BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah teori, data, dan informasi yang menjadi dasar identifikasi, penjelasan dan pembahasan masalah penelitian dari penelitian yang terkait sebelumnya. Tinjauan pustaka berfungsi untuk mengetahui sejarah masalah penelitian, membantu memilih prosedur penyelesaian masalah penelitian, memahami latar belakang teori masalah penelitian, mengetahui manfaat penelitian sebelumnya, menghindari terjadinya duplikasi penelitian, dan memberikan pembenaran alasan pemilihan masalah penelitian.
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang ingin diteliti oleh penulis :
Penelitian pertama oleh Siregar (2011), pada skripsi dengan judul
“Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Empress Orchid Karya Anchee Min Berdasarkan Psikologi Sastra” yang dipublikasikan oleh Universitas Sumatera Utara memaparkan bagaimana kepribadian tokoh utama pada novel, yaitu Putri Anggrek dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yang berfokus pada id, ego dan superego. Ditemukan bahwa superego lebih dominan menguasai diri Putri Anggrek pada awal cerita, karena ia selalu mengandalkan suara hatinya untuk memutuskan hal mana yang terbaik untuk dilakukan (Ego), namun pada akhirnya Putri Anggrek juga memiliki unsur Id yang mana ia ingin mengikuti keinginan-keinginannya untuk memuaskan hasratnya, seperti terlibat cinta terlarang dengan seorang pejabat tinggi kerajaan.
Skripsi ini dapat membantu penulis dalam meneliti aspek psikologis tokoh utama pada novel Huózhe 《 活 着 》 , karena sama-sama menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Meirianty (2015), pada skripsi berjudul “Kepribadian Tokoh dalam Novel Xueke Karya Chiung Yao Berdasarkan Psikologi Sastra” yang dipublikasikan oleh Universitas Sumatera Utara memaparkan bagaimana kepribadian tokoh-tokoh dalam novel Xueke dengan menggunakan teori Hippocrates-Galenus dan memaparkan dampak kepribadian tokoh utama pada akhir cerita.Hasil dari analisis menunjukkan bahwa tokoh utama yang tergambar dalam novel Xueke memiliki sifat pemberani,
pesimis, seorang yang mudah kecewa, menutup diri terhadap orang lain, berkemauan keras dan gigih. Skripsi ini membantu penulis sebagai bahan referensi dalam meneliti tokoh utama pada novel Huózhe 《活着》.
Purba (2015), pada skripsi berjudul “Analisis Psikologis Tokoh Utama Akihiro dalam Novel Saga no Gabai Baachan Karya Yoshici Shimada”yang dipublikasikan oleh Universitas Sumatera Utara memaparkan bagaimana tokoh utama, yaitu Akihiro dalam novel menjalani kehidupannya yang sangat berbeda dari kehidupan sebelumnya yang berdampak pada psikologis tokoh utamanya.
Hasil dari analisis ialah Akihiro yang tinggal bersama neneknya selama delapan tahun setelah Perang Dunia ke II membentuk kepribadian yang pada awalnya merasa tertekan batin dan depresi karena pola Kyouiku Mama (aturan kedisiplinan) yang diterapkan oleh neneknya, kemudian berubah menjadi pribadi yang mandiri, pekerja keras, disiplin, meminta maaf ketika bersalah, menghargai tata krama leluhurnya dan dan menghargai orang yang lebih tua darinya. Skripsi ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (id, ego dan superego). Skripsi ini membantu penulis dalam mengkaji aspek psikologis tokoh utama pada novel Huózhe 《活着》 berdasarkan pandangan Sigmund Freud.
Terkahir hasil penelitian dari Sari (2015), pada skripsi yang berjudul
“Analisis Psikologis Tokoh Utama dalam Novel Her Sunny Side Karya Osamu Koshigaya” yang dipublikasikan oleh Universitas Sumatera Utara yang memaparkan sisi psikologis dua tokoh utama yaitu Mao dan Kosuke yang merupakan sepasang kekasih dengan menggunakan teori Sigmund Freud, yaitu id, ego dan superego. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh Mao lebih
mendominasi kepada Id yang lebih mengutamakan keinginan-keinginan hatinya daripada Ego dan Superego, sedangkan tokoh Kosuke lebih dominan kepada Superego yang mana ia selalu memikirkan dahulu sebelum bertindak dan juga selalu mengontrol keinginan-keinginan hati (Id) yang tidak sesuai dengan prinsipnya (Superego). Skripsi ini membantu penulis dalam meneliti aspek psikologis tokoh utama pada novel Huózhe 《 活 着 》 , karena penulis juga menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, yaitu id, ego dan superego.
