• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-Nilai Ritual Kong Tek (公德)

Dalam dokumen BAB III METODE PENELITIAN (Halaman 65-69)

NILAI BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL RITUAL KONG TEK(公德)

5.2 Nilai-Nilai Ritual Kong Tek (公德)

Ritual kong tek ( 公 德 ) mempunyai nilai-nilai luhur bagi masyarakat Tionghoa, namun disisi lain ritual kong tek juga terdapat sisi baik dan burukmasing-masing pada nilai moral, nilai budaya, dan nilai agamasebagai berikut:

5.2.1 Nilai Moral

Dilihat dari segi tata kehidupan moral dalam masyarakat Tionghoa, penghormatan leluhur merupakan suatu bentuk manifestasi dari ‗bakti‘ atau xiao (孝) , danpenghormatan bagi orang tua ―xiao jing fu mu” ( 孝经父母)sebagai ajaran yang ditanamkan Konfusius. Menurut Konfusius, kewajiban dari seorang anak adalah menghormati orang tua, ―ketika orangtua masih hidup layani mereka menurut tata cara kesopanan, ketika meninggal kuburkan mereka dengan tata cara kesopanan, dan berikan mereka upacara korban menurut tata cara kesopanan.‖ Dengan demikian Konfusius menanamkan laku bakti anak terhadap orang tua secara terus menerus walaupun orang tua telah meninggal.

Tata kehidupan moral yang berlaku dalam msyarakat Tionghoa didasarkan atas Konfusianisme, yaitu mengajarkan tentang falsafah moral. Konfusius meletakkan dasar berpikir humanistis dalam masyarakat. Sistem etika yang diajarkan Konfusius menyangkut keselarasan hubungan manusia. Di antara segala bentuk hubungan sosial, Konfusius memberikan penekanan pada hubungan moral dalam keluarga, dimana keluarga sebagai kelompok sosial terkecil merupakan inti kesejahteraan dalam masyarakat.

Keluarga merupakan inti dari kehidupan tradisional masyarakat. Sikap serta penghormatan terhadap orang tua dan nenek moyang, mendasari praktik ajaran moral keluarga, selanjutnya diterapkan dalam kehidupan masyarakat dan akhirnya menjadi dasar dalam kehidupan di seluruh negara. Oleh karena itu, perwujudan dalam mempraktekan ajaran Konfusius akan tampak nyata dalam ritual kong tek (公德). Dalam kehidupan keluarga, hubungan antara ayah dan anak laki-laki menduduki tempat tempat terpenting, yang merupakan pusat dari sebuat konsep moral yaitu bakti atau xiao (孝).

Bakti sudah merupakan suatu konsep etika yang penting pada masyarakat Tionghoa dan sudah ada sebelum masa Konfusius. Bakti merupakan prinsip dan ajaran moral yang melibatkan hubungan antara ayah dan anak laki-laki dan juga pada hubungan-hubungan sosial lainnya yang lebih luas. Dalam masyarakat Tionghoa, kewajiban seorang pria terutama adalah terhadap orangtuanya. Seorang anak laki-laki tidak boleh berhenti berkorban bagi orangtua dan juga bagi leluhurnya. Seorang anak yang berbakti tidak terbatas pada saat orangtua masih hidup saja tetapi diteruskan ketika mereka telah meninggal.

5.2.2 Nilai Budaya

Budaya masyarakat Tionghoa pada hakikatnya berpangkal dari sistem nilai dan religi yang dianut etnik Tionghoa dalam komunitasnya. Ajaran agama dan kepercayaan masyarakat Tionghoa menjiwai dan memberi warna serta mempengaruhi citra budayanya dalam wujud sikap dan perilaku terhadap tradisi dan budayanya. Hakikat yang terkandung di dalamnya adalah memberi tuntunan

kepada masyarakat untuk berperilaku yang serasi dan selaras dengan tradisinya, sehingga tercipta keseimbangan hubungan antara manusia dengan budayanya.

