• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABDUL RAUF, S.Pd (di bawah sumpah) pada pokoknya menerangkan sebagai berikut;

- Bahwa benar saksi mengetahui permasalahan yang terjadi dalam perkara ini bahwa pada tahun 2013 Penggugat dipindahkan sebagai staf pembantu pada Fungsional Umum di UPTD Kecamatan Kuo; ---

- Bahwa saksi sebagai Penilik Sekolah sejak 2003; ---

- Bahwa saksi menjabat sebagai Kepala UPTD. Kecamatan Kuo sejak 2013 hingga kini; ---

- Bahwa terhadap Bukti P-15 berupa usulan pensiun Penggugat dan P-12 berupa Penetapan Angka Kredit Penggugat Tidak diketahui saksi; --- - Bahwa saksi mengeluarkan surat keterangan bahwa Penggugat Pensiun

sebagai staf Fungsional Umum di UPTD Kecamatan Kuo; --- - Bahwa terhadap Bukti P-14 berupa pembatalan Surat Pernyataan Penggugat tidak diketahui saksi; --- - Bahwa benar terhadap Bukti T-7 berupa Surat yang menyatakan jabatan

Penggugat adalah staf teknis administrasi dan Bukti T-22 berupa Lampiran LHP Inspektorat diakui dan diketahui saksi; ---

Halaman 31 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. 4. SYUFRIATI, S.Sos., M.Si (di bawah sumpah) pada pokoknya menerangkan sebagai berikut; ---

- Bahwa saksi mengetahui permasalahan yang terjadi dalam perkara ini; ---

- Bahwa saksi sebagai Pegawai Inspektorat Kabupaten Kampar yang ditugaskan untuk memeriksa permasalahan/kasus Penggugat; ---

- Bahwa Penggugat sebagai staf fungsional umum bukan Guru; ---

- Bahwa saksi telah meminta Informasi dan mendatanggi ABDUL RAUF sebagai Kepala UPTD Kecamatan Kuo sekaligus sebagai atasan Penggugat; ---

- Bahwa selanjutnya Saksi telah melakukan konfirmasi kepada Penggugat atas informasi yang saksi lakukan dan ternyata Penggugat menginginkan dipensiunkan sebagai Guru namun Penggugat tidak menjabat lagi sebagai Guru sejak Tahun 1988; ---

- Bahwa terhadap Bukti P-14 berupa pencabutan pernyataan Penggugat, tidak diketahui saksi; ---

- Bahwa saksi tidak tahu Penggugat menandatangani surat bersedia Pensiun Umur

56 atau 60; --- Bahwa para pihak telah menyerahkan Kesimpulannya masing-masing dalam

persidangan Tanggal 25 November 2015, yang pada pokoknya para pihak tetap pada pendiriannya dan selanjutnya mohon Putusan; ---

Bahwa untuk mempersingkat uraian Putusan ini, maka segala sesuatu yang tertera dalam Berita Acara Pemeriksaan Persiapan dan Berita Acara Persidangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Putusan ini; ---

Halaman 32 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM:

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Gugatan Penggugat adalah sebagaimana telah diuraikan dalam Duduk Sengketa a quo; ---

Menimbang, bahwa objek sengketa yang dimohonkan batal atau tidak sah oleh Penggugat dalam sengketa in litis adalah: --- Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional XII Pekanbaru Nomor: 00038/KEP/MT/21406/15, Tanggal 3 Juni 2015 tentang Pemberhentian dengan Hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atas nama Nazaruddin B (vide Bukti P-1 = T-1); - Dalam Eksepsi: --- Menimbang, bahwa terhadap Gugatan Penggugat a quo, Tergugat telah mengajukan Eksepsi sebagaimana termuat dalam Surat Jawabannya tertanggal 15 Oktober 2015, yang pada pokoknya sebagai berikut: --- 1. Gugatan Penggugat Kabur/tidak jelas (Obscuur Libel); ---

Gugatan Penggugat telah mencampuradukkan antara kelebihan pembayaran gaji Penggugat yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Kampar dalam hal ini Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Kampar dengan Surat Keputusan objek sengketa dan Penggugat tidak menyebutkan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Tergugat, maka Gugatan Penggugat Kabur/tidak jelas (Obscuur Libel); --- 2. Gugatan Kurang Pihak; ---

