanya pemilihan bahasa.

Fasold memberikan ilustrasi dengan istilah societal multilingualism yang

mengacu pada kenyataan adanya banyak bahasa dalam masyarakat. Tidaklah ada

bahasan tentang diglosia apabila tidak ada variasi tinggi dan rendah. Pada

kenyataannya setiap bab dari buku sosiolinguistik karya Fasold (1984: 180)

(24)

memusatkan pada paparan tentang kemungkinan adanya pemilihan bahasa yang dilakukan masyarakat terhadap penggunaan variasi bahasa. Statistik sekalipun menurut Fasold tidak akan diperlukan dalam sosiolinguistik apabila tidak ada variasi penggunaan bahasa dan pemilihan di antara variasi-variasi tersebut.

Pemilihan bahasa ini tidak bersifat acak, melainkan mempertimbangkan berbagai faktor. Hakikat pemakaian bahasa sebagai suatu gejala yang senantiasa berubah.

Suatu pemakaian bahasa itu bukanlah cara penuturan yang digunakan oleh semua orang, bagi semua situasi dalam bentuk yang sama, sebaliknya pemakaian bahasa itu berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor, baik faktor sosial, budaya, psikoligis maupun pragmatis.

Fenomena inilah yang membuat peneliti ingin menganalisis Pemilihan

Bahasa Mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara. Hal ini terjadi pada Mahasiswa Sastra Cina yang

memiliki kesulitan dalam menggunakan bahasa terkhususnya Bahasa Mandarin

saat berkomunikasi, baik berkomunikasi dengan sesama Mahasiswa maupun

berkomunikasi dengan dosen pengajar. Selama ini, Mahasiswa Sastra Cina

menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Padahal

jurusan yang diambil adalah Jurusan Sastra Cina, dimana Mahasiswanya harus

menggunakan Bahasa Mandarin sebagai bahasa pengantar sehari-hari ketika

berada di lingkungan kampus. Banyak diantaranya Mahasiswa Sastra Cina

sekarang sudah mempelajari, memahami bahkan mampu menggunakan Bahasa

Mandarin tersebut sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Tapi kenyataannya,

Mahasiswa Sastra Cina masih juga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai

(25)

bahasa sehari-hari. Sebagai contoh saat berada dalam ruang belajar, ketika dosen menggunakan Bahasa Mandarin saat memberikan materi, Mahasiswa Sastra Cina justru menggunakan Bahasa Indonesia saat hendak bertanya mengenai materi yang tidak dipahami kepada dosen. Contoh lain, saat dosen bertanya kepada Mahasiswa Sastra Cina yang seharusnya Mahasiswa Sastra Cina menggunakan Bahasa Mandarin saat melakukan percakapan dengan orang lain pada saat di lingkungan kampus.

Hal ini membuat peneliti ingin mengkaji tentang penggunaan dalam

pemilihan bahasa mandarin sebagai bahasa pengantar sehari-hari oleh Mahasiswa

Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Topik ini diambil

karena topik ini merupakan pembahasan yang tanpa disadari sering terjadi

disekeliling kita. Hal ini disebabkan Mahasiswa Sastra Cina tanpa menyadari

bahwa Bahasa Mandarin sangat diperlukan pada era saat ini. Perkembangan

teknologi Tiongkok yang sudah memasuki Indonesia. Sulitnya Mahasiswa Sastra

Cina menggunakan Bahasa Mandarin juga disebabkan latar belakang Mahasiswa

yang memiliki bahasa ibu yang berbeda, mulai dari Bahasa Jawa, Bahasa Batak

maupun Bahasa lainnya yang membuat mahasiswa Sastra Cina menggunakan

bahasa tersebut sesuai dengan konteksnya. Maksud digunakan sesuai konteks

adalah bahasa Mandarin digunakan pada saat dibutuhkan seperti saat menjawab

pertanyaan yang dimana harus menggunakan bahasa Mandarin untuk

menjawabnya. Selain itu, pemilihan bahasa tidak serta merta digunakan dalam

lingkungan sekitar melainkan pada saat di lingkungan kampus, baik antarteman,

dosen pengajar bahkan keluarga termasuk dalam analisis penelitian tersebut.