Nilai budaya yang terkandung dalam ritual kong tek (公德)merupakan sistem seluruh budaya etnik Tionghoa yang sudah lama hidup dan berkembang pada masyarakat Tionghoa. Ritual kong tek (公德) dapat dijadikan salah satu unsur budaya masyarakat Tionghoa yang harus dipelihara. Ritual kong tek (公 德)memiliki arti penting bagi berkembangnya suatu budaya masyarakat Tionghoa, terutama jika dilihat dari sudut ketahanan budaya, di samping itu juga mempunyai arti penting bagi identitas etnik itu sendiri. Ritual kong tek ( 公 德 )juga meniscayakan adanya muatan budaya masa lalu yang berfungsi untuk melestarikan warisan budaya dari nenek moyang yang menjadi tonggak kehidupan masa sekarang.

Namun pada masa sekarang telah terjadi pergeseran nilai-nilai religius pada generasi muda Tionghoa yaitu pengetahuan kaum muda yaitu anak-anak dari keluarga Tionghoa (rata-rata berusia tidak lebih dari 40 tahun) yang masih menjalankan ritual kong tek (公德). Mereka sudah tidak lagi menaruh perhatian secara khusus terhadap ritual kong tek (公德).

Masyarakat Tionghoa yang sekarang melakukan ritual kong tek ( 公 德)tanpa mengetahui dan memahaminya secara mendalam. Segala sesuatunya mereka lakukan hanya berdasarkan kebiasaan yang telah diajarkan orang tua, dan juga untuk menghargai dan menghormati orangtua mereka. Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa suatu hari nanti mereka tidak akan meneruskan ritual

kong tek (公德)karena menganggap ritual kong tek (公德) hanya pemborosan semata. Gejala semacam ini timbul karena banyak faktor, dan salah satu faktor yang jelas adalah karena kemajuan tekhnologi dan modernisasi yang menyebabkan orang tidak lagi memperhatikan nilai-nilai tradisi yang diwariskan nenek moyang. Dengan adanya sikap semacam ini, kemungkinan besar pada suatu hari nanti tradisi ritual kong tek (公德) pada keluarga-keluarga Tionghoa yang tinggal di Indonesia akan hilang.

5.2.3 Nilai Agama

Nilai-nilai yang terkandung dalam agama ritual kong tek (公德)secara umum adalah sebagai ekspresi kosmologis dalam sistem religi masyarakat Tionghoa, yang di dalamnya terdapat ajaran Konfusius dan Buddhisme. Masyarakat Tionghoa meyakini adanya alam dunia dan alam baka atau akhirat, tempat bersemayamnya para leluhur. Juga adanya unsur-unsur roh dan lain-lainnya. Ritual ini memiliki makna sebagai ketaatan religius dan juga implementasi penghayatan kepercayaannya tersebut. Walaupun ada sebagian masyarakat Tionghoa yang menganggap bahwa tradisi membakar kertas pada ritual kong tek (公德)yang masih dilaksanakan pada saat ini tidak sesuai dengan ajaran agama Buddha.

Masyarakat Tionghoa beranggapan bahwa segala biaya perlengkapan ritual kong tek (公德)sebaiknya dipergunakan untuk membantu orang-orang yang memerlukan bantuan/ pertolongan, atau membeli sesuatu yang dapat diberikan atau disumbangkan pada mereka yang membutuhkannya. Bantuan dan sumbangan

leluhur sehingga uang yang digunakan untuk melakukan ritual kong tek ( 公 德)tidak menjadi sia-sia untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.

Dalam hal ini agama Buddha tidak mengambil sikap menentang keras atau anti terhadap ritual tersebut, karena menyadari bahwa melaksanakan tradisi tersebut hanya semata-mata karena ketidaktahuan, kurangnya pengertian, dan kepatuhan pada tradisi secara membabi buta, bukan karena tujuan untuk menentang atau melanggar ajaran agama Buddha. Jika masih ada yang melaksanakan tradisi membakar kertas ini, maka harus diberikan pengertian dan penjelasan secara bijaksana tentang tradisi tersebut karena tidak mudah untuk merubah suatu tradisi yang sudah melekat dan mendarah-daging.

Dalam dokumen BAB III METODE PENELITIAN (Halaman 65-69)

Dokumen terkait