Dari paparan di atas, dapat dilihat bahwa teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yang berfokus pada id, ego dan superego banyak digunakan oleh penulis-penulis lain untuk menganalisis sisi psikologis dari tokoh-tokoh di dalam sebuah novel. Namun, sepengetahuan penulis belum pernah ada penulis lain yang meneliti tokoh utama pada novel Huózhe 《 活 着 》 karya Yu Hua dengan menggunakan teori Sigmund Freud yang berfokus pada id, ego dan superego.
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis memaparkan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yaitu cara yang diatur secara sistematis, logis, rasional dan terarah bagaimana pekerjaan sebelum, ketika dan sesudah mengumpulkan data sehingga diharapkan mampu menjawab secara ilmiah perumusan masalah yang telah diterapkan. Dalam hal ini penulis harus memilih metode dan langkah-langkah yang tepat, yang sesuai dengan karateristik objek kajiannya (Pradopo, 2001: 12). Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan yang dianalisis dalam novel Huózhe 《 活 着 》 karya Yu Hua metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Aminuddin (1990: 20) mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif kualitatif adalah menganalisis bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefesien tentang antarvariable. Sejalan dengan itu, Semi (1993: 31) mengungkapkan bahwa penelitian dengan kualitatif bersifat deskriptif, karena data terurai dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar, data umumnya berupa pencatatan, foto-foto, rekaman, dokumen, memorandum, atau catatan-catatan resmi lainnya.
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
Menurut Subroto (1992: 34), data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas) yang harus dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh penulis. Data pada penelitian ini berupa teks (dialog dan monolog) yang menunjukkan atau menggambarkan sisi psikologis tokoh utama dalam novel Huózhe 《活着》 karya Yu Hua.
3.2.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data deskriptif kualitatif dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009: 225). Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Huózhe 《 活 着 》 karya Yu Hua. Penulis menggunakan novel Huózhe 《活着》 bahasa Mandarin dengan Hanzi sederhana terbitan tahun 2012 serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Novel Huózhe 《活着》 dalam bahasa Indonesia berjudul To Live/ Hidup diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2015 di Jakarta. Novel ini diterjemahkan kembali oleh Agustinus Wibowo dengan tebal buku 220 halaman.
Menurut Sugiyono (2009: 225), sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data.
Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain. Data ini digunakan
untuk mendukung informasi dari data primer yang diperoleh dari teks dalam novel Huózhe《活着》 karya Yu Hua. Penulis menggunakan data sekunder berupa buku-buku yang berkaitan dengan psikologi sastra, jurnal serta internet.
Adapun secara rinci sumber data tersebut adalah:
1. Judul Novel : Huózhe 《活着》
2. Pengarang : Yu Hua
3. Penerbit : zuò jiā chūbăn shè 4. Tahun Terbit : 2012
5. Edisi : Ketiga 6. Jumlah Halaman : 191 Halaman 7. Warna Sampul : Hitam
Penulis juga menggunakan novel terjemahan yang diterjemahkan kembali oleh Agustinus Wibowo untuk membantu penulis dalam mengganalisis sisi psikologis tokoh utama pada novel Huózhe 《活着》 karya Yu Hua. Adapun secara rinci novel terjemahan tersebut adalah :
1. Judul Novel : To Live ; Hidup 2. Pengarang : Yu Hua
3. Penerjemah : Agustinus Wibowo 4. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 5. Tahun Terbit : 2015
6. Edisi : Pertama 7. Jumlah Halaman : 220 Halaman
8. Warna Sampul : Putih, Hijau, Cokelat dan Biru
9. Gambar Sampul : Seorang pria tua yang sedang berjalan sambil memanggul padi
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Agar memperoleh data yang sesuai dengan objek yang sedang diteliti, di butuhkan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan objek penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan, karena sumber data diperoleh dari data tertulis. Nazir (2005: 11) mengungkapkan bahwa studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan-catatan, laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :
1. Mengumpulkan data dan referensi yang berhubungan dengan objek penelitian.
2. Membaca novel secara berulang-ulang untuk mencari dan menentukan tokoh utama dalam novel Huózhe 《活着》 karya Yu Hua.
3. Melakukan teknik catat, yaitu mencatat teks (monolog dan dialog dalam narasi) yang menunjukkan dan menggambarkan kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel Huózhe 《活着》 karya Yu Hua.