(26)

Dari judul penelitian ini, “Pemilihan Bahasa Mandarin Di Kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara”, Mahasiswa yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Mahasiswa Sastra Cina Stambuk 2015, Stambuk 2016 dan Stambuk 2017 yang sesuai dianggap sebagai data utama atau data primer oleh peneliti. Peneliti menganggap Mahasiswa Sastra Cina dari ketiga stambuk tersebut mampu membantu peneliti memecahkan fenomena yang terjadi saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan suatu masalah dalam bentuk kalimat tanya, seperti berikut:

1. Bagaimana pilihan bahasa (language choice) direalisasikan dalam komunikasi sehari-hari pada Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara?

2. Faktor sosial apa sajakah yang paling dominan dalam Pemilihan Bahasa

Mandarin Di Kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara?

(27)

1.3 Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu memberikan batasan masalah agar penelitian lebih terfokus dan terarah. Penelitian ini hanya membahas mengenai pemilihan bahasa mandarin di kalangan mahasiswa Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, peneliti memilih mahasiswa Sastra Cina stambuk 2015, stambuk 2016 dan stambuk 2017 sebagai objek penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini untuk memaparkan dan menjelaskan hal-hal, seperti berikut:

1. Untuk mendeskripsikan pilihan bahasa dalam komunikasi sehari-hari pada Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mendeskripsikan faktor sosial yang paling dominan digunakan dalam Pemilihan Bahasa Mandarin Di Kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan penelitian

yang telah dipaparkan sebelumnya, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

(28)

1.5.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu Sosiolinguistik di Indonesia, khususnya diharapkan akan diperoleh sebagian deskripsi mengenai Pemilihan Bahasa Mandarin di Kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, selanjutnya penelitian ini juga dapat menghasilkan model analisis pemilihan bahasa yang memanfaatkan ilmu linguistik dan sosiologi, hal ini jelas memperkaya khazanah Sosiolinguistik yang dapat dikembangkan lagi menjadi penelitian di masyarakat tutur lain.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian mengenai pemilihan bahasa ini bermanfaat dalam hal berikut :

1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat diperoleh deskripsi mengenai wujud pemilihan bahasa dan faktor penentu pemilihan bahasa pada mahasiswa multibahasa, khususnya pada Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta faktor-faktor sosial penentunya.

2. Melalui deskripsi mengenai faktor-faktor penentu pemilihan bahasa

yang diungkap melalui penelitian ini diharapkan bermakna bagi upaya

pembinaan dan perkembangan ilmu bahasa, baik yang menyangkut

bahasa Indonesia, bahasa Mandarin maupun bahasa lainnya.

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Konsep memberikan batasan terhadap apa yang dibahas. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Dengan kata lain, konsep merupakan landasan berpikir yang dipegang sebagai dasar untuk memahami objek dan kajian karena salah satu fungsi konsep yaitu mengarahkan dan memberi batas pembahasan. Ada beberapa konsep dasar yang dijabarkan dan berhubungan dengan masalah dalam tulisan ini, yaitu: (1) Bahasa dan (2) Pemilihan Bahasa.

Kedua konsep tersebut diuraikan sebagai berikut :

2.1.1 Bahasa

Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan.

Kridalaksana (dalam Aminuddin, 1985: 28-29) mengartikan bahasa

sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang menggunakan suatu masyarakat untuk

bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

(30)

Chaer dan Agustina (1995: 14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993: 5) yang menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.

Effendi (1995: 15) berpendapat bahwa pengalaman sehari-hari menunjukan bahwa ragam lisan lebih banyak daripada ragam tulis. Lebih lanjut Effendi (1995: 78) menyampaikan bahwa ragam lisan berbeda dengan ragam tulis karena peserta percakapan mengucapkan tuturan dengan tekanan, nada, irama, jeda, atau lagu tertentu untuk memperjelas makna dan maksud tuturan. Selain itu kalimat yang digunakan oleh peserta percakapan tidak selalu merupakan kalimat lengkap.

Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial.

Jeans Aitchison (2008 : 21) mengatakan bahwa “Language is patterned system of arbitrary sound signals, characterized by structure dependence, creativity, displacement, duality, and cultural transmission”.

(Bahasa adalah sistem yang terbentuk dari isyarat suara yang telah

disepakati, yang ditandai dengan struktur yang saling tergantung, kreatifitas,

penempatan, dualitas dan penyebaran budaya).