Bahwa pengusulan pemberhentian PNS dengan hormat dengan hak pensiun atas nama Penggugat melibatkan instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Kepegawaian Daerah dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset ), maka jelas Gugatan Penggugat adalah kurang pihak; --- 3. Gugatan Penggugat salah pihak (salah alamat); ---

Halaman 33 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. Bahwa yang dipermasalahkan oleh Penggugat adalah Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara a quo, namun dalam positanya Pengugat lebih mengedepankan bukti–bukti dan fakta–fakta yang berkaitan erat dengan kewenangan yang berada ditangan Pemerintah Kabupaten Kampar (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Kepegawaian Daerah dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset), hal tersebut bukan merupakan kewenangan Kantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara, sehingga jelas Gugatan Penggugat salah pihak/salah alamat; ---

Menimbang, bahwa terhadap Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat a quo, pihak Penggugat dalam Repliknya tertanggal 21 Oktober 2015, yang pada pokoknya Penggugat menolak seluruh dalil-dalil eksepsi yang diajukan oleh Tergugat karena tidak berdasar, dipaksakan dan hanya mencari-cari kesalahan; ---

Menimbang, bahwa setelah mempelajari dan meneliti dalil eksepsi dari Tergugat serta dalil bantahan dari Penggugat, Majelis Hakim akan mempertimbangkannya sebagai berikut; --- Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat yang menyatakan Gugatan Penggugat Kabur/tidak jelas (Obscuur Libel), Majelis Hakim akan mempertimbangkannya dengan berpedoman pada syarat–syarat formal gugatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 56 ayat (1) Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi sebagai berikut; --- Gugatan harus memuat: --- a. nama, Pejabat, dan tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat dan kuasanya;

b. nama, Pejabat, dan tempat kedudukan tergugat; --- c. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan; ---

Halaman 34 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. Menimbang, bahwa setelah meneliti dan mencermati Gugatan Penggugat dikaitkan dengan syarat–syarat formal gugatan sebagaimana ketentuan a quo, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Gugatan Penggugat telah memenuhi syarat–syarat formal gugatan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 56 ayat (1) Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dengan pertimbangan, sebagai berikut: ---  bahwa Gugatan Penggugat telah jelas memuat baik identitas Penggugat maupun Tergugat; ---

 bahwa Penggugat dalam gugatannya telah memuat dasar gugatan yang pada pokoknya menyatakan Penggugat merasa kepentingannya dirugikan akibat diterbitkannya objek sengketa in litis berupa Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional XII Pekanbaru Nomor: 00038/KEP/MT/21406/15, Tanggal 3 Juni 2015 tentang Pemberhentian dengan Hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atas nama Nazaruddin B, yang diterbitkan bertentangan dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku dan melanggar asas–asas umum pemerintahan yang baik; ---

 bahwa Guugatan Penggugat dalam petitumnya memohon kepada pengadilan agar surat keputusan objek sengketa dinyatakan batal atau tidak sah, disertai kewajiban Tergugat untuk mencabut agar surat keputusan objek sengketa dan merehabilitasi hak–hak kepegawaian Penggugat; ---

Menimbang,bahwa oleh karena gugatan penggugat telah memenuhi syarat– syarat formal gugatan yang ditentukan oleh peraturan perundang– undangan, maka terhadap eksepsi yang menyatakan gugatan Penggugat Kabur /tidak jelas (Obscuur Libel) tidak beralasan hukum sehingga patut dinyatakan ditolak; ---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dalil Eksepsi Tergugat tentang gugatan kurang pihak sebagai berikut; ---

Halaman 35 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 1 angka 12 Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara disebutkan: --- Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata; ---

Menimbang, bahwa Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara mengatur: “Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi”; --

Menimbang, bahwa Pasal 1 angka 12 dan Pasal 53 ayat (1) Undang– Undang Peradilan Tata Usaha Negara a quo menunjuk siapa saja yang menjadi pihak dalam proses di Peradilan Tata Usaha Negara. Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau dilimpahkan kepadanya dan Penggugat adalah selalu berupa orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan akibat diterbitkannya suatu Keputusan Tata Uaha Negara; ---

