Abstrak
Semua para sufi mengakui bahwa cinta Ilahi (aI-hubb aI-Ilahi) merupakan maqam puncak diantara maqam-maqam yang lain. Seorang sufi yang ingin sampai kepada maqam mahabbah (cinta), harus melalui tahapan-tahapan sebelumnya, seperti taubat, zuhud, shabar, faqr, tawakkal, dan
sebagainya. Di samping itu para sufi juga sepakat, bahwa mahabbah itu tidak dapat digarnbarkan, didevinisikan, diberi batasan, dan juga tidak dapat dijelaskan hakikat dan rahasianya. Tetapi mahabbah (cinta) itu hanya dapat dirasakan akan keberadaannya. Ini pun hanya dapat dirasakan bagi sufi yang sudah masuk ke dalarn maqam mahabbah dan sudah pemah mengalaminya. Keadaan yang demikian telah dialami oleh Rabi'ah al-Adawiyah dan Jalaluddin Rumi. Baik Rabi'ah maupun Rumi, mereka
sama-sama tidak pemah memberikan devinisi yang jelas mengenai mahabbah (cinta), dan memang kenyataannya cinta itu tidak bisa