(31)

2.1.2 Pemilihan Bahasa

Masyarakat multibahasa tersedia berbagai kode, baik berupa bahasa, dialek, variasi dan gaya untuk digunakan dalam interaksi sosial. Dengan tersedianya kode-kode itu, anggota masyarakat akan memilih kode yang tersedia sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam interaksi sehari-hari, anggota masyarakat secara konstan mengubah variasi pemilihan bahasanya.

Pemilihan bahasa (Language Choice) adalah “Sebuah Bahasa Secara Keseluruhan” dalam suatu komunikasi. Timbulnya pemilihan bahasa disebabkan oleh terjadinya kontak bahasa, sosial, dan budaya sehingga tumbuh kelompok masyarakat tutur yang memiliki kemampuan untuk memilih bahasa atau kode bahasa dalam peristiwa tertentu, baik mempertahankan bahasa pertama maupun melakukan pergeseran bahasa ke bahasa baru atau mencampurkan bahasa pertama dan bahasa baru.

Dengan kata lain, seseorang yang melakukan pemilihan bahasa dalam komunikasinya sebenarnya sedang menerapkan kompetensi komunikatifnya, atau sedang menunjukkan performansi komunikatifnya. Sebagai perilaku, pemilihan bahasa hakikatnya merupakan tindakan atau perilaku dalam menggunakan bahasa terpilih berdasarkan situasi yang tersedia. Meski demikian, untuk kajian ini, istilah

‘Pemilihan Bahasa’ digunakan secara praktis untuk merujuk ke performansi

komunikatif atau perilaku bahasa (Language Behavior) kendati perilaku bahasa

mengandung cakupan pengertian yang lebih luas.

(32)

Dalam hal ini, Blom & Gumperz (1972: 408-409) mengajukan 2 (Dua) tipe pilihan kode:

a. Peralihan Situasional (Situational Switching)

Peralihan situasional digunakan untuk mengacu kepemilihan bahasa yang bergantung pada aneka aspek situasi, termasuk pula derajat formalitas. Sebagaimana yang diprediksikan, ketika situasi kebahasaannya formal dan relatif bebas dari masalah pribadi, varietas bahasa standarlah yang dipilihnya, sedangkan varietas local dipilih tatkala situasinya informal.

b. Peralihan Metaforik (Metaphorical Switching)

Peralihan metaforik digunakan untuk menjelaskan pemilihan bahasa yang ditentukan oleh hubungan para partisipan.

Dalam masyarakat multietnis dan multilingual, kiranya tiada seorang pun

yang hanya memiliki satu kode bahasa dalam repertoir-nya. Yang kerap terjadi,

bahkan, adalah orang akan senantiasa terlibat dalam kontak antar-bahasa atau

antardialek. Untuk membangun interaksi sosial menjadi cukup lancar, orang akan

berusaha menerapkan kemampuan integrasi sosial dengan kelompok masyarakat

dimana ia tinggal. Tingkat integrasisosial (dan psikologis) seseorang diasumsikan

cukup menentukan cepat-tidaknya ia melakukan akomodasi sosial, termasuk

akomodasi berbahasa.

(33)

Asumsi didasarkan pada realitas bahwa kesupelan seseorang dalam pergaulan akan banyak menentukan cepat-tidaknya ia diterima oleh lawan bicaranya. Dalam pemilihan bahasa terdapat 3 (Tiga) kategori pemilihan, yaitu :

1. Memilih Satu Variasi Bahasa yang Sama (Intra Language Variation) Dalam hal ini, seorang penutur harus memilih ragam mana yang harus dipakai dalam situasi tertentu. Variasi bahasa yang sama sebagai masalah pilihan bahasa yang mencakup ekabahasawan dan dwibahasawan, bisa alih kode dan campur kode.

2. Alih Kode (Code Switching)

Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Peristiwa alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya atau alih register. Beberapa faktor yang biasanya merupakan penyebab terjadinya alih kode antara lain ialah :

- Penutur - Lawan Tutur

- Hadirnya Penutur Ketiga - Pokok Pembicaraan

3. Campur Kode (Code Mixing)

Campur kode terjadi apabila seorang penutur bahasa, misalnya suatu

bahasa memasukkan unsur-unsur bahasa lain ke dalam pembicaraan

bahasa yang sedang disampaikan. Ciri yang menonjol dalam campur

(34)

kode ialah kesantaian atau situasi informal. Alasan terjadinya campur kode antara lain :

- Identifikasi Peranan - Identifikasi Ragam

- Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan

Sebelum itu, Giles dalam Setiawan (2001: 373) mengidentifikasi 3 (Tiga) pola penggunaan bahasa:

1. Penggunaan bahasa etnik minoritas;

2. Bilingual dalam bahasa etnik dan bahasa dominan;

3. Monolingual dalam bahasa dominan.

Merujuk Giles (1979: 251-290), Fasold (1984: 184) ; Khoiri serta Fahri (1991: 15-31) memaparkan, bahwa seorang anggota masyarakat berkemungkinan menerapkan pemilihan bahasa berikut ini:

1. Menggunakan bahasa Ibu (Divergen);

2. Menggunakan bahasa Ibu dan bahasa Indonesia (Konvergen);

3. Menggunakan bahasa Indonesia (Konvergen). Pola pemilihan bahasa

semacam ini diprediksikan akan dapat ditemukan dalam penelitian.

(35)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sosiolinguistik

Sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang berusaha menerangkan korelasi antara perwujudan struktur atau elemen bahasa dengan faktor-faktor sosiokultural pertuturannya dan tentu saja mengasumsikan pentingnya pengetahuan dasar-dasar linguistik dengan berbagai cabangnya, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik dalam mengidentifikasi dan menjelaskan fenomena-fenomena yang menjadi objek kajiannya, yakni bahasa dengan berbagai variasi sosial atau regionalnya (Wardaugh, 1986; Holmes, 1995 dalam Wijana, 2006: 11). Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu melainkan masyarakat sosial (Henry Guntur Tarigan, 1989: 7).

Kajian sosiolinguistik memposisikan bahasa tidak didekati sebagai bahasa

sebagaimana dalam kajian linguistik teoretis, melainkan didekati sebagai sarana

interaksi di dalam masyarakat. Konferensi sosiolinguistik pertama yang

berlangsung di University of California, Los Angeles, tahun 1964, telah

merumuskan adanya tujuh dimensi dalam penelitian sosiolinguistik. Ketujuh

dimensi yang merupakan bidang kajian sosiolinguistik itu adalah (1) Identitas

Sosial Penutur, (2) Identitas Peserta Tutur, (3) Lingkungan Sosial Tempat

Peristiwa Tutur, (4) Analisis Sinkronik dan Diakronik dari Dialek-dialek Sosial,

(5) Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran,

(6) Tingkatan Variasi Linguistik, dan (7) Penerapan Praktis Penelitian

(36)

Sosiolinguistik (Norbert Dittmar, 1976: 128). Rumusan lain menyebutkan bahwa objek kajian meliputi hubungan antara pembicara dan pendengar, berbagai macam bahasa dan variasinya, penggunaannya sesuai dengan berbagai faktor penentu, baik faktor kebahasaan maupun lainnya, serta berbagai bentuk bahasa yang hidup dan dipertahankan di dalam suatu masyarakat (Soeseno Kartomihardjo, 1988: 4).

Bardasarkan beberapa rumusan diatas, kajian sosiolinguistik mencakupi bidang kajian yang luas, bukan hanya menyangkut wujud formal bahasa dan variasi bahasa melainkan juga penggunaan bahasa di masyarakat. Penggunaan bahasa tersebut bertemali dengan berbagai faktor, baik faktor kebahasaan itu sendiri maupun faktor nonkebahasaan, seperti faktor sosialbudaya, termasuk tata hubungan antara pembicara dan pendengar. Implikasinya adalah bahwa tiap-tiap kelompok masyarakat mempunyai kekhususan dalam hal nilai-nilai sosial budaya dan variasi penggunaan bahasa dalam interaksi sosial.

2.2.2 Pemilihan Bahasa

Pemilihan bahasa (Language Choice) dalam masyarakat multibahasa menurut perspektif sosiolinguistik merupakan gejala yang menarik untuk dikaji.

Fasold (1984: 180) mengemukakan bahwa sosiolinguistik dapat menjadi bidang

studi karena adanya pilihan pemakaian bahasa. Fasold (1984: 180) memberikan

ilustrasi dengan istilah societal multilingualism (Multilingualisme Masyarakat)

yang mengacu pada kenyataan adanya banyak bahasa dalam masyarakat yang

sangat terbuka peluang terjadinya pemilihan bahasa dalam pemakaiannya sesuai

(37)

dengan tuntutan situasional. Sosiolinguistik melihat fenomena pemilihan bahasa sebagai fakta sosial dan menempatkannya dalam sistem lambang (kode), sistem tingkah laku budaya, serta sistem pragmatik. Dengan demikian, kajian sosiolinguistik menyikapi fenomena pemilihan bahasa sebagai wacana dalam peristiwa komunikasi dan sekaligus menunjukkan identitas sosial dan budaya peserta tutur.