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya“, menunjuk pada ketentuan hukum yang dijadikan dasar sehingga seorang Pejabat TUN dianggap berwenang melakukan tindakan hukum (dalam hal ini menerbitkan Keputusan TUN) yang disengketakan. Ketentuan hukum yang menjadi dasar dikeluarkan keputusan yang disengketakan itu menyebut dengan jelas Badan atau Pejabat TUN yang diberi wewenang pemerintahan. Dasar pemberian wewenang tersebut bersifat atributif, yakni diberikan oleh suatu

Halaman 36 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. peraturan perundang–undangan. Apabila Badan atau Pejabat TUN yang memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif tersebut mengeluarkan keputusan TUN yang kemudian disengketakan, maka yang harus digugat adalah Badan atau Pejabat TUN yang disebutkan dalam peraturan dasarnya telah memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif tersebut; ---

Menimbang, bahwa dalam peraturan dasar yang memberikan wewenang pemerintahan secara atributif adakalanya secara eksplisit maupun implisit memberikan suatu wewenang pemerintahan yang diberikan secara atributif itu didelegasikan dari badan atau Pejabat TUN yang memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif kepada Badan atau Pejabat TUN yang lain. Apabila atas dasar pendelegasian wewenang pemerintahan tersebut Badan atau Pejabat TUN yang memperoleh delegasi lalu menerbitkan keputusan TUN yang kemudian menjadi objek sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara, maka Badan atau Pejabat TUN terakhir inilah yang menurut hukum harus bertanggung jawab dan dapat digugat atas diterbitkannya suatu Keputusan TUN; --- Menimbang, bahwa selain pendelegasian wewenang, pelimpahan wewengan pemerintahan dapat juga terjadi dengan cara pemberian mandat. Dalam hal Penerima mandat (mandataris) menerbitkan Keputusan TUN yang kemudian disengketakan, maka menurut hukum yang harus bertanggung jawab atas terbitnya Keputusan TUN tersebut dan yang dapat digugat adalah Badan atau Pejabat TUN yang memberikan mandat; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan a quo, dapat diketahui siapa saja yang dapat menjadi pihak dalam proses di Peradilan Tata Usaha Negara baik sebagai Penggugat maupun Tergugat; --- Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai permasalahan hukum mengenai badan/Pejabat TUN mana yang

Halaman 37 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. seharusnya didudukkan sebagai pihak Tergugat dalam sengketa in litis, akan dipertimbangkan sebagai berikut; --- Menimbang, bahwa mencermati objek sengketa in litis, dapat di ketahui penerbitan objek sengketa berkaitan dengan Pemberhentian Dengan Hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil Golongan III/a yang telah mencapai batas usia pensiun, maka untuk menjawab permasalahan hukum di atas Majelis Hakim berpedoman pada ketentuan–ketentuan yang berkaitan dengan Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil khusus untuk golongan III/a yang telah mencapai batas usia pensiun; --- Menimbang, bahwa dalam ketentuan Pasal 27 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil , yang berbunyi: Kepala Badan Kepegawaian Negara menetapkan pemberhentian dan pemberian pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Daerah yang berpangkat Pembina Tingkat I Golongan Ruang IV/b ke bawah yang tewas, meninggal dunia, cacat karena dinas dan mencapai batas usia pensiun; ---

Menimbang, bahwa terhadap kewenangan atributif yang diperoleh berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003, untuk menetapkan pemberhentian dan pemberian pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Daerah yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah yang tewas, meninggal dunia, cacat karena dinas dan mencapai batas usia pensiun, Kepala Badan Kepegawaian Negara mengeluarkan Keputusannya Nomor 70/KEP/2003 tentang Pendelegasian Wewenang Kepada Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara Untuk Menetapkan Surat Keputusan dan Persetujuan Teknis tentang Mutasi Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil, yang salah satu isinya poin Pertama angka 11 menyebutkan: ---