3.4 Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah dengan mengunakan teknik deskriptif kualitatif.Sugiyono (2009: 2) menerangkan
“penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Pendekatan kualitatif menurut Sugiyono (2009: 14), merupakan metode analisis yang berlandaskan pada filsafah post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna.
Teknik analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan kata-kata yang terdapat di dalam novel Huózhe 《 活 着 》 dan dilanjutkan dengan menganalisis id, ego dan superego untuk melihat kepribadian yang mendominasi pada tokoh utama, kemudian menganalisis faktor-faktor penyebab kepribadian yang mendominasi pada tokoh utama. Analisis tersebut didasari oleh teori psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, yaitu id, ego dan superego, untuk menemukan kepribadian yang mendominasi tokoh utama serta menggunakan teori sosiologi yang dikemukakan oleh Horton untuk menemukan faktor penyebab kepribadian yang mendominasi pada tokoh utama. Dengan mendeskripsikan analisis secara benar dan terperinci maka akan dicapai kesimpulan yang akurat.
BAB IV
ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PADA NOVEL HUÓZHE
《活着》 KARYA YU HUA: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
Bab empat ini berisi analisis tentang kepribadian tokoh utama yang digambarkan dalam novel Huózhe 《活着》 karya Yu Hua ditinjau dari psikologi sastra serta memaparkan faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi perubahan kepribadian tokoh utama. Data primer pada penelitian ini berupa kutipan teks yang terdapat pada novel Huózhe 《 活 着 》 . Teori yang digunakan untuk menganalisis kepribadian tokoh utama dalam novel Huózhe 《活着》 adalah teori kepribadian Sigmund Freud. Tiga aspek yang di usung oleh Freud yang terdiri atas id, ego dan superego digunakan untuk menganalisis kepribadian tokoh utama.
4.1 Analisis Kepribadian Tokoh Utama
Tokoh Xu Fugui merupakan tokoh utama dari novel Huózhe 《活着》
yang pada awalnya memiliki kepribadian yang buruk. Tokoh Xu Fugui terlahir sebagai anak dari seorang tuan tanah kaya raya, oleh karena itu ia tidak pernah berpikir untuk bekerja dan selalu berfoya-foya untuk mengisi kebosanannya.
Namun karena kecerobohannya, Xu Fugui dan seluruh keluarganya menjadi miskin, sehingga menyebabkan terjadinya perubahan pada kepribadian tokoh Xu Fugui.
Berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud, kepribadian dibagi atas tiga bagian untuk menjelaskan gambaran mental berdasarkan fungsi dan
tujuannya, yaitu id, ego dan superego. Oleh karena itu, penulis pertama akan menganalisis id yaitu aspek biologis, selanjutnya yaitu ego aspek psikologis dan yang terakhir superego yaitu aspek sosiologis.
4.1.1 Id Tokoh Utama
Menurut Freud dalam buku Teori Kepribadian (Feist, 2010: 32), id yang berada pada alam bawah sadar tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar, ini dikarenakan satu-satunya fungsi id adalah untuk memperoleh kepuasan (pelasure principle).
Oleh karena sifatnya yang tidak realistis dan mencari kesenangan, id tak punya moralitas. Artinya, id tidak mampu membuat keputusan atas nilai dasar atau membedakan hal-hal yang baik dan buruk. Pandangan tersebut yang berkaitan dengan masalah id dalam kepribadian tokoh utama tergambar dalam kutipan dibawah ini. Berikut beberapa kutipan teks yang menggambarkan id di dalam kepribadian tokoh utama Xu Fugui.