Sosiolinguistik mengkaji masyarakat dwibahasa atau multibahasa. Dalam kenyataannya, fenomena pemilihan bahasa juga akan bertemali dengan situasi semacam itu sebab untuk menentukan peilihan bahasa atau ragam bahasa tertentu, tentu ada bahasa lain atau ragam lain yang ikut digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari sebagai pendamping sekaligus pembanding. Studi pemilihan bahasa dalam masyarakat seperti itu lebih mengutamakan aspek tutur (Speech) daripada aspek bahasa (Language). Sebagai aspek tutur, pemakaian bahasa relatif berubah- ubah sesuai dengan perubahan unsur-unsur dalam konteks sosial budaya.

Dalam penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori pemilihan bahasa. Dalam Ervin-Trip (dalam Grosjean, 1982: 125) mengidentifikasikan 4 (Empat) faktor utama yang menyebabkan pemilihan bahasa, yaitu :

1) Latar (Waktu dan Tempat) dan Situasi, seperti: makan pagi di lingkungan keluarga, pesta, kuliah, atau berkencan.

2) Partisipan dalam Interaksi, seperti: usia, jenis kelamin, pekerjaan, status

sosial ekonomi, asal, latar belakang kesukuan, dan peranannya dalam

(38)

hubungan dengan partisipan lain. (Contoh: direktur-karyawan, suami-istri, penjual-pembeli, guru-siswa)

3) Topik Percakapan, berupa: topik-topik tentang pekerjaan, olah raga, harga sembako, peristiwa aktual, dan sebagainya.

4) Fungsi Interaksi merupakan fungsi percakapan di dalam interaksi, seperti:

penawaran informasi, permohonan, dan mengucapkan terima kasih.

Menurut Fasold (1984: 183), terdapat 3 (Tiga) pendekatan untuk melakukan penelitian terhadap pemilihan bahasa, yaitu :

1) Pendekatan Sosiologi, seperti yang dilakukan Fishman melihat adanya konteks institusional tertentu yang disebut domain, di mana satu variasi bahasa cenderung lebih tepat untuk digunakan daripada variasi lain.

Domain dianggap sebagai konstelasi faktor seperti lokasi, topik, partisipan dan sebagainya. Apabila seseorang berbicara di rumah dengan salah satu anggota keluarga mengenai sebuah topik, maka penutur itu dikatakan berada dalam domain keluarga.

2) Pendekatan Psikologi Sosial meneliti proses psikologi manusia, seperti

motivasi dalam pemilihan suatu bahasa atau ragam dari suatu bahasa untuk

digunakan pada keadaan tertentu. Dalam kelompok masyarakat Indonesia

yang multilingual tampaknya pemilihan bahasa lebih ditentukan oleh latar

belakang kejiwaan termasuk motivasi penuturnya.

(39)

3) Pendekatan Antropologi, pemilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat dwibahasa / multibahasa disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan budaya.

Senada dengan pendapat Ervin-Trip di atas, Grosjean (1982: 136) berpendapat tentang faktor yang berpengaruh dalam pemilihan bahasa. Menurut Grosjean terdapat 4 (Empat) faktor, yaitu :

1) Partisipan, aspek yang perlu diperhatikan adalah : 1. Keahlian Berbahasa

2. Pilihan Bahasa yang dianggap lebih baik 3. Status Sosial Ekonomi

4. Usia

5. Jenis Kelamin 6. Pendidikan 7. Pekerjaan

8. Latar Belakang Etnis 9. Relasi Kekeluargaan 10. Keintiman

11. Sikap kepada Bahasa-Bahasa 12. Kekuatan Luar yang Menekan

2) Situasi, mencakup:

1. Lokasi atau latar

2. Kehadiran pembicara monolingual 3. Tingkat formalitas

4. Tingkat keintiman

(40)

3) Isi Wacana, berkaitan dengan : 1. Topik Percakapan

2. Tipe Kosakata

4) Fungsi Interaksi, mencakup:

1. Strategi Menaikan Status 2. Jarak Sosial

3. Melarang masuk atau keluar seseorang dari pembicaraan 4. Memerintah Atau Meminta

Hymes merumuskan unsur-unsur itu dalam akronim SPEAKING, yang

merupakan salah satu topik di dalam etnografi komunikasi (The Etnography Of

Communication), yang oleh Fishman (1972: 15) disebut sebagai variabel

sosiolinguistik. Ketujuh belas komponen itu oleh Hymes diklasifikasikan lagi

menjadi delapan komponen yang diakronimkan dengan SPEAKING: (1) Setting

and Scene (Latar dan Suasana Tutur), (2) Participants (Peserta Tutur), (3) Ends

(Tujuan Tutur), (4) Act Sequence (Topik / Urutan Tutur), (5) Keys (Nada Tutur),

(6) Instrumentalities (Sarana Tutur), (7) Norms (Norma-Norma Tutur), dan (8)

Genre (Jenis Tutur). Pandangan Hymes di atas dijadikan kerangka konsep

pelaksanaan penelitian ini. Kedelapan komponen peristiwa tutur tersebut

merupakan faktor luar bahasa yang menentukan pemilihan bahasa.

(41)

2.2 Tinjauan Pustaka

Penulis mengambil beberapa skripsi, jurnal dan makalah yang berkaitan dengan pemilihan bahasa sebagai berikut :

Elva (2017) dalam jurnal yang berjudul, “Sikap Bahasa Dan Pemilihan Bahasa Mahasiswa Urban Di IKIP PGRI Pontianak”. Penelitian ini mendeskripsikan sikap bahasa dan pemilihan bahasa mahasiswa urban Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami bentuk pemilihan bahasa. Selain itu, metode dan pembahasan pada penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah pembahasan dan objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pada bentuk pemilihan bahasa dan faktor sosial dominan penentu pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Niswa dan Mukhlish (2017) dalam jurnal yang berjudul, “Pilihan Bahasa

Dalam Masyarakat Multilingual Di Kemujan Karimunjawa Jepara”. Penelitian

ini mendeskripsikan repetoar kebahasaan, ranah pilihan bahasa dan variabel sosial

yang menjadi penentu pilihan bahasa dalam masyarakat multilingual di Kemujan

Karimunjawa Jepara. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar

bagi penulis dalam memahami ranah pilihan bahasa serta variabel sosial yang

menjadi penentu pilihan bahasa. Selain itu, metode dan pembahasan pada

(42)

penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pada bentuk pemilihan bahasa dan faktor sosial dominan penentu pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budata Universitas Sumatera Utara.

Sa’adiah (2015) dalam jurnal yang berjudul, “Pemilihan Bahasa Dalam Komunikasi Di Laman Sosial”. Penelitian ini meninjau pemilihan bahasa dalam komunikasi oleh pengguna lama sosial internet. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami pemilihan bahasa dalam komunikasi oleh pengguna sosial internet. Selain itu, metode analisis data dan pembahasan pada penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah teori pemilihan bahasa oleh Ervin- Tripp serta objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pemilihan bahasa di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sebagai objek penelitian untuk menentukan faktor sosial dominan.

Ratna dan Manneke (2014) dalam makalah non-seminar yang berjudul,

“Pemilihan Bahasa Pada Multibahasawan: Kajian Sosiolinguistik Pemilihan

Bahasa Pada Mahasiswa Kebumen Di UI”. Penelitian ini memaparkan aspek-

aspek pemilihan bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa Kabupaten Kebumen

(43)

yang ada di Universitas Indonesia. Penelitian tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami aspek-aspek pemilihan bahasanya. Selain itu, teori, metode dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian yang berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pada pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sebagai objek penelitian ini.

Dewi (2013) dalam skripsi yang berjudul, “Pemilihan Bahasa Pada

Masyarakat Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung

(Studi Sosiolinguistik)”. Penelitian ini memaparkan bagaimana masyarakat tutur di

Kelurahan Sukapura dalam memilih kode bahasa untuk berinteraksi pada berbagai

ranah dengan berbagai orang di berbagai kepentingan yang ada. Penelitian

tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi penulis dalam memahami

faktor sosial yang dominan dalam penentu pemilihan bahasa. Selain itu, manfaat

dan pembahasan penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian

dan menambah wawasan penulis. Adapun perbedaan penelitian yang telah

dilakukan dengan penelitian ini adalah pembahasan dan objek penelitian yang

berbeda yakni penelitian ini memfokuskan pada bentuk pemilihan bahasa dan

faktor sosial dominan penentu pemilihan bahasa.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 hari pada tanggal 24, 26, 27 September 2018 di Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Universitas 19 Kampus Universitas Sumatera Utara Medan.

b. Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Menurut Hasan (2002: 82) data primer ialah data yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau

yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer di dapat dari sumber

informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis akan melakukan observasi

secara langsung (pengamatan), yaitu observasi melalui mendengar dan mengamati

secara langsung percakapan sehari-hari dalam bahasa Mandarin dari objek

penelitian yaitu mahasiswa program studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara. Jumlah mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini

sebanyak 140 orang, mulai dari stambuk 2015 sebanyak 48 orang (laki-laki

berjumlah 10 orang dan perempuan berjumlah 38 orang), stambuk 2016 sebanyak

54 orang (laki-laki berjumlah 6 dan perempuan berjumlah 48 orang) dan stambuk

2017 sebanyak 38 orang (laki-laki berjumlah 3 orang dan perempuan berjumlah

(45)

35 orang). Untuk memperoleh data, penulis melakukan observasi dan menyebarkan kuisioner. Penulis membuat pertanyaan yang akan dijawab oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58).

Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah : studi kepustakaan, sebagai teknik pengumpulan data selanjutnya untuk mendukung pencarian data dan informasi lebih banyak dari berbagai buku.

Dari kedua pengertian, dapat diketahui bahwa sumber data yang digunakan penulis adalah kedua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

Dalam pengumpulan data-data penelitian penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan instrumen observasi dan kuisioner. Untuk mendukung penelitian ini, penulis juga menggunakan metode penelitian kepustakaan. Data- data mengenai defenisi sosiolinguistik dan bahasa yang didapat dari buku-buku.

Disamping untuk mendapatkan data pemilihan bahasa mandarin, penulis

melakukan pengamatan terhadap mahasiswa dengan cara menyebarkan kuesioner

atau angket.

(46)

c. Metode Pengumpulan Data

Menurut Riduwan (2010: 51) pengertian dari teknik pengumpulan data adalah : “Metode Pengumpulan Data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”. Sedangkan menurut Djaman Satori dan Aan Komariah (2011: 103) pengertian teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut : “Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan”. Metode penelitian ini menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui observasi dan angket.

Untuk mengetahui informasi dan data yang dibutuhkan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data melalui:

1. Observasi

Pengertian Observasi menurut Supriyati (2011: 46) adalah sebagai berikut :

“Suatu cara untuk mengumpulkan data penelitian dengan mempunyai sifat dasar naturalistik yang berlangsung dalam konteks natural, pelakunya berpartisipasi secara wajar dalam interaksi”. Dari pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengadakan pengamatan secara langsung kepada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina untuk mendapatkan bukti-bukti yang dapat mendukung dan melengkapi hasil penelitian.

(47)

2. Kuisioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66). Penulis membagikan kuesioner sebagai bukti dokumen tertulis atas observasi langsung terhadap Mahasiswa Program Studi Sastra Cina.

d. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan penjelasan mengenai penelitian kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan penelitian yang berkaitan dengan pemilihan bahasa di kalangan mahasiswa sastra cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penggunaan metode deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan bahasa mandarin di kalangan mahasiswa sastra cina.

Untuk menganalisa data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari penelitian lalu dikumpulkan.

Kemudian disusun dan dianalisa untuk selanjutnya diolah sehingga diperoleh hasil

yang objektif mengenai objek penelitian penulis. Setelah semua data terkumpul,

selanjutnya akan diproses untuk menemukan titik kesimpulan yang dapat

menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang disusun secara sistematis. Untuk

itu penulis melakukan sistematika pengumpulan data sebagai berikut.

(48)

1. Merancang pedoman kuisioner.

2. Membuat daftar pertanyaan yang akan disebarkan.

3. Menyebarkan kuisioner tersebut kepada responden yang akan diteliti 4. Menelaah hasil data yang telah disurvei

5. Menguraikan data-data yang telah dikelompokan dan menganalisis letak kesalahan yang sering ditemukan pada hasil survei.

6. Menarik kesimpulan.

Mahasiswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang penulis berikan terkait penggunaan bahasa mandarin yang sering mereka ucapkan.