Halaman 38 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. Memberikan delegasi wewenang kepada Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara untuk menetapkan surat keputusan dan persetujuan teknis tentang mutasi kepegawaian Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Negeri Sipil Pusat di Daerah di Lingkungan wilayah kerjanya meliputi: --- 11. Surat keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun Pegawai Negeri sipil yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke bawah yang mencapai batas usia pensiun dan pemberian pensiun janda/dudanya; --- Menimbang, bahwa setelah Kepala Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional XII Pekanbaru menerima delegasi wewenang untuk menetapkan Surat keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun Pegawai Negeri sipil yang berpangkat Pembina Tingkat I Golongan Ruang IV/b ke bawah yang mencapai batas usia pensiun dan pemberian pension janda/dudanya, selanjutnya Tergugat mengeluarkan Keputusan Kepala Kantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara Nomor: 24/KEP/KR.XII/02-2015 tentang Pemberian Kuasa Kepada Pejabat Di Lingkungan Kantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara untuk menandatangani Surat Keputusan Penetapan Pensiun Pegawai Negeri Sipil Di Wilayah Kerja Kantor Regional XII BKN Pekanbaru; ---

Menimbang, bahwa Pejabat penerima kuasa berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara Nomor: 24/KEP/KR.XII/02-2015 a quo adalah Kepala Seksi Pensiun PNS Instansi Kabupaten/Kota di Lingkungan Kantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara Pekanbaru; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan beberapa ketentuan a quo yang dikaitkan dengan Surat Keputusan Objek sengketa (vide bukti P-1 = T-1), Majelis Hakim berpendapat bahwa Pemberian Kuasa yang berasal dari Kepala Kantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara Pekanbaru a quo kepada Kepala Seksi Pensiun PNS Instansi Kabupaten/Kota di Lingkungan Kantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara Pekanbaru merupakan pelimpahan kewenangan dalam bentuk mandat, yang

Halaman 39 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. menurut teori Hukum Administrasi Negara dalam penerbitan surat keputusan berdasarkan pelimpahan kewenangan secara mandat, maka yang bertanggung jawab secara hukum adalah si pemberi mandat, bukan penerima mandat. Pemberian mandat tersebut dapat diketahui dalam penulisan “atas nama” yang tercatat dalam surat keputusan objek sengketa in litis. Dengan demikian Kepala Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional XII Pekanbaru selaku pemberi mandat bertanggungjawab secara hukum atas penerbitan Surat Keputusan Objek sengketa in litis dan telah tepat didudukkan sebagai Tergugat dalam sengketa in litis; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan a quo, dengan didudukkannya Kepala Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional XII Pekanbaru sebagai Tergugat dalam sengketa in litis telah tepat, dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa terhadap dalil Eksepsi Tergugat yang menyatakan gugatan kurang pihak dinyatakan tidak beralasan hukum sehingga harus dinyatakan ditolak; --- Menimbang, bahwa terhadap Eksepsi Tergugat yang menyatakan gugatan Penggugat salah pihak (salah alamat), telah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim pada pertimbangan terhadap Eksepsi Tergugat tentang Gugatan Penggugat Kabur/tidak jelas (Obscuur Libel) dan Eksepsi tentang gugatan kurang pihak, yang pada pokoknya menyatakan Gugatan Penggugat telah memenuhi syarat formal gugatan sebagaimana yang ditentukan dalam peraturan perundang–undangan yang berlaku serta menyatakan yang dapat didudukkan sebagai pihak Tergugat dalam sengketa in litis adalah Kepala Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional XII sebagai Pejabat Tata Usaha Negara yang berwenang menerbitkan surat keputusan objek sengketa, sehingga alasan Tergugat yang menyatakan gugatan Penggugat salah pihak (salah alamat) tidak beralasan hukum dan patut dinyatakan ditolak; --- Menimbang, bahwa berdasarkan rangkaian pertimbangan hukum a quo, maka terhadap seluruh Eksepsi Tergugat dinyatakan ditolak seluruhnya dan selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai Pokok Sengketa sebagai berikut; ---

Halaman 40 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. Dalam Pokok Sengketa: ---

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok sengketa, Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan Gugatan Penggugat secara formil yang meliputi mengenai kewenangan mengadili Peradilan Tata Usaha Negara, tenggang waktu mengajukan gugatan dan kepentingan Penggugat, sebagai berikut; ---- Menimbang, bahwa kewenangan mengadili Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam Pasal 47, Pasal 1 angka 9 dan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut sebagai Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara) sebagai berikut: --- Pasal 1 angka 9: Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata; --- Pasal 1 angka 10: Sengketa Tata usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara yang timbul antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan Tata Usaha Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; --- Pasal 47: Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara; ---