Cuplikan 1 :
“我女人家珍,是城里米行老板的女儿,她也是有钱人家出身的。
有钱人嫁给有钱人,就是把钱堆起来,钱在钱上面哗哗地流,这样 的声音我有四十年没有听到了。”(余华,2012:7)
“Wǒ nǚrén jiā zhēn, shì chéng lǐ mǐ xíng lǎobǎn de nǚ'ér, tā yě shì yǒu qián rén jiā chūshēn de. Yǒu qián rén jià gěi yǒu qián rén, jiùshì bǎ qián duī qǐlái, qián zài qián shàngmiàn huā huā de liú, zhèyàng de shēngyīn wǒ yǒu sìshí nián méiyǒu tīng dàole.” (Yú huá, 2012: 7)
“Istriku Jiazhen anak pedagang beras di kota, dia juga berasal dari keluarga berduit. Perempuan berduit kawin dengan lelaki berduit, itu benar-benar bagaikan menumpuk duit. Duit mengalir di atas duit, bunyi seperti ini sudah empat puluh tahun tak pernah aku dengar lagi.” (Yu Hua, 2015: 11-12)
Kutipan di atas menjelaskan situasi tokoh Xu Fugui yang sedang bercerita pada seorang pemuda bagaimana perjalanan hidupnya dari ia masih menjadi orang kaya hingga ia jatuh miskin. Kutipan di atas menunjukkan sisi id tokoh Xu Fugui yang terlihat pada kalimat“钱在钱上面哗哗地流,这样的声音我有四十年没有听 到了” “qián zài qián shàngmiàn huā huā de liú, zhèyàng de shēngyīn wǒ yǒu sìshí nián méiyǒu tīng dàole” yang memiliki arti “Duit mengalir di atas duit, bunyi seperti ini sudah empat puluh tahun tak pernah aku dengar lagi”, dimana sisi id Fugui bekerja melalui proses primer, yaitu membayangkan dia dapat mendengar lagi oarang-orang mengucapkan kalimat tersebut kepadanya untuk mendapatkan kepuasan. Ini sesuai dengan fungsi id, yaitu memperoleh kepuasan (pleasure principle). Kutipan di bawah ini juga menjelaskan situasi tokoh Xu Fugui saat masih menjadi orang kaya yang memperlihatkan sisi id tokoh Xu Fugui.
Cuplikan 2 :
Sekarang kalau dipikir-pikir, omongan mereka berdua itu memang benar adanya. Tapi saat itu aku tidak pikir begitu. Aku pikir, aku punya duit, aku satu-satunya dupa yang menyala di keluarga Xu, kalau aku padam, keturunan keluarga Xu pun tamat.” (Yu Hua, 2015: 12)
Tokoh Fugui pada saat itu masih anak-anak yang hanya mementingkan kesenangannya sendiri tanpa memikirkan orang lain dapat dilihat pada kutipan “
当初我可不这么想,我想我有钱啊,我是徐家仅有的一根香火,我要是灭了,徐家 就得断子绝孙” “dāngchū wǒ kěbù zhème xiǎng, wǒ xiǎng wǒ yǒu qián a, wǒ shì xú jiā jǐn yǒu de yī gēn xiānghuǒ, wǒ yàoshi mièle, xú jiā jiù dé duànzǐjuésūn” yang memiliki arti “Tapi saat itu aku tidak pikir begitu. Aku pikir, aku punya duit, aku satu-satunya dupa yang menyala di keluarga Xu, kalau aku padam, keturunan keluarga Xu pun tamat”, kalimat ini menunjukkan sisi id yang di alami oleh tokoh Fugui adalah aspek psikologis yang “gelap” dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai. Id tokoh utama Xu Fugui yang menampilkan nafsu-nafsu tak kenal nilai juga dapat dilihat pada kutipan berikut:
Cuplikan 3 :
“Pelacur dan judi itu ibarat tangan dan kaki, bagaimanapun tak mungkin bisa dipisah lagi. Belakangan aku malahan lebih suka judi, main pelacur cuma buat santai-santai sejenak, seperti orang sehabis minum air ya harus buang air, atau kalau dalam bahasa kita, harus pergi kencing. Sedangkan judi itu beda sama sekali. Judi bikin senang, bikin tegang. Terutama gara-gara tegangnya, aku jadi diliputi kepuasan yang tak bisa aku jelaskan.”