Sesuai dengan rumusan masalah yang kedua dalam penelitian ini, yakni menentukan faktor sosial yang paling dominan maka rumus yang digunakan oleh penulis adalah rumus dari Bungin (2005: 171-172), yaitu :

𝑛 = 𝑓𝑥

𝑁 × 100%

Keterangan :

n = Presentase Kode

fx = Frekuensi Data

N = Total Data

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan membahas pemilihan bahasa mandarin di kalangan Mahasiswa Sastra Cina mulai dari stambuk 2015, stambuk 2016 dan stambuk 2017 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan 3 hari pada tanggal 24, 26, 27 September 2018 di Gedung M106 dan Gedung M108 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Pemilihan Bahasa yang dianalisis adalah bagaimana penggunaan bahasa yang dilakukan sebagai bahasa pengantar sehari-hari baik saat berada di rumah, di dalam kelas maupun di lingkungan kampus.

4.1 Pemilihan Bahasa yang Direalisasikan dalam Komunikasi Sehari-hari pada Mahasiswa Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Data Responden

Secara umum, Mahasiswa Sastra Cina di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera memiliki latar belakang suku yang berbeda-beda. Perhatikan Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Suku

No Suku Jumlah Total Responden

1 Batak 38 Orang

98 Orang / Partisipan

2 Jawa 11 Orang

3 Karo 10 Orang

4 Mandailing 8 Orang

(50)

5 Melayu 5 Orang

6 Nias 5 Orang

7 Tionghoa 5 Orang

8 Batak Toba – Karo 3 Orang 9 Batak Toba – Mandailing 2 Orang

10 Padang 2 Orang

11 Tidak Menjawab 2 Orang

12 Aceh 1 Orang

13 Jawa – Padang 1 Orang

14 Mandailing – Jawa 1 Orang

15 Minangkabau 1 Orang

16 Melayu – Tionghoa 1 Orang

17 Suku Pribumi 1 Orang

18 Tionghoa – Jawa 1 Orang

Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa Mahasiswa Sastra Cina

sebanyak 38 orang memiliki latar belakang suku batak mulai dari batak toba,

batak pak-pak hingga batak simalungun. Sebanyak 11 orang Mahasiswa Sastra

Cina memiliki latar belakang suku Jawa. Sebanyak 10 orang Mahasiswa Sastra

Cina memiliki latar belakang suku Karo. Sebanyak 8 orang Mahasiswa Sastra

Cina memiliki latar belakang suku Mandailing. Sebanyak 15 orang Mahasiswa

Sastra Cina memiliki latar belakang suku yang terdiri atas 5 orang suku Melayu,

5 orang suku Nias dan 5 orang suku Tionghoa. Sebanyak 3 orang Mahasiswa

Sastra Cina memiliki latar belakang suku campuran yaitu Batak Toba dengan

Karo. Sebanyak 6 orang Mahasiswa Sastra Cina memiliki latar belakang suku

yang terdiri atas 2 orang suku campuran Batak Toba dengan Mandailing, 2 orang

suku Padang dan 2 orang tidak memiliki suku. Sebanyak 7 Orang Mahasiswa

Sastra Cina memiliki latar belakang suku berbeda yang terdiri atas 1 orang suku

Aceh, 1 orang suku campuran Jawa dengan Padang, 1 orang suku campuran

Mandailing dengan Jawa, 1 orang suku Minangkabau, 1 orang suku campuran

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Pada hari ini Rabu tanggal Dua Puluh lima Februari tahun dua ribu lima belas, berdasarkan Surat Perintah Kepala Layanan Pengadaan Ssarpras Polri Nomor: Sprin/22/I/2015

Pokja/Panitia Pengadaan hanya akan mengevaluasi penawaran yang memenuhi syarat yaitu penawaran yang sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Dokumen Pengadaan, tanpa

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor : SPP/09/III/2015/Har- halaman tanggal 05 Maret 2015 tentang Penetapan pemenang Pekerjaan Pemeliharaan Kebersihan Halaman

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan terpadu yang dilakukan manusia untuk memperoleh informasi yang terkandung

Mf, NCCUNAKAN TXND'(ATAN ANALYNC E]ERARCHI. JURUSAN TEKN]K

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) partisipasi siswa dalam organisasi berada pada ketegori sangat tinggi yaitu 84,76%, dibuktikan dengan rerata sebesar 95,00, median

Epitaxial or highly oriented silicides on Si substrates have many advantages over polycrystalline silicides, such as a high thermal robustness, an improved Schottky barrier