Menimbang, bahwa setelah Majelis hakim mempelajari dan mencermati objek sengketa in litis (vide bukti P-1 = bukti T-1), ternyata berbentuk penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara selaku

Halaman 41 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. Pejabat Tata Usaha Negara, yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yaitu berupa Pemberhentian dengan hormat Penggugat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena telah mencapai batas usia pensiun, selanjutnya bersifat kongkrit artinya nyata tidak abstrak akan tetapi berwujud tertentu atau dapat ditentukan yaitu berbentuk Surat Keputusan, kemudian bersifat individual artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan untuk umum tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju yaitu ditujukan terhadap Nazaruddin B (Penggugat In Casu), sedangkan bersifat final artinya telah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum dan Keputusan objek sengketa in litis tidak memerlukan persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain; ---

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum a quo, maka objek sengketa in litis secara kumulatif telah memenuhi unsur Keputusan tata usaha negara sebagaimana ditentukan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara yang dapat dijadikan objek sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara (Pengadilan Tata Usaha Negara in casu); --- Menimbang, bahwa oleh karena Surat Keputusan objek sengketa dalam sengketa in litis telah memenuhi unsur keputusan tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, yang kemudian oleh Penggugat digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara dengan tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa dinyatakan batal atau tidak sah oleh Pengadilan, sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa sengketa in litis termasuk sengketa tata usaha negara sebagaimana yang dimaksud ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara; ---

Menimbang, bahwa oleh karena sengketa in litis merupakan sengketa tata usaha Negara dan Tergugat berkedudukan di Kota Pekanbaru yang termasuk kompetensi mengadili dari Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, maka Majelis Hakim berpendapat Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru berwenang

Halaman 42 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa in litis (vide Pasal 47 jo Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara); ---

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai tenggang waktu mengajukan gugatan; ---

Menimbang, bahwa ketentuan tenggang waktu pengajuan gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara sebagai berikut: “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara”; ---

Menimbang, bahwa setelah mencermati objek sengketa yang diterbitkan pada Tanggal 3 Juni 2015, yang kemudian digugat oleh Penggugat dan didaftarkan di Kepaniteraan Perkara Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada Tanggal 28 Agustus 2015, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa pengajuan Gugatan Penggugat masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara; --- Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai kepentingan Penggugat mengajukan gugatan sebagai berikut; ---

Menimbang, bahwa unsur kepentingan sebagai dasar untuk mengajukan gugatan diatur dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara yang mengatur: “Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi”; ---

Menimbang, bahwa kepentingan dalam hukum acara administrasi mengandung dua arti. Pertama, kepentingan sebagai nilai atau kualitas yang mendapat perlindungan hukum. Kedua, kepentingan sebagai tujuan yang hendak dicapai oleh proses.

Halaman 43 dari 53 halaman. Putusan Perkara Nomor : 36/G/2015/PTUN-Pbr. Kepentingan sebagai nilai yang harus dilindungi secara hukum adalah suatu nilai yang mendapat pengaruh atau dinilai secara layak dapat diperkirakan menguntungkan atau merugikan yang timbul akibat dikeluarkan suatu keputusan tata usaha negara atau ditolaknya penerbitan suatu keputusan tata usaha Negara sedangkan Kepentingan proses adalah tujuan yang hendak dicapai dengan gugatan dengan kata lain maksud diselenggarakannya proses oleh pengambil inisiatif perkara; ---

Menimbang, bahwa alasan Penggugat mengajukan gugatan pada pokoknya Penggugat merasa dirugikan kepentingannya dengan diterbitkannya objek sengketa yang memberhentikan kedudukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan Usia Pensiun 56 Tahun yang menurut Penggugat seharusnya Penggugat diberhentikan kedudukannya sebagai guru dengan usia pensiun 60 Tahun; ---

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati alasan Penggugat mengajukan gugatan di Pengadilan Tata usaha Negara, dikaitkan dengan unsur

Dokumen terkait