(Yu Hua, 2015: 13)
Xu Fugui merasa tidak perlu bekerja karena keluarganya sudah kaya. Oleh karena itu, Xu Fugui selalu mencari kesibukan yang menyenangkan untuk menghabiskan waktunya, salah satunya dengan bermain judi. Berdasarkan data pada kutipan di atas ditunjukkan id tokoh Xu Fugui pada kalimat “赌博就完全不
一样了,我是又痛快又紧张,特别是那个紧张,有一股叫我说不出来的舒坦”
“Dǔbó jiù wánquán bù yīyàngle, wǒ shì yòu tòngkuài yòu jǐnzhāng, tèbié shì nàgè jǐnzhāng, yǒuyī gǔ jiào wǒ shuō bu chūlái de shūtan”yang memiliki arti “Sedangkan judi itu beda sama sekali. Judi bikin senang, bikin tegang. Terutama gara-gara tegangnya, aku jadi diliputi kepuasan yang tak bisa aku jelaskan”, tokoh utama Xu Fugui merasakan kepuasan yang luar biasa dengan bermain judi dan tanpa memikirkan semua resiko yang akan ia terima, ini sesuai dengan fungsi id untuk memperoleh kepuasan (pleasure principle). Selain bermain judi, tokoh Xu Fugui juga sering bermain dengan wanita penghibur untuk menghabiskan waktunya, yang dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Cuplikan 4 : huǎng qù. Tā tǎng dǎo chuángshàng yīdòng yīdòng shí, yā zài shàngmiàn de wǒ jiù xiàng shuì zài chuánshàng, zài héshuǐ lǐ yáo ya yáo ya. Wǒ menggeliat-geliat, menindih di atas tubuhnya itu aku seperti tidur di atas perahu, bergoyang-goyang terayun-ayun mengarungi sungai. Aku sering suruh dia gendong aku pergi belanja keliling kota, naik di atas punggungnya rasanya seperti naik kuda.” (Yu Hua, 2015: 15)
Kutipan di atas telihat tokoh Xu Fugui muda saat masih menjadi orang kaya memiliki sisi id yang tidak punya moral berupa impuls seksual, karena ia sangat gemar pergi ke rumah prostitusi. Sesuai dengan fungsi id untuk
(proses primer) dirinya sedang menaiki kuda atau perahu dengan cara menindih tubuh wanita penghibur untuk meperoleh rasa puas, hal tersebut tergambar pada
kalimat “压在上面的我就像睡在船上,在河水里摇呀摇呀。我经常让她背着我去
逛街,我骑上她身上像是骑在一匹马上” “yā zài shàngmiàn de wǒ jiù xiàng shuì zài chuánshàng, zài héshuǐ lǐ yáo ya yáo ya. Wǒ jīngcháng ràng tā bèizhe wǒ qù guàngjiē, wǒ qí shàng tā shēnshang xiàng shì qí zài yī pǐ mǎshàng” yang berarti “menindih di atas tubuhnya itu aku seperti tidur di atas perahu, bergoyang-goyang terayun-ayun mengarungi sungai. Aku sering suruh dia gendong aku pergi belanja keliling kota, naik dia atas punggungnya rasanya seperti naik kuda”. Selanjutnya pada kutipan di bawah ini id tokoh Xu Fugui juga digambarkan sebagai berikut:
Cuplikan 5 :
“Sampai detik ini, hidup-mati sudah tak penting lagi. Andaikan sebelum mati masih sempat makan roti, kami pun puas sepuas-puasnya.
Chunsheng berdiri, aku tidak memperingatkannya lagi agar berhati-hati pada peluru. Dia melihat-lihat dan berkata, “Siapa tahu di luar masih ada roti, aku pergi cari.” ” (Yu Hua, 2015: 72-73)
Kutipan di atas menjelaskan keadaan tokoh Xu Fugui setelah jatuh miskin yang dipaksa ikut berperang oleh Tentara Nasionalis selama bertahun-tahun dan akhirnya berhasil melewati sungai Yangtze. Setelah berhari-hari, pasukan Tentara Nasionalis mengalami krisis makanan. Xu Fugui sangat kelaparan karena tidak ada makanan selama berhari-hari, oleh karena itu tokoh Xu Fugui mencari pemuasan dengan cara membayangkan dapat makan roti, hal ini dapat dilihat pada kalimat “死之前能够吃上大饼也就知足了” “sǐ zhīqián nénggòu chī shàng dà bǐng
yě jiù zhīzúle” yang berarti “Andaikan sebelum mati masih sempat makan roti, kami pun puas sepuas-puasnya”. Kalimat tersebut menunjukkan id tokoh Xu Fugui yang mencari pemuasan kebutuhan (pleasure principle) tanpa memikirkan apakah hal tersebut memungkinkan atau tidak untuk dilakukan, oleh karena id tidak punya kontak dengan dunia nyata. Karena keterbatasan dalam melakukan atau mewujudkan keiginan saat berada di medan perang dan jauh dari keluarga, membuat tokoh Xu Fugui selalu berkhayal akan sesuatu. Hal tersebut juga dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
Cuplikan 6 :
“解放军让我回家,还给了盘缠。我一路急匆匆往南走,饿了就用
“解放军让我回家,还给了盘缠。我一路急匆匆往南走,饿了就用